You are on page 1of 17

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pemanfaatan teknologi nuklir untuk pembangkitan energi telah memberikan sumbangan 17% kebutuhan listrik dunia sekarang. Tetapi dewasa ini, beberapa pihak menentang penggunaan energy nuklir terkait tiga hal, yaitu ketakutan akan risiko terjadinya kecelakaan nuklir (nuclear safety issue), kekhawatiran penyalahgunaan tenaga nuklir untuk senjata (nuclear non proleferation issue), dan keberadaan limbah radioaktif (pencemaran radioaktif). Kasus kecelakaan reactor Chernobyl, merupakan salah satu contoh pencemaran zat radioaktif terbesar yang pernah terjadi. Kecelakaan tersebut menjadi pelajaran yang sangat berharga sebagai bahan pertimbangan sejalan dengan perkembangan teknologi nuklir saat ini di beberapa negara. Tragedi Chernobyl berawal dari ledakan reaktor ke-empat yang ada di Chernobyl. Ledakan terjadi saat dilakukan sebuah eksperimen yang sampai saat ini tidak ada penjelasan ekperimen apa yang sedang dilakukan saat itu. Radiasi akibat ledakan tersebut mengkontaminasi wilayah yang sangat luas di Ukraina, Belarus dan Rusia. Alhasil, ledakan reaktor nuklir di Chernobyl, Ukraina pada tahun 26 April 1986, telah mengakibatkan Chernobyl menjadi sebuah kota mati hingga saat ini. Tidak ada kepastian berapa sebenarnya jumlah korban akibat tragedi Chernobyl. Hasil yang didapat mengenai korban sampai saat ini adalah kanker ganas pada anak-anak yang baru lahir, kematian dalam jangka waktu yang diprediksi bagi para pekerja saat membereskan reruntuhan ledakan di kota itu, dan mutasi genetik luar biasa turun temurun yang menyebar di hampir sebagian dari wilayah Eropa. 1.2 Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan malakah ini yakni: 1. Mengetahui pengertian pencemaran radioaktif, dan bagaimana dampaknya 2. Mengetahui mekanisme umum meledaknya reactor nuklir di Chernobyl

3. Mengetahui seberapa besar dampak yang timbul dari peristiwa di Chernobyl tersebut 4. Mengetahui apa saja hal yang telah ditempuh untuk mengatasi masalah di Chernobyl 5. Sebagai sarana pembelajaran di masa depan 1.3 Ruang Lingkup Makalah ini membahas tentang pencemaran radioaktif secara umum dan bagaimana dampaknya terhadap lingkungan, selain itu makalah ini memaparkan tentang kronologis terjadinya kecelakaan reactor Chernobyl, dampak-dampak yang telah terjadi akibat kecelakaan reactor tersebut, serta langkah-langkah yang telah dilakukan untuk menanggulangi pencemaran radioaktif yang timbul. Pada intinya, makalah ini berisi hal-hal mengenai analisa kecelakaan Chernobyl untuk memberikan sedikit gambaran mengenai kronologinya sebagai pembelajaran ditengah teknologi nuklir yang semakin maju.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencemaran Radioaktif Pencemaran zat radioaktif adalah salah satu jenis pencemaran lingkungan yang berbahaya bagi semua makhluk hidup. Pencemaran jenis ini akibat terjadinya ledakan reaktor-reaktor atom atau bom atom sehingga menimbulkan debu radioaktif. Segala bahan dan peralatan yang telah terkena zat radioaktif yang tidak dapat digunakan lagi disebut limbah radioaktif. Sementara debu radioaktif dapat menyebabkan kesakitan hingga kematian. 2.1.2 Dampak Pencemaran Radioaktif Yang paling berbahaya dari pencemaran radioaktif seperti nuklir adalah radiasi sinar alpha, beta dan gamma yang sangat membahayakan makhluk hidup di sekitarnya. Selain itu partikel-partikel neutron yang dihasilkan juga berbahaya. Zat radioaktif pencemar lingkungan yang biasa ditemukan adalah 90SR penyebab kanker tulang dan 131J. Karena limbah memancarkan radiasi, dimana radiasi adalah setiap proses di mana energy bergerak melalui media atau melalui ruang, dan akhirnya diserap oleh benda lain, maka apabila tidak diisolasi dari masyarakat dan lingkungan maka radiasi limbah tersebut dapat mengenai manusia dan lingkungan. Misalnya, limbah radioaktif yang tidak dikelola dengan baik meskipun telah disimpan secara permanen di dalam tanah, radionuklidanya dapat terlepas ke air tanah dan melalui jalur air tanah tersebut dapat sampai ke manusia. Bahaya radiasi adalah radiasi dapat melakukan ionisasi dan merusak sel organ tubuh manusia. Kerusakan sel tersebut mampu menyebabkan terganggunya fungsi organ tubuh. Disamping itu, sel-sel yang masih tetap hidup namun mengalami perubahan, dalam jangka panjang kemungkinan menginduksi adanya tumor atau kanker. Ada kemungkinan pula bahwa kerusakan sel akibat radiasi mengganggu fungsi genetika manusia, sehingga keturunannya mengalami cacat.

