You are on page 1of 6

KINERJA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI DI INDONESIA

Sudarto1, Leni S Riantini2, Alin Veronika3, Sulhaemi4

ABSTRAK

Industri konstruksi dapat dikategorikan sebagai salah satu industri yang berperan penting
pada proses pembangunan ekonomi suatu negara, dimana kontribusi industri konstruksi
terhadap total GDP suatu negara maju ±7%-10%, sedangkan di negara yang sedang
berkembang industri konstruksi menghasilkan 3%-6% dari total GDP. Industri konstruksi
juga memberikan kontribusi kepada pembukaan lapangan kerja serta distribusi pendapatan
bagi masyarakat lapisan bawah. Peranan jasa konstruksi makin meningkat tetapi belum
optimal sebagaimana terlihat pada kenyataan bahwa pertumbuhan perusahaan jasa konstruksi
yang terus meningkat namun tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas dan kinerja
perusahaan jasa konstruksi. Kinerja perusahaan merupakan alat ukur untuk mengetahui
tingkat kesuksesan dan mempunyai 4 (empat) indikator kinerja, yaitu: profitability, growth,
sustainability dan competitivenes.

Tujuan penelitian yang akan dibahas pada makalah ini adalah mengidentifikasi indikator-
indikator apa saja yang digunakan sebagai alat ukur kesuksesan perusahaan dan kinerja apa
yang paling berpengaruh pada perusahaan jasa konstruksi di Indonesia. Pendekatan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan melakukan studi literatur dan survai
untuk mengidentifikasi variabel indikator kinerja perusahaan jasa konstruksi. Metode analisis
yang digunakan yaitu analisis non statistik dan cluster. Hasil penelitian menunjukkan ada 12
indikator kinerja perusahaan yang mewakili kinerja profitability, growth, sustainability,
competitivenes. dan indikator kinerja yang paling berpengaruh pada perusahaan jasa
konstruksi di Indonesia adalah profitability dan yang paling kecil pengaruhnya adalah
indikator kinerja sustainability.

KATA KUNCI: indikator kinerja, perusahaan jasa konstruksi

1. PENDAHULUAN
Peranan jasa konstruksi semakin meningkat tetapi belum optimal sebagaimana terlihat pada
kenyataan bahwa pangsa jasa konstruksi asing di Indonesia masih cukup besar, juga proses
pembangunan yang belum efektif dan efisien. Peran industri konstruksi dalam ekonomi juga
dapat dilihat dari segi potensi lapangan kerja, kebutuhan material dan dampaknya, peraturan
publik yang mendukung ekonomi, dan termasuk dampak perluasan industri konstruksi
terhadap ekonomi, distribusi pendapatan bagi masyarakat lapisan bawah [1] [2]. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh World Bank pada Tahun 1984 terhadap negara-negara
berkembang juga menunjukkan bahwa sektor konstruksi mempunyai kontribusi dan pengaruh
yang cukup penting terhadap pembangunan. Sektor ini mempengaruhi hampir seluruh sektor
di bidang perekonomian [3]. Jalan, bendungan, pekerjaan irigasi, perumahan, sekolah, dan
pekerjaan konstruksi lain adalah landasan fisik dimana usaha pengembangan dan peningkatan
standar hidup dibentuk. Dimana pada sebagian besar negara berkembang, meningkatkan
kapasitas dan kapabilitas konstruksi adalah penting, termasuk meningkatkan efisiensi biaya,
waktu, dan kualitas pekerjaan konstruksi.
Berdasarkan gambaran diatas, sebagai usaha yang menghasilkan produk berupa prasarana
dan sarana fisik, industri konstruksi mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan
perekonomian nasional sehingga perlu diperhatikan berbagai permasalahan yang sering
terjadi yang dapat mengakibatkan penurunan kinerja perusahaan jasa kosntruksi. Tolak ukur
kesuksesan perusahaan dapat dilihat dari kinerja perusahaan yang dihasilkannya. Semakin
tinggi kinerja perusahaan tersebut maka akan semakin sukses juga perusahaannya. Indikator
inerja perusahaan itu dapat dilihat dari kinerja profitability, growth, sustainability dan
competitivenes.

