You are on page 1of 13

Laporan Praktikum Farmasi Fisika

2011

Lab. Farmasi Terpadu Unit E Farmasi Fisika Department of Pharmacy Bandung Islamic University 1 dari 13
1gOO-}4uOO-*.-O)
Modul 4
EMULSIFIKASI

A. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu, untuk :
Menghitung jumlah emulgator surfaktan yang digunakan untuk membuat emulsi
Membuat emulsi yang stabil dengan menggunakan emulgator golongan surfaktan
Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi
Menentukan HLB butuh suatu minyak


B. LANDASAN TEORI
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat,
terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang
cocok. Emulsifikasi memungkinkan ahli farmasi dapat membuat suatu preparat yang stabil
dan rata dari campuran dua cairan yang saling tidak bercampur. Jika cairan kontak dengan
cairan kedua yang tidak larut dan tidak saling bercampur,kekuatan yang menyebabkan
masing-masing cairan menahan pecahnya menjadi partikel-partikel yang lebih kecil disebut
tegangan antar muka. Menurut teori tegangan permukaan dari emulsifikasi penggunaan
surfaktan sebagai pengemulsi dan zat penstabil menghasilkan penurunan tegangan antar
muka dari kedua cairan yang tidak saling bercampur, mengurangi gaya tolak antara cairan-
cairan tersebut , dan mengurangi gaya tarik menarik antar molekul. Untuk mengetahui proses
terbentuknya emulsi dikenal 4 macam teori, yang melihat proses terjadinya emulsi dari sudut
pandang yang berbeda-beda, yaitu:

1. Teori tegangan permukaan
Suatu molekul memiliki tegangan yang berbeda. Tegangan yang terjadi pada
permukaan disebut tegangan permukaan. Dan tegangan yang terjadi antara dua zat
yang tidak bercampur disebut tegangan bidang atas. Semakin tinggi tegangan yang
dimiliki, semakin sulit untuk bercampur. Tegangan yang terjadi pada air dapat
bertambah bila diberi garam-garam an-organik dan larutan-larutan elektrolit. Namun,
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
2011

Lab. Farmasi Terpadu Unit E Farmasi Fisika Department of Pharmacy Bandung Islamic University 2 dari 13
tegangan ini dapat dikurangi bila ditambahkan senyawa-senyawa an-organik tertentu,
seperti sabun (sapo, prosesnya disebut saponifikasi). Penambahan emulgator, dapat
menghilangkan tegangan yang terjadi pada masing-masing molekul, sehingga dua zat
yang tidak dapat bercampur menjadi tercampur.

2. Teori Oriented Wedge
Dalam suatu sistem yang mengandung dua cairan yang tidak saling bercampur, zat
pengemulsi akan memilih larut dalam salah satu fase dan terikat kuat dalam fase
tersebut dibandingkan dengan fase lainnya. Karena umumnya, emulgator memiliki
suatu bagian hidrofilik (suka air) dan hidrofobik (tidak suka air, tapi biasanya lipofilik
atau suka minyak) molekul-molekul tersebut akan mengarahkan dirinya ke masing-
masing fase. Dengan demikian emulgator seolah menjadi tali pengikat antar molekul,
sehingga terjadi suatu kesetimbangan.

3. Teori Interparsial Film
Emulgator akan diserap pada batas antara air dan minyak, sehingga terbentuk
lapisan film yang akan membungkus partikel dispersi. Dengan terbungkusnya partikel
tersebut, maka usaha antara partikel yang sejenis untuk bergabung terhalang. Dengan
kata lain fase dispers stabil. Syarat emulgator: Dapat membentuk lapisan film kuat tapi
lunak, jumlahnya cukup untuk menutup permukaan fase dispers, dapat membentuk
lapisan film dengan cepat, menutup permukaan partikel dengan segera.

