You are on page 1of 15

Buah Ittiba Berikut ini adalah buah ittiba kepada Rasulullah saw.: 1.

Mahabbatullah Natijah (buah) dari ittiba kita kepada Rasulullah saw. jika kita lakukan dengan benar adalah mahabbatullah (cinta dari Allah swt) sekaligus maghfirah (ampunan)Nya. Katakanlah (hai Muhammad), Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. (Ali Imran: 31) Cinta kepada Allah swt. yang dibuktikan dengan ittiba kepada Rasulullah saw. akan melahirkan buah manis berupa cinta Allah swt. Allah swt. memerintahkan kita mengikuti Rasulullah saw., dan setiap perintah Allah swt. apabila kita laksanakan dengan ikhlas dan benar pasti akan mendatangkan cinta dari-Nya. Ketika Allah telah mencintai hamba-Nya, maka segala kekurangan dan dosa yang terjadi akan mudah diampuni oleh Allah swt. 2. Rahmatullah Orang-orang yang mentaati Rasulullah saw. dengan mengikuti sunnah beliau akan memperolah rahmat dari Allah swt. Karena orang-orang yang mencontoh Rasulullah saw. pastilah orang-orang yang berbuat baik atau ihsan (ingat makna ahsanu amala menurut Fudhail bin Iyadh di atas), dan orang-orang yang berbuat ihsan amat dekat dengan rahmat Allah swt. Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain, mereka menyuruh (mengerjakan) yang maruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (At-Taubah: 71) Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (Al-Araf: 56). 3. Hidayatullah ( .)

Rasulullah saw. bersabda, Sesungguhnya setiap amal itu mempunyai puncak semangat, dan setiap semangat memiliki titik jemu (lesu). Maka barangsiapa kelesuannya tetap dalam sunnahku berarti ia telah mendapat petunjuk (dari Allah), dan barangsiapa kelesuannya tidak dalam sunnahku berarti ia celaka. (HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya, Ahmad dalam Musnadnya, Al-Baihaqi dalam Syuabul Iman, At-Thabarani dan Abu Nuaim).

Hadits di atas menegaskan bahwa tetap berada dalam sunnah Rasulullah saw. dalam segala keadaan akan mendatangkan tambahan petunjuk dari Allah swt. Oleh karenanya, orang-orang yang beriman selalu berusaha mengikuti sunnah Rasulullah saw. ketika sedang bersemangat atau sedang lesu (kurang semangat). Ia tidak membiarkan dirinya hanyut dan terbawa bisikan Syaitan sehingga membuatnya jauh dari hidayah Allah swt. 4. Mushahabatul Akhyar fil Jannah Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya. (An-Nisa: 69). Orang yang ittiba kepada Rasulullah saw. akan dikumpulkan bersama orangorang pilihan di surga nanti, yaitu para nabi, orang-orang yang shiddiq, syuhada, dan shalihin. As-Syafaah (.) : :

Rasulullah saw. bersabda, Barangsiapa berdoa ketika mendengar panggilan adzan: Ya Allah Rabb seruan yang sempurna ini, dan shalat yang ditegakkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan keutamaan, bangkitkan dia dengan kedudukan mulia yang telah Engkau janjikan kepadanya, maka akan mendapat syafaatku di hari kiamat. (Bukhari). Hadits di atas menunjukkan keutamaan doa setelah adzan. Ia juga mengisyaratkan bahwa mengikuti perintah dan arahan Rasulullah saw. adalah sesuatu yang membuat kita berhak mendapatkan syafaat dari beliau. Logikanya, jika mentaati satu perintah Rasulullah saw. saja yakni membaca doa setelah adzan, akan membuat pembacanya berhak mendapatkan syafaat beliau, apalagi dengan mengikuti dan mentaati sunnah beliau secara keseluruhan, maka orang itu lebih berhak untuk mendapatkan syafaat beliau. 5. Nadharatul Wajhi Salah satu bentuk ittiba Rasulullah saw. adalah mendengarkan, mempelajari, menghafal, dan memahami hadits Rasulullah saw., kemudian menyampaikannya kepada orang lain. Orang yang mempelajari hadits Rasulullah saw., menghafal kemudian menyampaikannya apa adanya tanpa menambah atau mengurangi, maka Allah akan membuat wajahnya berseri dan bersinar.

).

Rasulullah saw. bersabda, Semoga Allah menyinari (wajah) seseorang yang mendengar hadits dari kami, lalu ia hafal sehingga ia menyampaikannya kepada orang lain. Boleh jadi seorang pembawa fiqih menyampaikan (ilmunya) kepada orang yang lebih paham. Dan boleh jadi pembawa fiqih bukanlah seorang yang faqih. (Tirmidzi). Hadits di atas mendorong kita untuk selalu bersemangat mempelajari, memahami, dan menghapal hadits Rasulullah saw, kemudian menyampaikan teks hadits itu apa adanya dengan penuh amanah tanpa menambah atau mengurangi sedikitpun. Jika kita itu kita lakukan kita berhak mendapatkan wajah yang bersinar di hari kiamat nanti. Hadits di atas juga menyatakan bahwa mungkin saja orang yang disampaikan kepadanya suatu ilmu kemudian ia lebih paham daripada yang menyampaikan. Atau bahkan bisa jadi yang menyampaikan sebuah riwayat tidak memahami riwayat tersebut, sedangkan yang disampaikan justru memahaminya dengan baik. 6. Mujawaratur Rasul Orang yang mencintai Rasulullah saw., maka ia akan berusaha sekuat tenaga untuk ittiba kepada Rasulullah saw. dengan mengikuti sunnah beliau. Maka orang ini akan bersama Rasulullah saw di surga, seperti sabda beliau: (( ) )) (

