You are on page 1of 16

Drs. Purbo Suwasono, M.

Si
Jurusan Fisika FMIPA UM
126
BAB 8
OSILASI

Dalam bagian ini akan dibahas beberapa konsep dasar yang berkaitan dengan
osilasi. Osilasi yang akan dibahas adalah osilasi harmonik sederhana yang meliputi
pengertian osilasi, persamaan gerak harmonik sederhana, energi dalam gerak harmonik
sederhana, kemudian kaitan antara gerak harmonik dengan gerak melingkar beraturan.
Agar tinjauan gerak harmonik tersebut dapat dipahami lebih baik lagi, perlu
dibahas aplikasi nyata dalam suatu percobaan di laboratorium seperti ayunan sederhana,
ajunan fisis, ayunan puntir, dan gerak harmonik sederhana yang menggunakan dua
benda. Pada bagian akhir disajikan pembahasan tentang superposisi gerak harmonik,
gerak harmonik teredam, osilasi terpaksa, dan resonansi.

8.1 Pengertian Osilasi
Suatu gerak yang berulang pada selang waktu yang tetap disebut gerak
periodik. Jika geraknya bolak-balik pada jalan yang sama gerak ini disebut osilasi atau
getaran.
Osilasi merupakan gangguan lokal terhadap besaran fisis tertentu. Gangguan
ini dapat berupa osilasi kedudukan partikel, osilasi tekanan atau kerapatan massa pada
medium yang bersangkutan, dan osilasi medan listrik-magnet yang berasal dari osilasi
arus atau rapat muatan listrik. Dalam kenyataannya benda yang bergetar lama-kelamaan
dapat berhenti karena pengaruh gaya gesekan. Gerak yang demikian dinamakan gerak
periodik teredam.

8.2 Persamaan Gerak Harmonik Sederhana
Jika suatu partikel bergetar sekitar suatu posisi setimbang, dan resultan gaya
yang arahnya selalu menuju ke titik kesetimbangan pada partikel sebanding dengan
jarak partikel dari posisi setimbang, maka partikel tersebut dikatakan melakukan gerak
harmonik sederhana.
Contoh: Suatu benda massanya m, diikatkan pada suatu pegas. Anggap benda m dan
pegas dapat bergerak tanpa gesekan sepanjang bidang horisontal. Jika benda m ditarik
sejauh x pegas melakukan gaya F pada benda sebesar F = - k x.
Drs. Purbo Suwasono, M.Si
Jurusan Fisika FMIPA UM
127
Tanda negatif berarti arah gaya selalu berlawanan dengan arah simpangan, gaya ke kiri
bila x positif, dan ke kanan bila x negatif. Jadi gaya pada benda selalu menuju ke titik
setimbang x=0 dan disebut sebagai gaya pemulih. Perhatikan Gambar 1. Dari hukum II
Newton diperoleh hubungan:
F = - k x = m d
2
x / dt
2

d
2
x /dt
2
+ k/m (x) = 0 (8.1)

Gambar 8.1
Balok meluncur di atas bidang horizontal tanpa gesekan, sehingga terjadi gerak harmonik
sederhana.(Halliday Resnick)

Persamaan (8.1) karena mengandung turunan terhadap fungsi x, dinamakan persamaan
diferensial. Jika e
2
= k/m maka penyelesaian dari persamaan (8.1) adalah:
x(t) = A cos ( e t + o ) (8.2)
dimana A = amplitudo, e = frekuensi sudut, (et + o) = fasa, o = tetapan fasa.
Jika o = - t/2, misalnya maka x = A sin et, sehingga x mempunyai nilai nol pada saat
t= 0. Jika o= 0 penyelesaiannya menjadi x = A cos et. Amplitudo dan tetapan fase dari
Drs. Purbo Suwasono, M.Si
Jurusan Fisika FMIPA UM
128
osilasi ditentukan oleh posisi dan laju awal dari partikel. Sekali gerak sudah dimulai,
partikel akan bergerak dengan amplitudo dan tetapan fasa yang konstan pada satu nilai
frekuensi. Buat grafik x(t) vs t yang a) A sama dan sefase, b) A sama dan berlawanan
fase, c) A berbeda dan beda fase 30
0
.
Jika pada persamaan (8.2) waktu t ditambah dengan 2 t/e maka diperoleh
x = A cos { e(t +2t/e) + o) = A cos ( et + o). Ternyata fungsi kembali pada nilai
semula setelah selang waktu 2t/e, sehingga 2t/e adalah periode gerak (T).
Karena e
2
= k/m, maka T = 2t/e = 2t\m/k (8.3)
Untuk x = cos et, kecepatan v(t) = dx/dt = - A esin et (8.4)
Percepatan a(t) = d
2
x /dt
2
= - A e
2
cos et (8.5)
Lukiskan grafik x(t) vs t, v(t) vs t dan a(t) vs t.