4. Teori Electric double Layer (Lapisan Listrik Rangkap)
Jika minyak terdispersi dalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan dengan
minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya mempunyai muatan
yang berlawanan dengan lapisan di depannya. seolah-olah tiap partikel minyak
dilindungi oleh 2 benteng lapisan listrik yang saling berlawanan. Benteng tersebut
akan menolak setiap usaha dari partikel minyak yang akan mengadakan penggabungan
menjadi satu molekul besar. Karena susunan listrik yang menyelubungi setiap partikel
minyak mempunyai susunan yang sama . Dengan demikian antara sesama partikel akan
tolak menolak.
Biasanya dalam suatu sistem emuls tertentu lebih dari satu teori emulsifiaksi
diterapkan dan berperan dalam menjelaskan pembentukan dan stabilitas emulsi
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
2011

Lab. Farmasi Terpadu Unit E Farmasi Fisika Department of Pharmacy Bandung Islamic University 3 dari 13
tersebut. Misalnya, tegangan antar muka berperan dalam pembentukan awal emulsi,
tetapi pembentukan suatu baji pelindung dari molekul-molekul atau film dari zat
pengemulsi penting untuk stabilitas emulsi selanjutnya.

Klasifikasi Tipe Emulsi
Suatu emulsi terdiri dari dua fase yang bersifat kontradiktif, tetapi dengan adanya zat
pengemulsi maka salah satu fase tersebut terdispersi dalam fase lainnya. Pada umumnya
dikenal dua tipe emulsi yaitu :
a. Tipe A/M (Air/Minyak) atau W/O (Water/Oil)
Emulsi ini mengandung air yang merupakan fase internalnya dan minyak merupakan fase
luarnya. Emulsi tipe A/M umumnya mengandung kadar air yang kurang dari 25% dan
mengandung sebagian besar fase minyak. Emulsi jenis ini dapat diencerkan atau
bercampur dengan minyak, akan tetapi sangat sulit bercampur/dicuci dengan air.
b. Tipe M/A (Minyak/Air) atau O/W (Oil/Water)
Merupakan suatu jenis emulsi yang fase terdispersinya berupa minyak yang terdistribusi
dalam bentuk butiran-butiran kecil didalam fase kontinu yang berupa air. Emulsi tipe ini
umumnya mengandung kadar air yang lebih dari 31% sehingga emulsi M/A dapat
diencerkan atau bercampur dengan air dan sangat mudah dicuci. Dalam formula
pembuatan pembuatan emulsi terdapat zat berkhasiat , terdapat juga dua zat yang tidak
bercampur yang mempunyai fase minyak dalam air atau air dalam minyak, biasanya yang
stabilitasnya dipertahankan dengan emulgator atau zat pengelmusi. Zat pengemulsi
(emulgator) adalah komponen yang ditambahkan untuk mereduksi bergabungnya
tetesan dispersi dalam fase kontinu sampai batas yang tidak nyata. Bahan pengemulsi
(surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati antar permukaan antar tetesan dalam
fase eksternal, dan dengan membuat batas fisik disekeliling partikel yang akan
berkoalesensi, juga mengurangi tegangan antarmuka antar fase, sehingga meningkatkan
proses emulsifikasi selama pencampuran. Penggunaan emulgator biasanya diperlukan 5%
20% dari berat fase minyak.



Dalam pemilihan emulgator harus memenuhi beberapa syarat yaitu :
1. Emulgator harus dapat campur dengan komponen-komponen lain dalan sediaan.
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
2011

Lab. Farmasi Terpadu Unit E Farmasi Fisika Department of Pharmacy Bandung Islamic University 4 dari 13
2. Emulgator tidak boleh mempengaruhi stabilitas dan efek terapeutik dari obat.
3. Emulgator harus stabil, tidak boleh terurai dan tidak toksik.
4. Mempunyai bau, warna, dan rasa yang lemah.

Emulgator dapat dibagi menjadi dua kelompok menurut asalnya, yaitu :
a. Emulgator Alam
1. Dari tumbuhan : Gom arab, Tragacant, Agar-agar, Chondrus, pektin, metilselulose
2. Dari hewan : Kuning telur, adeps lanae.
3. Dari tanah mineral : Magnesium aluminium silikat, Bentonit.
b. Emulgator sintetis
1. Anionik misalnya Trietanolamin, Natrium Lauril Sulfat.
2. Kationik misalnya Benzetonium Klorida, Setil Piridivium
3. Nonionik misalnya Span, Tween, Gliseril Monostearat