1
Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia, findo@uninet.net.id
2
Asisten Dosen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia, findo@uninet.net.id
3
Lulusan Pascasarjana Manajemen Konstruksi, Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia
4
Pascasarjana Manajemen Proyek, Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia

1
Makalah ini membahas variabel-variabel indikator kinerja apa saja yang akan digunakan
sebagai alat ukur kesuksesan perusahaan dan ranking kinerja yang paling berpengaruh
terhadap perusahaan jasa konstruksi di Indonesia. Topik bahasan dalam makalah ini
merupakan bagian penelitian yang bertujuan untuk menyusun dan membuat suatu sistem
komputer yang berbasis knowledge base management system yang memiliki kemampuan
dalam memberikan alternatif penyelesaian dan saran seperti tindakan koreksi terhadap
permasalahan yang terjadi pada perusahaan jasa konstruksi di Indonesia.

2. INDUSTRI JASA KONSTRUKSI DI INDONESIA

Industri jasa konstruksi adalah industri yang mencakup semua pihak yang terkait dengan
proses konstruksi termasuk tenaga profesi, pelaksana konstruksi dan juga para pemasok yang
bersama-sama memenuhi kebutuhan pelaku dalam industri [4]. Jasa konstruksi adalah jasa
yang menghasilkan prasarana dan sarana fisik. Jasa tersebut meliputi kegiatan studi,
penyusunan rencana teknis/rancang bangun, pelaksanaan dan pengawasan serta
pemeliharaannya. Mengingat bahwa prasarana dan sarana fisik merupakan landasan
pertumbuhan sektor-sektor dalam pembangunan nasional serta kenyataan bahwa jasa
konstruksi berperan pula sebagai penyedia lapangan kerja, maka jasa konstruksi penting
dalam pembangunan nasional [5].

Sebelum terjadi krisis moneter, sektor jasa konstruksi mengalami pertumbuhan yang cukup
fantastik. Sehingga tak heran apabila sektor itu disebut sebagai motor penggerak sektor
perekonomian yang utama [6]. Namun berdasarkan data dari World Bank, Averthing
Infrastructure Crisis : A Frame Work Policy and Action, setelah terjadinya krisis moneter,
kontribusi sektor konstruksi khususnya infrastruktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
cenderung menurun seperti yang terlihat pada Gambar 1.

35

30

25

20

15
% PDB

10

0
1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002
-5

-10

-15
Tahun

Fixed capital Infrastruktur Tingkat pertumbuhan

Gambar 1. Kontribusi Sektor Konstruksi (Infrastruktur) terhadap PDB Indonesia


(World Bank 2004)

Sebagai salah satu sektor penting yang berperan dalam perekonomian, perlu diperhatikan
berbagai permasalahan yang sering terjadi sehingga mengakibatkan penurunan kinerja.
Sebagai gambaran, pada umumnya permasalahan di bidang konstruksi di negara berkembang
antara lain [7]: Tingginya impor kapital, tenaga kerja, dan material yang dapat memperburuk
neraca pembayaran; Nilai tukar mata uang yang tinggi, kecuali dari pajak impor dan
rendahnya tingkat suku bunga yang mencakup capital import dan capital-intensive
production; Kurangnya skills (kemampuan) dan material, termasuk kemampuan manajerial
dan enterpreneurial; Ketidakcukupan finansial dan keterlambatan dalam pembayaran;
Lemahnya perencanaan dan sistem administrasi; Dominansi kontraktor luar negeri dan
kurangnya kapasitas kontraktor lokal; Ketidaksesuaian target yang ingin dicapai melalui
perencanaan di bidang sosial-ekonomi yang berakibat pada arus pekerjaan yang tidak teratur,
kurang efisiensi, dan hasil dengan kualitas yang rendah.
Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang juga mengalami beberapa
permasalahan yang dijelaskan di atas, permasalahan-permasalahan industri jasa konstruksi di
Indonesia antara lain: Buruknya sikap mental dan perilaku oknum [8]; Kurangnya daya saing
dengan kontraktor asing akibat keterbasan dana dan teknologi [9]; Kesadaran masyarakat