Barangsiapa menghidupkan sunnahku, berarti ia mencintaiku; dan barangsiapa mencintaiku, maka ia bersamaku di surga. (Tirmidzi dan Thabarani di AlMujam Al-Awsath). 7. Izzatun Nafsi Orang yang mengikuti Rasulullah saw. dengan ikhlas semata-mata karena mencintai Allah dan Rasul-Nya, akan meraih kemuliaan dan kekuatan jiwa dihadapan Allah swt. Betapa tidak? Ia telah mendapatkan kecintaan, ampunan, rahmat, hidayah, dan berbagai anugrah lain dari Allah swt. Dengan itu semua terangkatlah dirinya menuju tempat yang tinggi dan mulia, ia tidak lagi peduli dengan kemuliaan di mata manusia selama ia mulia di sisi Allah. Ingatlah, kemuliaan itu terletak pada mengikuti Allah Al-Aziz (yang memiliki Izzah atau keperkasaan) dan mengikuti Rasul-Nya. Padahal izzah itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang

munafik itu tiada mengetahui. (Al-Munafiqun: 8). 8. Al-Falah Maka orang-orang yang beriman kepadanya (Muhammad saw), memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Al-Araf: 157) Keberuntungan pasti akan diperoleh oleh mereka yang selalu ittiba kepada Rasulullah saw. dengan beriman kepadanya, memuliakannya, menolong (ajaran)nya, dan selalu mengikuti cahaya Al-Quran. 9. Kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat Tak dapat diragukan lagi bahwa orang yang mendapatkan semua nataij dari mengikuti Rasulullah saw. di atas adalah orang-orang yang pasti berbahagia hidupnya dengan kebahagiaan hakiki di dunia maupun di akhirat. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (An-Nahl: 97) Kalau sudah begitu, siapa yang gak mau. Makanya, buruan deh ittiba kepada Rasulullah saw.! https://www.facebook.com/notes/sayid-pengelana/manfaat-mengikuti-rasululahs aw/197853553645390?notif_t=like

Hadirin sekalian yang berbahagia ! Pada hakikatnya, mempercayai kebenaran wahyu yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dan mengikuti suri tauladan yang telah diberikan olehnya adalah merupakan inti daripada Peringatan Maulud Nabi. Dalam hal ini Allah telah berfirman dalam Surat Al-Ahzab : 21 : Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. Disamping itu Allah menegaskan lagi dengan firmannya Surat Ali Imran ayat 31 : Artinya :Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Dalam catatan historis, Maulid dimulai sejak zaman kekhalifahan Fatimiyah di bawah pimpinan keturunan dari Fatimah az-Zahrah, putri Muhammad. Perayaan ini dilaksanakan atas usulan panglima perang, Shalahuddin al-Ayyubi (1137M-1193 M), kepada khalifah agar mengadakan peringatan hari kelahiran Muhammad.

Tujuannya adalah untuk mengembalikan semangat juang kaum muslimin dalam perjuangan membebaskan Masjid al-Aqsha di Palestina dari cengkraman kaum Salibis. Yang kemudian, menghasilkan efek besar berupa semangat jihad umat Islam menggelora pada saat itu. Secara subtansial, perayaan Maulid Nabi adalah sebagai bentuk upaya untuk mengenal akan keteladanan Muhammad sebagai pembawa ajaran agama Islam. Tercatat dalam sepanjang sejarah kehidupan, bahwa nabi Muhammad adalah pemimipn besar yang sangat luar biasa dalam memberikan teladan agung bagi umatnya. Dalam konteks ini, Maulid harus diartikulasikan sebagai salah satu upaya transformasi diri atas kesalehan umat. Yakni, sebagai semangat baru untuk membangun nilai-nilai profetik agar tercipta masyarakat madani (Civil Society) yang merupakan bagian dari demokrasi seperti toleransi, transparansi, anti kekerasan, kesetaraan gender, cinta lingkungan, pluralisme, keadilan sosial, ruang bebas partisipasi, dan humanisme. Dalam tatanan sejarah sosio antropologis Islam, Muhammad dapat dilihat dan dipahami dalam dua dimensi sosial yang berbeda dan saling melengkapi. Pertama, dalam perspektif teologis-religius, Muhammad dilihat dan dipahami sebagai sosok nabi sekaligus rasul terakhir dalam tatanan konsep keislaman. Hal ini memposisikan Muhammad sebagai sosok manusia sakral yang merupakan wakil Tuhan di dunia yang bertugas membawa, menyampaikan, serta mengaplikasikan segala bentuk pesan suci Tuhan kepada umat manusia secara universal. Kedua, dalam perspektif sosial-politik, Muhammad dilihat dan dipahami sebagai sosok politikus andal. Sosok individu Muhammad yang identik dengan sosok pemimpin yang adil, egaliter, toleran, humanis, serta non-diskriminatif dan hegemonik, yang kemudian mampu membawa tatanan masyarakat sosial Arab kala itu menuju suatu tatanan masyarakat sosial yang sejahtera dan tentram. Tentu, sudah saatnya bagi kita untuk mulai memahami dan memperingati Maulid secara lebih mendalam dan fundamental, sehingga kita tidak hanya memahami dan memperingatinya sebatas sebagai hari kelahiran sosok nabi dan rasul terakhir yang sarat dengan serangkaian ritual-ritual sakralistik-simbolik keislaman semata, namun menjadikannya sebagai kelahiran sosok pemimpin. Karena bukan menjadi rahasia lagi bila kita sedang membutuhkan sosok pemimpin bangsa yang mampu merekonstruksikan suatu citra kepemimpinan dan masyarakat sosial yang ideal, egaliter, toleran, humanis dan nondiskriminatif, sebagaimana dilakukan Muhammad untuk seluruh umat manusia.

