You are on page 1of 8

KONTRIBUSI USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA BERDASAR PERHITUNGAN CONCENTRATION INDEX DI KABUPATEN SEMARANG

Eka Murtiasri Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Semarang Abstract This research measure the Small and Medium Enterprises (SMEs) contribution to the human resources absorbed and increasing of regional income in Semarang District. The measurement uses Concentration Index (CI) of Human Resources as an effort creating the mapping of potential SMEs. CI is one of way to examine the model of concentration geography absorbed of the human resources by SMEs in comparing the number of absorbed human resources by SMEs in regency with the number of absorbed human resources by SMEs in area. The result shows that 1.724 SMEs in six areas have CI more than 1. These areas are Jambu, Susukan, Ungaran Timur, Ungaran Barat, Banyubiru dan Pabelan. The SMEs sector have potential capability to increase are Trading 575 unit (33,35%), Farm Industry 446 unit (25,87%), Services 261 unit (15,14%) dan Farming 205 unit (11,89%) Key words: Small and Medium Enterprises (SMEs), Concentration Index (CI), contribution, human resources PENDAHULUAN Data Kementerian Negara Urusan Koperasi dan UKM dan Biro Pusat Statistik, tahun 1997 menunjukkan jumlah unit usaha di Indonesia sangat besar. Terdapat 39,76 juta unit usaha kecil dan menengah (UKM) atau sebanyak 99,8% dari 39,77 unit usaha berbagai skala usaha. Jumlah tersebut terus mengalami peningkatan hingga tahun 2006 tercatat sebanyak 48,93 juta UKM (99,85%) dari hamper 50 juta unit usaha yang ada. Dilihat dari jumlahnya, keberadaan UKM sangatlah penting, terutama jika dicermati dari kontribusi besar UKM terhadap penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Fakta menunjuk-kan bahwa memang kesempatan kerja yang diciptakan UKM jauh lebih besar dari usaha besar. Penelitian Ratih Sulistyastuti (2004) menunjukkan bahwa usaha kecil dan menengah (UKM) memberikan kontribusi rata-rata 90% terhadap penyerapan tenaga kerja pada semua sektor kegiatan usaha. UKM memiliki peran strategis dalam upaya Pemerintah memerangi kemiskinan melalui penciptaan lapangan kerja. Oleh karena itu, UKM dapat terus berperan secara optimal dalam upaya menanggulangi pengangguran yang jumlahnya terus meningkat. Menurut Tambunan (2009), sebagian besar atau sekitar 89% dari jumlah UKM terdapat di pedesaan, sehingga kelompok usaha tersebut sangat diharapkan menjadi motor penggerak pembangunan dan roda perekonomian pedesaan. Pembangunan di pedesaan diharapkan mampu mengurangi kesenjangan pembangunan antara perkotaan dan pedesaan. UKM di pedesaan bisa menjadi faktor pendorong diversifikasi kegiatan ekonomi di luar sektor pertanian di mana lahan pertanian semakin sempit karena berbagai hal. Jika UKM bisa tumbuh pesat, maka produktivitas usaha di pedesaan akan meningkat, migrasi penduduk dari desa ke kota berkurang secara signifikan. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Semarang, merupakan suatu daerah sub urban yang sangat potensiil dikembangkan. Daerah sub urban memiliki ciri wilayah pedesaan yang berbatasan dengan wilayah perkotaan. Berdasar data dari Kabupaten Semarang dalam Angka (2009), jumlah usaha kecil di Kabupaten Semarang cukup besar. Tercatat sebanyak 10.844 unit usaha yang terdiri atas 9.405 unit usaha mikro dan kecil (86.73%) dan lainnya sejumlah 1.439 unit atau 13,27% merupakan usaha menengah dan besar. Industri makanan merupakan usaha skala kecil terbanyak yang ada di Kabupaten Semarang dan setiap tahunnya menunjukkan jumlah yang semakin bertambah. Adapun jumlah nilai produksi usaha kecil menengah ini tercatat sebesar 140 milyar rupiah/tahun. Berbagai alasan yang melandasi pentingnya UKM bagi pengembangan ekonomi regional dan

