You are on page 1of 50

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan Reproduksi Defenisi kesehatan reproduksi yang dianut saat ini merupakan gambaran dari pengertian yang disepakati dalam International Conference on Population and Development (ICPD) di Kairo 1994 yaitu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecatatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya (IBI, 2000).
Merujuk dari pengertian di atas, kesehatan reproduksi dapat diartikan pula sebagai suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksi secara sehat dan aman, juga setiap orang berhak dalam mengatur jumlah keluarganya termasuk memperoleh penjelasan yang lengkap tentang cara yang tepat dan disukai. Selain itu, hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya seperti pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan pelayanan bagi bayi baru lahir, kesehatan remaja dan lain-lain perlu dijamin (Azwar, 2001).

Sejarah perkembangan konsep kesehatan reproduksi sudah mulai dirintis sejak terjadinya peningkatan penduduk. Pertambahan penduduk yang semakin cepat di banyak negara mulai menimbulkan keprihatinan. Hal ini menjadi isu penting pada pertemuan PBB tahun 1954 dan 1965 (Wiknjosastro, 2006). Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan

(International Conference on Population and Development) di Kairo Mesir tahun

Universitas Sumatera Utara

25

1994 diikuti 180 negara menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas/keluarga berencana menjadi pendekatan yang terfokus pada kesehatan reproduksi serta hak reproduksi (Widyastuti , 2009).

2.1.1 Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi Pelayanan kesehatan reproduksi sangat penting mengingat dampaknya juga terasa pada kualitas hidup generasi berikutnya. Sejauh mana seseorang dapat menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara aman dan sehat sesungguhnya tercermin dari kondisi kesehatan selama siklus kehidupannya, mulai dari saat konsepsi, masa anak, remaja, dewasa, hingga masa pasca usia reproduksi (Harahap, 2003). Menurut program kerja WHO ke IX (1996-2001) sebagaimana dikutip oleh Harahap (2003) masalah kesehatan reproduksi ditinjau dari pendekatan siklus kehidupan keluarga meliputi : a. Praktek tradisional yang berakibat buruk semasa anak-anak (seperti mutilasi genital, deskriminasi nilai anak dan sebagainya). b. Masalah kesehatan reproduksi remaja (kemungkinan besar dimulai sejak masa kanakkanak yang seringkali muncul dalam bentuk kehamilan remaja, kekerasan/pelecehan seksual dan tindakan seksual yang tidak aman). c. d. Tidak terpenuhinya kebutuhan ber-KB, biasanya terkait dengan isu aborsi tidak aman. Mortalitas dan morbiditas ibu dan anak (sebagai kesatuan) selama kehamilan, persalinan dan masa nifas, yang diikuti dengan malnutrisi, anemia, berat bayi lahir rendah. e. Infeksi saluran reproduksi, yang berkaitan dengan penyakit menular seksual.

Universitas Sumatera Utara

f.

Kemandulan, yang berkaitan erat dengan infeksi saluran reproduksi dan penyakit menular seksual.

g. h.

Sindrom pre dan post menopause dan peningkatan risiko kanker organ reproduksi. Kekurangan hormon yang menyebabkan osteoporosis dan masalah ketuaan lainnya.

Menurut Kartono (1998), masalah kesehatan reproduksi mencakup area yang jauh lebih luas dan dapat dikelompokkan sebagai berikut : a. Masalah reproduksi Kesehatan, morbiditas (gangguan kesehatan) dan kematian perempuan yang berkaitan dengan kehamilan. Termasuk didalamnya juga masalah gizi dan anemia di kalangan perempuan, penyebab serta komplikasi dari kehamilan, masalah kemandulan dan ketidaksuburan. Peranan atau kendali sosial budaya terhadap masalah reproduksi. Maksudnya bagaimana pandangan masyarakat terhadap kesuburan dan kemandulan, nilai anak dan keluarga, sikap masyarakat terhadap perempuan hamil. Intervensi pemerintah dan negara terhadap masalah reproduksi. Misalnya program KB, undang-undang yang berkaitan dengan masalah genetik, dan lain sebagainya. Tersedianya pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana, serta terjangkaunya secara ekonomi oleh kelompok perempuan dan anak-anak. Kesehatan bayi dan anak-anak terutama bayi di bawah umur lima tahun. Dampak pembangunan ekonomi, industrialisasi dan perubahan lingkungan terhadap kesehatan reproduksi.

Universitas Sumatera Utara

27

b.

Masalah gender dan seksualitas Pengaturan negara terhadap masalah seksualitas. Maksudnya adalah peraturan dan kebijakan negara mengenai pornografi, pelacuran dan pendidikan seksualitas. Pengendalian sosio-budaya terhadap masalah seksualitas, bagaimana norma-norma sosial yang berlaku tentang perilaku seks, homoseks, poligami, dan perceraian. Seksualitas di kalangan remaja. Status dan peran perempuan. Perlindungan terhadap perempuan pekerja.

c. Masalah yang berkaitan dengan kehamilan yang tidak diinginkan Pembunuhan bayi. Pengguguran kandungan, terutama yang dilakukan secara tidak aman. Dampak kehamilan yang tidak diinginkan terhadap sosial ekonomi dan kesehatan perempuan serta keluarga. Kebijakan pemerintah dalam menghadapi hal tersebut.

d. Masalah kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan Kencenderungan penggunaan kekerasan secara sengaja kepada perempuan, perkosaan, serta dampaknya terhadap korban. Norma sosial mengenai kekerasan dalam rumah tangga, serta mengenai berbagai tindak kekerasan terhadap perempuan. Sikap masyarakat mengenai kekerasan perkosaan terhadap pelacur. Berbagai langkah untuk mengatasi masalah- masalah tersebut.

