You are on page 1of 11

Modul 6 : Pembuangan Akhir Sampah

22

MODUL

3:

PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH


Pertambahan penduduk yang demikian pesat telah mengakibatkan meningkatnya volume sampah yang dihasilkan, menimbulkan masalah terutama di wilayah perkotaan. Permasalahan dalam pengelolaan persampahan, antara lain :

Bertambah kompleksnya masalah persampahan sebagai konsekuensi dari pertambahan penduduk. Meningkatnya kepadatan penduduk menuntut pula peningkatan metode/pola pengelolaan sampah yang lebih baik. Tingkat sosial ekonomi penduduk kota yang heterogen Situasi dana dan prioritas rendah dari pemerintah daerah Pergeseran penanganan dan pengemasan makanan atau produk lain, ke arah penggunaan pengemas yang sulit terurai misalnya plastik Keterbatasan sumber daya manusia dan sarana yang ada untuk menangani sampah di daerah Partisipasi masyarakat yang masih kurang terarah dan terorganisir dengan baik.

Pembuangan memberikan

Akhir

Sampah

perlu

direncanakan

sebaik mungkin, serta

untuk

perlindungan

pada

kesehatan

masyarakat

mencegah

pencemaran lingkungan. Perencanaan Pembuangan Akhir meliputi mencari lokasi, kegiatan operasional, hingga penutupan LPA. Pemilihan lokasi LPA mempertimbangkan beberapa kriteria yang dimaksudkan untuk mereduksi dampak LPA dengan meringankan desian dengan biaya seminimum mungkin. Sebaliknya kriteria desain semakin ketat bila kriteria tidak terpenuhi, agar tujuan pencegahan pencemaran lingkungan dapat tercapai.

Semi QUE-IV Teknik Lingkungan ITATS

Modul 6 : Pembuangan Akhir Sampah

23

Sedangkan untuk LPA yang telah beroperasi perlu dimodifikasi agar memenuhi syarat pengoperasian LPA dengan tetap memperhatikan kemampuan teknis dan finansial instansi pengelola.

1. PEMILIHAN LOKASI LPA


Pemilihan lokasi LPA merupakan kegiatan untuk memperoleh lokasi LPA baru, bagi wilayah yang belum memiliki LPA ataupun karena LPA lama telah ditutup karena selesai masa pakainya.

Lahan untuk LPA harus sesuai dengan luas lahan yang dbutuhkan serta memenuhi kriteria yang disyaratkan. Luas lahan LPA dipengaruhi oleh besar volume sampah yang akan dibuang ke LPA, umur LPA yang direncanakan serta kondisi lokasi yang ada. Kriteria pemilihan lokasi dalam menentukan lokasi LPA, diantaranya hidrologi-hidrogeologi, tata guna lahan, penerimaan masyarakat, dll

Proses pemilihan LPA idealnya dilakukan secara bertahap, pada setiap tahap lokasi yang tidak memenuhi syarat langsung disisihkan. Pada tahap akhir penyisihan akan memberikan calon lokasi yang paling layak dan baik untuk diputuskan pada tingkat akhir oleh pengambil keputusan.

Tahapan penyaringan secara umum ada tiga tahapan, yakni : Tahap awal. Pada tahap awal pemilihan lokasi LPA didasarkan tata guna dan peruntukan lahan yang telah ditetapkan di daerah tersebut.

Tahap kedua Merupakan tahap penyisihan, calon-calon lokasi dievaluasi berdasarkan kriteria dan parameter. Lokasi-lokasi dibandingkan satu sama lain misalnya melalui pembobotan, sehingga lokasi yang tersisa tinggal sedikit

Tahap akhir adalah tahap penentuan. Pada tahap ini ada unsur politis serta kebijakan pemerintah daerah/pusat yang memgang peranan penting.
Semi QUE-IV Teknik Lingkungan ITATS

Modul 6 : Pembuangan Akhir Sampah

24

Lokasi pembuangan akhir sampah sebaiknya telah dipertimbangkan dalam rencana tata kota, agar tidak menimbulkan masalah saat mencari lokasi baru lahan pembuangan akhir untuk menggantikan lahan pembuangan akhir yang telah habis masa pakainya.

Pertimbangan Lokasi LPA Aspek yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi LPA diantaranya adalah : 1. Geologi Lokasi yang tidak layak sebagai LPA misalnya adalah daerah-daerah yang memiliki potensi gempa, zona vulkanik aktif, daerah longsoran. Lokasi yang baik untuk LPA, sebaiknya tersedia tanah untuk lapisan dasar (liner), juga tanah untuk penutup harian maupun penutup akhir.