8.3 Tinjauan Energi dalam Gerak Harmonik Sederhana
Selama tidak ada gaya disipatif yang bekerja, energi mekanis total konstan.
Untuk gerak harmonik sederhana yang simpangannya dinyatakan dalam persamaan
(8.2), energi potensialnya setiap saat diberikan oleh: E
p
= 1/2 k x
2
E
P
= 1/2 k A
2
cos
2
( et+o) ( 8.6)
Selama geraknya energi potensial berubah-ubah diantara nol dan harga maksimum 1/2
kA
2
seperti ditunjukkan dalam Gambar 8.2a dan 8.2b.
Energi kinetik E
K
setiap saat adalah 1/2 mv
2
. Dengan memasukkan harga
v= dx/dt dan e
2
= k/m maka
E
K
= 1/2 kA
2
sin
2
(e t + o) (8.7)
Selama geraknya energi kinetik berubah-ubah diantara nol dan harga maksimum 1/2
kA
2
, seperti ditunjukkan dalam Gambar 8.2a dan 8.2b.
Energi mekanik total adalah jumlah energi kinetik dan energi potensial.







Drs. Purbo Suwasono, M.Si
Jurusan Fisika FMIPA UM
129










Gambar 8.2
Energi Kinetik, Energi Potensial dan Energi total sebagai fungsi waktu
dan sebagai fungsi simpangan (Halliday Resnick)

8.4 Kaitan Gerak Harmonik Sederhana dengan Gerak Melingkar
Cara lain untuk memperoleh simpangan suatu gerak harmonik sederhana
adalah dengan memproyeksikan gerak melingkar beraturan pada garis tengahnya.
Misalkan pada saat t = 0 benda berada pada titik P dengan vektor posisi membuat sudut
|

terhadap sumbu x, perhatikan Gambar 3. Setelah t detik kemudian benda berada


pada titik Q dengan sudut |= et+ |
0
. Proyeksi vektor posisi benda terhadap sumbu
mendatar (x):
x (t) = A cos ( et + |
0
) (8.8)
yang menyatakan gerak harmonik sepanjang sumbu x. Dengan demikian gerak
harmonik dapat dinyatakan sebagai suatu vektor yang berputar dengan kecepatan sudut
e.








Gambar 8. 3
Proyeksi gerak melingkar suatu benda pada salah satu garis tengah lingkaran.


et
x
Drs. Purbo Suwasono, M.Si
Jurusan Fisika FMIPA UM
130
Misalnya proyeksi gerak melingkar itu pada garis tengah horizontal yang berada di
sumbu-x. Panjang vektor menyatakan amplitudo, dan sudut antara vektor dengan
sumbu-x menyatakan sudut fase gerak tersebut. Persamaan (8.8) dapat dinyatakan
sebagai suatu vektor dengan panjang A dan membuat sudut | = (et +|
0
) terhadap
sumbu x dan dapat ditulis:
x(t) = A< | = ( et +|
0
) (8.9)
Vektor yang berputar ini menyatakan gerak harmonik, juga disebut fasor. Dalam
menyatakan fasor suatu gerak harmonik, kita perlu ingat bahwa gerak tersebut terjadi
sepanjang sumbu x, sehingga proyeksi dari fasor selalu berhubungan dengan fungsi
cosinus. Berarti kita harus selalu mengubah persamaan gerak harmonik yang kita tinjau
menjadi fungsi cosinus lebih dahulu, baru sudut fasa diambil sebagai sudut fasor.