2.2 Kecelakaan Chernobyl Chernobyl adalah sebuah kota di Oblast Kiev dekat dengan perbatasan Belarusia. Chernobyl terletak di koordinat 5138 LU 3011 BT. Kota ini ditinggalkan penghuninya tahun 1986 setelah bencana ledakan pembangkit listrik tenaga nuklir yang terkenal sebagai Bencana Chernobyl yang terletak 14,5 km utara-barat laut. Pembangkit tersebut dinamakan sesuai dengan nama kotanya, dan terletak di Chernobyl Raion (distrik), tetapi bukan merupakan tempat tinggal bagi pekerjanya. Pada saat pembangunan pembangkit tersebut, sebuah kota kembar, Prypiat dibangun didekatnya untuk para pekerjanya. Akibat kecelakaan tersebut tingkat radiasi di kota ini masih dalam keadaan kritis, yaitu pada 5,6 roentgen per second (R/s) (0.056 Grays per second, atau Gy/s). Kecelakaan Chernobyl disebabkan karena adanya masalah yang menggayuti manajemennya yakni bagaimana menjaga pompa pendingin tetap bekerja meski aliran listrik diputus. Sedangkan reaktor RBMK-1000 (jenis reactor Chernobyl) membutuhkan aliran pendingin terus menerus karena sifatnya yang vertikal. Sementara jika terjadi kerusakan sistem pembangkit listrik, maka aliran listrik ke pompa pendingin akan menghilang. Walaupun tiap unit reaktor telah dilengkapi dengan sepasang generator diesel otomatis, namun generator tersebut mampu menyuplai aliran listrik dalam waktu 40 detik setelah aliran listrik utama putus. Kondisi ini bisa menyebabkan perlambatan aliran pendingin, dan berpotensi menimbulkan kehilangan aliran pendingin sehingga daya yang timbul semakin besar (LOHSA : lost of heat sink accident). 2.2.1 Kronologis Terjadinya Kecelakaan Chernobyl Rangkaian kecelakaan diawali Pada 25 April 1986, ketika reaktor unit 4 direncanakan dipadamkan untuk perawatan rutin. Kemudian adanya keputusan manajemen reactor dan tim ahli untuk melakukan percobaan guna menguji respon turbin-generator apakah dapat menghasilkan energy yang cukup dalam menggerakkan pompa pendingin agar tetap bekerja pada saat pasokan uap ke turbin terhenti.