Metode HLB (Hidrofilik Lipofilik Balance)
Cara ini dilakukan apabila emulsi yang dibuat menggunakan suatu surfaktan yang
memiliki nilai HLB. Sebelum dilakukan pencampuran terlebih dahulu dilakukan perhitungan
harga HLB dari fase internal kemudian dilakukan pemilihan emulgator yang memiliki nilai HLB
yang sesuai dengan HLB fase internal. Setelah diperoleh suatu emulgator yang cocok, maka
selanjutnya dilakukan pencampuran untuk memperoleh suatu emulsi yang diharapkan.
Umumnya emulsi akan berbentuk tipe M/A bila nilai HLB emulgator diantara 9 12 dan emulsi
tipe A/M bila nilai HLB emulgator diantara 3 6. Metode yang dapat digunakan untuk menilai
efisiensi surfaktan atau emulgator yang ditambahkan adalah metode HLB (Hydrophylic
Lypophilic Balance). HLB adalah harga yang harus dimiliki oleh emulgator (atau campuran
emulgator) sehingga pertemuan antara fase lipofil dengan air dapat menghasilkan emulsi
dengan tingkat dispersitas atau stabilitas yang optimal. Dengan metode ini, tiap zat
mempunyai harga HLB atau angka yang menunjukkan polaritas dari zat tersebut.
Aktivitas Harga HLB, yaitu:
Emulgator(w/o) 3 6
Wetting Agent (Zat Pembasah) 7 9
Emulgator (o/w) 8 18
Detergents (Zat Pembersih) 13 15
Solubilizers (Zat Penambah Kelarutan) 15 18
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
2011

Lab. Farmasi Terpadu Unit E Farmasi Fisika Department of Pharmacy Bandung Islamic University 5 dari 13
Griffin telah mengemukakan suatu skala ukuran HLB atau surfaktan. Dari skala daerah
efisiensi HLB optimum untuk tiap golongan surfaktan, makin tinggi harga HLB surfaktan maka
zat itu akan bersifat polar dan hidrofil. Sedangkan semakin rendah nilai HLB maka semakin
lipofil. Baris nilai HLB 1,8-8,6 span dianggap lipofil dan membentuk emulsi tipe a/m.
sedangkan twee nada dalam baris nilai 9,6-16.7 dianggap hidrofil dan membentuk emulsi m/a.

Stabilitas emulsi
Stabilitas suatu emulsi adalah suatu sifat emulsi untuk mempertahankan distribusi halus dan
teratur dari fase terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Faktor yang dapat
mempengaruhi stabilitas emulsi yaitu :
1. Pengaruh viskositas
Ukuran partikel yang didistribusi partikel menunjukkan peranannya dalam menentukan
viskositas emulsi. Umumnya emulsi dengan partikel yang makin halus menunjukkan
viskositas yang makin besar dibandingkan dengan emulsi dengan partikel yang lebih
kasar. Jadi, emulsi dengan distribusi partikel yang besar memperlihatkan viskositas yang
kurang / kecil. Untuk mendapatkan suatu emulsi yang stabil atau untuk menaikkan
stabilitas suatu emulsi dapat dengan cara menambahkan zat-zat yang dapat menaikkan
viskositasnya dari fase luar. Bila viskositas fase luar dipertinggi maka akan menghalangi
pemisahan emulsi.
2. Pemakaian alat khusus dalam mencampur emulsi
Dalam pencampuran emulsi dapat dilakukan dengan mortir secara manual dan dengan
menggunakan alat pengaduk yang menggunakan tenaga listrik seperti mikser.Untuk
membuat emulsi yang lebih stabil, umumnya proses pengadukannya dilakukan dengan
menggunakan alat listrik. Disamping itu penggunaan alat dapat mempercepat distribusi
fase internal kedalam fase kontinu dan peluang terbentuknya emulsi yang stabil lebih
besar.
3. Perbandingan optimum fase internal dengan fase kontinuitas
Suatu produk emulsi mempunyai nilai perbandingan fase dalam dan fase luar yang
berbeda-beda. Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan jenis bahan yang digunakan
ataupun karena adanya perbedaan perlakuan yang diberikan pada setiap bahan emulsi
yang digunakan. Umumnya emulsi yang stabil memiliki nilai range fase dalam antara 40%
sampai 60% dari jumlah seluruh bahan emulsi yang digunakan.