8.5 Aplikasi Gerak Harmonik Sederhana
1. Ayunan Sederhana
Ayunan sederhana adalah suatu sistem yang terdiri atas sebuah massa titik m
yang digantung dengan tali tanpa massa yang panjangnya L dan tak dapat mulur. Jika
ayunan ini ditarik kesamping dengan sudut u terhadap arah















Gambar 8.4
Suatu benda melakukan ayunan sederhana.
Gaya-gaya yang bekerja pada bandul sederhana adalah
tegangan tali T dan gaya berat beban mg
(Halliday Resnick)


Drs. Purbo Suwasono, M.Si
Jurusan Fisika FMIPA UM
131
vertikal dari posisi setimbang kemudian dilepas, maka massa m akan berayun dalam
bidang vertikal dibawah pengaruh gaya gravitasi. Gaya yang bekerja pada partikel
adalah gaya berat mg dan gaya tarik T. Komponen radial dari gaya-gaya yang bekerja
memberikan percepatan sentripetal yang diperlukan agar benda bergerak pada busur
lingkaran. Komponen tangensial adalah gaya pembalik/pulih yang bekerja pada benda
m dan cenderung mengembalikan massa pada posisi setimbang. Jadi gaya pulihnya
F = - mg sin u (8.10)
Ternyata gaya pulih disini tidak sebanding dengan u , tetapi sebanding dengan sin u,
akibatnya gerak yang dihasilkan bukan gerak harmonik sederhana.
Tetapi jika u kecil sehingga sin u ~ u, geraknya menjadi harmonik sederhana.
Simpangan sepanjang busur lintasan dapat dianggap garis lurus x = L u. Jadi untuk
simpangan yang kecil, gaya pembaliknya sebanding dengan simpangan dan arahnya
berlawanan, yaitu F = - mg sin u ~ mg u = mg x/L. Periode ayunan:
g
L
2 T t = (8.11)

2. Bandul Puntiran (Torsional Pendulum)
Sebuah piringan digantung pada ujung sebuah batang kawat yang dipasang pada pusat
massa piringan. Batang kawat tersebut dibuat tetap
terhadap sebuah penyangga yang kokoh dan terhadap
piringan. Pada posisi setimbang garis OP
menghubungkan titik P pada pusat piringan. Jika
piringan dirotasikan dalam bidang horizontal kearah
posisi radial Q, kawat akan terpuntir.
Kawat yang terpuntir akan melakukan torka pada
piringan yang cenderung akan mengembalikannya
pada posisi P, ini merupakan torka pemulihnya.





Gambar 8.5
Bandul Puntiran Garis yang
ditarik dari pusat P berosilasi
di antara Q dan R
(Halliday Resnick)
Drs. Purbo Suwasono, M.Si
Jurusan Fisika FMIPA UM
132
Perhatikan Gambar 8.5. Untuk puntiran kecil maka torka pemulihnya sebanding dengan
pergeseran sudut (Hk. Hooke), sehingga:
t = k u (8.12)
k adalah konstanta puntiran (torsional) yang bergantung pada sifat kawat. Tanda negatif
menunjukkan bahwa torka berlawanan arah dengan simpangan sudut.
Persamaan geraknya: t = I o = I de/ dt = I d
2
u/ dt
2

d
2
u / dt
2
= - (k/I) u (8.13)
Persamaan (8.13) untuk gerak harmonik sudut sederhana, dimana simpangan linier x
dalam gerak harmonik linier diganti dengan simpangan sudut u massa m dengan
kelembaman rotasi , konstanta gaya k dengan konstanta puntiran k.
Penyelesaian persamaan (8.13) adalah
u = u
m
cos (e t + |) (8..14)
Periode osilasi:
k
t =
I
2 T (8.15)
Osilasi puntiran semacam ini banyak digunakan misalnya dalam galvanometer, neraca
Cavendish, roda keseimbangan dalam arloji.

3. Bandul Fisis (Physical Pendulum)
Bandul fisis terdiri atas sembarang benda tegar yang digantungkan sehingga
benda dapat berayun dalam bidang vertikal terhadap sumbu yang melalui benda
tersebut. Bandul ini merupakan perluasan bandul sederhana yang hanya terdiri atas tali
tak bermassa yang digantungi partikel tunggal.
Untuk lebih sederhananya dipilih bandul yang berupa lempeng pipih misalnya
kepingan plywood yang bentuknya tak beraturan. Sumbu osilasinya tegak lurus bidang
ini, dipasak pada sumbu di titik P dan disimpangkan dari posisi setimbangnya sebesar
sudut. Posisi setimbangnya adalah pada keadaan pusat massa benda C terletak vertikal
dibawah P. Jarak dari pasak ke pusat massa adalah d, kelembaman rotasi benda terhadap
sumbu yang melalui pasak adalah I, massa benda M.



