You are on page 1of 19

TEORI KOGNITIF SOSIAL

Oleh: Erna Multahada, M.Si

Teori kognitif sosial dicetuskan oleh Albert Bandura menguji bagaimana proses individu di dalam BELAJAR MENGAMATI ORANG LAIN (modeling) dan secara bertahap dapat MENGONTROL PERILAKUNYA. Dalam pengertian: Teori kognitif sosial didasarkan pada pengakuan peran penting PEMBELAJARAN PENGAMATAN (observasional) DAN PEMBELAJARAN MANDIRI

Apa yang kamu lakukan? Jason bertanya kepada Kelly yang datang ke pojok ruangan dan melakukan gerakan memukul sedang mencoba melempar bola seperti yang dilakukan Pros (atlit), tetapi saya tidak bisa melakukannya, Kelly menjawab dengan muka merah. Saya sudah menonton game di TV malam kemarin, dan memperhatikan cara laki-laki itu memainkannya. Nampaknya selalu mudah, mereka melakukannya dengan pukulan keras dan sukses. Saya harus dapat melakukannya. Hal ini yang terlintas di dalam benak saya, jadi saya harus mencobanya.

Perbandingan Teori Behaviorisme dan Teori Kognitif Social


Persamaannya: Mereka setuju bahwa pengalaman merupakan sebab penting dari belajar Keduanya memiliki konsep reinforcement dan punishment di dalam menjelaskan perilaku Mereka setuju bahwa feedback adalah penting di dalam mengembangkan belajar

Perbedaan Teori Behaviorisme dan Teori Kognitif Social

Belajar dipandang dalam teori: - Teori behaviorisme sebagai perubahan di dalam mengamati perilaku - Teori kognitif sosial memandang belajar sebagai perubahan di dalam struktur mental yang menciptakan kapasitas untuk menunjukkan perbedaan perilaku Interaksi antara Perilaku, Lingkungan dan Faktor Personal

-Behaviorisme menyatakan satu-cara hubungan antara lingkungan dan perilaku -Bandura mengembangkan model determinisme resiprokal Faktor kognitif yang ditekankan sekarang ini adalah selfefficacy

Interpretasi dari Reinforcement dan Punishment. - Behavioris memandang reinforment dan punnishment secara langsung mempengaruhi perilaku; Teori kognitif sosial, reinforcment dan punnishment menyebabkan harapan (expectations) yg merupakan proses mental melalui kesadarannya Ex; Tim meyakini perubahan kebiasaan belajar dpt menyebabkan nilainya dapat diperbaiki

Dua hal penting yang perlu dilakukan guru yang merupakan implikasi dari Kognisi pelajar: pertama, guru akan menerangkan apakah perilaku akan diperkuat, sehingga pelajar dapat beradaptasi sesuai dengan perilaku, dan kedua, mereka akan memberikan feedback sehingga pelajar mengetahui apakah perilaku telah diperkuat.

2. PEMBELAJARAN OBSERVASIONAL (Modeling)


Pembelajaran di sini dilakukan ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain. Contohnya Tim, mengamati perilaku Susan yang sukses di dalam belajar untuk ujian. Hasilnya dia mengimitasi perilakunya (Susan).
a.

Vicarious Learning Pelajar berprilaku karena melihat perilaku orang lain yang diberi penguat, di mana perilaku orang lain tersebut merupakan pengalaman yang dialami oleh orang lain Tehnik ini diselidiki secara otomtis oleh Borden, dkk (dalam Glover dkk, 1990), pada dua anak yang duduk bersebelahan, yaitu Edwin dan Grey. Guru mulai memperhatikan dan menghargai Edwin dalam mengerjakan tugas-tugas dalam kelas. Perilaku Edwin bertambah baik. Ternyata perilaku Grey juga bertambah baik walaupun tidak mendapat penguatan dan guru. Nampaknya Grey belajar dari pengalaman Edwin.

b. Proses-proses Pembelajaran dari Model


Belajar dari Model

Attention mengamati aspek kritis dari perilaku

Retention Transfer informasi ke dalam memori

Reproduction Imitasi perilaku model

Motivation Seolah mengalami sendiri dan memperkuat diri

Contoh-contoh :

Attention:
- Tim memberikan perhatian ke strategi belajar Susan. - Guru mendapatkan perhatian siswa dgn meyakinkan isyarat yang jelas dan menarik, dgn menggunkan sesuatu yang baru dan kejutan, dan dengan moemotivasi siswa.

Retention:
-

Tim secara mental merekam perilaku Susan Begitu guru mendapat perhatian siswa, saatnya mencontohkan perilaku yang mereka inginkan siswa tiru dan kemudian memberi kesempatan kepada siswa memperaktekan atau berlatih. Ex; guru dapat memperihatkan bagaimana menulis huruf A. Kemudian siswa akan meniru contoh guru dengan mencoba menulis sendiri huruf A

Reproduction:

-Tim mengimitasi kebiasaan belajar Susan -- selama fase ini, siswa mencoba mencocokkan perilaku mereka dengan perilaku orang yang ditiru. Contoh, setelah melihat huruf A ditiru dan mempraktekkan beberapa kali, apakah siswa dapat menghasilkan kembali huruf tersebut hinggal hal itu terlihat seperti contoh guru?