Kontekstualisasi peringatan Maulid tidak lagi dipahami dari perspektif keislaman saja, melainkan harus dipahami dari berbagai perspektif yang menyangkut segala persoalan. Misal, politik, budaya, ekonomi, maupun agama. Bapak-bapak, Ibu-ibu, para hadirin yang saya cintai, Nabi Muhammad dilahirkan ke dunia. Datangnya membawa tugas. Perginya meninggalkan bekas. Datangnya membawa tugas yang diselesaikan dalam 23 tahun. Datangnya ke dunia diperintah untuk memperbaiki budi pekerti (sholihah Akhlak) supaya ummat ini menjadi umat yang sopan santun (makarimal akhlak) Sopan terhadap siapa? Contohnya bagaimana kita sebelum makan berdoa dulu bismillahirrohmanirrohim. Dengan nama Alloh Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah adalah bentuk kesopanan kita kepada Alloh. Dalam pembukaan UUD 1945 menyebutkan atas berkat Rohmat Alloh Yang Maha Kuasa merupakan bentuk kesopanan para pendahulu kita kepada Alloh. Mereka mengakui bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia ini bukan karena pemberian sekutu, bukan pemberian Jepang dan bukan semata-mata karena perjuangan bangsa Indonesia melawan Belanda. Tapi adalah karena Rohmat Alloh Yang Maha Kuasa. Ada orang yang berpidato menyebutkan bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia adalah karena hasil perjuangan rakyat Indonesia adalah bentuk ketidak-sopanan kepada Alloh. Sopan terhadap Rosululloh, Rosul merupakan pintu gerbang agung agama. Maka sudah sepantasnya kita sopan kepada Rosululloh. Sopan terhadap agama yang kita peluk masing-masing. Semua agama mengajarkan kesucian. Karena itu kita harus sopan dalam beragama. Dalam Al Quran kita dilarang untuk merusak sinagog, gereja, masjid-masjid tempat nama Alloh disebut. Maka kalau ada orang yang sampai merusak gereja atas nama agama, itu adalah kebohongan. Itu adalah atas nama hawa nafsu mereka sendiri. Demonstrasi dengan meneriakkan Allohu Akbar sambil saling memukul, menghancurkan, itu juga bentuk ketidak-sopanan kepada agama. Kalimat Allohu Akbar adalah kalimat pertama yang dibaca pada waktu sholat, bagaimana bisa digunakan untuk sesuatu seperti itu. Kalau tidak setuju dengan sesuatu, maka lakukan dengan sopan pula. Penggusuran dengan meneriakkan Allohu Akbar, ini kan pelecehan terhadap agama. Ketidaksopanan kepada agama. Mereka tidak menyadari bahwa dengan berbuat seperti itu mereka telah berbuat tidak sopan kepada agama. Sopan kepada diri sendiri Bagaimana kita diperintah untuk menutup aurat adalah bentuk kesopanan pada diri sendiri dan sebaik-baik pakaian adalah pakaian takwa. Tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi yang diciptakan Alloh ini ibarat sepet (kulit sabut kelapa-red.), sedangkan berliannya adalah manusia, maka sopanlah kepada diri sendiri.