Universitas Sumatera Utara

e.

Masalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual Masalah penyakit menular seksual yang lama, seperti sifilis, dan gonorrhea. Masalah penyakit menular seksual yang relatif baru seperti chlamydia, dan herpes. Masalah HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired immunodeficiency Syndrome). Dampak sosial dan ekonomi dari penyakit menular seksual. Kebijakan dan program pemerintah dalam mengatasi masalah tersebut (termasuk penyediaan pelayanan kesehatan bagi pelacur/pekerja seks komersial). Sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual.

f.

Masalah pelacuran Demografi pekerja seksual komersial atau pelacuran. Faktor-faktor yang mendorong pelacuran dan sikap masyarakat terhadapnnya. Dampaknya terhadap kesehatan reproduksi, baik bagi pelacur itu sendiri maupun bagi konsumennya dan keluarganya.

g. Masalah sekitar teknologi Teknologi reproduksi dengan bantuan (inseminasi buatan dan bayi tabung). Pemilihan bayi berdasarkan jenis kelamin (gender fetal screening). Pelapisan genetik (genetic screening). Keterjangkauan dan kesamaan kesempatan.

Universitas Sumatera Utara

29

Menurut Widyastuti et.al (2009), secara luas ruang lingkup kesehatan reproduksi meliputi : 1. Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir. 2. Pencegahan dan penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi termasuk IMS-HIV/AIDS. 3. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi. 4. Kesehatan reproduksi remaja. 5. Pencegahan dan penanganan infertilitas. 6. Kanker pada usia lanjut dan osteoporosis. 7. Berbagai aspek kesehatan reproduksi, misalnya kanker serviks, mutilasi genital, dan lainlain.

2.1.2 Kebijakan Pemerintah Indonesia Tentang Kesehatan Reproduksi Sejarah Kebijakan Pemerintah Indonesia tentang kesehatan reproduksi dapat dilihat pada tabel berikut ini, dimana pada awalnya pemerintah Indonesia berorientasi dari Program Keluarga Berencana hingga saat ini sudah mengarah ke pelayanan kesehatan reproduksi.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1 Sejarah Kebijakan Pemerintah Indonesia tentang Kesehatan Reproduksi 1950an 1970an 1994 2006 ICPD Kairo Orde Baru Pro Natalis Laju pertumbuhan Gender dan Anti natalis Soekarno : penduduk 1990hak-hak Bangsa yang Malthus : Laju 2000 1,5% perempuan pertumbuhan besar adalah bangsa (USAID, 2004) mulai penduduk yang tinggi dengan jumlah dibahas adalah ancaman bagi CBR 21,1/1000 penduduk yang Perempuan pertumbuhan penduduk besar (USAID,2004) harus ekonomi. Hatta : memiliki MMR tetap Program Safari : Kemiskinan dapat pilihantinggi 380 pada Pencarian akseptor diatasi melalui pilihan. KB potensial tahun 2002 (Indikator perencanaan (UNDP,2004) Program MKET dari hak asasi Permasalahan (Metode Kontrasepsi ekonomi yang akan perempuan) Efektif Terpilih) baru di bidang menggunakan kesehatan TFR menurun, CBR tenaga kerja yang reproduksi menurun, MMR berlimpah-limpah (HIV/AIDS) tinggi TFR (5,6) dan Laju pertumbuhan MMR sangat tinggi penduduk 1970-1980 Laju pertumbuhan 2,4 % pertahun (BPS) penduduk 19501970 3,7 % pertahun (BPS) Sumber : Wiknjosatro, 2006 2.1.3 Pelayanan Kesehatan Reproduksi Sesuai dengan rekomendasi strategi regional WHO untuk negara-negara anggota di Asia Tenggara, dua paket pelayanan kesehatan reproduksi telah dirumuskan oleh wakil-wakil sektor dan inter-program dalam beberapa pertemuan koordinasi pralokakarya nasional di Jakarta. Lima kelompok kerja telah sepakat untuk melaksanakan pelayanan dasar berikut sebagai strategi intervensi nasional penanggulangan masalah kesehatan reproduksi di Indonesia. Dengan kedua paket intervensi tersebut, komponen intervensi pada kesehatan reproduksi di Indonesia menjadi lengkap, kedua paket pelayanan tersebut adalah sebagai berikut (Kartono, 1998) :

Universitas Sumatera Utara

31

A. Paket Kesehatan Reproduksi Esensial yaitu : 1. Kesejahteraan Ibu dan Bayi. 2. Keluarga Berencana. 3. Pencegahan dan penanganan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR)/PMS/HIV. 4. Kesehatan Reproduksi Remaja.

B. Paket Kesehatan Reproduksi Komprehensif. 5. Pencegahan dan penanganan masalah usia lanjut, ditambah paket esensial di atas.