50

pengentasan kemiskinan, maka diper-lukan suatu upaya pengembangan UKM melalui pemetaan profil UKM berbasis indeks penyerapan tenaga kerja. Indeks penyerapan tenaga kerja (Concentration Indeks = CI) adalah alat ukur untuk menguji pola konsentrasi geografis penyerapan tenaga kerja oleh UKM (LPMUI, 2003). Pengukuran CI dilakukan dengan membandingkan jumlah penyerapan tenaga kerja oleh UKM di suatu wilayah (kecamatan) dengan jumlah penyerapan tenaga kerja oleh UKM di Kabupaten. Daerah yang memiliki indeks konsentrasi lebih besar dari 1 (CI>1), merupakan daerah yang memiliki indeks penyerapan tenaga kerja potensial karena di daerah tersebut merupakan basis penyerapan tenaga kerja oleh UKM. Dapat dinyatakan bahwa peran UKM di kecamatan tersebut sangat signifikan sehingga perlu mendapat perhatian Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang. Berdasar berbagai argumen yang melandasi pentingnya penelitian tentang pengem-bangan UKM maka masalah yang perlu dibahas dalam penelitian ini adalah: mengukur peran UKM dalam penyerapan tenaga kerja menggunakan indeks penyerapan tenaga kerja untuk memetakan profil UKM yang potensial dikembangkan. Definisi dan Konsep Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Di Indonesia, definisi UKM diatur dalam UU RI No. 20 tahun 2008 tentang UMKM. Di dalam UU tersebut, kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan UMKM seperti yang tercantum dalam pasal 6 adalah nilai kekayaan bersih atau nilai aset tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau hasil penjualan tahunan. Dengan kriteria ini, usaha mikro adalah unit usaha yang memiliki aset paling banyak Rp. 50 juta atau dengan hasil penjualan paling besar Rp. 300 juta. Usaha kecil dengan aset lebih dari Rp.50 juta sampai Rp. 500 juta atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300 juta hingga maksimum Rp. 2,5 miliar. Sedangkan Usaha menengah dengan aset lebih dari Rp.500 juta hingga paling banyak Rp. 10 miliar atau memiliki hasil penjualan tahunan di atas Rp. 2,5 miliar hingga maksimum Rp. 50 miliar. Selain menggunakan nilai moneter sebagai kriteria, sejumlah lembaga pemerintah seperti Departemen Perindustrian dan Badan Pusat Statistik (BPS) selama ini juga menggunakan jumlah pekerja sebagai ukuran untuk membedakan skala usaha antara usaha mikro, usaha menengah dan usaha