Laporan Praktikum Farmasi Fisika
2011

Lab. Farmasi Terpadu Unit E Farmasi Fisika Department of Pharmacy Bandung Islamic University 6 dari 13
Ketidak Stabilan Emulsi
1. Creaming : emulsi terpisah menjadi 2 bagian, di mana salah satu mengandung fase dispersi
lebih banyak daripada lapisan lain. Sifatnya reversible, dengan penggojokan perlahan-
lahan akan terdispersi kembali karena lapisan film masih ada. Creaming adalah terjadinya
lapisan-lapisan dengan konsentrasi yang berbeda-beda di dalam suatu emulsi. Lapisan
dengan konsentrasi yang paling pekat akan berada di atas atau di bawah tergantung dari
bobot jenis fase yang terdispersi.

2. Cracking / Breaking : pecahnya emulsi karena film yang melapisi partikel rusak dan butir
minyak menyatu kembali. Sifatnya irreversible, hal ini terjadi karena :
Peristiwa kimia : penambahan alkohol, perubahan pH, penambahan CaO/CaCl
2
exicatus.
Peristiwa fisika : pemanasan, penyaringan, pendinginan, pengadukan.

3. Inversi : perubahan tipe emulsi A/M menjadi M/A atau sebaliknya.


C. MONOGRAFI ZAT AKTIF
1. Tween 80 (polisorbat 80)
Polisorbat 80 adalah hasil kondensasi oleat dari sorbitol dan anhidridanya dengan
etilenoksida.
Pemerian : cairan kental seperti minyak, jernih, kuning, bau asam lemak, dank has.
Kelarutan : mudah larut dalam air, dalam etanol 95%, dalam etil asetat, dan dalam
methanol. Sukar larut dalam paraffin cair, dan dalam minyak biji kapas.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Khasiat dan penggunaan : zat tambahan.
Hlb Butuh : 15

2. Span 80
Nama resmi : Sorbitan monooleat
Nama lain : Sorbitan atau span 80
RM : C
3
O
6
H
27
Cl
17

Pemerian : Larutan berminyak, tidak berwarna, bau
karakteristik dari asam lemak.
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
2011

Lab. Farmasi Terpadu Unit E Farmasi Fisika Department of Pharmacy Bandung Islamic University 7 dari 13
Kelarutan : Praktis tidak larut tetapi terdispersi
dalam air dan dapat bercampur dengan
alkohol sedikit larut dalam minyak biji kapas.
Kegunaan : Sebagai emulgator dalam fase minyak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
HLB Butuh : 4,3

3. Oleum cocos
Minyak kelapa adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan endosperm kering.
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna atau kuning pucat, bau khas, tidak tengik.
Kelarutan : ;arut dalam 2 bagian etanol 95% p pada suhu 60 C, sangat mudah larut dalam
kloroform p, dan dalam eter p.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya , dan ditempat sejuk.
Khasiat dan penggunaan : zat tambahan.


D. ALAT DAN BAHAN
Alat
- Tabung sedimentasi
- Stirrer
- Neraca
- Kaca arloji
- Cawan
- Spatula
Bahan
- Span 80
- Tween 80
- Aqua
- Oleum Cocos
E. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN
1. Jumlah Tween 80 dan Span 80
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
2011

Lab. Farmasi Terpadu Unit E Farmasi Fisika Department of Pharmacy Bandung Islamic University 8 dari 13
Tipe Emulsi Nilai HLB butuh
1 5
2 7
3 9
4 11
5 13

Jumlah emulgator total = jumlah tween 80 + jumlah span 80
[(gram emulgator total. HLB butuh) = {(gram T80.HLB
T80
) + (gram S80.HLB
s80
)]
Misal jumlah Tween 80 = a gram
Maka emulgator total = a + jumlah span 80
Emulgator total = 3/100.100 gram = 3 gram
a = tween 80
b = span 80

a. Tipe emulsi 1
3.5 = (a gram.15) + [(3-a)gram . 4,3]
15 = 15a gram+12,9 -4,3a gram
15-12,9 = 15a gram- 4,3 a gram
2,1 = 10,7 a
a = 0,196
b = 2,803

b. Tipe emulsi 2
3.7 = (a gram.15) + [(3-a)gram . 4,3]
21 = 15a gram+12,9 - 4,3a gram
21-12,9 = 15a gram - 4,3 a gram
8,1 = 10,7 a
a = 0,757
b = 2,243

c. Tipe emulsi 3
3.9 = (a gram.15) + [(3-a)gram . 4,3]
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
2011

