You are on page 1of 4

Pendidikan Dialogi Berbasis Public Sphere

(Studi analisis public sphere, Jurgen Hebermas dalam mengembangkan pendidikan multikultur dan pendidikan kritis mahasiswa) Oleh: Arief Hanafi1

Pendahuluan
Kampus sebagai pusat perkrmbangan intelektual, mempunyai peran yang sangat krusial. Tentunya untuk mengembangkan ini semua dibutuhkan sebuah transfer of knowledge baik dari pendidikdan terdidik. Proses dialektika ilmu pengetahuan akan terwujud jika dalam proses transfer of knowledge terdapat sebuah dialog. Tentunya bukan dialog satu arah tetapi dialog yang menerapkan pada segala arah. Ketika kita berbicara tentang dialog berbagai arah pasti kita akan menemuai kebebbasan berfikir disana. Ketika kebebasan berfikir maka proses perkembanagn ilmu pengetahuan akan selalu berjalan. Penulis disini menerapkan sebuah proses pendidiakn dialogis dalam sebuah penerapan. Proses pendidikan yang tidak ada konsep dominasi menjadi sebuah prioritas utama. Penulis dalam hal ini memberikan konsep pendidikan warung kopi. Pendidikan warung kopi sebagai proses dialogis menjadi sebuah alternative tersendiri. Mengapa penulis mengembangkan konsep warung kopi disini, karena disini dapat penulis amati warung kopi mempunyai makna kebebasan. Di dalam warung kopi mereka bebas untuk berpendapat ataupun hanya mengeluarkan senda gurau. Di warung inilah berbagai wacana di bentuk dan tidak jarang di apresiasai dalam kelompok tersebut. Meminjam istilah Paulo Freire, bahwa proses dialogis sangat melekat dalam obrolan di warung kopi. tidak ada yang menindas dan tidak ada yang tertindas, mereka sama-sama berhak untuk berpendapat dan mengajukan sanggahan. Dalam konteks ini warung kopi dikelompokkan dalam konsepsi ruang publik secara umum yakni digunakan untuk menandai dunia yang terbuka akan wacana dan debat publik yang rasional, sebuah dunia yang secara konseptual berkaitan dengan proses demokratis dan individu dapat secara bebas mendiskusikan isu sehari-hari yang merupakan perhatian bersama.

Konsep Pubik Sphere


Public sphere atau ruang publik merupakan sebuah tempat untuk debat argumen demokratis yang memediasi antara masyarakat sipil dan negara di mana publik mengorganisir dirinya untuk membentuk sebuah pendapat umum. Dalam ruang publik, individu dapat mengembangkan dirinya sendiri dan terlibat dalam debat tentang arah dan tujuan masyarakat. debat dan arbumentidak tersentralisasi tetapi lebih terdesentralisasi. Semua unsure di dalamnya dapat mengambil peran. Berpendapat dan berargumen menjadi sebuah kebebasan. Konsep public sphere (ruang public) ini merujuk pada pentas atau arena dimana masyarakat mampu mengemukakan opini, kepentingan dan kebutuhan
1

Penulis adalah mahasiswa sosiologi Unesa angkatan 2009.

mereka secara diskursif dan bebeas dari tekanan siapapun. Yang terpenting dalam arena tersebut mewujud komunikasi yang memungkinkan para warganya membentuk wacana dan kehendak bersama secara diskursif 2. Konsep public sphere ini dapat tergambar melailui tempat-tempat umum seperti pasar, taman, warung makan, dan kalau dalam bahasan dalam peper ini adalah warung kopi. Di tempat-tempat tersebut orang-orang mendiskusikan topic terhangat yang terjadi di sekitar kita. Baik dari masalah ekonomi sosial hingga politik. Disini dapat kita rasakan kondisi yang santai tanpa dominasi dan tekanan dari sector lembaga formal. Kesetaran derajad sosial menjadi persyaratan penting dalam terbentuknya pubik sphere ini. Maksud penulis tidak ada dominsi disini adalah, dalam ruang ini diskusi tidak terpusat pada satu orang, tapi setiap orang bebas akan sebuah pendapat. Kebenaran individu sebagai sebuah masukan yang sangat berharga. Disisi lain maksud dari tidak ada penindasan adalah ruang ini tidak terintervensi oleh sebuah sistem dan struktur yang membelenggu. Kadang kalau kita amati sebuah sistem atau struktur secara tidak langsung kita akan terpenjara didalmnya. Kebebasanpun seolah dipsung sedemikian rupa. Transformasi pengetahuan dan informasi ini didukung oleh kondisi yang natural apa adanya, bahkan dibeberapa tempat, pelanggan kopi ini diberi kebebasan dalam memilih tempat. Menurut hemat peneliti suasana seperti ini juga sangat mempengaruhi dalam berfikir dan mengeluarkan ide serta gagasan. Dalam ruang ini memang terlepas bebas dari struktur Negara yang mendominasi.

