You are on page 1of 2

Tumbuhkan Percaya Diri Sebagai Solusi

Sesaat sempat kita tertegun, betapa kompleksnya masalah 'peninggalan penjajahan' yang membelit kaum wanita dan keluarga di negara ini. Masalah serupa pernah pula terjadi belasan abad lalu di jazirah Arab, saat kelahiran Rasulullah saw. Di masa suram yang dijuluki 'masa jahiliyah' itulah bayi Muhammad terlahir dan dibesarkan, hingga akhirnya berhasil merubah kejahiliyahan tersebut berbalik menjadi kecerahan, menjadi sebuah bangsa teladan yang berhasil memakmurkan seluruh jazirah. Upaya untuk merubah kondisi suram tersebut, telah dilakukan oleh Rasulullah saw, dengan tuntunan langsung dari Allah SWT, dengan menggunakan sebuah metode yang seratus persen sesuai dengan kondisi dan kebutuhan manusia. Kesempurnaan strategi Allah tak perlu diragukan lagi. Maka ketika kita pun memiliki niat untuk memperbaiki kondisi sekarang, maka strategi Allah tersebut adalah alternatif pertama yang harus kita jadikan rujukan. Rekayasa Allah Subhanallah, Maha Suci Allah yang telah menyandingkan Siti Khadijah ra sebagai istri Rasulullah saw, di masamasa tersulit perkembangan Islam. Tak ada yang bisa memungkiri kenyataan bahwa pribadi wanita mulia ini mampu mewakili jati diri sosok muslimah yang diharapkan Islam. Maka keberadaan dan dukungannya terhadap perjuangan, selanjutnya merajut peran yang sangat menentukan bagi Islam. Di tengah kondisi kaum wanita yang sangat direndahkan pada masa itu, lengkap dengan mental terbelakang serta kepribadian yang buruk, maka sepak terjang Khadijah beserta beberapa sahabat muslimah yang ikut mengawali munculnya Islam nampak ibarat secercah cahaya putih yang menampakkan sinarnya di tengah kegelapan malam. Selanjutnya cahaya itu pun menjadi panduan bagi wanita-wanita lain untuk menemukan Islam, menemukan jati dirinya sebagai wanita yang didudukkan pada posisi yang mulia. Semenjak awal Rasulullah mengajarkan Islam kepada para assabiqunal awwalun (sahabat pertama) secara rutin di rumah Arqam bin Arqam, prinsip persaman derajat antara pria dan wanita pun sudah ditanamkan. Bahwa dalam hal ketaatan kepada Allah SWT, dalam hal ibadah dan hubungan kepada Allah SWT, tak ada beda antara kedua jenis manusia ini. Wacana ini benar-benar satu hal yang baru, yang aneh terdengar di telinga kaum Arab kala itu, yang masih sangat merendahkan kaum wanitanya. Selanjutnya, seiring dengan semakin menguatnya aqidah dan semakin kokohnya kekuatan umat, maka secara berangsur pula Allah SWT memperbaiki aturan-aturan lain yang berkaitan dengan kehidupan muslimah dan keluarga di tengah masyarakat. Aturan mengenai pembatasan poligami, pergaulan suami istri yang mengutamakan perbuatan ma'ruf terhadap istri, pengakuan terhadap pentingnya peran wanita dalam keluarga, larangan melecehkan wanita, pembatasan pergaulan antara laki-laki dan wanita, pengakuan terhadap hak-hak pribadi kaum wanita, juga hak ekonomi dan hak warisnya, pengakuan tentang pentingnya pendidikan terhadap wanita, hingga penamaan beberapa surat dalam Al Qur'an dengan nama dan istilah yang berkaitan dengan kaum wanita. Pemuliaan derajat kaum muslimah ini pun semakin didukung oleh teladan Rasulullah saw dalam memperlakukan istri-istrinya, dan kaum wanita pada umumnya. Skenario sejarah yang telah diciptakan Allah tersebut, tak diragukan telah disusun dengan sebaik-baiknya, yang paling sesuai dengan kondisi manusia. Manakala sekarang terjadi kondisi yang serupa dengan kondisi tersebut, maka tak ada jalan yang lebih baik bagi kita kecuali