You are on page 1of 6

Batuk dan flu berulang biasanya bukan suatu penyakit yang berdiri sendiri tetapi merupakan gejala dari

berbagai penyakit baik respiratorik maupun non respiratorik. Etiologi batuk dan flu berulang adalah: 1. Bronkirtis: infeksi, alergi 2. Penyakit paru supuratif: Fibrosis, Kolaps paru dengan infeksi sekunder, abses, pneumonia 3. Lesi fokal dari trakea dan bronkus : Tumor, stenosis 4. Tuberkulosis 5. Batuk berulang akibat: Tb primer, kelainan jantung bawaan Apa dampak batuk dan pilek: 1. Sulit bernafas 2. Nyeri dada 3. Demam tinggi 4. Sulit tidur Sistem Respirasi Rongga Hidung (Cavum Nasalis) Faring Laring Tenggorokan (Trakea) Cabang-cabang Tenggorokan (Bronki). Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Bronkus bercabangcabang lagi menjadi bronkiolus. Paru-paru (Pulmo) Bronkiolus berakhir pada gugus kantung udara (alveolus) tempat bermuara kapiler darah maka memungkinkan terjadinya difusi gas pernapasan. Sistem imun Imunitas atau daya tahan tubuh adalah kemampuan yang dimiliki oleh tubuh untuk melindungi tubuh dari berbagai penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus maupun benda asing lainnya. Sistem imunitas bayi telah ada sejak lahir, namun baru sebagian yang berkembang menyebabkan lebih rentan terhadap infeksi. ASI berperan penting untuk membentuk sistem imunitas pada bayi.

Kelahiran prematur adalah suatu proses kelahiran bayi sebelum usia kehamilan 37minggu, sedangkan Kehamilan aterm adalah usia kandungan antara 38-42 minggu dan ini merupakan periode terjadinya persalinan normal dengan berat badan lahir 2500-4000 gram. Penyebab kelahiran premature: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kehamilan ganda Hamil usia muda Pemeriksaan kehamilan tidak teratur Penggunaan obat saat hamil Anemia Produksi cairan amnion berlebih Infeksi Bayi tidak menangis karena paru-paru tidak berkembang dengan baik. Tekanan mekanik pada dada sehingga mengakibatkan pengempisan paru-paru dan tekanan negatif pada intra toraks, maka merangsang udara masuk dan merangsang pusat pernafasan untuk memulai pernafasan pertama. Pernafasan pertama adalah untuk mengeluarkan cairan dalam paru dan mengembangkan jaringan alveoli paru-paru untuk pertama kali sehingga udara masuk. Pada paru-paru janin mengandung cairan yang disebut surfaktan yang berfungsi untuk mengurangi tekanan permukaan alveoli dan menstabilkan dinding alveoli sehingga tidak kolaps. Tidak menangis akan mempengaruhi fungsi-fungsi organ yang lain seperti jantung pembuluh darah, otak, ginjal dan organ vital lainnya. Dampak kelahiran premature: 1. Sindrma gawat pernapasan 2. Imaturitas system saraf pusat 3. Immaturitas pada system pernapasan 4. Retinopati dan gangguan penglihatan 5. Displasia bronkopulmoner 6. Penyakit jantung 7. Jaudice

8. Infeksi 9. Anemia 10. Pertumbuhan dan perkembangan terlambat 11. Keterbelakangan mental dan motorik Prinsip dasar resusitasi yang perlu di ingat a. Memberikan lingkungan yang baik pada bayi dan mengusahakan saluran pernafasan tetap bebas serta merangsang timbulnya pernafasan b. Memberi bantuan pernafasan secara efektifpada bayi yang menunjukan usaha pernafasan lemah. c. Riwayat kehamilan dan partus akan memberikan keterangan yang jelas tentang faktor penyebab terjadinya depresi pernafasan pada BBL d. Penilaian BBL perlu dikenal baik agar resusitasi yang dilakukan dapat di pilih dan di tentukan secara adekuat. Penatalaksanaan Asfiksia 1. Langkah awal a. Mencegah kehilangan panas, termasuk menyiapkan tempat yang kering dan hangat untuk melakukan pertolongan. b. Memposisikan bayi dengan baik, (kepala bayi setengah tengadah/sedikit ekstensi atau mengganjal bahu bayi dengan kain) c. Bersihkan jalan nafas dengan alat penghisap yang tersedia Bersihkan jalan nafas dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Bila air ketuban jernih (tidak bercampur mekonium), hisap lendir pada mulut baru pada hidung. 2) Bila air ketuban bercampur dengan mekonium, mulai mengisap lendir setelah kepala lahir (berhenti seberi tar untuk menghisap lendir di mulut dan hidung). Bila bayi menangis, nafas teratur, lakukan asuhan bayi barn lahir normal. Bila bayi mengalami depresi, tidak menangis, lakukan upaya maksimal untuk membersihkan jalan nafas dengan jalan membuka mulut lebar-lebar dan menghisap lendir lebih dalam secara hati-hati.