Drs. Purbo Suwasono, M.Si
Jurusan Fisika FMIPA UM
133











Gambar 8.6
Bandul fisis pipih (Halliday Resnick)

Torka pemulih disebabkan oleh komponen tangensial gaya gravitasi yaitu:
t = - Mgd sin u (8.16)
Syarat gerak harmonik sederhana akan terpenuhi jika sin u ~ u, sehingga untuk
amplitudo kecil, t = - Mgd u dengan t = - ku maka k = Mgd sedang t = Id
2
u/ dt
2

= I o, sehingga persamaan deferensialnya: adalah d
2
u/dt
2
= t/I = k u/I

Periodenya adalah:
Mgd
I
2 T t = (8.17)

4. Gerak Harmonik Sederhana Dua Benda
Osilator dua benda ini terdiri atas dua masing-masing massanya m
1
dan m
2
yang
dihubungkan dengan pegas tak bermassa yang mempunyai konstanta gaya k. Sistem
bebas berosilasi di atas permukaan horizontal tanpa gesekan. Letak ujung-ujung pegas
dinyatakan dengan koordinat x
1
(t) dan x
2
(t) seperti ditunjukkan Gambar 7. Panjang
pegas pada suatu saat adalah x
1
- x
2
. Dalam keadaan kendur, tanpa tegangan,
panjangnya L, sehingga perubahan panjang pegas
x(t) = (x
1
- x
2
) L (8.18)

Drs. Purbo Suwasono, M.Si
Jurusan Fisika FMIPA UM
134







Gambar 8.7
a). Dua benda massa m
1
dan m
2
dihubungkan oleh sebuah pegas yang panjangnya tanpa regangan l.
b). benda tunggal bermassa dihubungkan oleh pegas serupa yang identik pada dinding yang kokoh
(Halliday Resnick)

Jika x positif, pegas terentang, jika x =0 pegas dalam keadaan kendur, dan jika x negatif
pegas tertekan. Misalkan pegas dalam keadaan terentang x>0, pada massa m
1
pegas
melakukan gaya sebesar -F dan pada massa m
2
pegas melakukan gaya sebesar F, kedua
gaya sama besar yaitu F=k x dan berlawanan arah. Hukum Newton II jika diterapkan
pada massa m
1
dan m
2
diperoleh:
m
1
d
2
x
1
/ dt
2
= - k x
m
2
d
2
x
2
/ dt
2
= + k x
Bila persamaan pertama dikalikan dengan m
2
dan persamaan kedua dikalikan dengan m
1

kemudian dikurangkan diperoleh:
m
1
m
2
d
2
x
1
/ dt
2
- m
1
m
2
d
2
x
2
/ dt
2
= -m
2
k x - m
1
k x dapat ditulis sebagai:
(m
1
m
2
/ m
1
+ m
2
) d
2
(x
1
- x
2
) / dt
2
= -k x (8.19)
Besaran = (m
1
m
2
/ m
1
+ m
2
) (8.20)
dinamakan massa tereduksi.
dapat juga ditulis 1/ = 1/m
1
+ 1/m
2
yang berarti bahwa selalu lebih kecil daripada
m
1
atau m
2
, itu sebabnya disebut massa tereduksi.
Karena L konstan maka persamaan diferensialnya dapat ditulis:
d
2
x / dt
2
+ (k/) x = 0 (8.21)
dimana x adalah simpangan relatif kedua balok dari posisi setimbangnya, dan massa
tereduksi balok.
Periodenya:
k
2 T

t = (8.22)


Drs. Purbo Suwasono, M.Si
Jurusan Fisika FMIPA UM
135
8.6 Superposisi Gerak Harmonik
Superposisi adalah penjumlahan dua gerak bebas/independen/tidak saling
mempengaruhi, menjadi suatu gerak resultan.
Seperti halnya pada saat mempelajari kinematika penjumlahan dua komponen
gerak menjadi gerak resultan, komponen gerak yang searah sumbu x tidak
mempengaruhi komponen gerak yang searah sumbu y. Dalam gerak harmonik juga
demikian. Ada dua macam penjumlahan yang akan dibahas yaitu yang searah dan yang
tegak lurus.