meneladani skenario tersebut. Berdasarkan hal itu, maka skenario yang harus disusun untuk menyelesaikan masalah di jaman sekarang disusun sebagai berikut : Kesadaran Pentingnya Percaya Diri Tanpa adanya kesadaran, tak akan ada yang hendak dilakukan. Sebelum mengenal Islam, Khadijah telah dikenal sebagai wanita yang baik budi. Tetapi hanya sampai di situ, sebab belum ada kesadaran dalam dirinya mengenai dakwah, mengenai pentingnya memperbaiki kondisi umat, terutama nasib sesama kaumnya. Di jaman sekarang pun banyak muslimah berpotensi, tetapi belum memiliki kesadaran tentang kondisi kaumnya yang sebenarnya. Disebabkan wacana berpikirnya masih terbelenggu akibat dari warisan pembodohan jaman penjajahan, mereka memandang bahwa kondisi kaum muslimah baik-baik saja. Tak ada yang salah dengan kondisi sekarang, begitu pendapatnya. Tuntutan kesetaraan wanita-pria fifty-fifty dalam segala hal dianggap satu hal wajar. Pergaulan bebas dianggap simbol kemajuan. Tontonan membuka aurat diperbolehkan, dengan dalih hanya gambar semata. Padahal mereka yang berpendapat seperti itu sudah dianggap tokoh masyarakat, cendekiawan, ulama dan kiyai. Itulah yang terjadi jika kesadaran belum tumbuh, bahwa pola berpikirnya masih terkungkung oleh mentalnya yang terjajah dan harga dirinya masih terlalu rendah karenanya. Maka dari itu, sebelum menyentuh ke masalah lain, tindakan penyadaran ini harus dilakukan terlebih dahulu. Umat harus disadarkan akan rasa 'rendah diri' sebagai penyakit yang menyerang kepribadian muslimah pada umumnya. Disadarkan bahwa rasa rendah diri ini ternyata menjadi titik awal tumbuhnya berbagai penyakit kepribadian lainnya, yang akhirnya merusak berbagai sisi kehidupan muslimat dan keluarga. Harus disadarkan pula pentingnya menumbuhkan rasa percaya diri yang sempat dikubur oleh para penjajah. Mengembalikan citra diri mulia yang sempat hilang. Yaitu citra diri yang sesuai dengan karakter kepribadian

muslimat yang dituntunkan oleh Al Qur'an dan sunnah. Bisa menghormati adat budaya bangsa yang telah berakar dengan memanfaatkan segi positifnya, dan meninggalkan kejumudan serta keterbelakangannya. Juga bisa menerima datangnya pengaruh modernisasi dari dunia barat dengan selektif, sehingga hanya menyerap kemajuan positifnya saja, dan membuang pengaruh negatifnya. Membina Pemeran Utama Semenjak turunnya wahyu kepada nabi Muhammad saw, bahkan sebelumnya, telah hadir satu sosok muslimah yang patut dijadikan teladan ideal. Dialah Siti Khadijah ra, istri Rasulullah saw, sebagai orang yang pertama kali berislam. Pribadinya menjadi panutan bagi sahabat muslimah berikutnya. Sosok seperti inilah yang harus ada di jaman jahiliyah baru di negara kita sekarang ini. Pribadi-pribadi muslimah teladan, para mujahidah panutan, serta da'iyah handal yang mampu menjadi contoh dan motivator bagi muslimah pada umumnya. Seperti juga ketika Rasulullah membina para sahabat muslimah sama seriusnya seperti membina sahabat muslim, seperti itu pulalah keseriusan yang harus ditempuh dalam membina para muslimah panutan ini. Mereka inilah yang akan menjadi pemeran utama di jaman sekarang, untuk mengembalikan posisi muslimah kepada kemuliaan sesuai ajaran Allah SWT. Pembinaan yang diberikan kepada para pemeran utama ini terutama dalam hal prinsip beragama, juga perbaikan kepribadian dan peningkatan kualitas sumber daya insaninya secara umum. Untuk itulah diperlukan segera diberikan pendidikan yang ideal bagi mereka. Kenyataannya, jumlah intelektual muslimah serta da'iyah di