Publik sphere dalam mengembangkan pendidikan multicultural dan pendidikan kritis dalam masyarakat
Pendidikan cultural dan pendidikan kritis, dua hal ini yang menurut peneliti menjadi sebuah out put dalam pendidikan warung kopi. Dengan karakter ngopi sebagai ajang saling menhragai pendapat antar satu dengan yang lain, kebebasan dalam sebuah ruang maka disini menurut penulis dapati sebuah konsep pendidikan cultural. Pendidiakan yang sarat dengan sebuah toleransi ditengah keberagaman. Tentunya ketika ngopi berbagai pendapat akan dicurahkan disana. Perbedaan budaya merupakan sebuah konduksi dalam hubungan interpersonal. Sebagai contoh ada yang orang yang bila diajak bicara (pendengar) dalam mengungkapkan perhatiannya cukup dengan mengangguk-anggukan kepala. Namun dalam kelompok lain untuk menyatakan persetujuan cukup dengan mengedipkan kedua matanya. Dalam beberapa budaya, individu-individu yang berstatus tinggi biasanya yang memprakarsai, sementara individu yang statusnya rendahhanya menerima saja sementra dalam budaya lain justru sebaliknya. Pendidikan multikultural sebagai wacana baru akhir-akhir ini dapat diimplementasikan tidak hanya melalui pendidikan formal namun juga dapat dimplementasikan dalam kehidupan masyarakat maupun dalam keluarga. Dan hal ini bisa dimulai dalam pendidikan wrung kopi. Tentunya keberagaan dalam
2

http://www.scribd.com/doc/39978003/Public-Sphere., diakses pada tanggal 11 Maret 2012 puku 08.30 WIB

berpendapat merupakan factor penentu bagaimana seseorang harus menghargai pendapat seseorang. Dalam pandangan penulis bahwa out put ini bisa diperoleh melalui pendidikan warung kopi yang syarat akan kebebasan berpendapat dan berfikir. Bukan sebuah wacana yang utopi ketika hal ini menjadi budaya bagi berbagai kalangan. Dalam konteks pelajar mjungkin hal ini bisa dijadikan sebagai metode baru dalam pengembangan retorika dsb. Yang selanjutnya dapat diterapkan dalam ruang intelektual nantinya. Karena untuk memperoleh sebuah kebersamaan kita harus merasakan bagaimana berdampingan dan mengetahui segala perbedaan. Konsep selanjutnya bagi penulis yang penting adalah pendidikan kritis. Konsep public sphere yang mengedepankan tanpa adanya dominasi, dan sistem yang menindas di dalamnya tentunya akan melahirkan pemikiran-pemikiran yang radikal dan prgresif. Ide ide yang tidak terbelenggu oleh sistem akan keluar dari setiap individu. Tentunya hal ini sebagai ajang untuk membentuk sebuah keadaan yang dinilainya lebih baik. Walaupun tidak jarang bahwa ide yang radikal dan progresif kadang mejadi sebuah konsep utopia tersendiri setidaknya dalam ruang public ini seseorang bisa mengeluatkan segala potensinya yang ada. Risau kan kondisi yang telihat mapan merupakan karakter dari output pendidikan kritis tersebut. Pakar Pendidikan dari Universitas Negeri Yogyakarta Sugeng Bayu Wahyono mengatakan, pendidikan kritis perlu dikembangkan sebagai solusi memberantas korupsi secara komprehensif dan struktural. Dalam pendidikan kritis, menurut dia, peserta didik akan bersikap kritis terhadap struktur yang menindas, baik yang menindas dunia ide maupun praktik sosial, politik, ekonomi, dan kebudayaan.3 Maka memang dapat di iya kan ketika melihat kondisi realitas kebangsaan kita mulai terpuruk, pendidikan kritis adalah kuncinya. Pendidikan kritis menydarkan manusia dari sebuah kesadaran palsu menjadi kesadaran kritis

DAFTAR PUSTAKA Gedeona, Hendrikus T. 2008. Peranan Ruang Publik bagi Masyarakat Multikultural. Jurnal Ilmu Administrasi. Volume V halaman 34.
3

http://nasional.kompas.com

http://www.scribd.com/doc/39978003/Public-Sphere., diakses pada tanggal 11 Maret 2012 pukul 08.30 WIB http://www.acehinstitute.org http://nasional.kompas.com

You might also like