Eksperimen sudah siap dijalankan pada tengah hari 25 April. Sebagai awalnya system pendingin darurat (ECCS: emergency core coolant system) dimatikan, meski dalam prosedur operasi standar hal ini sama sekali tidak diperbolehkan. Namun mendadak otoritas kelistrikan Kiev meminta manajemen PLTN Chernobyl menjaga pasokan listriknya ke jaringan sampai jam 11 malam untuk mengantisipasi lonjakan penggunaan daya. Manajemen menyetujui hal itu sehingga daya reactor yang sudah terlanjur diturunkan ke 1.600 MWt tidak direduksi lagi. Selama 12 jam kemudian reaktor beroperasi dengan output 50 % dari normal dan tanpa ECCS. Eksperimen dilanjutkan kembali pasca jam 23:00 setempat, kali ini oleh dua operator malam yang kedua-duanya berlatarbelakang teknik listrik dan tak satupun yang sebelumnya pernah bekerja di lingkungan reaktor. Daya reaktor diturunkan ke 700 - 1.000 MWt dengan memasukkan batang-batang kendali otomatis, namun rupanya dua kru tak terlatih ini tak menyadari penurunan dayanya terlalu cepat. Pada kondisi ini produksi radioisotop Xenon135 (salah satu produk sampingan reaksi fissil) jadi berlebih, padahal radioisotop ini dikenal sebagai "racun reaktor" karena menyerap neutron lambat dalam jumlah besar. Dengan spontan daya reaktor turun ke 30 MWt. Operator tak menyadari adanya peracunan ini dan menganggap turunnya daya lebih karena kegagalan daya, sehingga memutuskan menaikkan kembali batang kendali otomatis. Tindakan ini sangat menyalahi aturan, karena pada prosedur standarnya, begitu daya turun maka reaktor harus segera dimatikan. Naiknya batang kendali otomatis hanya sanggup mengangkat daya ke 200 MWt saja, atau sepertiga dari daya nominal yang dibutuhkan untuk eksperimen. Namun operator merasa pada daya rendah itupun eksperimen bisa dilakukan. Maka pada pukul 01:05 setempat, operator menghidupkan seluruh pompa pendingin cadangan yang mengirimkan air pendingin berlebihan ke dalam reaktor, melampaui batas maksimum volume air dalam reaktor yang diperkenankan. Selanjutnya batang kendali manual pun diangkat, hal yang menyalahi prosedur operasi standar. Reaktor kini jadi sangat berbahaya karena tidak lagi memiliki batang kendali. Jika pada saat itu daya reaktor masih tetap rendah, alias jumlah neutron lambatnya tetap kecil, itu lebih disebabkan oleh kombinasi berlebihnya air dan Xenon-135 yang bisa menggantikan peran batang kendali.

Dalam keadaan demikian operator memutuskan untuk memulai eksperimen. Pukul 01:23, operator menutup katup uap ke turbogenerator. Putaran turbogenerator pun berkurang sehingga pasokan listrik ke pompa pendingin berkurang dan aliran pendingin jadi menyusut. Di dalam reaktor kini terbentuk lebih banyak uap dan celakanya diikuti dengan pembentukan gelembung air. Problem gelembung pun terjadi, sehingga daya reaktor segera menanjak. Dalam 5 detik pertama daya reaktor sudah bergerak ke angka 510 MWt. Pada tahap ini Xenon-135 mulai menghilang seiring makin banyaknya jumlah neutron. Sehingga dengan makin banyaknya air pendingin yang berubah menjadi uap, menghilangnya Xenon-135 dan dimatikannya ECCS, pengontrol daya reaktor menjadi tidak ada. Terjadilah ekskursi nuklir : kenaikan daya teramat cepat secara eksponensial pada waktu teramat singkat. Operator yang panik segera menekan tombol SCRAM guna memasukkan semua batang kendali (baik manual maupun otomatis) ke dalam reaktor. Namun butuh waktu 20 detik agar batang kendali bisa masuk sepenuhnya ke dalam reaktor. Ketika suhu reaktor kian tinggi, gerak batang kendali pun macet, hanya bagian ujung grafit dan ruang kosong saja yang sempat masuk. Ini malah makin meningkatkan intensitas ekskursi nuklir. Dalam 20 detik itu daya reaktor sudah meningkat hingga 30.000 MWt alias sepuluh kali lipat dari daya normalnya. Peningkatan daya luar biasa menghasilkan penguapan teramat brutal dimana semua cairan berubah jadi uap. Ini menghasilkan tekanan teramat besar yang merusak batang kendali, bahan bakar, grafit dan akhirnya menjebol atap beton reaktor yang tipis dalam ledakan uap. Andaikata reaktor dilindungi kubah double containment Mark-II setebal 2 meter seperti yang diterapkan pada reaktor lainnya, maka ledakan uap ini tidak akan terjadi. Ledakan uap ini segera disusul oleh reaksi uap air dengan grafit dan oksigen (dari udara luar yang masuk lewat lubang) dengan grafit sehingga timbul ledakan kedua yang tak kalah besarnya.