1. Superposisi Dua gerak Harmonik Searah
a. Dua gerak harmonik sederhana yang frekuensi sudut dan sudut fasenya sama,
amplitudonya berbeda.

Misalnya: x
1
(t) = A
1
cos (et + |
0
) dan x
2
(t) = A
2
cos (et + |
0
) . Hasil superposisinya
adalah:
x
R
(t) = x
1
(t) + x
2
(t) = ( A
1
+ A
2
) cos (et + |
0
) (8.23)
merupakan gerak harmonik baru yang sefase dengan x
1
(t) dan x
2
(t) tetapi amplitudonya
merupakan jumlah kedua amplitudo. Coba gambarkan!

b. Dua gerak harmonik sederhana dengan frekuensi sudut sama tetapan fase dan
amplitudonya berbeda.

Misalnya: x
1
(t) = A
1
cos (et + |
01
) dan x
2
(t) = A
2
cos (et + |
02
). Hasil superposisinya
adalah:
x
R
(t) = x
1
(t) + x
2
(t) = A
R
cos (et + |
0P
) (8.24)
Harga A
R
dan |
R
tidak bergantung pada waktu, sedangkan untuk menentukan harganya
diperlukan 2 persamaan, oleh karena itu 2 persamaan tersebut diambil untuk t = 0 dan
et = -90
0
. Kemudian masing-masing hasilnya kuadratkan dan setelah dikuadratkan
keduanya dijumlahkan, akan diperoleh:
A
R

2
= A
1

2
+ A
2

2
+ 2 A
1
A
2
cos (|
01
- |
02
) (8.25)
Sedang jika kedua persamaan dibagikan akan diperoleh:
|
0R
= arc tg (A
1
sin |
01
+ A
2
sin |
02
) / A
1
cos |
01
+ A
2
cos |
02
) (8.26)

Drs. Purbo Suwasono, M.Si
Jurusan Fisika FMIPA UM
136

2. Superposisi dua gerak harmonik yang saling tegak lurus
a. Dua gerak harmonik yang saling tegak lurus, frekuensi sudut sama, amplitudo
dan tetapan fase berbeda

Misal x(t) = A
x
cos (et + |
0
) dan y(t) = A
y
cos (et + |
0
) sehingga x/A
x
= y/ A
y
atau
y = (A
y
/ A
x
) x. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa jika digambar bentuk
diagramnya berupa garis lurus. Gambarkan!

b. Dua gerak harmonik Amplitudo sama, fase berbeda |

= |

+ 90
0
.


Hasil superposisinya berupa ellips. Gambarkan!

c. Dua getaran harmonik yang frekuensinya sama, amplitudo sama dalam arah saling
tegak lurus dengan beda fase A| = o akan menghasilkan gambar Lissajous seperti
ditunjukkan dalam Gambar 8-8

















Gambar-8.8
Hasil superposisi dua gerak harmonik yang saling tegak lurus yang dikenal dengan lukisan Lissajous
(Sutrisno: Seri Fisika Dasar ITB)

Drs. Purbo Suwasono, M.Si
Jurusan Fisika FMIPA UM
137
8.7 Gerak Harmonik Teredam
Pada kenyataannya amplitudo suatu osilasi makin
lama makin berkurang, dan osilasi akan berhenti.
Hal ini disebabkan karena adanya gaya gesekan,
dalam banyak hal gaya gesekan ini sebanding
dengan kecepatan benda dan arahnya berlawanan.
Contoh osilator teredam ditunjukkan dalam
Gambar 8.9. Persamaan gerak diturunkan dari
hukum II Newton F = m a. dengan F terdiri atas
gaya pulih - k x dan gaya redam - b dx/dt sehingga
persamaannya dapat ditulis:
-k x - b dx/dt = m d
2
x/dt
2
atau
m d
2
x/dt
2
+ b dx/dt + k x = 0 (8.27)
Penyelesaiannya adalah
x = A e
- bt//2m
cos (e
1
t + o) (8.28)
dengan
2
) m 2 / b ( m / k ' = e
Arti fisis persamaan tersebut adalah Amplitudo eksponensial menurun yang lama
kelamaan menjadi nol, digambarkan titik-titik. Frekuensi osilasi menjadi lebih kecil
atau periode osilasi menjadi lebih besar jika ada gesekan. Grafik simpangan x terhadap
waktu dilukis pada Gambar 8. 10.