Sopan kepada orang tua Jangan sampai kita durhaka seperti kisah bagaimana seorang dari desa yang berhasil menyekolahkan anaknya sampai menjadi sarjana dan orang yang sukses. Tapi ketika orang tuanya datang tidak dihormati malah diusir. Ketidak-relaan orang tua menyebabkan anak itu dan keluarganya diazab Alloh dengan dihancurkan rumah dan keluarganya. Padahal seharusnya si anak bangga dengan orang tuanya yang tinggal di desa tersebut karena telah berhasil mendidik anaknya menjadi orang yang sukses dibandingkan dengan orang kota yang belum tentu berhasil mendidik anaknya menjadi orang yang sukses. Sopan kepada masyarakat Dalam kehidupan ini kita tidak bisa keluar dari masyarakat, maka kita harus sopan kepada masyarakat. Sopan kepada ibu pertiwi Hadis Cinta tanah air bagian dari iman adalah bentuk kesopanan kepada ibu pertiwi. Pendahulu kita memberikan lambang negara berbentuk Garuda Pancasila melambangkan jiwa yang besar. Namun yang terjadi sekarang jiwa bangsa Indonesia sedang sakit kronis dengan semakin berkurangnya rasa Cinta Tanah Air Di zaman sekarang ini globalisasi adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Namun tak ada satu negara pun yang mau dilibas oleh negara lain. Satu-satunya cara adalah dengan menumbuhkan Cinta Tanah Air. Jepang, Korea tidak sampai terlibas dalam era globalisasi karena mereka mempunyai akar yang kuat dengan Cinta Tanah Air. Sedangkan pada siapa kita diajar untuk santun? Kita diajar santun kepada anak-anak yatim Kita diajar santun kepada para fakir miskin Kita diajar santun kepada orang-orang yang teraniaya Kita diajar santun kepada orang-orang yang terkena bencana. Semoga uraian ini bermanfaat. Mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan. Assalamu alaikum wr. wb. Contoh pidato Maulid Nabi Muhammad SAW.

Hikmah Maulid Nabi Muhammad saw


Posted by admin on February 6th, 2012

HIKMAH MAULID NABI MUHAMMAD SAW oleh PROF. DR. M. QURAISH SHIHAB.
Kenal Allah ? Orang yang beriman pasti percaya kepada Allah. Nah kalo Anda kenal dan percaya pada Allah dan percaya bahwa Allah itu menentukan kebahagiaan dan kesengsaraan Anda. Maukah Anda mengetahui apa yang disukai dan tidak disukai-Nya ? Mau, kalau memang Anda percaya bahwa Dia adalah Wujud. Kalau orang yang beriman pasti percaya bahwa Dia yang mencipta dan mengatur alam semesta ini, lalu

bagaimana berhubungan dengan Beliau ? Apa sajakah yang Dia sukai dan apa sajakah yang tidak Dia sukai ? Disini perlu ada yang menjelaskan kepada kita. Ada tidak yang menurut Anda orang yang lengah/salah ? Pasti ada, perlukah orang tersebut diingatkan ? Kalo kita sayang orang tersebut maka kita perlu mengingatkan. Ada tidak diantara manusia yang lengah ? Banyak. Perlukah diingatkan ? Perlu. Siapa yang memberitahu tentang Allah ? Siapa yang mengingatkan yang lengah ? Siapa yang menjelaskan apa yang Dia sukai dan tidak Dia sukai ? Rasul. Allah menyampaikan pada Rasul. Rasul yang menyampaikan pada umatnya. Kita manusia, hati kita kotor, kecerdasan terbatas, tidak bisa langsung kepada Allah. Maka Allah memilih beberapa orang untuk menjadi rasul untuk dapat menyampaikannya kepada kita. Itu yang disebut Allah dalam surat Al-Bayyinah ayat 1 :Orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orangorang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata. Maka Allah mengutus Rasul-Nya, seperti yang disebutkan dalam ayat 2 :(yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Quran). Jadi Rasul merupakan bukti kebenaran. Sebagai contoh : Ada orang mengaku dokter, percaya atau tidak ? belum, mungkin dia pembohong, saya perlu bukti bahwa dia seorang dokter. Cara membuktikan dia seorang dokter bisa dengan melihat ada yang berobat padanya dan diberi obat lalu dia sembuh. Ok deh, dia memang dokter. Bisa juga dengan melihat ijasahnya sebagai jalan pintasnya. Nah, Nabi Muhammad saw diutus, dikatakan oleh ayat tersebut diatas bahwa Rasul adalah sebagai bukti yang nyata. Di surat An-Nisa Hai seluruh manusia, telah datang kepada kamu bukti yang nyata, dan kami menurunkan kepada kamu cahaya Al-Quran. Bukti yang nyata adalah Rasulullah saw. Kalau ada satu orang lahir di pedalaman yang tidak memiliki peradaban, miskin, yatim, tidak pandai membaca dan menulis. Mungkinkah secara logika orang tersebut menjadi orang yang hebat ?