2.2 Kesehatan Reproduksi Remaja Menurut Hasmi (2001) dalam Wiknjosastro (2006), kesehatan reproduksi remaja didefenisikan sebagai suatu keadaan sehat jasmani, psikologis, dan sosial yang berhubungan dengan fungsi dan proses sistem reproduksi pada remaja. Pengertian sehat tersebut tidak semata-mata berarti bebas dari penyakit atau kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial-kultural. Pada masa ini seorang anak mengalami kematangan biologis. Kondisi ini dapat menempatkan remaja pada kondisi yang rawan bila mereka tidak dibekali dengan informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada di sekitarnya.

Universitas Sumatera Utara

2.2.1 Hak-hak Reproduksi Hak reproduksi merupakan bagian dari hak asasi manusia yang melekat pada manusia sejak lahir dan dilindungi keberadaannya. Sehingga pengekangan terhadap hak reproduksi berarti pengekangan terhadap hak asasi manusia. Menurut BKKBN (2008a), hak reproduksi secara umum diartikan sebagai hak yang dimiliki oleh individu baik pria maupun perempuan yang berkaitan dengan keadaan reproduksinya. Berdasarkan Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) di Kairo 1994, ditentukan ada 12 hak-hak reproduksi yaitu : 1. Hak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi. Setiap remaja berhak mendapatkan informasi dan pendidikan yang jelas dan benar tentang berbagai aspek terkait dengan masalah kesehatan reproduksi. Contohnya: seorang remaja harus mendapatkan informasi dan pendidikan perihal kesehatan reproduksinya. 2. Hak mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi. Setiap remaja memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan dan perlindungan terkait dengan kehidupan reproduksinya termasuk terhindar dari risiko kematian akibat proses reproduksi. Contoh: seorang remaja yang positif HIV berhak mendapatkan perawatan dan pelayanan ARV (Anti Retroviral) sehingga kemungkinan mengalami infeksi oportunitis dapat diperkecil. 3. Hak untuk kebebasan berfikir tentang kesehatan reproduksi. Setiap remaja berhak untuk berpikir atau mengungkapkan pikirannya tentang kehidupan yang diyakininya. Perbedaan yang ada harus diakui dan tidak boleh menyebabkan terjadinya kerugian atas diri yang bersangkutan. Orang lain dapat saja berupaya merubah pikiran atau keyakinan tersebut namun tidak dengan pemaksaan akan tetapi dengan melakukan upaya Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) atau advokasi. Contoh : Seseorang dapat saja

Universitas Sumatera Utara

33

mempunyai pikiran bahwa banyak anak menguntungkan bagi dirinya dan keluarganya. Bila ini terjadi maka orang tersebut tidak boleh serta merta dikucilkan atau dijauhi dalam pergaulan. Upaya merubah pikiran atau keyakinan tersebut boleh dilakukan sepanjang dilakukan sendiri oleh yang bersangkutan setelah mempertimbangkan berbagai hal sebagai dampak dari KIE dan advokasi yang dilakukan petugas. 4. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk perlindungan dari perkosaan, kekerasaan, penyiksaan dan pelecehan seksual. Remaja laki-laki maupun perempuan berhak mendapatkan perlindungan dari kemungkinan berbagai perlakuan buruk di atas karena akan sangat berpengaruh pada kehidupan reproduksi. Contoh : Perkosaan terhadap remaja putri misalnya dapat berdampak pada munculnya kehamilan yang tidak diinginkan oleh bersangkutan maupun oleh keluarga dan lingkungannya. Penganiayaan atau tindakan kekekerasan lainnya dapat berdampak pada trauma fisik maupun psikis yang kemudian dapat saja berpengaruh pada kehidupan reproduksinya. 5. Hak mendapatkan manfaat dari kemajuan ilmu pengetahuan yang terkait dengan kesehatan reproduksi. Setiap remaja berhak mendapatkan manfaat dari kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terkait dengan kesehatan reproduksi, serta mendapatkan informasi yang sejelas-jelasnya dan sebenar-benarnya, dan kemudahan akses untuk mendapatkan pelayanan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja. Contoh : Jika petugas mengetahui tentang kesehatan reproduksi remaja, maka petugas berkewajiban untuk memberi informasi kepada remaja, karena mungkin pengetahuan tersebut adalah hal yang paling baru untuk remaja. 6. Hak untuk menentukan jumlah anak dan jarak kelahiran. Setiap orang berhak untuk menentukan jumlah anak yang dimilikinya serta jarak kelahiran yang diinginkan.

Universitas Sumatera Utara

Contoh : Dalam konteks program KB, pemerintah, masyarakat, dan lingkungan tidak boleh melakukan pemaksaan jika seseorang ingin memiliki anak dalam jumlah besar. Yang harus dilakukan adalah memberikan pemahaman sejelas-jelasnya dan sebenarbenarnya mengenai dampak negatif dari memiliki anak jumlah besar dan dampak positif dari memiliki jumlah anak sedikit. Jikapun klien berkeputusan untuk memiliki anak sedikit, hal tersebut harus merupakan keputusan klien itu sendiri. 7. Hak untuk hidup (hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan dan proses melahirkan). Setiap perempuan yang hamil dan akan melahirkan berhak untuk mendapatkan perlindungan dalam arti mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik sehingga terhindar dari kemungkinan kematian dalam proses kehamilan dan melahirkan tersebut. Contoh : Pada saat melahirkan seorang perempuan mempunyai hak untuk mengambil keputusan bagi dirinya secara cepat terutama jika proses kelahiran tersebut berisiko untuk terjadinya komplikasi atau bahkan kematian. Keluarga tidak boleh menghalangi dengan berbagai alasan. 8. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksi. Hak ini terkait dengan adanya kebebasan berpikir dan menentukan sendiri kehidupan reproduksi yang dimiliki oleh seseorang. Contoh : Dalam konteks adanya hak tersebut, maka seseorang harus dijamin keamanannya agar tidak terjadi pemaksaan atau pengucilan atau munculnya ketakutan dalam diri individu karena memiliki hak kebebasan tersebut. 9. Hak atas kerahasiaan pribadi dengan kehidupan reproduksinya. Setiap individu harus dijamin kerahasiaan kehidupan kesehatan reproduksinya misalnya informasi tentang kehidupan seksual, masa menstruasi dan lain sebagainya. Contoh : Petugas atau seseorang yang memiliki informasi tentang kehidupan reproduksi seseorang tidak boleh