2
akan manfaat dan pentingnya peran jasa konstruksi bagi kepentingannya masih perlu
ditumbuhkembangkan [10].
Untuk mencapai industri jasa konstruksi yang kuat, kondisi yang diperlukan untuk
pertumbuhan yang baik, dalam beberapa hal masih belum dipenuhi. Kondisi-kondisi yang
diperlukan bagi tumbuhnya industri jasa konstruksi yang tangguh [11] adalah: Tersedianya
tenaga manajemen maupun tenaga ahli yang profesional dalam jumlah yang cukup; Bahan
baku/material yang distandardisasi secara nasional dan diproduksi sesuai dengan kebutuhan;
Peralatan konstruksi harus diperoleh dengan mudah dan kompetitif; Sistem informasi industri
jasa konstruksi yang tepat dan terbuka mulai dari konsepsi proyek sampai saat-saat
pelelangan; Pengenalan terhadap metode-metode konstruksi yang mutakhir dan efisien
sehingga dapat unggul dalam pelelangan internasional.

3. KONDISI PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI DI INDONESIA


Saat ini kontraktor nasional masih sangat kesulitan untuk bersaing dengan kontraktor asing
yang mampu memperoleh finansial dengan bunga rendah di negaranya. Sementara kontraktor
Indonesia, fasilitas jaminan bank-nya saja masih sering ditolak oleh pemilik proyek di luar
negeri. Pemberian fasilitas khusus bagi kontraktor yang berupaya mendapatkan tender diluar
negeri sudah banyak dilakukan di negara-negara lain seperti Singapura, Malaysia, Cina dan
Korea, dengan harapan usaha jasa konstruksinya dapat menghasilkan devisa bagi negara.
Fasilitas tersebut disebabkan kontraktor di Korea atau Jepang digandeng investor swasta
maupun pemerintah dari negaranya sendiri.
Selain itu ada beberapa kelemahan kontraktor nasional, antara lain dalam hal manajemen
organisasi. Kelemahan lainnya adalah minimnya pengalaman terjun ke luar negeri, sehingga
bisa dikatakan bahwa “lapangan” di mancanegara itu masih asing bagi kontraktor nasional.
Namun kelemahan ini bisa diatasi dengan beberapa cara, misalnya dengan menjalin kerja
sama kemitraan dengan perusahaan kontraktor asing, memperbaiki profesionalitas dan
manajemen usaha, serta terus menerus mempelajari karakteristik bisnis konstruksi di berbagai
negara.
Untuk lebih mencermati kondisi jasa konstruksi Indonesia dalam era globalisasi tersebut
maka dilakukan proses analisis SWOT. Dimana era globalisasi akan membuka selebar-
lebarnya kesempatan kepada kontraktor lain untuk berusaha di Indonesia, SWOT perusahaan
jasa konstruksi Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1. SWOT Perusahaan/Industri Jasa Konstruksi Indonesia


STRENGTH WEAKNESS OPPORTUNITY
THREAT (ANCAMAN)
(KEKUATAN) (KELEMAHAN) (KESEMPATAN)
• Jumlah tenaga kerja • Manajemen yang • Kesempatan kerja • Kompetensi tenaga
khususnya tingkat tidak efisien untuk peningkatan ahli
proyek banyak • Keterbatasan dana taraf hidup • Sistem riset dan
• Tingkat pendidikan • Keterbatasan masyarakat pengembangan
perusahaan jasa teknologi • Arena • Sistem regulasi
konstruksi sampai • SDM yang belum pengembangan usaha • Kapasitas
level sarjana sudah memadai • Menjalin kerja sama perusahaan jasa
banyak • Tingginya bunga dengan negara lain konstruksi
• Banyak perusahaan pinjaman • Sertifikasi
yang sudah GO • Daya saing industri • Dukungan sektor lain
PUBLIC konstruksi nasional
Sumber: [5]

4. INDIKATOR KINERJ A PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI


Tolak ukur kesuksesan perusahaan khususnya perusahaan jasa konstruksi dapat dilihat dari
kinerja perusahaan yang dihasilkannya. Semakin tinggi kinerja perusahaan tersebut maka
akan semakin sukses juga perusahaannya. Adapun indikator perusahaan tersebut dapat
dikatakan sukses dilihat dari kemampuan perusahaan tersebut untuk mendapatkan laba
(profitable) [12], kemampuannya untuk terus tumbuh dan berkembang (growth) [13] [14],
kemampuannya untuk mendapatkan proyek yang berkelanjutan (sustainable) [15] serta yang
tidak kalah penting adalah kemampuan perusahaan tersebut untuk bersaing (competitive)
dengan perusahaan lain baik dari dalam maupun luar negeri [16] .
Profitability adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan profit. Ram Charan (2004)
memaparkan bahwa profit dapat dilihat dari ROI (return on investment) perusahaan, yaitu