besar. Kriteria tersebut adalah: Usaha mikro (industri rumah tangga) memiliki pekerja tetap 4 orang, usaha kecil antara 5-19 pekerja dan usaha menengah sampai dengan 99 orang. Perusahaan dengan jumlah pekerja di atas 100 orang masuk dalam kriteria usaha besar. Peran dan Karakteristik UKM dalam Ekonomi Regional Dari perspektif dunia, diakui bahwa usaha kecil dan menengah memainkan satu peran yang sangat vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia, tetapi juga di negara-negara maju. Di negara maju, UKM sangat penting, tidak hanya karena kelompok tersebut menyerap paling banyak tenaga kerja dibandingkan usaha besar, seperti halnya di negara berkembang, kontribusi UKM sangat terlihat dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Secara lebih spesifik, di negara berkembang, UKM berperan sangat penting khususnya dari perspektif kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi kelompok miskin, distribusi pendapatan dan pengurangan kemiskinan dan sangat potensial dalam pembangunan ekonomi pedesaan (regional) (Tambunan, 2009). Namun, dilihat dari sumbangannya terhadap PDB dan ekspor non migas, khususnya produk-produk manufaktur dan inovasi serta pengembangan teknologi, peran UKM di Negara sedang berkembang masih relatif rendah, dan ini merupakan perbedaan yang mencolok dengan peran UKM di negara maju (Amerika Serikat, Inggris dan Singapura). Peran klasik UKM yang paling popular dan sangat penting adalah menyediakan kesempatan kerja. UKM memiliki peran komplementer dengan perusahaan-perusahaan besar dalam penciptaan kesempatan kerja maupun pertumbuhan ekonomi (Giaoutzi et al, 1988, Alters dan Van Mark, 1986, Amstrong, 2000, Tambunan, 2002 dan Scott, 2000). Disamping peran yang sangat penting dalam penyerapan tenaga kerja, UKM juga merupakan mediasi proses industrialisasi suatu negara. Anderson (1982) menyatakan bahwa kontribusi industri kecil dan Rumah Tangga sangat penting pada tahap awal, yaitu sebesar 50% hingga 75%. Karak-teristik industri pada tahap awal ini masih bersifat elementer/dasar dan berkaitan dengan sektor pertanian. Kemudian pada tahap kedua muncullah workshop-workshop sebagai pengganti rumah sebagai lokasi usaha. Pada tahap kedua ini keberadaan UKM telah menjadi mata pencaharian pokok bagi sebagian besar masyarakat. Demikian

KONTRIBUSI USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PENYERAPAN TENAGA.( Eka Murtiasri )

51

juga dengan lokasi usaha, di mana pada tahap awal lokasi usaha cenderung di pedesaan, namun pada tahap kedua ini UKM mulai menyebar di daerah perkotaan baik urban maupun sub urban. Pada tahap kedua mulai dirintis pengelolaan manajemen usaha dan perluasan pasar. Kemunculan paradigma baru dalam pem-bangunan ekonomi regional yang dikenal dengan Modern Regional Policy diyakini memberi manfaat yang lebih besar dan berkelanjutan. Argumen utama dalam Modern Regional Policy adalah: modal utama pembangunan suatu daerah berasal dari daerah yang bersangkutan. Terdapat dua aspek kunci dalam modal pembangunan asli suatu daerah yaitu UKM (Small Medium Enterprises) dan perkembangan teknologi (technological progress). Keunggulan Usaha Kecil dan Menengah Alters dan Van Mark (1986) menegaskan tentang keunggulan UKM sehingga perlu mendapat perhatian serius dari Pemerintah. Keunggulankeunggulan tersebut adalah: a. mampu menampung tenaga kerja yang tidak tertampung di industri besar b. apabila UKM itu tumbuh, mampu menciptakan lapangan kerja baru terutama bagi pekerja dengan pendidikan terbatas/rendah c. karena sifatnya fleksibel, maka mudah memunculkan inovasi baru d. kesederhanaan manajemennya memu-dahkan proses adaptasi terhadap peruba-han lingkungan usaha baik yang bersifat controllable maupun uncontrollable. Hayter (2000) menambahkan bahwa UKM dapat meningkatkan efek multiplier dan menciptakan keterkaitan. UKM yang membeli bahan baku serta memanfaatkan jasa-jasa lokal secara langsung membutuhkan supplier. Realita tersebut mendukung hipotesis seed-bed yang mengatakan bahwa keberadaan UKM menimbulkan kemunculan usahausaha terkait. Lebih lanjut Hayter menjelaskan adanya dampak positif yang berlanjut dari keberadaan UKM dalam pembangunan daerah. Kontribusinya terhadap pembangu-nan lokal/daerah adalah kemampuannya menggali potensi daerah sekaligus menentu-kan pola pembangunan ekonominya.

METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah UKM-UKM di 19 (sembilan belas) wilayah kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Semarang. Semua UKM yang terdata dalam survey BPS Kabupaten Semarang dan Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Semarang menjadi populasi dalam penelitian ini. Peran UKM pada wilayah kecamatan dihitung dengan menggunakan Indeks Penyerapan Tenaga kerja (Concentration Index). Penerapan metode ini dilakukan dengan membandingkan jumlah daya serap tenaga kerja oleh UKM per kecamatan per jumlah penduduk perkecamatan dengan jumlah daya serap tenaga kerja oleh UKM Kabupaten per jumlah penduduk Kabupaten. Jika CI=1, artinya daya serap tenaga kerja oleh UKM di kecamatan = daya serap tenaga kerja UKM di Kabupaten. Wilayah kecamatan yang memiliki CI>1 adalah wilayah yang memiliki daya serap UKM lebih tinggi dibandingkan daya serap tenaga kerja oleh UKM di Kabupaten. Wilayah inilah yang terpilih menjadi daerah pengembangan UKM. Indeks ini dirumuskan sebagai berikut:

Ep / Pp Keterangan: En / Pn CI = Indeks Konsentrasi Ep = Tenaga Kerja UKM Kecamatan En = Tenaga Kerja UKM Kabupaten Pp = Jumlah Penduduk Kecamatan Pn = Jumlah Penduduk Kabupaten CI =
Tahap-tahap yang dilakukan untuk menghitung indeks penyerapan tenaga kerja oleh UKM (Concentration Index) adalah: 1. Menghitung rasio penyerapan tenaga kerja UKM Kabupaten, yaitu dengan membandingkan daya serap tenaga kerja oleh UKM Kabupaten dengan jumlah penduduk Kabupaten. 2. Menghitung rasio penyerapan tenaga kerja tenaga kerja UKM per kecamatan yaitu dengan membandingkan daya serap tenaga kerja oleh UKM perkecamatan dengan rasio penyerapan tenaga kerja UKM Kabupaten. Terdapat 19 (sembilan belas) kecamtan di wilayah Kabupaten Semarang.

52

TEKNIS Vol. 7, No.1, April 2012 : 50 - 57

3. Menghitung nilai indeks penyerapan tenaga kerja (Concentration Index) per kecamatan. 4. Memilih kecamatan di wilayah Kabupaten Semarang yang memiliki indeks konsentrasi lebih besar dari 1 (CI>1). Nilai ini menunjukkan kecamatan tersebut memiliki potensi serapan tenaga kerja oleh UKM lebih besar dari serapan tenaga kerja oleh UKM di Kabupaten. 5. Menganalisis keunggulan UKM pada kecamatan yang memiliki CI > 1 berdasar bidang usaha. Data yang Digunakan Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder berupa informasi hasil survey yang dipublikasikan oleh BPS Propinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Semarang, Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Semarang serta Bappeda Kabupaten Semarang. Data sekunder ini meliputi data jumlah kecamatan, jumlah UKM pada tiap kecamatan, daya serap UKM terhadap tenaga kerja pada tiap kecamatan, data jumlah penduduk Kabupaten, seluruh UKM di Kabupaten Semarang, dan data daya serap tenaga kerja oleh UKM Kabupaten Semarang. Metode Analisis Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif. Metode statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel-variabel karakte-ristik UKM yang memiliki nilai CI>1 serta mendeskripsikan bidang usaha UKM sebagai basis potensi pengembangan UKM. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kabupaten Semarang Kabupaten Semarang secara geografis terletak pada 11001454,75 - 1100393 Bujur Timur dan 70357 sampai dengan 7030 Lintang Selatan. Keempat koordinat Bujur dan Lintang tersebut membatasi wilayah seluas 95.020,674 Ha. Secara administratif, letak geografis kabupaten Semarang dibatasi oleh 6 wilayah tingkat II. Selain itu, di tengah wilayah Kabupaten Semarang juga terdapat wilayah administrasi Tingkat II yaitu kota Salatiga. Batas administrasi Kabupaten Semarang adalah sebelah