Gambar 8.10
Grafik simpangan x terhadap waktu t untuk osilator teredam (Halliday Resnick)

Gambar 8.9
Osilator harmonik teredam
(Halliday Resnick)

Drs. Purbo Suwasono, M.Si
Jurusan Fisika FMIPA UM
138
8.8 Osilasi Terpaksa dan Resonansi
Jenis osilasi yang telah dibahas adalah osilasi yang terjadi sendiri disebut
sebagai osilasi bebas, frekuensi yang terjadi disebut frekuensi alami yang besarnya
m
k
= e . Jika ada gesekan frekuensi berubah menjadi:
2
) m 2 / b ( m / k ' = e
Jika pada osilator bekerja gaya luar yang juga berosilasi maka osilasi yang
terjadi dinamakan osilasi paksa. Frekuensi osilasi paksa sama dengan frekuensi gaya
luar.
Persamaan gerak dari osilasi paksa dapat diturunkan dari persamaan II Newton.
Gaya luar dimisalkan sama dengan F
m
cos e t, gaya pulih -kx dan gaya redam - b dx/dt.
Ketiga gaya tersebut membentuk suatu persamaan sebagai berikut.
-kx -b dx/dt + F
m
cos e t = m d
2
x/dt
2
(8.29)
Penyelesaian persamaan tersebut adalah:
x(t) = F
m
cos (e t - o) / [ ( m e
2
k)
2
+ b
2
e
2
|
1/2

x(t) = F
m
cos (e t - o) /[m
2
( e
2
e
0
2
)
2
+ b
2
e
2
|
1/2
(8.30)
Arti fisis penyelesaian tersebut menyatakan bahwa sistem bergetar dengan
frekuensi e sama dengan frekuensi gaya penggetar. Gerak yang terjadi tidak teredam,
amplitudo yang dihasilkan mempunyai bentuk:
A (e) = F
m
/ [m
2
( e
2
e
0
2
)
2
+ b
2
e
2
|
1/2
(8.31)
Jadi amplitudo getaran bergantung pada frekuensi gaya penggetar. Jika dilukis grafik
antara amplitudo getaran paksa terhadap frekuensi diperoleh Gambar 8.11.








Gambar 8. 11
Amplitudo osilator harmonik sederhana yang dipacu digrafikkan terhadap perbandingan
frekuensi pemacu dengan frekuensi alamiah yang tak teredam (Halliday Resnick)


Drs. Purbo Suwasono, M.Si
Jurusan Fisika FMIPA UM
139
Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa jika gaya gesekan tidak terlalu besar,
maka amplitudo getaran mencapai maksimum. Jika frekuensi gaya penggetar mendekati
frekuensi alami osilator maka akan terjadi resonansi, frekuensi penggetar dimana
resonansi terjadi disebut frekuensi resonansi.

Contoh Soal
Sebuah benda bergetar harmonik sederhana menurut persamaan |
.
|

\
|
+ =
3

t 3 cos 6 :
dengan dalam meter, t dalam detik dan bilangan dalam kurung dalam radiasi.
Hitunglah (a).Simpangan,, b).Kecepatan, c).Percepatan, d). Fase pada saat t = 2 s
Tentukan pula e). Frekuensi dan f). Periode geraknya.
Jawab:
|
.
|

\
|
+ =
3

.t 3 6cos x
t = 2 s
a). .
3

.2 6 cos 6
3

.2 3 cos 6 x |
.
|

\
|
+ t = |
.
|

\
|
t = = m 3 60 cos 6
o
=
b).
s
m
49
3

t 3 sin .6 3
dt
dx
= |
.
|

\
|
+ = =
c).
|
.
|

\
|
+ = =
3

3. 3 .cos .3 18
dt
x d
a
2
2

d). sudut fase : rad
3
19
rad
3

.2 3 = |
.
|

\
|
+
e). s
3
2
f
1
=

Rangkuman
Suatu gerak yang berulang pada selang waktu yang tetap disebut gerak periodik. Jika
geraknya bolak-balik pada jalan yang sama gerak ini disebut osilasi atau getaran.
Energi potensial sesaat suatu gerak harmonis sederhana adalah
E
P
= 1/2 k A
2
cos
2
(e t + o)
Energi kinetik sesaat suatu gerak harmonik sederhana adalah E
K
= 1/2 kA
2
sin
2
(e t + o
Energi mekanik total adalah jumlah energi kinetik dan energi potensial, yaitu sebesar
E = 1/2 kA
2