Gambar 1: Penampang melintang reaktor RBMK seperti digunakan di PLTN Chernobyl. Perhatikan bahwa setelah dinding beton yang mengurung reaktor ini dan kelengkapannya, tidak ada lagi pengungkung tambahan. Cacat desain inilah kontribusi terbesar pencemaran lingkungan dalam tragedi Chernobyl. Sumber : Wikipedia, 2011

Pasca kejadian, petugas pemadam kebakaran tidak diberitahu situasi sebenarnya sehingga mereka berjuang memadamkan kebakaran dalam siraman radiasi ekstra tinggi tanpa mereka sadari. Adanya kebocoran radiasi baru jelas saat petugas di PLTN Forsmark (Swedia) yang berjarak 1.100 km dari Chernobyl mendeteksi tingkat radiasi cukup besar sehari pasca ledakan, dimana radiasi di luar kompleks PLTN mereka jauh lebih besar dibanding didalamnya hal ini terjadi karena zat radioaktif hasil dari ledakan Chernobyl dapat dengan mudah bercampur dengan atmosfer disebabkan pengungkungannya hanya terdiri dari empat lapis,ketika ledakan uap terjadi di internal reaktor, maka lapis pertama, kedua dan ketiga rusak berat akibat besarnya gelombang kejut produk ledakan yang disusul kebakaran, sementara lapis keempat sebagai dinding beton tipis pun tak mampu menahan tekanan gelombang kejut tersebut hingga jebol. Akibatnya tidak ada lagi yang menghalangi bahan bakar nuklir yang radioaktif (beserta produk turunannya dari reaksi fissi) dengan lingkungan sekitar. Dikombinasikan dengan kebakaran yang terjadi selama berhari-hari (akibat panas peluruhan dan panas kritikalitas reaktor), maka 9 ton bahan radioaktif (setara dengan 4 % bahan radioaktif yang tersimpan di dalam reaktor) bocor keluar.

Dari rentetan kronologis kecelakaan reactor Chernobyl maka dapat diambil beberapa alasan yang menyebabkan kecelakaan nuklir Chernobyl menjadi sangat parah yakni: Desain reaktor, yakni tidak stabil pada daya rendah - daya reaktor bisa naik cepat tanpa dapat dikendalikan. Tidak mempunyai kungkungan reaktor (containment). Akibatnya, setiap kebocoran radiasi dari reaktor langsung ke udara. Pelanggaran prosedur. Ketika pekerjaan tes dilakukan hanya delapan batang kendali reaktor yang dipakai, yang semestinya minimal 30, agar reaktor tetap terkontrol. Sistem pendingin darurat reaktor dimatikan. Tes dilakukan tanpa memberitahukan kepada petugas yang bertanggung jawab terhadap operasi reaktor. Budaya keselamatan. Pengusaha instalasi tidak memiliki budaya keselamatan, tidak mampu memperbaiki kelemahan desain yang sudah diketahui sebelum kecelakaan terjadi.

Gambar 2: lubang di atap reactor nuklir Chernobyl yang membuat internal reaktor langsung terhubung dengan udara bebas tanpa ada penghalang.

2.3 Dampak Pasca Ledakan Chernobyl Pasca ledakan Chernobyl Limbah nuklir produk fissil yang utama dan berpotensi paling berbahaya adalah Stronsium-90, Iodium-131 dan Cesium-137. Stronsium bisa menyubstitusi Kalsium sehingga suka mengendap di tulang, umur paruh-nya 29 tahun. Iodium, mampu tinggal

di kelenjar thyroid dan punya umur paruh hanya 8 hari. Sedangkan Cesium, mampu menggantikan peran Kalium/Natrium dalam tubuh makhluk hidup dan ia punya umur paruh 30 tahun. Dalam fisika, radioisotop dengan umur paling pendek justru yang paling berbahaya karena tingkat aktivitas jenisnya dan juga pelepasan energinya jauh lebih tinggi.

Gambar 3: Kontribusi dari berbagai isotop (atmosfer) di area yang terkontaminasi segera setelah kecelakaan itu.