Lab. Farmasi Terpadu Unit E Farmasi Fisika Department of Pharmacy Bandung Islamic University 9 dari 13
27 = 15a gram+12,9 - 4,3a gram
27-12,9 = 15a gram - 4,3 a gram
14,1 = 10,7 a
a = 1,317
b = 1,683

d. Tipe emulsi 4
3.11 = (a gram.15) + [(3-a)gram . 4,3]
33 = 15a gram+12,9 - 4,3a gram
33-12,9 = 15a gram - 4,3 a gram
20,1 = 10,7 a
a = 1,878
b = 1,121

e. Tipe emulsi 5
3.13 = (a gram.15) + [(3-a)gram . 4,3]
39 = 15a gram+12,9 - 4,3a gram
39-12,9 = 15a gram - 4,3 a gram
26,1 = 10,7 a
a = 2,439
b = 0,561


F. PROSEDUR KERJA
1. Penentuan HLB butuh minyak dengan jarak HLB lebar
Buat lima seri tipe emulsi dengan ketentuan nilai HLB butuh adalah
5,7,9,11,13

Hitung jumlah tween 80 dan span 80 yang dibutuhkan untuk kelima
tipe emulsi

Timbang minyak, air, tween 80, dan span 80 sejumlah yang
dibutuhkan
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
2011

Lab. Farmasi Terpadu Unit E Farmasi Fisika Department of Pharmacy Bandung Islamic University 10 dari 13

Campurkan minyak dengan span 80 (fase minyak)
Campurkan air dengan tween 80 (fase cair)

Panaskan diatas penangas air hingga suhu 60-70C

Campurkan fase minyak dan fase cair

Aduk menggunakan stirrer hingga homogen selama 5 menit

Masukkan emulsi kedalam tabung sedimentasi dan beri label sesuai
jumlah HLB masing-masing

Amati kestabilan emulsi selama 6 hari dan tentukan HLB yang paling
stabil


G. HASIL PENGAMATAN
1. Stabilitas emulsi
Tipe emulsi
Emulsi/
creaming
1 2 3 4 5
I Emulsi 68 72 72 73 74
Creaming 22 28 28 27 26
III Emulsi 50 63 63 63 65
Creaming 50 37 37 37 35
IIII Emulsi 100 58 65 65 65
Creaming - 42 35 35 35
IIV Emulsi 55 65 66 66 66
Creaming 45 35 34 34 34
V Emulsi 55 68 69 69 69
Creaming 45 32 31 31 31