3)

Menilai bayi dengan melihat usaha nafas, denyut jari tung dan warna kulit kemerahan, lakukan asuhan bayi barn lahir normal. Bila bayi tidak menangis atau megap-megap, warna kulit biru atau pucat denyut jari tung kurang dan 100 xlme4it, lanjutkan langkah resusitasi.

2. Langkah resusitasi a. Sebelumnya periksa dan lakukan bahwa alat resusitasi (baton resusitasi dan sungkup muka) telah tersedia dan berfungsi baik (lakukan test untuk baton dan sungkup muka) b. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sebelum memegang atau memeriksa bayi c. Selimuti bayi dengan kain yang kering dan hangat kecuali muka dan dada bagian atas, kemudian letakkan pada alas dan lingkungan yang hangat. d. Periksa ulang posisi bayi dan pastikan kepala berada dalam posisi tengadah e. Letakkan sungkup melingkupi dagu, hidung dan mulut sehingga terbentuk semacam tautan sungkup dan wajah. f. Tentukan balon resusitasi dengan dua jari atau dengan semua jari tangan (tergantung pada ukuran balon resusitasi) g. Lakukan pengujian pertautan dengan melakukan ventilasi sebanyak dua kali dan periksa gerakan dinding dada h. Bila pertautan baik ( tidak bocor) dan dinding dada mengembang maka lakukan ventilasi dengan menggunakan oksigen (bila tidak ada atau tersedia oksigen guna udara ruangan) i. Perhatikan kecepatai ventilasi sekitar 40 kali per 60 detik, dengan tekanan yang tepat sambil melihat gerakan dada (naik turun) selama ventilasi. j. Bila dinding dada tidak naik-turun dengan baik berarti ventilasi berjalan secara adekuat. k. Bila dinding dada tidak naik, periksa ulang dan betulkan posisi bayi atau terjadi kebocoran lekatan atau tekanan ventilasi kurang l. Lakukan ventilasi selama 2 x 30 detik atau 60 detik kemudian lakukan penilaian segera tentang upaya bernafas spontan dan warna kulit: 1) Bila frekwensi nafas normal (30-60 x/menit), hentikan ventilasi, lakukan kontak kulit ibu-bayi, lakukan asuhan normal bayi barn lahir (menjaga bayi tetap hangat, mulai memberikan ASI dm1 dan mencegah infeksi dan imunisasi)

2)

Bila bayi belum bernafas spontan ulangi lagi ventilasi selama 2 x 30 detik atau 60 detik kemudian lakukan penilaian ulang.

3)

Bila frekwensi nafas menjadi normal (30-60 x/menit) hentikan ventilasi lakukan kontak kulit it lakukan asuhan normal bayi barn lahir.

4)

Bila bayi bernafas, tetapi terlihat retraksi dinding dada, lakukan ventilasi dengan menggunakan oksigen (bila tersedia)

5) Bila bayi tidak bernafas, megap-megap, teruskan bantuan pernafasan dengan ventilasi. 6) Lakukan penilaian setiap 30 detik dengan menilai usaha bernafas denyut jari tung dan warna kulit 7) Jika bayi tidak bernafas secara teratur setelah ventilasi 2-3 menit, rujuk ke fasilitas pelayanan perawatan bayi resiko tinggi. 8) Jika tidak ada nafas sama sekali dan tidak ada perbaikan frekwensi denyut jari tung bayi setelah ventilasi selama 20 menit, hentikan ventilasi, bayi dinyatakan meninggal (jelaskan kepada keluarga bahwa upaya pertolongan gagal) dan beri emosional pada keluarga. dukungan

Al-Quranul Karim dan Al- hadist Ali, Muhammad. 2000. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta; Pustaka Amani Kumala, Poppy. 1998. Kamus Kedokteran Dorlan, Jakarta; EGC Price, Sylvia dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi. Jakarta : EGC Guyton, Arthur C dan John E. Hall. 2007. Fisiologi Kedokteran. Jakarta; EGC Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta; EGC

Ganong, William. 2001. Review of Medical Pghysiology. Lange Medical Books: New York Burnside, Jhon W dan Thomas J. McGlynn. 1995. Diagnosisi Fisik, Jakarta; EGC Masud, Ibnu.1989.Dasar dasar Fisiologi Kardiovaskular.Jakarta : EGC

Hassan, Rusepno dan Husein Alatas. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta; Infomedika

Aru W.Sudoyo, dkk.2006.Ilmu Penyakit Dalam Jilid III.Jakarta: UI Press T.W. Sadler. 2000. Embriologi kedokteran Langman. Jakarta; EGC

You might also like