Sangat tidak mungkin. Nabi Muhammad saw lahir di Mekkah yang tidak berperadaban, yatim, miskin, tidak pandai membaca dan menulis. Tapi menyampaikan hal-hal yang luar biasa, berhasil meruntuhkan dua emperium Romawi dan Persia hanya dalam waktu 20 tahun lebih. Dipelajari sejarahnya, ternyata beliau adalah orang yang paling hebat. Bukankah itu bukti ? Kenapa sih Nabi Muhammad saw lahir yatim ? Kenapa Nabi Muhammad saw tidak pandai membaca dan menulis ? Kenapa Nabi Muhammad saw begitu lahir diasingkan ke pedalaman menjauhi ibunya ? Itu semua diatur Tuhan. Karena Tuhan yang berkehendak mendidik langsung Nabi Muhammad saw. Seandainya bapaknya masih hidup, maka bapaknya yang akan mendidiknya, akan terpengaruh oleh bapaknya. Kalo dengan ibunya, ibunya bisa mempengaruhinya. Kalau dia pandai membaca, bacaan akan mempengaruhinya. Karena itu, di Surat Al-Araaf : Wahai Nabi Muhammad, katakanlah aku ini pesuruh Allah kepadamu semua, Allah pemilik penguasa langit dan bumi, tidak ada Tuhan, tidak ada yang menguasai alam raya ini kecuali Dia, Allah yang menghidupkan dan mematikan. Maka percayalah kepada Allah, dan percaya juga kepada RasulNya, Nabi yang ummiy (yang tidak pandai membaca dan menulis). Karena kalo Nabi pandai membaca dan menulis, orang lain akan mengira bahwa Nabi kita tahu dari bacaan2nya. Jadi kita tidak perlu malu untuk berkata Nabi Muhammad saw tidak pandai membaca dan menulis. Lanjutan surat tersebut :Yang percaya pada Allah. Jadi jangan duga dia menyuruh orang untuk percaya padahal dirinya tidak percaya. Maka ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk. Apakah cukup kita percaya kepada Nabi bahwa dia memang Nabi ? Tidak cukup, perhatikan ayat di atas tersebut, Ikuti Nabi. Tetapi mengikuti Nabi juga harus cerdas. Tidak semua yang dilakukan Nabi itu, harus diikuti. Nabi kawin dengan 9 perempuan sekaligus, kita tidak bisa begitu. Nabi kalo tidur, tidak batal wudhunya. Jadi tidak bisa semua diikuti. Ada yang perlu diikuti, ada yang tidak boleh diikuti. Harus cerdas pilih2. Kita lihat ayat lain, Hai seluruh manusia, telah datang kepadamu, seorang Rasul. Apakah kita yang datang kepadanya atau dia yang datang kepada kita ? Dia yang datang. Jangan minta orang

datang. Dia begitu besar perhatiannya kepada kita, sehingga dia datang kepada kita. dari diri kamu. Rasul yang datang ini sejiwa dengan kamu. Dia tahu yang maslahat buat kita. Seperti suami isteri sejiwa. Sebelum suami bicara, isteri sudah tahu. Jadi apa yang disampaikan Rasul pasti kebaikan buat kamu. Terasa sangat berat apa yang menyusahkan kamu. Rasul seperti seorang yang menyalakan api/lampu. Ada laron datang kesana, laron ini kalo dibiarkan akan terbakar. Rasul ini sangat2 kasih dan rahmat. Raufur rahiim. Rauf itu adalah memberikan rahmat sesuai dengan apa yang dimilikinya. Rahim adalah memberikan rahmat sesuai apa yang dibutuhkan oleh yang diberi. Mana yang lebih baik antara Rauf dan Rahim ? Dua-duanya baik, tapi mana yang lebih baik ? Semisal saya kasih contoh : Kalo Anda punya uang 10 juta. Ada seorang peminta-minta datang kepada Anda. Kalau Anda Rauf, maka apa yang Anda miliki diserahkan kepadanya, tapi kalo Rahim, pengemis itu butuh berapa sih dari Anda ? paling 100 ribu, Anda beri 100 ribu. Jadi Rahim adalah memberikan sesuai dengan kebutuhan, Rafa atau Rauf itu memberikan sesuai yang Anda miliki. Nabi Muhammad saw itu Raufun, karena dia mempunyai hubungan yang akrab dengan kamu. Inti dari sini, adalah Nabi Muhammad saw itu sangat kasih kepada umatnya dan lebih kasih lagi kepada umatnya yang taat kepada Allah dan RasulNya. Pertanyaan : 1. Sampai sekarang kita sebagai umat Nabi Muhammad saw belum melihat lukisan wajah Rasulullah, sebagai pelukis bolehkah saya melukis atau memvisualisasikan wajah beliau dan begitu juga dengan wajah-wajah Nabi yang lain ? Ada dua sisi yang ingin saya jelaskan. Dari segi teori, kita bisa melukiskan bagaimana perawakan dan wajah Nabi Muhammad saw. Kenapa ? Karena riwayat2 yang sampai kepada kita yang menjelaskan tentang sosok Nabi Muhammad saw sangat sempurna. Dahinya lebar, alisnya tebal hitam, rambutnya terurai sampai ke telinganya. Giginya sedikit jarang, gigi depannya ada yang patah kena tombak. Itu tergambar semua. Bagaimana kalo berbicara ? Beliau kalo berbicara sering memukul telapak tangan kirinya dengan jari telunjuknya, gigit-gigit bibirnya. Dari segi teori tidak ada masalah.