Utara berbatasan dengan Kota Semarang, dan Kabupaten Demak. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Magelang, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Grobogan. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Kendal. Ditengahtengah wilayah ini terdapat Kota Salatiga. Kabupaten Semarang terdiri atas 19 (Sembilan belas) wilayah kecamatan, yang terdiri atas 208 desa dan 27 kelurahan. Kecamatan-kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Semarang, adalah: Ungaran Barat, Ungaran Timur, Bergas, Pringapus, Bawen, Bringin, Tuntang, Pabelan, Bancak, Suruh, Susukan, Kaliwungu, Tengaran, Getasan, Banyubiru, Sumowono, Ambarawa, Jambu dan Bandungan. Jumlah penduduk Kabupaten Semarang berdasar hasil pencacahan sensus penduduk 2010 (BPS Kabupaten Semarang tahun 2010) adalah sebanyak 931.041 jiwa yang terdiri dari 457.987 jiwa (49,2%) penduduk laki-laki dan 473.054 jiwa (50,8%) penduduk perempuan. Jumlah penduduk terendah adalah di Kecamatan Bancak dengan jumlah penduduk 19.971 jiwa dan kecamatan yang paling banyak penduduknya adalah di Kecamatan Ungaran Barat sebagai ibukota Kabupaten Semarang dengan jumlah penduduk sebanyak 74.055 jiwa. Data UKM di Kabupaten Semarang. Di Kabupaten Semarang terdapat 2.083 UKM yang mampu menyerap 9.735 tenaga kerja. Dari total penduduk Kabupaten Semarang pada tahun 2010 sebanyak 931.041 orang, sebanyak 353.932 orang atau 38% nya adalah penduduk usia kerja. Jumlah angkatan kerja yang terdaftar sebanyak 272.442 orang pada berbagai bidang pekerjaan (data BPS Kabupaten Semarang, 2010). Dari jumlah tersebut, daya serap UKM adalah sebesar 4%. Tabel 1 berikut menunjukkan jumlah UKM, bidang usaha UKM (aneka jasa, perdagangan, pertanian, industri pertanian dan non pertanian) dan jumlah penduduk per kecamatan se Kabupaten Semarang.

KONTRIBUSI USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PENYERAPAN TENAGA.( Eka Murtiasri )

53

Tabel 1. Jumlah Penduduk dan UKM serta Daya serapnya terhadap tenaga kerja di Kabupaten Semarang Tahun 2010

Daya serap tenaga kerja UKM pada masing-masing kecamatan di kabupaten Semarang hampir sebanding dengan jumlah UKM pada masingmasing kecamatan. Kecamatan Jambu yang memiliki jumlah UKM terbesar di kabupaten Semarang (470 unit) menyerap tenaga kerja paling tinggi yaitu sebesar 3.597 tenaga kerja, kecamatan Susukan yang menduduki peringkat kedua dalam jumlah UKM (453 unit) menduduki peringkat ketiga dalam daya serap tenaga kerja yaitu sebesar 929 tenaga kerja. Sedangkan peringkat ketiga dalam

jumlah UKM yaitu Kecamatan Ungaran Timur (269 unit) memiliki daya serap tenaga kerja peringkat kedua sebanyak 1.308 tenaga kerja. Setelah dilakukan pendataan terhadap jumlah UKM dan daya serap UKM terhadap tenaga kerja, selanjutnya dihitung nilai indeks konsentrasi penyerapan tenaga kerja (Concentration Index) per kecamatan dibandingkan dengan CI Kabupaten Semarang. Hasil perhitungan disajikan dalam tabel 2 dan diagram 1.