2. Hidrogeologi Aspek hidrogeologi merupakan parameter kritis dalam penilaian sebuah lahan, terutama untuk mengevaluasi potensi pencemaran air tanah di bawah LPA, serta kemungkinan pencemaran sumber air di sekitar LPA oleh lindi. Tanah dengan konduktivitas hidrolis rendah (impermeabel)

diharapkan mampu membatasi pergerakan lindi, misalnya lapisan tanah liat (clay) lebih baik daripada lapisan pasir ataupun kerikil.

3. Hidrologi Area LPA yang dipilih, diharapkan memiliki jarak antara dasar LPA hingga lapisan airtanah minimum 3 m. Semakin besar/jauh jarak dasar LPA dengan muka airtanah semakin baik, karena airtanah akan semakin aman dari pencemaran lindi.

Secara hidrologi lahan yang jauh dari sumber air (mata air, sungai, danau) lebih diharapakan karena memperkecil kemungkinan pencemaran sumber air, apalagi bila sumber air tersebut dimanfaatkan masyarakat untuk kehidupan sehari-hari.
Semi QUE-IV Teknik Lingkungan ITATS

Modul 6 : Pembuangan Akhir Sampah

25

4. Klimatologi Data klimatologi meliputi curah hujan, arah dan kecepatan angin, kelembaban. Curah hujan tinggi, proses pembusukan lebih cepat. Semakin banyak curah hujan, semakin banyak lindi yang dihasilkan dari proses pembusukan sampah, hal ini juga membutuhkan pengolahan lindi yang baik. Sebaiknya dipilih lahan dengan curah hujan yang rendah.

Data kecepatan dan arah angin di lokasi LPA diperlukan untuk memperkirakan dampak bau, bising, debu yang dihasilkan dari kegiatan operasional di LPA.

5. Bebas banjir Lahan untuk LPA sebaiknya berada di daerah bebas banjir dengan periode ulang 100 tahun. Banjir dapat menyebabkan terbilasnya lindi yang mengandung bahan-bahan pencemar, bila pencemar menyebar bersamaa air banjir akan menimbulkan mencemari lingkungan sekitar LPA.

6. Tata guna tanah Lokasi LPA sebaiknya jauh dari area yang diperuntukkan sebagai pemukiman, lapangan terbang, daerah cagar alam, cagar budaya. Hal ini untuk mereduksi keberatan dari masyarakat atas penggunaan lahan bagi LPA.

7. Tanggapan masyarakat setempat Lokasi LPA sebaiknya tidak mendapat penolakan dari masyarakat sekitar. Pertimbangan ini sangat penting karena langsung dirasakan oleh masyarakat. Pada umumnya masyarakat tidak bisa menerima lokasi LPA berdekatan dengan rumahnya, oleh karena itu lokasi LPA dihindarkan berada di daerah padat penduduk.

Keberatan/penolakan masyarakat oleh karena pertimbangan :

dampak

lingkungan, kurangnya kepercayaan pada ilmu dan teknologi yang ada saat
Semi QUE-IV Teknik Lingkungan ITATS

Modul 6 : Pembuangan Akhir Sampah

26

ini, masuknya orang/warga baru di lingkungan tempat tinggal, serta dugaan terjadinya keteledoran/kesalahan dalam pelaksanaan yang mungkin terjadi karena ketidak patuhan dalam melaksanakan peraturan/standard orasional dalam upaya penghematan waktu dan uang.

Untuk kemudahan dan biaya memperoleh lahan, dengan jumlah pemilik sedikit lebih baik daripada lahan dengan pemilik banyak. Karena hal ini akan memudahkan dalam pembebasan lahan.

8. Utilitas ke LPA. Akses meliputi jalan dan jembatan yang tersedia. Bila jalan dan jembatan menuju ke lokasi LPA telah tersedia, akan lebih baik, karena tidak perlu membangun jalan dan jembatan baru. Namun juga harus diperhitungkan kekuatan jalan dan jembatan untuk dilewati truk sampah.

Pola transportasi dan kemacetan akan berpengaruh pada efektifitas pengangkutan sampah ke LPA. Sebaiknya jarak lokasi LPA dengan area pelayanan timbulan sampah tidak terlalu jauh, karena berhubungan dengan waktu dan biaya pengangkutan sampah dari sumber timbulan ke LPA. Pengangkutan sampah menjadi tidak efisien dan biaya terlalu mahal, bila jarak terlalu jauh.

Tahapan proses pemilihan lokasi LPA akan menghasilkan beberapa lokasi terbaik dari daftar lokasi yang potensial. Guna memudahkan evaluasi pemilihan lahan yang paling baik, digunakan tolok ukur untuk merangkum semua penilaian dari parameter yang digunakan, biasanya dilakukan dengan cara pembobotan.