Tapi dalam ajaran agama, ada yang dinamakan Sadd adz-Dzarai/menutup kemungkinan. Kalau itu dibiarkan, banyak orang yang akan melukis, bisa terbuang-buang di jalan. Tersinggungkah kita ? Daripada tersinggung dan daripada salah, dilarang. Juga tidak boleh difilmkan, nanti khawatir setelah difilmkan pemeran yang sebagai Nabi sedang foya-foya di tempat lain. Itu jalan untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan terhadap gambaran terhadap Nabi. Termasuk juga supaya Nabi tidak dikultuskan. Bisa juga nanti gambaran terhadap Nabi juga bisa dihina. Kalau mau tahu Nabi, pelajari saja kehidupan dan akhlak beliau. 2. Ada 2 riwayat yang mengatakan Nabi pernah dibelah dadanya, pertama ketika masih kecil dan ketika beliau Miraj. Apakah itu kisah simbolik saja dan apakah tujuannya ? Betul, memang ada riwayat seperti itu. Riwayat itu bahkan ada yang menguatkannya dengan firman Allah Alam Nasrah laka Shadraka, yang mereka artikan dengan Bukankah Kami telah membelah dadamu ?. Tetapi penafsiran ayat tersebut tidak kuat, tidak disepakati ulama. Riwayatnya juga mengatakan begitu, ada yg mengatakan ketika beliau muda kecil dan ketika hendak Miraj. Riwayat ini ada yang menerimanya dan ada juga yang menolaknya. Hal demikian tersebut, bukanlah sesuatu yang wajib kita percayai. Mau percaya silakan, tidak percaya juga tidak apa-apa. Sekarang ditanya, apa tujuannya ? Bagi mereka yang berkata, dada beliau dibelah, supaya dikeluarkan kotorannya. Tapi ada yang berkata tidak, itu terdapat dalam satu bacaan maulid yang populer, Para malaikat itu tidak mengeluarkan sesuatu yang buruk dari dadanya, tapi ditambah cahaya diatas cahaya ke dalam dada beliau. Jadi beda-beda pendapat. Saya (Quraish Shihab) kalo ditanya, saya tidak percaya ada sesuatu yang buruk yang terdapat dalam diri Nabi Muhammad saw. Allah sudah ciptakan beliau sempurna untuk jadi tauladan, jadi tidak ada yang buruk. Kalaupun riwayat itu akan kita terima, kita akan berkata, itu akan menambah cahaya di atas cahaya ke dalam diri beliau. 3. Bagaimana pendapat Bapak, tradisi membaca shalawat kepada Nabi dalam bahasa Arab ? Saya (Quraish Shihab) mau bertanya terlebih dahulu, siapa yang paling berjasa kepada kita ? Orang yang paling berjasa adalah orang yang menyelematkan kita dunia akhirat. Bagi kita, adalah Nabi Muhammad saw. Bisakah kita berterima kasih kepada beliau ? Bisakah kita membalas budinya tersebut ? Tidak bisa.

Allah pernah memerintah, kalau ada orang yang ingin menghadap Rasul harus membayar sesuatu supaya Nabi bisa bersedekah dari uang tersebut. Tapi baru satu orang yang melaksanakan, lantas Allah membatalkan perintah tersebut, karena orang tidak bisa membalas budi baik Nabi. Jadi bagaimana cara membalas budi baiknya ? Karena kita manusia tidak bisa, maka kita minta kepada Allah, Ya Allah balas budinya. Itulah shalawat. Allahumma shalli ala Muhammad, Ya Allah curahkan rahmat kepada Nabi Muhammad saw. Kenapa saya minta kepadaMu ya Allah ? Karena saya tidak bisa membalasnya. Nah, shalawat ini ada yang diajarkan Nabi, ada pula yang disusun ulama, tetapi selama intinya menggambarkan penghormatan kepada Nabi, atau intinya selama menggambarkan kesyukuran kepada Nabi, maka boleh-boleh saja. Tidak harus dalam bahasa Arab, dalam bahasa Indonesiapun boleh selama ingin mengagungkan beliau, itu baik. Pemberian shalawatpun ada perintah. Tidak ada perintah Allah yang didahului Allah melakukannya selain shalawat. Innallaha wa malaaikatahu yushalluna alan Nabii. Allah dan para malaikat bershalawat kepada Nabi, wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kepada Nabi. Siapa yang lebih dulu bershalawat ? Allah. Itu sebabnya orang dianggap sangat kikir jika tidak mau shalawat kepada Nabi. Hanya disuruh bershalawat saja tidak mau. Anda tidak rugi diminta untuk bershalawat (meminta pada Allah agar memberi kepada Nabi rahmat). Itupun kata Allah, kalau kamu minta/bershalawat, maka akan Aku beri juga kepadamu. Itu sebabnya orang yang tidak bershalawat itu sangat kikir, sangat tidak tahu budi. 4. Ada orang seseorang yang mengaku bermimpi bertemu dengan Rasulullah, bagaimana pandangan Islam mengenai hal ini ? Mimpi itu bermacam-macam, ada mimpi karena terdapat keinginan yang meluap, tidak terwujud di dunia nyata masuk ke dunia mimpi. Ada mimpi akibat keadaan yang sedang dialami oleh orang yang sedang tidur. Misal ada tali di lehernya, dia mimpi tercekik. Ada yang mimpi sudah berada di kamar mandi, dan dia merasa sudah ingin buang air kecil, ternyata setelah tersadar dia mengompol. Ada mimpi yang dibuat oleh syetan. Ada syetan yang memang khusus buat Anda bermimpi buruk. Jadi itu mimpi bohong. Ada mimpi yang benar. Diantara mimpi yang benar adalah yang memimpikan Nabi Muhammad saw. Siapa yang memimpikan saya waktu tidur, maka betul-betul sudah mimpi saya, karena syetan tidak bisa menyerupai saya walau dalam mimpi, sabda Rasulullah saw. Ada orang mimpi seorang Nabi bahkan mimpi ketemu Tuhan, itu syetan yang bikin. Itu menyerupai dan bohong. Tapi kalau mimpi Nabi Muhammad saw, itu benar. Orang bermimpi Nabi

