You are on page 1of 6

-Kotrimoksazol Farmakodinamik Efek terhadap mikroba Mikroba yang peka terhadap kotrimoksazol Salmonella pneumoniae,Corynebacterium diphteriae,Streptococcus pyogenes , Streptococcus

viridans ,Serratia ,E.coli dan Shigella Mekanisme kerja Berdasarkan kerjanya pada dua tahap yang berrutan dalam reaksi enzimatik untuk membentuk asam tetrahidrofolat. Sulfonamid menghambat masuknya molekul PABA ke dalam molekul asam folat. Trimetoprim menghambat terjadinya reaksi reduksi dari hidrofolat menjadi tetrahidrofolat Resistensi bakteri Frekuensi terjadinya resistensi terhadap kotrimoksazol lebih rendah dari pada terhadap masingmasing obat karena mikroba yang resisten terhadap salah satu komponen masih peka terhadap komponen yang lainnya Farmakokinetik Untuk mendapatkanefek sinergi diperlukan perbandingan kadar optimal dari kedua obat.Untuk kebanyakan kuman,rasio kadar sulfametosazol :trimetoprim yang optimal adalah 20:1.Trimetoprim mempunyai volume distribusi yang 9x lebih besar dari pada sulfametoksazol karena sifatnya yang lipofilik.Trimetoprim cepat terdistribusi kedalam jaringan dan kira-kira 40% terikat pada protein plasma dengan adanya sulfametoksazol.Kira-kira 65% sulfametoksazol terikat pada protein plasma.Obat dapat masuk kesaliva dan CSS lebih mudah.Sampai 60% trimetoprim dan sulfametoksazol dieksresi melalui urin dalam 24 jam setelah pemberian. Efek samping Menimbulkan megaloblastik,leukopenia,trombositopenia 75%efek samping terjadi pada kulit Gejala-gejala saluran cerna :mual,muntah,diare jarang terjadi Glositis dan stomatitis relatif sering Reaksi susunan saraf pusat berupa sakit kepala,depresi,dan halusinasi disebabkan oleh sulfonamid

Kontraindikasi Tidak dianjurkan untuk mengobati : Faringitis oleh S.pyogenes Infeksi genitalia

-Kloramfenikol

Farmakodinamik Efek anti mikroba Bekerja dengan menghambat sisntesis protein kuman. Obat ini terikat pada ribosom subunit 50s dan menghambat enzim peptidil transferase sehingga ikatan peptida tidak terbentuk pada proses sintesis protein kuman. Umumnya bersifat bakteriostatik.Pada konsentrasi yang tinggi kloramfenikol kadang bersifat bersifat bakterisid terhadap kuman-kuman tertentu Spektrum antibakteri kloramfernikol: Brucella ,Bartonella ,C.diphteriae ,Listeria ,Treponema ,kuman anaerob,Rickettsia ,Chlamydia ,Mycoplasma. Resistensi Terjadi melalui inaktivasi obat oleh asetil transferase yang diperantai oleh faktor R. Resistensi terhadap P.aeruginosa ,Proteus dan Klebsiella terjadi karena perubahan permeabilitas membran yang mengurangi masuknya obat kedalam sel bakteri Beberapa strain D.pneumoniae, H.influenza dan N.meningtidis dan P.mirabilis, S.aureus umumnya sensitif,sedang Enterobactericeae banyak yang telah resisten

Farmakokinetik Untuk pemberian secara oral Kloramfenikol diserap dengan cepat.Kadar puncak dalam darah terccapai dalam 2 jam.Untuk anak biasanya diberikan bentuk ester kloramfenikol palmitat atau stearat yang rasanya tidak pahit.Bentuk ester ini akan mengalami hidrolisis dalam usus dan membebaskan kloramfenikol.Dalam waktu 24 jam,80-90% kloramfenikol yang diberikan secara oral telah dieksresikan melalui ginjal Untuk pemberian secara parenteral Digunakan kloramfenikol suksinat yang akan di hidrolisis dalam jaringan dan membebaskan kloramfenikol.Masa paruh eliminasinya pada orang dewasa kurang lebih 3 jam,pada bayi berumur kurang dari 2 minggu sekitar 24 jam.Kira-kira 50% kloramfenikol dalam terikat dengan albumin.Didistribusikan secara baik keberbgai jaringan tubuh,termasuk jaringan otak,cairan serebrospinal dan mata.Bentuk aktif kloramfenikol dieksresi terutama melalui filtrat glomerulus sedangkan metabolitnya dengan sekresi tubulus

Kontra indikasi Kloramfenikol di kontraindikasikan untuk neonatus,pasien dengan gangguan faal hati dan pasien yang hipersensitif terhadapnya.