H. PEMBAHASAN
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
2011

Lab. Farmasi Terpadu Unit E Farmasi Fisika Department of Pharmacy Bandung Islamic University 11 dari 13
Pada uji stabilitas emulsi ini, surfaktan yang digunakan adalah tween 80 ( HLB 15) dan span 80
(HLB 4,3). Tween 80 dan span 80 dapat menurunkan tegangan permukaan pada emulsi.
Tween 80 dicampurkan dengan air. HLB 8-18 merupakan jenis emulgator minyak dalam air.
Sehingga tween 80 harus dicampurkan dengan air. Tween memiliki gugus polar dan non
polar, pada tahap gugus polar tween akan mengarah pada fase cair dan akan menghasilkan
tipe emulsi m/a. Span memiliki HLB 4,3 dan merupakan tipe emulgator a/m ( HLB 3-6) ,
sehingga span dicampurkan dengan minyak kelapa. Gugus nonpolar span 80 akan berikatan
dengan minyak kelapa dan membentuk emulsi tipe a/m. HLB butuh minyak setara dengan HLB
surfaktan. Dalam hal ini, surfaktan yang digunakan untuk mengemulsikan minyak sehingga
membentuk emulsi yang stabil adalah span 80 dan tween 80. Kombinasi penggunaan tween
80 dan span 80 akan menstabilkan emulsi dan menghasilkan HLB yang dibutuhkan.
penambahan tween 80 dan span 80 akan memperkental emulsi, sehingga pada tahap
berikutnya dilakukan tahap pemanasan pada suhu 60- 70C dan pengadukan untuk
membentuk emulsi, menurunkan atau mereduksi kekentalan pada emulsi, menambah
kelarutan tween 80 dan air pada fase minyak, dan menambah kecepatan difusi tween 80 pada
fase minyak. Dalam hal ini, terjadi ikatan antara gugus hidrofil dan gugus lipofil pada masing-
masing tween 80 dan span 80 dengan air dan minyak. Hal tersebut membuat surfaktan akan
selalu berada pada antarmuka suatu cairan bila gugus hidrofil dan lipofilnya seimbang.
Sedangkan pada percobaan kali ini penambahan tween 80 dan span 80 tidak seimbang.
Setelah emulsi terbentuk dengan homogen, emulsi dimasukkan kedalam tabung sedimentasi
untuk diketahui kestabilannya melalui pembentukkan creaming. Pada tabung sedimentasi tipe
1-5, jumlah tween 80 yang ditambahkan semakin banyak. Sedangkan pada tabung sedimentasi
tipe emulsi 1-5 jumlah span 80 yang ditambahkan semakin sedikit. Setelah satu jam didiamkan,
terbentuk creaming dipermukaan atas pada beberapa tabung sedimentasi. Hal ini
menunjukkan bahwa emulsi terbentuk tidak stabil. Pembentukkan creaming ini dapat
disebabkan oleh terjadinya tarik menarik antara molekul polar dengan polar dan molekul
nonpolar dengan nonpolar lebih kuat dan salah satu molekul mengandung fase dispersi lebih
banyak daripada lapisan lain . Akan tetapi creaming ini mudah terbentuk emulsi kembali
dengan penggojokan karena lapisan film pada setiap molekul. pada tabung sedimentasi 3
emulsi terbentuk stabil dengan tidak ditemukannya creaming. Hal tersebut karena terjadinya
pernambahan tween 80 dan span 80 yang stabil dan diantara HLB stabil oleum cocos (HLB 9).
Maka dapat disimpulkan bahwa emulsi yang terbentuk adalah tipe minyak dalam air ( HLB 8-
18).
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
2011

Lab. Farmasi Terpadu Unit E Farmasi Fisika Department of Pharmacy Bandung Islamic University 12 dari 13


I. KESIMPULAN
1. Tween 80 dan span 80 bekerja sebagai emulgator (surfaktan) yang memiliki gugus
hidrofil dan lipofil sehingga dapat mengikat minyak kelapa yang bersifat nonpolar dan air
yang bersifat polar sehingga membentuk emulsi yang stabil. Tween 80 dan span 80 pun
akan melumasi partikel pembentuk agregat sehingga mencegah terjadinya ikatan antara
partikel yang sejenis. Sehingga dapat dicegah terjadinya creaming.
2. HLB stabil emulsi adalah 9, karena pada fase 3 ini tidak terjadi creaming pada hari pertama
pengamatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa emulsi memiliki kekentalan yang stabil
sehingga dapat menghambat terjadinya creaming dan memiliki lapisan Film dapat
mencegah penyatuan agregat yang sejenis. HLB stabil oleum cocos (HLB 9). Maka dapat
disimpulkan bahwa emulsi yang terbentuk adalah tipe minyak dalam air ( HLB 8-18).




Laporan Praktikum Farmasi Fisika
2011

Lab. Farmasi Terpadu Unit E Farmasi Fisika Department of Pharmacy Bandung Islamic University 13 dari 13
DAFTAR PUSTAKA


Anief, moh.1997. ilmu meracik obat. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III.Depkes RI.
Ansel, howard. 1989. Pengantar bentuk sediaan farmasi. Jakarta: universitas Indonesia
Martin, A et.al. 1993. Farmasi Fisika. Jakarta: Universitas Indonesia Press.







Bandung, 10 Mei 2011
Mengesahkan
Asisten Penanggungjawab Kelompok, Nilai Laporan Praktikum,




G. C. Eka Darma, S.Farm., Apt. ______________________________


--gUE^-*_4O.;E^-

You might also like