Muhammad saw itu suatu hal yang istimewa. Bagaimana rasanya orang yang Anda hormati berkunjung pada Anda walaupun dalam mimpi ? 5. Dari sekian banyak Nabi yang diutus, maka bagaimana posisi Rasulullah ? Kemudian ajaran yang datang sebelumnya apakah belum lengkap atau bagaimana ? Masyarakat manusia berkembang terus. Ambil contoh anak kecil. Anak kecil waktu masih bayi belum dikasih nasi, makanannya hanya ASI. Setelah sekian bulan, baru ditambah ASI dengan makanan lain. Setelah itu, dia boleh makan nasi dan seterusnya, tapi masih disuapi. Setelah dewasa, dia makan sendiri. Perkembangan masyarakat seperti itu juga. Setiap nabi membawa ajaran sesuai dengan perkembangan masyarakat saat itu juga. Setelah umat manusia mencapai tahap kedewasaan, maka datanglah Nabi Muhammad saw menyempurnakan semua yang masih kurang. Nabi Isa as, ajarannya sesuai dengan masyarakat ketika itu. Nabi Nuh demikian juga. Ajaran Nabi Muhammad saw kepada umat manusia ketika umat manusia mencapai kedewasaannya. Itulah sebabnya, ajaran nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad saw sangat rinci, tapi ajaran Nabi Muhammad saw tidak rinci. Ajaran Nabi Muhammad saw yang rinci adalah hal-hal yang tidak diketahui oleh nalar. Seperti tentang hari kemudian, itu rinci. Dan yang rinci itu adalah yang tidak bisa berubah lagi. Tapi yang bisa berubah, yang mengalami perkembangan diserahkan kepada akal manusia untuk menyusunnya tetapi yang diberikan hanya nilainilainya. Jadi bagaimana kalau ditanya posisi nabi-nabi yang lalu ? Mereka telah melaksanakan tugasnya untuk masyarakatnya masing-masing, kalau setelah masyarakat manusia telah mencapai kedewasaannya maka diutuslah Nabi Muhammad saw membawa ajaran itu. KESIMPULAN : 1. Umat manusia membutuhkan Rasul. Karena sekian banyak yang tidak dapat dijangkau oleh nalar manusia. 2. Rasul yang diutus Allah ini selalu sesuai dengan perkembangan masyarakat, tetapi setelah masyarakat manusia telah mencapai kedewasaannya diutuslah Nabi Muhammad saw. Dan Nabi Muhammad saw itu dijadikan bukti kebenaran, sosoknya adalah bukti kebenaran, ajarannya Al-Quran adalah bukti kebenaran pula. 3. Kita tidak hanya dituntut untuk percaya pada Nabi Muhammad saw, tapi juga dituntut untuk mengikuti/meneladani beliau, hanya saja yang perlu digarisbawahi harus meneladani secara cerdas. 4. Sifat Nabi Muhammad saw yang menonjol adalah kasih kepada umatnya, rahmat kepada seluruh makhluk dan selalu menginginkan kebaikan kepada umat manusia. BEberapa hari lagi, tepatnya pada tanggal 12 Rabi'ul Awal, masyarakat Muslim di seluruh dunia akan merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad Saw., manusia pilihan yang membawa rahmat bagi semesta alam. Namun ada beberapa ulama yang kurang setuju kepada mereka yang merayakan hari lahir Nabi Muhammad Saw. (Maulid Nabi), mereka mengatakan hal tersebut adalah bid'ah yang diada-ada yang keliru dan melarang umat Islam untuk merayakannya.