Efek samping 1. Reaksi hematologik Ada 2 bentuk,yang pertama ialah reaksi toksik dengan manifestasi depresi sumsum tulang.Bnetuk yang kedua adalah anemia aplastik dengan pansitopenia yang irreversibel dan memiliki prognosis sangat buruk. 2. Reaksi saluran cerna Bermanifestasi dalam bentuk mual,muntah,glositis,diare,dan enterokolitis 3. Sindrom Gray Pada neonatus,terutama bayi prematur yang mendapat dosis tinggi(200mg/kgBB) dapat timbul sindrom gray. -Kuinolon Asam Nalidiksat adalah prototip antibiotika golongan Kuinolon lama yang dipasarkan sekitar tahun 1960. Walaupun obat ini mempunyai daya antibakteri yang baik terhadap kuman gram negatif, tetapi eliminasinya melalui urin berlangsung terlalu cepat sehingga sulit dicapai kadar pengobatan dalam darah. Karena itu penggunaan obat Kuinolon lama ini terbatas sebagai antiseptik saluran kemih saja. Pada awal tahun 1980, diperkenalkan golongan Kuinolon baru dengan atom Fluor pada cincin Kuinolon ( karena itu dinamakan juga Fluorokuinolon). Perubahan struktur ini secara dramatis meningkatkan daya bakterinya, memperlebar spektrum antibakteri, memperbaiki penyerapannya di saluran cerna, serta memperpanjang masa kerja obat. Golongan Kuinolon ini digunakan untuk infeksi sistemik. Yang termasuk golongan ini antara lain adalah Spirofloksasin, Ofloksasin, Moksifloksasin, Levofloksasin, Pefloksasin, Norfloksasin, Sparfloksasin, Lornefloksasin, Flerofloksasin dan Gatifloksasin. Farmakodinamik Mekanisme Kerja Pada saat perkembang biakkan kuman ada yang namanya replikasi dan transkripsi dimana terjadi pemisahan double helix dari DNA kuman menjadi 2 utas DNA. Pemisahan ini akan selalu menyebabkan puntiran berlebihan pada double helix DNA sebelum titik pisah. Hambatan mekanik ini dapat diatasi kuman dengan bantuan enzim DNA girase. Peranan antibiotika golongan Kuinolon menghambat kerja enzim DNA girase pada kuman dan bersifat bakterisidal,

sehingga kuman mati. Spektrum antibakteri Kuinolon lama aktif pada kuman gram negatif, seperti : E.coli, Proteus, Klebsiella, Enterobacter. Fluorokuinolon baru (moksifloksasin, gatifloksasin), aktif pada kuman gram positif dan negatif, serta kuman-kuman atipik (mycoplasma, chlamydia). Resistensi Mutasi gen gyrase A, perubahan permukaan sel, peningkatan mekanisme pemompaan obat keluar (efflux) Farmakokinetik Asam naliksidat diserap baik oleh saluran cerna, tapi diekskresi cepat oleh ginjal. Obat ini tidak bermanfaat untuk infeksi sistemik. Fluorokuinolon diserap lebih baik melalui saluran cerna dibanding asam nalidiksat. Ofloksasin, Levofloksasin, Gatifloksasin, dan Moksifloksasin adalah fluorokuinolon yang diserap baik sekali pada pemberian oral. Pefloksasin adalah fluorokuinolon yang absorpsinya paling baik dan masa paruh eliminasinya paling panjang. Bioavailabilitasnya pada pemberian oral dan parenteral sama. Penyerapan siprofloksasin dan fluorokuinolon terhambat bila diberikan bersama antasida. Fluorokuinolon dapat mencapai kadar tertinggi dalam jaringan prostat. Siprofloksasin dan Ofloksasin mencapai kadar tinggi dalam cairan serebrospinal bila ada meningitis. Fluorokuinolon masa paruh eliminasinya panjang, sehingga obat cukup diberika 2x1 hari. Efek Samping dan Interaksi Obat Golongan antibiotika Kuinolon umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Efek sampingnya yang terpenting ialah pada saluran cerna dan susunan saraf pusat. Manifestasi pada saluran cerna,terutama berupa mual dan hilang nafsu makan, merupakan efek samping yang paling sering dijumpai. Efek samping pada susunan syaraf pusat umumnya bersifat ringan berupa sakit kepala, vertigo, dan insomnia. Efek samping yang lebih berat dari Kuinolon seperti psikotik, halusinasi, depresi dan kejang jarang terjadi. Penderita berusia lanjut, khususnya dengan arteriosklerosis atau epilepsi, lebih cenderung mengalami efek samping ini. Enoksasin menghambat metabolisme Teofilin dan dapat menyebabkan peningkatan kadar Teofilin. Siprofloksasin dan beberapa Kuinolon lainnya juga memperlihatkan efek ini walaupun tidak begitu dramatis.

1.Penggunaan Klinik Infeksi saluran kemih Seperti Prostatitis, Uretritis, Servisitis dan Pielonfritis. Infeksi saluran cerna Seperti demam Tifoid dan Paratifoid Infeksi saluran nafas bawah seperti Bronkitis, Pneumonia, Sinusitis Penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin Gonore

Infeksi jaringan lunak dan tulang Seperti Osteomielitis. Untuk infeksi pasca bedah oleh kuman enterokokus Ps. aeroginosa atau stafilokokus yang resisten terhadap Beta Laktam atau Aminoglikosid. 2.Sediaan di Pasaran a. Spirofloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Spirofloksasin 250 mg, 500 mg, 750 mg bahkan ada yang 1.000 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Spirofloksasin 200 mg/100 ml. b. Ofloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Ofloksasin 200 mg dan 500 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Ofloksasin 200 mg/100 ml. c. Moksifloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan Moksifloksasin kandungan 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Moksifloksasin 400 mg/250 ml.

d. Levofloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Levofloksasin 250 mg dan 500 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Levofloksasin 500 mg/100 ml. e. Pefloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Pefloksasin 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Pefloksasin 400 mg/125 ml dan ampul dengan kandungan Pefloksasin 400 mg/5 ml. f. Norfloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg. g. Sparfloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 200 mg.

h. Lornefloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg. i. Flerofloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan 400 mg/100 ml. j. Gatifloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk vial untuk ijeksi dengan kandungan 400 mg/40 ml.

You might also like