3
perbandingan antara pendapatan dengan investasi/pengeluaran. Sedangkan menurut Fred R.
David (2002) kondisi keuangan dan kinerja perusahaan dapat dilihat dari rasio keuangan
yang terdiri dari: rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas serta rasio
pertumbuhan [17].
Menurut [13], definisi corporate growth (pertumbuhan perusahaan) adalah peningkatan
(dalam bentuk perubahan yang positif) dalam ukuran perusahaan melalui waktu yang
panjang. Sedangkan menurut Drucker (1994) pertumbuhan adalah hasil yang sukses, yang
menawarkan apa yang diinginkan pasar, menggunakan sumber daya secara ekonomis dan
efektif, dan membentuk profit untuk ekspansi dan penganan resiko di masa yang akan datang
[18]. Pertumbuhan perusahaan tidak terlepas dari kelangsungan hidup dan profitabilitasnya.
Pertumbuhan dapat dicapai apabila ada laba yang memadai yang diperoleh secara
berkesinambungan. Pertumbuhan dalam pengertian yang luas, meliputi pertumbuhan pasar,
pertumbuhan ragam produk/jasa yang ditawarkan, serta pertumbuhan teknologi yang
digunakan untuk penyediaan produk atau jasa. Pertumbuhan semacam ini seringkali
menghasilkan peningkatan daya saing perusahaan yang pada akhirnya juga dapat
meningkatkan profitabilitas [10].
Sustainability disebut juga sebagai triple bottom line yang melibatkan perusahaan untuk
selalu memiliki komitmen terhadap tujuan ekonomi, lingkungan dan sosial. Economic
sustainability berarti meningkatkan kemampuan profit dengan menggunakan sumber daya
yang lebih efisien, termasuk tenaga kerja, material, energi, dan air. Environmental
sustainability berarti melindungi lingkungan dari dampak emisi dan limbah bila mungkin
memanfaatkan sumber daya alam secara hati-hati. Social sustainability berarti
memperhatikan kebutuhan semua pihak yang terlibat (stakeholder) [15]. Sustainability
merupakan sebuah konsep yang dinamis, bukan statis. Konsep ini dibangun melalui berbagai
interaksi yang intensif antara perusahaan dengan lingkungan bisnisnya yang dinamis.
Sustainability merupakan hasil dari serangkaian perubahan incremental serta usaha-usaha
setapak demi setapak yang secara bersama-sama menjadi sebuah hasil kumulatif yang besar
[19].
Daya saing atau kompetisi adalah inti dari sukses atau gagalnya perusahaan. Kompetisi
menentukan layaknya kegiatan dalam perusahaan yang dapat memberikan sumbangan
terhadap kinerjanya, seperti inovasi, budaya yang kohesif, atau pelaksanaan yang baik.
Strategi kompetitif adalah upaya pencarian untuk posisi yang kompetitif di dalam industri,
yang merupakan dasar untuk bersaing yang bertujuan untuk membentuk posisi yang
menguntungkan dan berkelanjutan [20]. Definisi lengkap dari daya saing adalah sektor bisnis
yang mampu memuaskan kebutuhan pelanggan dari kombinasi karakteristik produk dan
pelayanan, mampu memuaskan kebutuhan pekerjanya dan menawarkan ROI yang menarik
serta berpotensi untuk tumbuh [21].

5. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan survai terhadap para pakar di perusahaan jasa
konstruksi Kelas A di Indonesia untuk mengidentifikasi indikator-indikator kinerja apa saja
yang digunakan sebagai alat ukur kesuksesan perusahaan jasa konstruksi dan kinerja apa saja
yang paling berpengaruh. Variabel indikator yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 2. Dengan melihat sampel data yang dikumpulkan tidak terlalu banyak sehingga
metode analisis yang digunakan cukup dengan distribusi frekuensi pada metode analisis non-
statistik. Selain menggunakan analisis non statistik juga digunakan analisis cluster untuk
mengidentifikasi pengelompokkan (agglomeration) dari masing-masing indikator kinerja
perusahaan jasa konstruksi.