Universitas Sumatera Utara

35

membocorkan atau dengan sengaja memberikan informasi yang dimilikinya kepada orang lain. Jika informasi dibutuhkan sebagai dana untuk penunjang pelaksanaan program, misalnya data tentang prosentase pemakaian alat kontrasepsi masih tetap dimungkinkan informasi tersebut dipublikasikan sepanjang tidak mencantumkan identitas yang bersangkutan. 10. Hak membangun dan merencanakan keluarga. Setiap individu dijamin haknya, kapan, dimana, dengan siapa, serta bagaimana ia akan membangun keluarganya. Tentu saja kesemuanya ini tidak terlepas dari norma agama, sosial dan budaya yang berlaku (ingat tentang adanya kewajiban yang menyertai adanya hak reproduksi). Contoh : Seseorang akan menikah dalam usia yang masih muda, maka petugas tidak bisa memaksa orang tersebut untuk membatalkan pernikahannya. Yang bisa diupayakan adalah memberi tahu orang tersebut tentang peraturan yang berlaku di Indonesia tentang batas usia terendah untuk menikah. Dan yang penting adalah memberitahu tentang dampak negatif dari menikah dan hamil pada usia muda. 11. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Setiap orang berhak untuk menyampaikan pendapat atau aspirasinya baik melalui pernyataan pribadi atau pernyataan melalui suatu kelompok atau partai politik yang berkaitan dengan kehidupan reproduksi. Contoh : Seseorang berhak menyuarakan penentangan atau persetujuan terhadap aborsi baik sebagai individu maupun bersama dengan kelompok. Yang perlu diingatkan adalah dalam menyampaikan pendapat atau aspirasi tersebut harus memperhatikan asas demokrasi dan dalam arti tidak boleh memaksakan kehendak dan menghargai pendapat orang lain serta taat kepada hukum dan peraturan peraturan yang berlaku.

Universitas Sumatera Utara

12. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga dan kehidupan reproduksi. Setiap orang tidak boleh mendapatkan perlakuan diskriminatif berkaitan dengan kesehatan reproduksi karena ras, jenis kelamin, kondisi sosial ekonomi, keyakinan/agamanya dan kebangsaannya. Contoh : Orang tidak mampu harus mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas (bukan sekedar atau asal-asalan) yang tentu saja sesuai dengan kondisi yang melingkupinya. Demikian pula seseorang tidak boleh mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi hanya karena yang bersangkutan memiliki keyakinan berbeda dalam kehidupan reproduksi. Misalnya seseorang tidak mendapatkan pelayanan pemeriksaan kehamilan secara benar hanya karena yang bersangkutan tidak ber-KB atau pernah menyampaikan suatu aspirasi yang berbeda dengan masyarakat sekitar. Pelayanan juga tidak boleh membedakan apakah seseorang tersebut perempuan atau laki-laki. Hal ini disebut dengan diskriminasi gender.

2.2.2 Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja Sejak tahun 1994, masalah remaja dibicarakan secara terbuka sebagai salah satu masalah kesehatan reproduksi di konferensi kependudukan di Kairo. Di negara-negara berkembang, salah satu penyebab masalah kesehatan reproduksi seperti angka kematian ibu yang tinggi diduga terkait erat dengan masalah kesehatan reproduksi dan seksualitas remaja. Antara lain, karena masa transisi dari periode anak-anak ke orang dewasa berlangsung capat di negara-negara berkembang (Wiknjosastro, 2006). Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa permasalahan utama kesehatan reproduksi remaja di Indonesia adalah sebagai berikut (Azwar, 2001) ; 1. Informasi tentang kesehatan reproduksi remaja.

Universitas Sumatera Utara

37

Informasi tentang kesehatan reproduksi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan baik kepada remaja dan masyarakat luas masih kurang. Hasil jajak pendapat pada remaja menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sangat kurang, hingga timbul anggapan-anggapan yang salah. Pemberian informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja di berbagai tempat juga masih menjadi bahan pertentangan terutama bila diberikan dengan judul pendidikan seks. Penolakan pada umumnya terjadi karena anggapan bahwa pemberian informasi tentang seksualitas malah akan merangsang remaja untuk melakukan hubungan seksual, sementara konsep pemberian informasi yang benar adalah memberikan bekal pada remaja akan pengetahuan tentang hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi, sehingga remaja dapat menjaga kesehatan reproduksinya dengan baik, dan kelak dapat menjalankan fungsi reproduksinya secara bertanggung jawab, pada akhirnya dapat menjalani proses reproduksinya dengan sehat dan selamat serta menghasilkan keturunan yang sehat pula.

