You are on page 1of 3

Tugas Prinsip-prinsip Ekonomi Internasional

Oleh: Kurnia Sari Nastiti 070810531

Kerjasama Perdagangan Multilateral


Perdagangan multilateral merupakan bagian dari bentuk perdagangan internasional yang mana melibatkan lebih dari dua negara. Perdagangan ini diyakini dapat memberikan manfaat berupa pertumbuhan perekonomian yang lebih baik bagi negara-negara yang terlibat (Nurhemi, 251). Untuk mengatur perdagangan multilateral yang terjalin antara banyak negara di dunia, World Trade Organization (WTO) hadir sebagai sebuah organisasi perdagangan dunia dengan maksud untuk menciptakan kesejahteraan negara anggota melalui perdagangan internasional yang lebih bebas dan adil. WTO didirikan pada 1 Januari 1995 untuk menggantikan kedudukan General Agreement on Tarrifs and Trade (GATT) yang telah lebih dulu dibentuk pada tahun 1947. Kedudukan GATT digantikan oleh WTO berdasarkan pertimbangan atas sejumlah hal hasil Putaran Uruguay (Uruguay Round ) pada 1986-1994 yakni: (1) perluasan akses pasar; (2) penyempurnaan aturan main dalam GATT; (3) penyempurnaan institusi GATT; dan (4) penambahan isu baru yang belum dibahas dalam GATT seperti misalnya di bidang jasa, perlindungan hak kekayaan intelektual dan kebijakan investasi yang berpengaruh pada perdagangan internasional (Setiawati dan Amier, 71). Tujuan pendirian WTO telah ditegaskan dalam undang-undang pendirian WTO yakni mendorong arus perdagangan antar negara melalui pengurangan tariff dan hambatan dalam perdagangan serta membatasi perlakuan diskriminasi dalam hubungan perdagangan internasional. Sementara itu, fungsi WTO antara lain meliputi: (1) memberikan fasilitasi implementasi, adminstrasi, dan pelaksanaan dari perjanjian WTO dan dari perjanjian plurilateral; (2) sebagai lembaga yang menyediakan forum dan kerangka kerja untuk implementasi hasil-hasil perundingan yang telah dicapai; (3) bertindak selaku administrator dari aturan penyelesaian sengketa (Dispute Settlement Understanding); (4) berfungsi selaku administrator mekanisme pengujian kebijakan perdagangan yang secara reguler melakukan peninjauan terhadap ketentuan perdagangan dari masing-masing negara anggota; dan (5) berfungsi sebagai penjalin kerjasama dengan organisasiorganisasi internasional seperti Intrenasional Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia (World Bank) agar tercipta sinkronisasi dan konsistensi dalam pembuatan kebijakan ekonomi global. Dalam menjalankan fungsinya sebagai sebuah organisasi yang mengadministrasikan semua perjanjian perdagangan multilateral, WTO menerapkan lima prinsip penting sebagai prinsip dasar perdagangan multilateral. Prinsip pertama yakni prinsip most favoured nation (MFN) dimana menekankan pada pemberian perlakuan yang sama kepada setiap negara anggota WTO atau
|1