Dosis sinar gamma eksternal di Chernobyl telah menurun hingga 1/1000 kali dosis awal dalam 10.000 hari pasca bencana. Konsentrasi Stronsium dan Iodium dalam 10.000 hari pasca bencana juga sudah susut jauh hingga mendekati nol. Iodium akan lenyap dengan sendirinya, sementara Stronsium dibereskan dengan beragam teknik termasuk salah satunya adalah teknik fitoremediasi dan bioremediasi (terutama menggunakan varian Bunga Matahari), sehingga banyak kawasan yang 100 % bebas dari ancaman Stronsium. Yang masih tersisa di daerah sekitar Chernobyl hanya Cesium-137.

Gambar 4: Peta yang menggambarkan kontaminasi Cesium-137 di area Chernobyl tahun 1996 Catatan: Jika bicara ideal, sampai kapanpun radioisotop akan tetap aktif dan memancarkan energinya. Namun dalam praktiknya digunakan pendapat umum, bahwa jika sebuah radioisotop telah melewati 2 kali waktu paro-nya, aktivitasnya dapat dikatakan sudah aman. Adapun dampak pasca ledakan reactor Chernobyl di antaranya adalah: 60 persen anak-anak Ukraina atau sejuta orang lebih menderita kanker gondok, sepuluh persen lainnya yang masih duduk di bangku SD mengalami rusak mental, serta sebagian besar anak-anak Ukraina menderita penyakit tulang, kekebalan tubuh anak-anak Ukraina pun menurun drastis sehingga disebut pula AIDS-Chernobyl. Setelah peristiwa Chernobyl terjadi peningkatan kasus kanker gondok anak, 100 kali dibanding prakecelakaan Chernobyl. Kenyataan lainnya, penduduk Kiev banyak yang terkena kanker paru-paru dan jantung. Dan banyak dokter memperkirakan, dalam waktu

mendatang, epidemi berbagai penyakit menular akan meningkat di sekitar lokasi kejadian, dan di kalangan mereka yang terpapar radiasi nuklir.

gambar 5: jumlah penderita kanker tiroid Belarus akibat kecelakaan Chernobyl (Yellow: Adults (1934) Blue: Adolescents (1518) Red: Children (014))

Anak-anak di Yunani berisiko terkena kanker dua hingga tiga kali akibat Chernobyl. Bahkan, anak-anak Yunani yang terpapar radioaktif ketika masih dalam kandungan ibunya berisiko menderita leukimia 2,6 kali lipat dibanding anak-anak lainnya. Hal ini karena adanya mutasi gen yang diberi nama 11q23.

Mengacu pada Vyacheslav Grishin dari Chernobyl Union, organisasi induk bagi para Likuidator, 25000 likuidator asal Rusia meninggal dan 70.000 mengalami cacat, hal yang sama juga terjadi pada Likuidator asal Ukraina, dan 10.000 likuidator meninggal di Belarus dan 25.000 mengalami cacat, sehingga total ada 60,000 kematian (10% dari 600.000 likuidator) dan 165.000 mengalami cacat.

Kasus penyakit kanker meningkat pesat di Belarusia, Ukraina dan Rusia. Antara 1990 dan 2000, terdapat peningkatan 40% dari semua kasus kanker di Belarusia dan peningkatan 52% di wilayah Gomel. Di Ukraina, terdapat peningkatan 12% dan di wilayah Zhytomir tingkat kematian naik hampir tiga kali lipat. Di wilayah Bryansk, Rusia, kasus kanker meningkat 2,7 kali.

Kecelakaan Chernobyl mengganggu sistem masyarakat di Belarusia, Ukraina dan Rusia. Krisis secara umum terjadi akibat interaksi yang kompleks antara faktor-faktor seperti buruknya keadaan kesehatan akibat meningkatnya ongkos kesehatan, relokasi penduduk,

hilangnya wilayah pertanian dan kontaminasi makanan, krisis ekonomi, biaya remidiasi yang dibebankan kepada negara, masalah-masalah politik, angkatan kerja yang lemah dan seterusnya. Banyak terjadi kasus-kasus mutasi gen pada manusia, hewan, dan tumbuhan yang terkena paparan radiasi radioaktif akibat ledakan Chernobyl.

Gambar 6: beberapa foto anak-anak yang terkena radiasi radioaktif Chernobyl

Gambar 7: beberapa hewan yang terkena mutasi akibat terkena debu dan racun radioaktif dari ledakan Chernobyl.