2.

Masalah Perilaku Arus globalisasi saat ini memberikan kemudahan akan akses terhadap napza, alkohol dan rokok pada remaja. Pada pengguna napza, kontrol diri menjadi sangat kurang, rasa malu menipis, kesadaran memudar, dan semuanya ini memudahkan untuk terjun ke dalam seks bebas dan penuh risiko tertular Penyakit Menular Seksual (PMS), terjadinya penularan melalui jarum suntik sangat mudah pada pengguna napza, di samping itu peningkatan status gizi dan kesehatan pada remaja disertai dengan pengaruh hormon seksual yang mulai diproduksi pada masa remaja menyebabkan kematangan organ seksual menjadi lebih cepat, adanya dorongan seksual akibat kumulasi dari informasi

Universitas Sumatera Utara

yang merangsang organ reproduksi disertai kurangnya pembekalan mental, moral dan tata nilai serta etika, dapat mengakibatkan remaja aktif seksual sebelum tercapai kematangan mental dan sosial, pada keadaan ini remaja dengan masalah perilaku seksual aktif sebelum pernikahan mungkin akan mengalami masa lajang dengan penuh risiko antara lain (1) kehamilan yang tak diinginkan, (2) aborsi yang tidak aman, dan (3) penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS.

3.

Masalah Pelayanan Kesehatan Akses remaja terhadap pelayanan kesehatan reproduksi remaja masih kurang, beberapa penyebab adalah kurangnya informasi tentang adanya pelayanan tersebut, adanya keengganan pergi ke tempat pelayanan tersebut karena pelayanan yang tidak youth friendly, petugas yang kurang terampil, pelayanan kurang komprehensif, ditambah waktu yang tidak sesuai.

4.

Peraturan dan perundangan Perubahan tata nilai, kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi membawa dampak yang amat besar pada kehidupan remaja, tendensi jumlah remaja seksual aktif semakin meningkat, namun Peraturan dan Perundangan kita tidak memberikan perlindungan bagi remaja seksual aktif ini. Alat dan kontrasepsi pada institusi kesehatan milik pemerintah hanya disediakan bagi pasangan usia subur. Remaja hamil karena perkosaan atau dengan masalah masalah psikososial yang berat tidak dapat menerima layanan terminasi kehamilan karena sesuai Undang-Undang, aborsi hanya dibenarkan atas indikasi medis. Tidak adanya dukungan peraturan yang mengijinkan remaja hamil

Universitas Sumatera Utara

39

dan remaja pasca melahirkan untuk tetap bersekolah akan mendatangkan masa depan yang gelap bagi remaja yang bersangkutan.

2.2.3

Kebijaksanaan Departemen Kesehatan RI Dalam Pembinaan Kesehatan Reproduksi Remaja Kebijaksanaan yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI dalam pembinaan

kesehatan reproduksi remaja sebagaimana dikutip oleh Widyastuti, et.al. (2009) adalah sebagai berikut : 1. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja merupakan bagian dari upaya pembinaan kesehatan remaja pada umumnya, dan pembinaannya disesuaikan dengan kebutuhan tahapan proses tumbuh kembang yaitu kelompok remaja awal, remaja tengah dan remaja akhir. 2. Pelaksanaan pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilaksanakan terpadu lintas program dan lintas sektoral melalui kegiatan yang terpadu dengan dukungan politis yang berkesinambungan dan terkoordinasi. 3. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan melalui jaringan pelayanan upaya kesehatan dasar dan rujukannya. 4. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dapat dilakukan pada empat daerah tangkapan ; Di rumah Di sekolah atau institusi pendidikan formal dan institusi pendidikan non formal Di masyarakat melalui kelompok khusus. Di sarana pelayanan kesehatan profesional.

Universitas Sumatera Utara

5. Peningkatan peran serta orang tua serta unsur potensial di lingkungan keluarga serta remaja sendiri.

2.3 Program Kesehatan Reproduksi Remaja Program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) adalah program untuk membantu remaja agar tegar dari risiko TRIAD-KRR (Seksualitas, HIV/AIDS dan Napza), dan memiliki status kesehatan reproduksi yang sehat melalui pemberian informasi, pelayanan konseling, rujukan pelayanan medis, pendidikan kecakapan hidup (life skills education), serta kegiatan penunjang lainnya. (BKKBN, 2008b)

2.3.1 Kerangka Tegar Remaja Kerangka Tegar Remaja (Adolescent Resilience Framework) adalah kerangka pengembangan program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) dengan mengembangkan faktor pendukung untuk membangun kondisi remaja yang memiliki kesehatan reproduksi yang sehat dan tegar terhadap berbagai risiko.

Adapun ciri tegar remaja menurut BKKBN (2008a) adalah sebagai berikut : 1. Menunda usia pernikahan. 2. Berperilaku sehat. 3. Terhindar dari resiko TRIAD-KRR (Seksualitas, HIV/AIDS dan Napza). 4. Bercita-cita mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera . 5. Menjadi contoh, model, idola, dan sumber informasi bagi teman sebayanya.