tengah masyarakat kita yang mayoritas muslimah ini masih teramat sedikit. Jumlah yang kecil inipun belum sepenuhnya memiliki kualitas yang mumpuni. Untuk melawan gencarnya feminisme, misalnya, yang didukung oleh deretan panjang nama kaum wanita dan muslimah yang memiliki intelektual tinggi, setaraf S2 dan S3, baik dalam ilmu umum maupun agama, ternyata baru ad satu dua nama saja yang mampu menghadangnya dengan membawa suara Al Qur'an dan sunnah. Ketika sederet pentolan feminis (yang juga ahli agama) membedah dan mengoyak-ngoyak tafsir fiqih Al Qur'an sesuai pendapat mereka, menerbitkan puluhan buku bermisi feminis yang membanjiri toko-toko buku hingga ke pelosok daerah, kita tak memiliki tokoh muslimah yang memiliki kompetensi untuk melawannya. Tak memiliki pula media yang efektif menghentikan langkah mereka. Sekedar menetralisirnya pun tak mampu. Namun kondisi ini tak boleh mematahkan semangat kita untuk berbuat sesuatu. Target harus segera dibuat. Tokohtokoh muslimah kita di tingkat nasional harus segera ditingkatkan potensinya. Diiringi pula dengan peningkatan kualitas sumber daya insani para tokoh muslimah di jajaran berikutnya, yang terjun langsung membina umat di segala penjuru daerah. Sedikit media yang sudah ada harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Memperbaiki Secara Sistemik Tindakan berikutnya yang bisa dilakukan adalah seperti rekayasa Allah SWT yang perlahan mulai merombak aturan kehidupan berkaitan dengan masalah wanita dan keluarga ini sedikit demi sedikit secara sistemik. Dilakukan secara sistemik dalam arti menyeluruh, mencakup semua sisi yang berkaitan. Diupayakan bukan hanya secara searah dari atas ke bawah, namun serentak diiringi upaya pembenahan di tingkat atas, menengah dan bawah, sekaligus pada sistim koordinasinya, dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Di tingkat atas, para pejabat pemerintahan harus menciptakan sebuah sistim pemerintahan yang menghargai posisi wanita dalam semua bidang kehidupan. Harus dipersiapkan undang-undang yang mampu melindungi hak-hak kaum wanita yang sudah selayaknya ia dapatkan. Juga diberi kesempatan untuk berpolitik serta berorganisasi demi kepentingan kaumnya. Tentu saja, semua dalam batas syariah yang sebenarnya. Para pemikir dan cendekiawan, menyusun konsep pendidikan yang lebih baik lagi khusus untuk perempuan. Harus ada percepatan di bidang pendidikan ini. Kita harus berlari mengejarnya ! Jika sekedar berjalan terseok-seok seperti yang ada sekarang, kita akan semakin tertinggal dan tertinggal. Bagaimana mungkin mobil yang berjalan 5 km/jam akan mampu menyusul mobil yang melaju 50 km/jam ? Yang terjadi adalah jarak yang semakin jauh saja. Para ulama, muballigh dan muballighah, membantu menumbuhkan kesadaran umat melalui ceramah-ceramahnya. Melalui buku-buku yang ditulis dan diterbitkan. Melalui kaset-kaset ceramahnya, juga melalui pendidikan yang diselenggarakannya. Sementara dari setiap individu muslimat sendiri memiliki kesadaran untuk minimal merubah dan memperbaiki dirinya sendiri. Kemudian memperbaiki anaknya, keluarganya, tetangganya, serta lingkungan terdekatnya. Serta dari setiap diri muslim pun menghargai , mendorong serta mendukung percepatan perbaikan kondisi kaum muslimat ini. Apabila pembenahan sistemik seperti ini bisa dilakukan, maka pemberdayaan kaum muslimat akan lebih mudah dilakukan. Keluarga akan lebih besar kemungkinan terselamatkan, begitu pula generasi muda akan terdidik menjadi generasi tangguh nantinya.

You might also like