Tugas Prinsip-prinsip Ekonomi Internasional

Oleh: Kurnia Sari Nastiti 070810531

penduduknya dalam pemberian fasilitas perdagangan. Kedua, prinsip pengikatan tariff (tariff bindings) dimana memberikan kesempatan pada negara anggota untuk melakukan penurunan tarif dan mengikatkan diri untuk memberikan konsesi tarif berdasarkan negosiasi tarif secara multilateral. Ketiga, prinsip national treatment dimana melarang negara anggota mengenakan diskriminasi tarif pajak di dalam negeri atau dengan kebijakan lain yang menyebabkan manfaat dari penurunan tarif menjadi tidak berarti. Keempat, prinsip penghapusan kuota yang mana bertujuan untuk mengurangi hambatan kuota atas impor dan ekspor. Terakhir, adanya prinsip transparansi di antara anggota WTO meliputi transparansi atas hukum, ketentuan, keputusan, dan kebijakan perdagangan lainnya yang mempengaruhi perdagangan internasional. Pelaksanaan kinerja WTO yang berdasar pada prinsip di atas selanjutnya dijalankan oleh kelembagaan WTO yang terdiri atas: Konferensi Tingkat Menteri (Ministrial Conference) yang berwenang untuk mengambil semua keputusan terkait dengan pelaksanaan perjanjian-perjanjian WTO; Dewan Umun (General Concil) yang bertugas mengawasi pelaksanaan perjanjian WTO dan putusan-putusan yang telah diambil dalam Konferensi Tingkat Menteri; Dewan-dewan (Councils) yang berfungsi membuat seperangkat aturan dalam WTO sesuai dengan pedoman yang ditetapkan Dewan Umum; dan Komite yang mana bertugas membahas permasalahan atau isu khusus yang muncul di antara anggota WTO.

Kesimpulan dan Opini: Perdagangan multilateral merupakan bagian dari perdagangan internasional dimana melibatkan lebih dari dua negara. Untuk menghindari adanya kecurangan dan benturan kepentingan antar negara dalam perdagangan internasional dibentuklah WTO sebagai guna mendorong arus perdagangan antar negara melalui pengurangan tariff dan hambatan dalam perdagangan serta membatasi perlakuan diskriminasi dalam hubungan perdagangan internasional. Menurut pendapat penulis, tidak ada yang salah dengan kehadiran WTO sebagai sebuah organisasi yang bertujuan mengatur jalannya perdagangan multilateral. Hal yang perlu dikritisi lebih lanjut disini bukanlah mengenai kehadiran WTO melainkan implementasi dari segala bentuk aturan yang dicanangkan oleh WTO itu sendiri. Berdasarkan hemat penulis, permasalahan yang mendasar dalam kaitannya dengan implementasi aturan-aturan WTO adalah ketidaksamaan komitmen antara negara maju dan negara berkembang dalam mengimplementasikan aturan dari WTO. Komitmen dan implementasi perjanjian negara maju seringkali tidak sesuai dengan harapan negara berkembang sementara negara berkembang seringkali dihadapkan pada kendala terkait perubahan kebijakan domestik di negaranya yang harus menyesuaikan dengan aturan WTO. Permasalahan ini salah
|2

Tugas Prinsip-prinsip Ekonomi Internasional

Oleh: Kurnia Sari Nastiti 070810531

satunya dilatarbelkangi oleh adanya perbedaan kemampuan finansial, teknologi, ilmu pengetahuan, dan proses pembangunan di antara negara maju dan negara berkembang sehingga banyak dari aturan-aturan dalam WTO yang perlu dikaji ulang. Selain itu, menurut penulis, hal lain yang tidak kalah penting untuk dikritisi adalah proses penyelesaian sengketa perdagangan di WTO yang menuntut biaya tinggi. Hal ini seringkali menjadi kendala bagi negara berkembang. Negara berkembang yang pada umumnya menghadapi kendala terkait pembiayaan seringkali memprioritaskan sumber dana yang tersedia untuk keperluan pembangunan infrastruktur, memperluas kesempatan kerja, maupun untuk memberantas kemiskinan di negaranya dibandingkan untuk proses penyelesaian sengketa di Dispute Settlement Body (DSB) WTO. Oleh karena itu, dalam kasus sengketa perdagangan seringkali negara-negara berkembang dirugikan kepentingannya oleh negara-negara maju. Referensi: Nurhemi. n.d. Peluang dan Tantangan Indonesia dalam Kerjasama Perdagangan Internasional, dalam Arifin. Kerjasama Perdagangan Internasional. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Setiawati, Harum dan Amier, Gavriyuni. n.d. Kerjasama Perdagangan Multilateral, dalam Arifin. Kerjasama Perdagangan Internasional. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

|3

You might also like