Semi QUE-IV Teknik Lingkungan ITATS

Modul 6 : Pembuangan Akhir Sampah

27

2. KEGIATAN OPERASIONAL DI LPA

2.1. Klasifikasi Pembuangan Sampah di LPA


Sistem pembuangan sampah di Lahan Pembuangan Akhir (LPA) sampah dapat dikatagorikan dalam 3 kelompok, yakni :

1. Hampar Padat (Open dumping) Metode ini merupaka metode pengolahan yang paling mudah, murah, namun dianjurkan untuk tidak dilaksanakan lagi, karena memberikan dampak negatif pada kesehatan masyarakat maupun lingkungan. Pada pelaksanaanya sampah dihamparkan begitu saja pada permukaan tanah pada lokasi LPA.

2. Lahan Urug Terkendali (Controlled landfill) Metode lahan urug terkendali merupakan peningkatan dari sistem hampar padat. Dalam pelaksanaanya, sampah dihamparkan, dipadatkan, dilanjutkan penutupan tanah setelah periode tertentu, misalnya 7 hari.

3. Lahan Urug Saniter (Sanitary Landfill) Sanitary landfill merupakan metode pengolahan sampah LPA yang ideal. Sanitary landfill merupakan metode pengolahan sampah yang dilaksanakan dengan cara menghamparkan sampah, memadatkan sampah dilanjutkan dengan penutupan tanah setebal 15 cm setiap harinya, hingga seluruh sel landfill penuh terisi sampah, terakhir ditutup tanah setebal 30 cm.

Sedangkan metode operasional sanitary landfill LPA yang umum dilaksanakan adalah : 1. Metode Parit (Trench) Metode trench atau metode area. Metode trench sesuai dilaksanakan untuk lahan dengan topografi datar atau sedikit miring. Pelaksanan metode ini adalah melakukan penggalian tanah secara bertahap, membentuk parit, tanah galian disimpan disisi galian. Tanah galian ini digunakan untuk penutup harian maupun penutup akhir.
Semi QUE-IV Teknik Lingkungan ITATS

Modul 6 : Pembuangan Akhir Sampah

28

Metode ini digunakan untuk mengolah sampah dengan volume yang tidak terlalu besar, sehingga penghamparan pemadatan dan

penutupan sampah dapat dilakukan dalam waktu relatif singkat.

Lahan Pembuangan Akhir denngan metode Parit [ Trench ]

2. Metode Area Pelaksanaan metode area dengan melakukan penggalian sehingga membentuk galian yang luas. Tanah galian disimpan di dua atau tiga sisi galian, nantinya digunakan sebagai penutup harian ataupun akhir sampah. Metode ini umumnya diterapkan untuk lahan datar atau sedikit berbukit. Metode ini dilaksanakan untuk mengolah sampah dalam volume besar, kegiatan penghamparan sampah, pemadatan hingga

penutupan tanah dilaksanakan secara bertahap, sehingga terbentuk sel-sel landfill sampah sesuai dengan volume sampah yang ditangani setiap harinya.

Semi QUE-IV Teknik Lingkungan ITATS

Modul 6 : Pembuangan Akhir Sampah

29

Lahan Pembuangan Akhir dengan metode Area

2.2. Pengolahan Lindi (leachate)


Lindi adalah zat cair yang melewati/dihasilkan dari sampah landfill, mengandung bahan terlarut dan tersuspensi yang ada dalam sampah.

Kuantitas lindi yang dihasilkan pada landfill tergantung pada proses dekomposisi sampah, air hujan yang meresap dalam landfill, air tanah yang menyebabkan sel landfill terendam air. Parameter pencemar utama sampah terhadap air tanah airtanah adalah karbon organik, nitrogen, logam berat. mudah diketahui, umumnya

Pencemaran

umumnya

tidak

pencemaran diketahui setelah polutan terdeteksi dalam sumur penduduk sekitar LPA atau air sungai.

Untuk mencegah pencemaran lindi terhadap air permukaan maupun airtanah, lindi diolah terlebih dahulu sebelum dibuang. Jenis pengolahan lindi secara umum seperti pengolahan air limbah lain. Pengolahan lindi berupa pengolahan anaerob dan dilanjutkan pengolahan aerob, karena nilai BOD dan COD lindi umumnya sangat tinggi. Setelah melalui tahapan-tahapan pengolahan tersebut, barulahn dialirkan ke badan air penerima.