Dan untuk itu saya akan kutipkan fatwa berikut yang dikeluarkan oleh Syekh `Atiyyah Saqr, mantan ketua Komisi Fatwa Al-Azhar, dan juga dari Syekh Yusuf Qardhawi, kepala Dewan Fatwa dan Penelitian Eropa (ECFR) sekaligus presiden dari Persatuan Ulama Muslim Internasional (IAMS), Fatwa tentang perayaan kelahiran Nabi (Maulid Nabi) oleh Syekh 'Atiyyah Saqr Nabi Muhammad Saw., mengatakan bahwa hari dimana ia dilahirkan adalah hari yang istimewa. Seperti diketahui dalam agama Islam bahwa seorang Muslim harus mempergunakan kesempatan di hari-hari yang diberkati dengan melakukan perbuatanperbuatan yang baik, umat Islam semestinya merayakan kelahiran Nabi Muhammad Saw. sebagai ucapan rasa syukur kepada Allah Swt. karena telah membimbing mereka ke dalam Islam melalui Nabi Muhammad Saw. Oleh sebab itu, merayakan hari lahirnya Nabi Muhammad Saw. hukumnya boleh selama dalam merayakannya tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang. Sedangkan untuk 'heboh' dalam perjamuan makan, hal ini bersumberkan kepada ayat Al-Qur'an: (Hai orangorang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.) (Al-Baqarah 2: 172) Menurut saya merayakan sesuatu yang sifatnya relijius seperti maulid Nabi adalah dianjurkan terutama di zaman sekarang bagi kalangan anak muda yang telah melupakan tentang maulid Nabi dan hikmah dibalik merayakannya karena mereka dimanjakan dengan perayaan-perayaan lainnya. Merayakan kegiatan yang mulia seperti maulid Nabi seyogyanya diisi dengan menceritakan tentang Sunnah dan kehidupan beliau, membangun masjid, institusi keagamaan dan bentuk amal baik berupa sedekah atau lainnya yang mengingatkan orang tentang kehidupan Nabi serta perjuangan yang beliau lakukan. Untuk itu, boleh hukumnya untuk merayakan maulid Nabi sebagai ungkapan rasa cinta kita kepada beliau dan usaha kita untuk mengikuti beliau sebagai panutan asalkan dalam perayaannya tidak melibatkan sesuatu yang dilarang oleh agama. Beberapa hal yang dilarang itu seperti bercampurnya pria dan wanita, bersikap tidak pantas di dalam masjid dan ikut serta melakukan bid'ah yang salah seperti menyembah kuburan dan lainnya yang bertentangan dengan ajaran Islam. Jika seandainya apa-apa yang dilarang dalam perayaan maulid Nabi sudah melampaui batas maka mereka harus menghentikannya guna menghindari pelanggaran dan kerugian seperti apa yang sudah diatur menurut Islam.

Fatwa tentang perayaan kelahiran Nabi (Maulid Nabi) oleh Syekh Yusuf Al-Qardhawi Kita semua tahu bahwa para Sahabat Nabi Muhammad Saw. tidak pernah merayakan hari kelahiran Nabi, Hijrah ataupun perang Badar, hal ini dikarenakan mereka menyaksikan sendiri semua kejadian itu selama mereka hidup bersama Nabi Muhammad Saw. dan itu tetap membekas dalam hati dan pikiran mereka.

Sa`ad bin Abi Waqas mengatakan bahwa mereka begitu bersemangat menceritakan kepada anak-anak mereka tentang cerita peperangan yang dialami oleh Nabi Muhammad Saw. seperti halnya mereka begitu bersemangat mengajarkan Al-Qur'an kepada mereka. Oleh karena para sahabat terbiasa mengingatkan ke anak-anak mereka tentang apa yang terjadi semasa hidup Nabi Muhammad Saw. maka mereka tidak perlu untuk mengadakan perayaan seperti maulid Nabi. Namun generasi selanjutnya mulai melupakan sejarah gemilang kehidupan Nabi dan hikmah yang ada dibaliknya. Jadi perayaan seperti maulid Nabi diadakan sebagai upaya untuk menghidupkan kembali jejak-jejak kehidupan Nabi dan nilainilai yang dapat kita pelajari yang terdapat didalamnya. Sayangnya, perayaan seperti maulid Nabi akan melibatkan hal-hal baru yang harus diadakan guna mengingatkan masyarakat tentang kehidupan yang pernah dijalani oleh Nabi Muhammad Saw. Sebenarnya merayakan kelahiran Nabi (maulid Nabi) berarti merayakan lahirnya Islam. Kesempatan seperti itu dimaksudkan untuk mengingatkan masyarakat bagaimana kehidupan Nabi Muhammad Saw.. Allah Swt. berfirman: (Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.) (Al-Ahzab 33: 21) Disamping merayakan maulid Nabi juga ada perayaan Hijrah Nabi, perayaan Hijrah Nabi semestinya mengajarkan kepada umat Islam tentang nilai-nilai seperti pengorbanan, pengorbanan para Sahabat beliau, pengorbanan Sayyidina 'Ali ra. yang tidur menggantikan Nabi Muhammad Saw. ketika beliau hijrah, dan pengorbanan dari Asma' binti Abu Bakar yang mendaki Jabal Thur guna mengantarkan makanan bagi Nabi dan ayahandanya. Kita semestinya mengajarkan mereka bagaimana penyusunan rencana yang dilakukan oleh Nabi ketika beliau berangkat untuk Hijrah dan bagaimana beliau yakin kepada Allah Swt. sebagaimana dia yakinkan hal itu kepada Abu Bakar ra.: Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita". Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (At-Taubah 9: 40) Kita memerlukan semua pembelajaran dan perayaan itu sebagai upaya untuk menghidupkan kembali hikmah dan nilai-nilai yang bisa diambil. Saya pikir jika perayaan seperti maulid Nabi ini dilakukan dengan cara yang benar akan menghasilkan manfaat yang sangat besar seperti mendekatkan kembali umat Islam kepada ajaran Islam dan Sunnah Nabi serta akhlak beliau semasa hidupnya.

Referensi: Islamonline.net

You might also like