Tabel 2. Variabel Indikator Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi


PROFITABILITY GROWTH SUSTAINABILITY COMPETITIVENESS
Hubungan Kerjasama Jangka
Likuiditas (Y1) Profit (Y1) Kualitas (Y1)
Panjang dengan Klien (Y1)
Peningkatan Jumlah Klien Hubungan Kerjasama Jangka Penerapan Teknologi
Solvabilitas (Y2)
Baru (Y2) Panjang dengan Supplier (Y2) (Y2)
Jumlah Perolehan Proyek
Profitabilitas (Y3) Peningkatan Produktivitas (Y3) Inovasi (Y3)
(Y3)
Peningkatan Teknologi dan Pertumbuhan Profit yang
Pertumbuhan (Y4) Waktu (Y4)
Sistem Informasi (Y4) Konsisten (Y4)
Peningkatan Jumlah
Kepuasan Klien (Y5) Biaya (Y5)
Peralatan Konstruksi (Y5)
Peningkatan Kompetensi Tingkat Kerugian yg Rendah (Y6) Produktivitas (Y6)

4
PROFITABILITY GROWTH SUSTAINABILITY COMPETITIVENESS
SDM (Y6)
Efisiensi Biaya (Y7) Kompetensi SDM (Y7)
Turnover Karyawan (Y8) Market Share (Y8)
Jumlah Kecelakaan Kerja (Y9)

6. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil analisis cluster dengan menggunakan pendekatan localized cluster, dimana
variabel-variabel yang memiliki kesamaan karakteristik maupun aktivitasnya akan
dikelompokkan menjadi beberapa kelompok menunjukkan bahwa masing-masing kinerja
tersebut diwakili oleh 3 (tiga) indikator kinerja. Pada Tabel 3 dapat dilihat hasil analisis
cluster untuk masing-masing indikator kinerja perusahaan tersebut.

Tabel 3. Hasil Analisis Cluster Indikator Kinerja Perusahaan


Profitability Growth Sustainability Competitiveness
Cluster 1 Y1 Y1, Y3 Y1, Y3, Y6, Y8, Y9 Y1, Y4, Y5, Y8
Cluster 2 Y2, Y4 Y2, Y5, Y6 Y2, Y4, Y7 Y2
Cluster 3 Y3 Y4 Y5 Y3, Y6, Y7
Y1, Y3, Y4 Y1, Y4, Y6 Y3, Y5,Y7 Y2, Y5, Y7
Likuiditas Profit, Produktivitas Teknologi
Indikator Terpilih
Profitabilitas Teknologi Informasi Kepuasan Klien Biaya
Pertumbuhan Kompetensi SDM Efisiensi Biaya Kompetensi SDM

Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa kinerja profitability mempunyai indikator


likuiditas, profitabilitas dan pertumbuhan dimana indikator solvabilitas dapat diukur dari
indikator pertumbuhan. Sedangkan untuk kinerja growth, indikatornya terdiri dari profit,
peningkatan teknologi informasi dan peningkatan kompetensi SDM, dimana jumlah
perolehan proyek dapat diukur dari indikator profit sedangkan indikator peningkatan jumlah
klien baru dan peningkatan jumlah peralatan konstruksi dapat diukur dari indikator
peningkatan kompetensi SDM. Kinerja sustainability mempunyai indikator produkvitas,
kepuasan klien dan efisiensi biaya. Dimana hubungan kerjasama jangka panjang dengan
klien, tingkat kerugian yang rendah, turnover karyawan dan jumlah kecelakaan kerja dapat
diukur dari indikator peningkatan produktivitas; indikator hubungan kerjasama jangka
panjang dengan supplier dan pertumbuhan profit yang konsisten dapat diukur dari indikator
efisiensi biaya. Sedangkan kinerja competitiveness mempunyai indikator penerapan
teknologi, biaya dan kompetensi SDM. Dimana indikator kualitas, waktu dan market share
dapat diukur dari indikator biaya; dan indikator inovasi dan produktivitas dapat diukur dari
indikator kompetensi SDM.
Dari hasil analisis non statistik diperoleh bahwa indikator kinerja yang paling berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan adalah indikator profitabilitas (profitability) sebesar 29,82%,
diikuti oleh indikator pertumbuhan (growth) sebesar 28,07%, indikator daya saing
(competitiveness) 22,81% dan indikator berkelanjutan (sustainability) sebesar 19,30%. Hal
ini menunjukkan bahwa kondisi perusahaan jasa konstruksi di Indonesia saat ini hanya
berdasarkan keuntungan jangka pendek saja tetapi belum mempertimbangkan keberlajutan
dan pertumbuhan dari proyek dan perusahaan tersebut.

7. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan jasa konstruksi di
Indonesia terdiri dari:
- Kinerja profitability yang mempunyai indikator likuiditas, profitabilitas dan
pertuumbuhan.
- Kinerja growth yang mempunyai indikator profit, peningkatan teknologi informasi dan
peningkatan kompetensi SDM.
- Kinerja sustainability yang mempunyai indikator produkvitas, kepuasan klien dan
efisiensi biaya.

5
- Kinerja competitiveness yang mempunyai indikator penerapan teknologi, biaya dan
kompetensi SDM.

Dari keempat kinerja perusahaan tersebut, kinerja profitability merupakan kinerja yang
paling penting atau berpengaruh pada perusahaan jasa konstruksi di Indonesia. Sedangkan
kinerja sustainability merupakan kinerja yang paling kecil pengaruh dan peranannya.

8. REFERENSI
1. Lopes, J. (1997). "The Construction Industry and Macro-Economy in Sub Saharan Africa
Post 1970." Construction Management and Economics 16 (6): 634-649.
2. Ofori, G. (1990). "The Construction Industry – Aspects of Its Economics and
Management " Singapore University Press - NUS, Singapore.
3. World_Bank (1984). The Construction Industry: Issues and Strategies in Developing
Countries. Washington, DC, The World Bank.
4. Hillebrandt, P. N. (1985). Economic Theory and The Construction Industry, Second
Edition, Macmillan Press. London
5. Suraji, A. (2003). Peta Kesiapan Industri Jasa Konstruksi Menuju Liberalisasi
Perdagangan Jasa Konstruksi. Proceeding Seminar Nasional Peran Jasa Industri Era
Otonomi Daerah dan AFTA/AFAS, Aryaduta Hotel, Jakarta, Fakultas Teknik Universitas
Indonesia.
6. Bisnis Indonesia (2002). Majalah Bulanan, Jakarta.
7. Ofori, G. (1998). "Sustainable Construction: Principles and A Framework for
Attainment-Comment." Construction Management and Economics.
8. Pranoto (2005). Menyiasati KKN Sektor Konstruksi, LPJK Indonesia
9. Sutjipto (1991). Strategi Industri Jasa Konstruksi Nasional dalam Era Globalisasi.
Jakarta.
10. Trisnowardono, N., Drs.B.E (2002). Menuju Usaha Jasa Konstruksi yang Handal, Abdi
TANDUR. Jakarta
11. Kadin (2002). Industri Jasa Konstruksi di Indonesia. Kompartemen Jasa Konstruksi,
Konsultasi, Real Estate dan Teknologi Tinggi, Kadin Indonesia, Jakarta.
12. Team, C. E. (2004b). Sustainable Construction: Constructors, Constructing Excellence
13. Albach, H. (1965). Zur Theorie des Wachsenden Unternehmens, in Theorien des
eizelwirtschftlichen und des Gesamtwirtschftlichen Wachstums. W. Krelle. Duncker &
Humblot, Berlin.
14. Drucker, P. (1994a). The Practice of Management. Butterworth-Heinemann, Oxford.
15. Team, C. E. (2004a). Sustainable Construction: An Introduction, Constructing
Excellence.
16. Porter, M. E. (2004). Global Competitiveness Report 2004-2005: Findings from the
Business Competitiveness Index. New York, Institute for Strategy and Competitiveness
Harvard Business School.
17. David, F. R. (2002). Strategic Management: Concepts and Cases, Prentice Hall.
18. Drucker, P. F. (1994b). Managing for Result. Butterworth-Heinemann, Oxford.
19. Kotler, P. (2003). Marketing Insights from A to Z. Jakarta, Erlangga.
20. Porter, M. E. (2004). Global Competitiveness Report 2004-2005: Findings from the
Business Competitiveness Index. New York, Institute for Strategy and Competitiveness
Harvard Business School.
21. Momaya, K. and K. Selby (1998). "International Competitiveness of the Canadian
Construction Industry: A Comparison with Japan and the United States." Canadian
Journal Civil Engineering 25: 640-652.

You might also like