Semi QUE-IV Teknik Lingkungan ITATS

Modul 6 : Pembuangan Akhir Sampah

30

2.3. Pencatatan Sampah Masuk LPA Sampah yang terangkut dan dibuang ke LPA, sebaiknya dicatat. Jenis truk, volume, berapa kali mengangkut sampah ke LPA setiap harinya perlu

dicatat. Data sampah yang dibuang ke LPA dapat digunakan untuk mengevaluasi kapasitas pengelolaan sampah yang telah dilaksanakan dalam wilayah pelayanan.

Kegiatan di Lahan Pembuangan Akhir : Pembongkaran sampah dari truk

2.4. Kawasan Penyangga Kawasan penyangga adalah kawasan adalah lahan disekitar lokasi LPA. Kawasan penyangga dibutuhkan untuk melindungi kegiatan operasional dalam lokasi LPA, agar tidak tampak dari luar lokasi LPA. Namun kawasan penyangga yang lebih penting adalah kemampuan lapisan penyangga mengurangi dampak bising, debu, bau dari kegiatan operasional LPA terhadap lingkungan sekitar LPA. Selain itu lapisan penyangga sekitar LPA dapat pula mencegah sampah beterbangan keluar dari LPA, misalnya sampah kertas, plastik pada saat angin bertiup kencang.
Semi QUE-IV Teknik Lingkungan ITATS

Modul 6 : Pembuangan Akhir Sampah

31

Penyangga dapat berupa pagar, ataupun pagar tanaman. Kebutuhan lapisan penyangga di sekeliling LPA menjadi sangat penting bila LPA berada relatif dekat dengan kawasan pemukiman, agar tidak mendapat tanggapan negatif/keberatan oleh kegiatan pengolahan sampah di LPA. 2.5. Pengendalian Vektor Penyakit Vektor penyakit adlah hewan-hewan yang bertindak sebagai perantara dari mikroorganisme penyebab penyakit. Vektor penyakit yang dapat umum berkembang biak di sekitar sampah, diantaranya lalat, tikus, serangga, nyamuk. Pembusukan sampah akan menarik lalat untuk datang ke LPA dan berkembang biak dengan cepat. Sedangkan sisa-sisa sampah merupakan bahan makanan bagi tikus.

Untuk mencegah perkembang biakan vektor penyakit di LPA, dapat dilakukan dengan kegitan operasional harian yang baik. Misalnya pemadatan sampah yang baik, penutupan dengan lapisan tanah penutup, sehingga hewan tidak dapat membongkar sampah yang telah ditimbun di LPA.

2.6. Pengendalian Kebakaran Sampah Pada saat musim kemarau, kemungkinan bisa terjadi kebakaran sampah yang terkumpul di LPA. Hal ini terjadi karena pada umumnya sampah yang diangkut ke LPA terdiri dari sampah plastik, yang mudah terbakar. Asap dari sampah yang terbakar menimbulkan gangguan masyarakat sekitar baik terhadap kesehatan, misalnya sesak nafas juga terhadap jarak pandang pada transportasi.

Oleh karena itu diperlukan pengawasan dan penjelasan kepada tenaga kerja di LPA oleh instansi yang terkait, akan bahaya dari pembakaran sampah. Selain itu juga perlu adanya sarana di lokasi LPA untuk mengatasi api yang timbul sedini mungkin.

3. PASCA OPERASI LAHAN PEMBUANGAN AKHIR


Semi QUE-IV Teknik Lingkungan ITATS

Modul 6 : Pembuangan Akhir Sampah

32 penggunaanya, LPA akan ditutup. Dalam

Setelah

LPA

habis

masa

perencanaan suatu LPA, telah pula direncanakan pemanfaatan LPA setelah habis masa pakainya. Pemanfaatan lahan bekas LPA yang diijinkan, misalnya sebagai taman, lapangan hijau atau sebagai paru-paru kota.

Tanaman yang diijinkan untuk ditanam di lahan bekas LPA, sebaiknya tanaman dengan akar serabut, sehingga akar tidak sampai mencapai sampah yang ditimbun dalam LPA. Oleh karena itu tumbuhan yang sesuai ditanam adalah jenis keluarga rumput-rumputan, namun tidak boleh jenis tanaman yang biasa dikonsumsi manusia, misalnya sayur-sayuran.

Pembangunan rumah atau bangunan di atas lahan bekas LPA tidak dianjurkan, karena dikhawatirkan proses dekomposisi sampah belum selesai berlangsung, masih mungkin dihasilkan gas-gas hasil proses dekomposisi. Dengan adanya bangunan, dikhawatirkan gas-gas tersebut terjebak dalam bangunan,

terakumulasi sehingga mencapai konsentrasi tinggi dan akan berbahaya bagi penghuni bangunan.

Semi QUE-IV Teknik Lingkungan ITATS

You might also like