54

TEKNIS Vol. 7, No.1, April 2012 : 50 - 57

Tabel 2. Perhitungan Concentration Index Penyerapan Tenaga Kerja


NO KECAMATAN Jumlah Penduduk 2010 1) 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 GETASAN TENGARAN SUSUKAN KALIWUNGU SURUH PABELAN TUNTANG BANYUBIRU JAMBU SUMOWONO AMBARAWA BANDUNGAN BAWEN BRINGIN BANCAK PRINGAPUS BERGAS UNGARAN BARAT UNGARAN TIMUR Jumlah Seluruh Kabupaten
1)

Jumlah UKM 2) 2

Jumlah TK dalam UKM 3

Rasio

(3:1)

47.959 64.157 43.149 26.302 59.588 37.277 60.334 40.200 36.548 29.664 58.281 52.502 53.859 40.982 19.971 50.047 67.981 74.055 68.185 931.041

56 52 453 42 54 150 102 175 479 28 110 40 151 57 43 38 147 198 269 2083

185 188 929 88 188 402 361 444 3.597 108 403 169 558 177 197 147 686 902 1.308 9735

4 0,003857 0,00293 0,02153 0,003346 0,003155 0,010784 0,005983 0,011045 0,098419 0,003641 0,006915 0,003219 0,01036 0,004319 0,009864 0,002937 0,010091 0,01218 0,019183 0,010456

CI (4 : Rasio Kabupaten) 5 0,37 0,28 2,06 0,32 0,30 1,03 0,57 1,06 9,41 0,35 0,66 0,31 0,99 0,41 0,94 0,28 0,97 1,16 1,83 1,00

Sumber:

Kabupaten Semarang dalam Angka 2010 2) Dinas Koperasi dan UMKM Kab. Semarang

Gambar 1. Diagram Perbandingan Total UKM, TK dan nilai Concentration Index Dari tabel 2 dan diagram 1 di atas, diperoleh 6 (enam) kecamatan yang memiliki nilai CI>1. Kecamatan-kecamatan tersebut adalah Susukan, Pabelan, Banyubiru, Jambu, Ungaran Barat dan kecamatan Ungaran Timur. Ke-6 kecamatan inilah yang akan dijadikan basis pengembangan UKM di Kabupaten Semarang. Tabel 3 berikut menunjukkan kecamatan yang memiliki daya serap tenaga kerja oleh UKM > 1.

KONTRIBUSI USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PENYERAPAN TENAGA.( Eka Murtiasri )

55

Tabel 3 Bidang Usaha UKM yang memiliki CI >1


No 1 2 3 4 5 6 Kecamatan SUSUKAN PABELAN BANYUBIRU JAMBU UNGARAN BARAT UNGARAN TIMUR JUMLAH Rasio 0,02153 0,010784 0,011045 0,098419 0,01218 0,019183 0,010456 CI 2,06 1,03 1,06 9,41 1,16 1,83 1 Jumlah UKM 2) 453 150 175 479 198 269 1724 Aneka jasa 22 22 37 64 47 69 261 Perdagangan 318 46 11 74 63 63 575 Inds Pertanian 72 40 67 162 34 71 446 Inds Non Pertanian 32 15 40 100 19 31 237 Pertanian 9 27 20 79 35 35 205

Sumber:

1)

2)

Kabupaten Semarang dalam Angka 2010 Dinas Koperasi dan UMKM Kab. Semarang dalam beberapa tahun ke depan akan terjadi proses perbaikan kesejahteraan. Implikasi Penelitian Berdasar hasil penelitian ini, tindak lanjut yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang adalah mengembangkan UKM yang memiliki potensi pengembangan tinggi, yaitu UKM yang berada di wilayah terpilih, yaitu Kecamatan Jambu, Susukan, Ungaran Timur, Ungaran Barat, Banyubiru dan Pabelan karena di wilayah tersebut mampu memberdayakan masyarakat melalui berbagai usaha produktif untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Penelitian mendatang diharapkan dapat mengeksplorasi hasil dari penelitian ini terutama dengan melakukan analisis ter-hadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan UKM di wilayah terpilih. Dengan demikian, diharapkan mampu diciptakan suatu desain atau pola pengembangan UKM yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Alters, Theo, and Van Mark, Ronald (1986), The Regional Development Potential of SMEs: An Europian Perspective, Routledge Amstrong, Harvey and Jim Taylor (2000), Regional Economic and Policy (third edition), New York: Harvester Wheatsheaf Anderson, Dennis (1982), Small Scale Industry in Developing Countries: A Discussion of the Issues, World Development 10 (11) page 913-948