Gambar 8: (1) rusa yang menderita cacat akibat radiasi radioaktif dari peristiwa Chernobyl. (2) ikan catfish yang bermutasi menjadi 2x lebih besar dari ukuran normalnya, hal ini akibat radiasi Chernobyl. Dan apabila di konsumsi akan menyebabkan kematian.

Meskipun diresapi dengan atom nuklir yang fatal sebagian besar flora dan fauna akan terus tumbuh, meskipun bermutasi, selama bersinar matahari. Tetapi yang berakibat fatal adalah ketika flora yang terkena radiasi tersebut di konsumsi oleh manusia atau fauna lainnya maka akan menyebabkan manusia atau fauna tersebut juga akan terkena efek dari zat radioaktif hingga kematian.

Gambar 9: seekor burung yang menunjukkan berbagai fitur yang abnormal. Gambar (a) memperlihatkan burung laying-layang normal, sedangkan gambar-gambar lain menunjukkan tanda-tanda albinisme (bulu putih), paruh cacat, kantung udara cacat, dan bulu ekor yang bengkok.

Pasca ledakan reactor Chernobyl, kota Chernobyl menjadi tidak berpenghuni disebabkan tingkat radiasi di kota tersebut sangat tinggi sekitar 5,6 roentgen per second (R/s).

Kesimpulannya adalah radiasi radioaktif akibat ledakan reactor Chernobyl tidak hanya berdampak di daerah Chernobyl saja tetapi hampir di seluruh daratan eropa, baik itu pada manusia, flora, maupun fauna di eropa.

2.4 Langkah-Langkah Yang Ditempuh Pasca Ledakan Chernobyl Pasca Ledakan Chernobyl ada beberapa hal yang telah ditempuh untuk mengatasi radiasi bahan radioaktif di daratan eropa, khusunya daerah sekitar Chernobyl yakni: Berhari-hari para petugas khusus (dinamakan likvidator) menyiramkan asam borat untuk menetralisir kritikalitas reaktor seta menyemprotkan air dan lempung guna memadamkan kebakaran. Selanjutnya potongan-potongan bahan bakar yang terlontar keluar beserta tanah yang terkontaminasi berat disekitarnya dikeruk, dimasukkan ke dalam lubang hasil ledakan uap di reaktor untuk kemudian ditutup dengan sarkofagus (pengungkung raksasa) yang menahannya didalam tanpa terloloskan lagi.

gambar 5: sarkofagus yang berfungsi untuk menahan zat radioaktif agar tidak keluar ke atmosfer

gambar 6: para likuidator yang sedang membersihkan puing-puing hasil ledakan Chernobyl

Belajar dari kecelakaan Chernobyl, (International Atomic Energy Agency) IAEA telah menetapkan standar tambahan untuk memperkuat syarat keselamatan yang tinggi bagi pembangunan dan pengoperasian PLTN, antara lain, perbaikan desain reaktor, aturan main dalam bentuk basic safety, dan berbagai konvensi keselamatan.

Telur tersebut di perkirakan merupakan efek mutasi dari radio aktif dari reaktor chernobyl yg pernah mengalami kebocoran.

Kesimpulan Pengalaman operasional dari tahun ke tahun, juga pelajaran dari beberapa insiden dan kecelakaan kritikalitas (criticality accidents) di beberapa fasilitas pemrosesan bahan nuklir, maupun kecelakaan (Three Mile Island dan Chernobyl) memberikan pelajaran yang sangat berarti untuk peningkatan standar keselamatan di masa depan. Disamping perbaikan dari sisi teknologi, standar, persyaratan dan pedoman pengoperasian PLTN juga senantiasa ditinjau ulang.

Kecelakaan Chernobyl memberikan pengalaman berharga untuk pengembangan sumber daya manusia nuklir yang kompeten dan berdisiplin tinggi, peningkatan standar keselamatan, dan budaya keselamatan.

Kecelakaan tersebut

menjadi pengalaman yang sangat berharga sejalan dengan

perkembangan teknologi nuklir saat ini, desain yang lebih sempurna, efesiensi yang lebih tinggi, kapasitas yang semakin besar, tingkat keselamatan yang lebih terjamin, merupakan beberapa aspek yang diharap mampu ditingkatkan.

You might also like