Universitas Sumatera Utara

41

2.3.2 Strategi Program KRR Adapun strategi yang ditempuh untuk mengupayakan terwujudnya Tegar Remaja adalah sebagai berikut (BKKBN, 2008b) : 1. Peningkatan Asset/capabilitas remaja, yaitu segala sesuatu yang positif yang terdapat pada diri remaja (pengetahuan, sikap, perilaku, hobi, minat, dan sebagainya) 2. Pengembangan resources/opportunities, yaitu jaringan dan dukungan yang dapat diberikan kepada remaja dan program KRR oleh semua stakeholder terkait (orangtua, teman, sekolah, organisasi remaja, pemerintah, kesempatan media) 3. Pemberian pelayanan kedua/second chance kepada remaja yang telah menjadi korban triad KRR, agar bisa sembuh dan kembali hidup normal.

2.3.3 Upaya-upaya Program KRR Menurut BKKBN (2008b), dalam program kesehatan reproduksi remaja, sistem jaminan hak hak reproduksi dilaksanakan melalui integrasi penyampaian informasi hak-hak reproduksi tersebut ke dalam upaya-upaya program Kesehatan Reproduki Remaja (KRR). Upaya- upaya program KRR adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. Peningkatan komitmen penentu kebijakan, pengelola dan pelaksana program KRR. Peningkatan akses informasi KRR. Peningkatan akses pelayanan Pusat informasi dan Konseling KRR (PIK-KRR). Peningkatan kualitas PIK-KRR. Peningkatan kualitas pengelolaan, jaringan dan keterpaduan program KRR.

Universitas Sumatera Utara

2.3.4 Ruang Lingkup Program KRR Menurut BKKBN (2008b), ruang lingkup program KRR meliputi: 1. Perkembangan seksualitas dan risiko (termasuk pubertas, anatomi dan fisiologi organ reproduksi dan kehamilan tidak diinginkan) dan penundaan usia kawin. 2. 3. Pencegahan Infeksi Menular Seksual (IMS), HIV dan AIDS. Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya). 4. Masalah-masalah remaja yang terkait dengan dampak dari risiko TRIAD KRR seperti: kenakalan remaja, perkelahian antar remaja dan lain-lain.

2.4 Remaja Remaja atau adolescence (Inggris) berasal dari bahasa latin adoloscere yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis (Widyastuti, 2009). Menurut Hurlock (1990) dalam Episentrum (2010), transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai, bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah, sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak. Masa remaja menurut Kollman (1998) sebagaimana dikutip Wiknjosastro (2006) adalah masa dimana anak sudah meninggalkan masa kanak-kanaknya menuju dunia orang dewasa.

Universitas Sumatera Utara

43

Sementara Papalia dan Olds (2001) dalam Episentrum (2010) mengatakan bahwa masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. WHO menetapkan batasan usia remaja adalah 10-24 tahun sedangkan di Indonesia sendiri menurut Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak menetapkan defenisi anak sebagai seorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah. Batasan ini ditetapkan berdasarkan pertimbangan bahwa pada usia inilah tercapai kematangan mental, pribadi dan sosial, walaupun kematangan biologis mungkin sudah terjadi lebih awal pada waktu usia belasan tahun. Pada masa remaja, individu akan mengalami situasi pubertas dimana ia akan mengalami perubahan yang mencolok secara fisik maupun emosional/psikologis. Secara psikologis masa remaja merupakan masa persiapan terakhir dan menentukan untuk memasuki tahapan perkembangan kepribadian selanjutnya yaitu menjadi dewasa. Kematangan biologis remaja perempuan pedesaan biasanya diikuti dengan perkawinan usia belia yang mengantarkan remaja pada risiko kehamilan dan persalinan, sementara kematangan biologis remaja laki-laki dan perempuan di perkotaan dibayangbayangi kemungkinan lebih dininya usia pertama aktif seksual, kehamilan tak diinginkan, aborsi tidak aman, infeksi saluran reproduksi termasuk penyakit menular seksual dan akibat kecacatan yang dialami (Wiknjosastro, 2006).

2.4.1 Ciri-ciri Masa Remaja Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Perubahan perubahan

Universitas Sumatera Utara

yang terjadi menimbulkan ciri-ciri yang khas pada remaja antara lain : (Episentrum, 2010). 1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa badai dan stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah. 2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja. 3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang.

Universitas Sumatera Utara

45

Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis dan dengan orang dewasa. 4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanakkanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa. 5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.

2.4.2 Tugas Perkembangan Remaja

Perkembangan pada remaja merupakan proses untuk mencapai kematangan dalam berbagai aspek sampai tercapainya tingkat kedewasaan. Perubahan dan perkembangan yang terjadi pada masa remaja meliputi berbagai aspek antara lain : (Retnowati, 2008) a. Perkembangan fisik. Masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahanperubahan fisik (meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi tubuh) dan fungsi fisiologis (kematangan organ-organ seksual). Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas ini merupakan peristiwa yang paling penting, berlangsung cepat,