Motivation: pelajar termotivasi dengan harapan dari reinforcement

untuk menghasilkan perilaku yang dimodelkan. -Tim termotivasi untuk mengimitasi perilaku Susan karena dia berharap menjadi penguat untuk melakukan hal yang demikian. -siswa memberi perhatian pada contoh tersebut, mempraktekkan, dan mereproduksinya karena mereka telah belajar bahwa inilah disukai guru dan mereka ingin menyenangkan guru tsb. Ketika anak membuat huruf A yg dapat dikoreksi, guru berkatapekerjaan yang bagus

Keefektifan Model
Mempersepsi Kesamaan Mempersepsi Kompetensi Mempersepsi Status

3. Regulasi diri dan Modifikasi Perilaku Kognitif


Bandura berpendapat bahwa siswa seharusnya diajari memiliki harapan untuk kinerja mereka sendiri dan dmemperkuat diri sendiri. Keyakinan pelajar dan harapan berpengaruh terhadap perilaku dan lingkungan. Hal ini diselesaikan melalui regulasi diri

Regulasi Diri
Regulasi Diri (MANDIRI): Regulasi diri adalah memunculkan dan memonitor sendiri pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai suatu tujuan. Tujuannya bisa berupa tujuan akademik, Contoh Tim memilih untuk pergi ke rumah Susan untuk belajar, dan dia mengembangkan pola perubahan strategi belajar, di mana dia memonitoring dirinya sendiri. Behavioris tidak mampu menjelaskan kenapa setelah Tim ke rumah Susan, Tim berubah dan melanjutkan usahanya tanpa penguat; dia memperkuat setelah sadar akan pilihannya untuk merubah, monitor, dan meneruskan strategi belajarnya. Di sini Tim telah meregulasi diri; konsekuensi tindakannya kedepan mempengaruhi perilakunya sekarang ini. Jika dia tidak memiliki regulasi diri, dia tidak akan mempertahankan perilakunya sampai perilakunya diperkuat. Tujuan selanjutnya berupa tujuan sosioemosional, contohnya mengontrol kemarahan, belajar akrab dengan teman sebaya.

Karakteristik dari Pelajar Regulasi Diri


Bertujuan memperluas pengetahuan dan menjaga motivasi Menyadari keadaan emosi mereka dan punya strategi untuk mengelola emosinya Secara periodik memonitor kemajuan ke arah tujuannya Menyesuaikan atau memperbaiki strategi berdasarkan kemajuan yang mereka buat Mengevaluasi halangan yang mungkin muncul dan melakukan adaptasi yang diperlukan Para peneliti menemukan bahwa pelajar berprestasi tinggi seringkali merupakan pelajar yang juga belajar mengatur diri sendiri (Paris dkk, dalam Santrock, 2007). Perkembangan regulasi diri dipengaruhi banyak faktor di antaranya adalah modeling dan self-eficacy

Modifikasi Perilaku Kognitif

Modifikasi prilaku kognitif, penekannannya adalah membuat pelajar memonitor, mengelola dan mengatur perilaku mereka sendri, bukan mengontrol mereka melalui faktor eksternal Metode instruksi-diri adalah sebuah teknik perilaku kognitif yang dimaksudkan guna mengajari individu untuk memodifikasi perilaku mereka sendiri. Metode instruksi-diri ini membantu orang mengubah anggapan mereka tentang diri mereka. Misalnya, pelajar yang akan menghadapi UAN sangat gugup, mereka bisa diajak untuk berbicara sendiri secara positif (Self-talk).

Bersiap menghadapi stres atau kecemasan

Apa yang harus aku lakukan? Aku akan menyusun rencana untuk menanganinya. Aku sedang memikirkan apa yang yang harus aku lakukan. Aku tidak akan cemas. Sikap khawatir tidak akan memperbaiki apa pun. Aku punya banyak strategi yang bisa aku pakai.

Mengatasi perasaan pada saat kritis/mendesak

Apa ini yang harus aku lakukan? Aku tahu akan tambah cemas. Aku cukup mengontrol diriku sendiri. Jika kecemasan datang, aku akan berhenti sejenak dan tetap fokus pada apa yang harus kulakukan.

Menggunakan pernyataan penguat diri


Bagus. Aku bisa. Aku bisa mengatasinya dengan baik. Aku akan beri tahu orang bagaimana aku berhasil melakukannya.

Kombinasi Kognisi- Strategi Manajemen-Diri

(self-management strategies)

Menurut Eggen & Kauchack (2004) merupakan suatu program yang dikembangkan untuk mengajarkan regulasi diri dengan target pada perilaku yg spesifik . Dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:

Menetapkan tujuan Memonitor tingkah laku ; Mengamati diri dikombinasi dengan tujuan yang tepat dapat merubah perilaku pelajar Menilai tingkah laku Memberikan imbalan ; Kita merasa senang ketika kita dapat menyelesaikan suatu tujuan, dan kita sering merasa bersalah ketika kita tidak dapat melakukannya, berjanji untuk dapat melakukannya lebih baik lagi di masa yang akan datang (Bandura dalam Eggen & Kauchack, 2004). Dengan adanya regulasi diri, mereka belajar untuk memperkuat dan menghukum diri mereka sendiri untuk mencapai atau gagal untuk sampai pada tujuan-tujuan

You might also like