Drs. Purbo Suwasono, M.Si
Jurusan Fisika FMIPA UM
140

Soal-soal
1. Sebuah partikel bergetar harmonik sederhana dengan amplitudo 1,5 m dan frekuensi
getarnya 100 Hz.
Tentukan:
a. Frekuensi sudutnya
b. Kecepatan
c. Percepatan
d. Phasenya, bila perpindahannya 0,75 m

2. Sebuah pertikel bermassa 1 gr melakukan gerak harmonik sederhana dengan
amplitudo 0,2 cm.
a. Percepatan pada titik terjauh dari lintasannya = 8 cm/s
b. Hitung frekuensi dan kecepatan ketika partikel melalui titik seimbang.
c. Hitung kecepatannya ketika partikel mempunyai simpangan 0,12 mm
d. Tuliskan persamaan gaya yang bekerja pada partikel sebagai fungsi waktu.

3. Periode sebuah bandul 3 s, menjadi berapakah periodenya jika panjang talinya
ditambah 60 % dari panjang semula.

4. Buktikan bahwa persamaan gerak resultan dari suspensi dua getaran harmonik yang
mempunyai persamaan equation berupa ellips dengan persamaan equation.

5. Sebuah partikel melakukan gerak harmonik linier disekitar titik equation pada saat
t = 0 simpangannya 0,5 cm dan kecepatannya nol.
Tentukan:
a. persamaan simpangan sebagai fungsi waktu
b. jika frekuensi gerak harmonik tersebut 0,5 Hz, tentukan besarnya simpangannya,
kecepatan dan percepatan pada saat t = 1 s
c. jika massa partikel 1 gr m, hitung energinya.

6. Sebuah partikel melakukan gerak harmonik linier disekitar titik x = 0. pada saat
t = 0 , simpangannya 0,37 cm dan kecepatannya nol. Frekuensi gerakannya 0,25 Hz.
Tentukan:
Drs. Purbo Suwasono, M.Si
Jurusan Fisika FMIPA UM
141

a). frekuensi/laju maksimumnya c). percepatan maksimumnya
b). persamaan gerakannya d). simpang pada laju maksimum

7. Buktikan bahwa dalam osilator teredam, kecepatannya partikel diberikan oleh
persamaan: ) t ( cos e A v o o + e =

jika

e
= o dan
) t ( cos e A y
o
o + e =



8. Tiga getaran berfrekuensi sama, arahnya sama, menghasilkan suatu getaran resultan.
Bila diketahui: X
1
(t) = 100 + 10 cos wt dan X
2
(t) = 50 + 10 sin wt, sedangkan
simpangan resultannya X
R
(t) = 100 + 5 cos (wt + 45
0
). Tentukan persamaan gerak
X
3
(t)!

9. Sebuah tabung kaca dengan luas penampang A m
2
diberi beban pada bagian
bawahnya sehingga tabung bisa berdiri. Massa total tabung M kg. Kemudian tabung
diletakkan vertikal dalam suatu cairan yang massa jenisnya
C
sehingga tabung
mengapung, massa jenis tabung
T

a. Berapa kedalaman tabung yang tercelup dalam cairan, jika diketahui
A = 2 x 10
-4
cm
2
. M = 0,04 Kg.
C
= 800 Kg/m
3
b. Jika tabung ditekan ke bawah sejauh 5 cm dan kemudian dilepaskan, hitung
periode getaran tabung.






10. Pada sistem gambar berikut, diketahui k
1
= 50 N/m dan k
2
= 75 N/m.




Gambar 8. 12. Sistem osilasi dua pegas
Jika massa benda M = 1 Kg, hitung periode gerak harmonik sederhana dan sistem!
k
2
k
1
M

You might also like