Universitas Sumatera Utara

drastis, tidak beraturan dan terjadi pada sisitem reproduksi. Hormon-hormon mulai diproduksi dan mempengaruhi organ reproduksi untuk memulai siklus reproduksi serta memengaruhi terjadinya perubahan tubuh. Perubahan tubuh ini disertai dengan perkembangan bertahap dari karakteristik seksual primer dan karakteristik seksual sekunder. Karakteristik seksual primer mencakup perkembangan organ-organ reproduksi, sedangkan karakteristik seksual sekunder mencakup perubahan dalam bentuk tubuh sesuai dengan jenis kelamin misalnya, pada remaja putri ditandai dengan menarche (menstruasi pertama), tumbuhnya rambut-rambut pubis,

pembesaran buah dada, pinggul, sedangkan pada remaja putra mengalami pollutio (mimpi basah pertama), pembesaran suara, tumbuh rambut-rambut pubis, tumbuh rambut pada bagian tertentu seperti di dada, di kaki, kumis dan sebagainya. Sekitar dua tahun pertumbuhan berat dan tinggi badan mengikuti perkembangan kematangan seksual remaja. Anak remaja putri mulai mengalami pertumbuhan tubuh pada usia rata-rata 8-9 tahun, dan mengalami menarche rata-rata pada usia 12 tahun. Pada anak remaja putra mulai menunjukan perubahan tubuh pada usia sekitar 10-11 tahun, sedangkan perubahan suara terjadi pada usia 13 tahun.

b. Perkembangan kejiwaan Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja adalah : 1. Perubahan emosi.

Universitas Sumatera Utara

47

- Sensitif atau peka, misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja putri. - Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar yang memengaruhinya, suka mencari perhatian dan bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu. - Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih senang pergi bersama temannya dari pada tinggal di rumah. 2. Perkembangan intelegensia. - Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka memberikan kritik. - Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba-coba.

Sesuai dengan tumbuh dan berkembangya suatu individu, dari masa anakanak sampai dewasa, individu memiliki tugas masing-masing pada setiap tahap perkembangannya. Adapun tugas perkembangan yang harus dicapai pada masa remaja menurut Robert Y. Havighurst dalam bukunya Human Development and Education yang dikutip oleh Panuju (1999) ada sepuluh yaitu : 1. Mencapai hubungan sosial yang matang dengan teman sebaya, baik dengan teman sejenis maupun dengan beda jenis kelamin.

Universitas Sumatera Utara

2.

Dapat menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin masingmasing.

3.

Menerima kenyataan (realitas) jasmaniah serta menggunakannya seefektif mungkin dengan perasaan puas.

4.

Mencapai kebebasan emosional dari orang tua atau orang dewasa lainnya. Ia tidak kekanak-kanakan lagi, yang selalu terikat pada orang tuanya. Ia membebaskan dirinya dari ketergantungan terhadap orang tua atau orang lain.

5. 6.

Mencapai kebebasan ekonomi Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan atau jabatan, artinya belajar memilih satu jenis pekerjaan sesuai dengan bakat dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan tersebut.

7. 8.

Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan dan hidup berumah tangga Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep-konsep yang diperlukan untuk kehidupan bermasyarakat.

9.

Memperlihatkan tingkah laku yang secara sosial dapat dipertanggungjawabkan.

10. Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam tindakantindakannya dan sebagai pandangan hidup. Menurut Pratiwi (2005) dalam Widyastuti (2009), tugas yang harus dipenuhi sehubungan dengan perkembangan seksual remaja adalah : 1. Memiliki pengetahuan yang benar tentang seks dan berbagai peran jenis kelamin yang dapat diterima masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

49

2. 3. 4.

Mengembangkan sikap yang benar tentang seks Mengenali pola-pola perilaku heteroseksual yang dapat diterima masyarakat. Menetapkan nilai-nilai yang harus diperjuangkan dalam memilih pasangan hidup.

2.5 Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2002a), pengetahuan adalah merupakan hasil TAHU dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan biasanya akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut Roger (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2002a), sebelum seseorang berperilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan, yakni : (1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek); (2) interest, dimana orang mulai tertarik kepada stimulus ; (3) Evaluation, menimbang-nimbang terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut baginya ; (4) trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru ; (5) Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut diatas. Namun pengadopsian perilaku yang melalui proses seperti diatas dan didasari oleh

Universitas Sumatera Utara

pengetahuan, kesadaran yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng dan sebaliknya jika perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka perilaku tersebut bersifat sementara atau tidak akan berlangsung lama. Menurut Bloom (1908) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2005a), menyatakan bahwa pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni : 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam tingkat pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) terahadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2.

Memahami (comprehension) Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar

dapat menyebabkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

3. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang utuk menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah

Universitas Sumatera Utara

51

atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang sudah sampai pada tahap analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

5. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya, dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar, dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca.

6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

2.5.1

Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Pengetahuan

Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Notoatmodjo (2005) ada beberapa faktor yang memengaruhi pengetahuan seseorang yaitu :
1. Pendidikan. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Penyuluhan merupakan salah satu kegiatan pendidikan non formal yang dapat dilakukan dengan berbagai metode. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan pengetahuan sasaran penyuluhan.