Tabel 3 menunjukkan bahwa kecamatan Jambu memiliki nilai CI sebesar 9,41 diikuti Susukan (2,06), Ungaran Timur (1,83), Ungaran Barat (1,16), Banyubiru (1,06) dan Pabelan (1,03). Sedangkan dari jumlah UKM yang diteliti (1.724 UKM), bidang usaha yang banyak dilakukan oleh UKM adalah Perdagangan 575 unit (33,35%), Industri Pertanian 446 unit (25,87%), Aneka Jasa 261 unit (15,14%) dan Pertanian 205 unit (11,89%). KESIMPULAN Kesimpulan Perhitungan Indeks Penyerapan tenaga kerja oleh UKM di Kabupaten Semarang menghasilkan 6 (enam) kecamatan yang memiliki daya serap UKM terhadap tenaga kerja lebih besar dari daya serap tenaga kerja oleh UKM di wilayah Kabupaten. Keenam wilayah kecamatan tersebut adalah: Kecamatan Jambu, Susukan, Ungaran Timur, Ungaran Barat, Banyubiru dan Pabelan. Bidang usaha pada 1.724 UKM di enam kecamatan terpilih mampu memberdayakan masyarakat kecamatan dalam melakukan usaha produktif melalui berbagai bidang usaha yaitu: Perdagangan 575 unit (33,35%), Industri Pertanian 446 unit (25,87%), Aneka Jasa 261 unit (15,14%) dan Pertanian 205 unit (11,89%). Dengan hasil tersebut, tampak peran UKM dalam mengatasi masalah pembangunan daerah melalui reduksi tingkat pengang-guran dan kemiskinan. Pengurangan tingkat pengangguran dilakukan dengan member-dayakan masyarakat melalui penyerapan tenaga kerja sedangkan pengurangan kemis-kinan dilakukan dengan menyediakan sumber pendapatan bagi masyarakat sehingga

56

TEKNIS Vol. 7, No.1, April 2012 : 50 - 57

BPS, Kabupaten Semarang dalam Angka, 20092010 Giaoutzi, Maria, Peter Nijkamp and David J Storey (1988), Small and Medium Size Enterprises and Regional Development, Routledge, London Hayter, Roger (2000), The Dynamic of Industrial Location: The Factory, The Firm and The Production System, New York: John Willey and Sons Ratih Sulistyastuti, Dyah (2004), Dinamika Usaha Kecil dan Menengah (UKM) : Analisis Konsentrasi Regional UKM di Indonesia 1999 2001, Jurnal Ekonomi Pembangunan 143-164 Shane, Scott (2000), A general Theory of Enterpreunership: The Individual Opportunity Nexus, Edward Elgar Publishing, Massachusetts, USA

Tambunan, Tulus (2009), Development of Small Scale Industries during The New Order Government in Indonesia, Ashgate Publishing, Ltd, England Tambunan, Tulus (2002), Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia: Beberapa Isu Penting, Penerbit Salemba Empat, Jakarta ---------, Teknik dan Metode-metode Analisis Daerah, LPEM UI, 2003 ---------, Profil UKM di Indonesia, BPS 1998 2001 ---------, Profil Industri Kecil, BPS 2004 ---------, Rencana Induk Pengembangan Industri Kecil dan Menengah 2002 2004, Deperrindag 2002 ---------, UKM dalam Angka Berbagai Tahun, Deperrindag, 2000, 2002 ---------, UU RI No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

KONTRIBUSI USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PENYERAPAN TENAGA.( Eka Murtiasri )

57

You might also like