Universitas Sumatera Utara

53

2. Mass media / informasi. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacammacam media massa yang dapat memengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

3. Sosial budaya dan ekonomi. Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan memengaruhi pengetahuan seseorang.

4. Lingkungan. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan

Universitas Sumatera Utara

ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

5. Pengalaman. Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

6. Umur. Umur memengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.

Universitas Sumatera Utara

55

2.6. Sikap Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setujutidak setuju, baik tidak baik dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2005a ). Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya : (a) Menerima (receiving), menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek), (b) Menanggapi (responding), diartikan sebagai memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi, (c) Menghargai (valuing), diartikan seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus dengan cara membahas stimulus tersebut dengan orang lain atau menganjurkan orang lain untuk merespons, (d) Bertanggung jawab (responsible), merupakan sikap yang paling tinggi tingkatannya. Seseorang yang telah mengambil risiko sikap tertentu berdasarkan keyakinannya dia harus mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya resiko lain (Notoatmodjo, 2002a). Menurut Allport (1954) yang dikutip dari Notoatmodjo (2002a), sikap mempunyai 3 (tiga) komponen pokok, yakni ; (a) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek, (b) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek, dan (c) kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo (2005a), sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup. Hubungan antara sikap terhadap perilaku atau tindakan dapat dilihat pada diagram di bawah ini :

Universitas Sumatera Utara

STIMULUS (Rangsangan)

PROSES STIMULUS

REAKSI TERBUKA

REAKSI TERTUTUP

Gambar 2.1 Hubungan Sikap dan Tindakan Sumber : Notoatmodjo, 2005

2.6.1

Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Sikap Menurut Azwar (2005), ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi pembentukan

sikap pada manusia, antara lain : 1. Pengalaman pribadi. Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting. Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komoponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak, tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita akan

Universitas Sumatera Utara

57

mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Contoh : Orang tua, teman sebaya, teman dekat, guru, istri, suami dan lain-lain.

3. Pengaruh kebudayaan. Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.

4. Media massa. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam arti individu.

6. Pengaruh faktor emosional Tidak semua bentuk sikap dipengaruhi oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang, kadang-kadang sesuatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

Universitas Sumatera Utara

7. Umur dan Jenis Kelamin BKKBN (2008c) mengidentifikasi adanya perbedaan yang bermakna sikap remaja tentang kesehatan reproduksi ditinjau berdasarkan umur dan jenis kelamin dari hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) 2002-2003.

8. Pola Asuh orang tua Menurut Koentjaraningrat (1997) dalam Tarmizi (2010), bentuk-bentuk pola asuh orang tua sangat erat hubungannya dengan kepribadian dan pembentukan sikap anak setelah ia menjadi dewasa. Hal ini dikarenakan ciri-ciri dan unsur-unsur watak seorang individu dewasa sebenarnya sudah diletakkan benih-benihnya ke dalam jiwa seorang individu sejak sangat awal, yaitu pada masa ia masih kanak-kanak. Watak juga ditentukan oleh cara-cara ia waktu kecil diajar makan, diajar kebersihan, disiplin, diajar main dan bergaul dengan anak lain dan sebagainya Ditinjau dari karakteristik remaja, dalam hal ini siswa di Yayasan Pendidikan pada umumnya memiliki latar belakang pendidikan,

Harapan Mekar Medan yang

kebudayaan, lingkungan, informasi, dan pengalaman yang hampir sama, maka ada beberapa faktor atau latar belakang pada remaja di Yayasan Pendidikan Harapan Mekar Medan yang mungkin berbeda dan memengaruhi pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi remaja yaitu ; umur, jenis kelamin, sosial ekonomi dan pola asuh orang tua.

2.7 Penyuluhan

Universitas Sumatera Utara

59

Ibrahim, et.al (2003 ) sebagaimana dikutip Subejo (2008) menyatakan bahwa penyuluhan berasal dari kata suluh yang berarti obor atau pelita atau yang memberi terang. Dengan penyuluhan diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pengetahuan dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dan yang sudah tahu menjadi lebih tahu. Keterampilan dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari yang tidak mampu menjadi mampu melakukan suatu pekerjaan yang bermanfaat. Sikap dikatakan meningkat, bila terjadi perubahan dari yang tidak mau menjadi mau memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang diciptakan. Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan (Effendy, 1998). Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu, dan masyarakat. Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan kepada seseorang oleh orang lain, bukan seperangkat prosedur yang harus dilaksanakan atau suatu produk yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis, yang didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap, maupun praktek baru, yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat (Suliha, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Menurut Subarniati (1996), proses pendidikan kesehatan masyarakat dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan, salah satu pendekatan yang sering digunakan adalah melalui penyampaian pesan atau informasi mengenai kesehatan masyarakat sehingga informasi tersebut dapat diterima atau dipahami sesuai dengan maksud informasi tersebut atau sering disebut dengan komunikasi. Konsep dasar pendidikan adalah proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu dan dari tidak mampu menjadi mampu mengatasi masalahnya sendiri. Selanjutnya disebutkan bahwa di dalam kegiatan belajar terdapat tiga persoalan pokok yang saling berkaitan yaitu : (1) masukan/input yang menyangkut sasaran belajar itu sendiri dengan latar belakangnya, (2) proses, yaitu mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan pada diri subjek belajar, dalam proses ini terjadi pengaruh timbal balik antara faktor subjek belajar, pengajar, metode, dan teknik belajar, alat bantu belajar dan materi yang dipelajari, (3) keluaran/output adalah merupakan hasil belajar. Proses belajar dapat digambarkan sebagai berikut :

INPUT (SubjekBelajar) Individu,Kelompok, ataumasyarakatyang sedangbelajar PROSESBELAJAR


OUTPUT (HasilBelajar)

Materiyangdipelajari,alatbantu belajar,metodedanteknikbelajar, pengajar

Sumber : Notoatmodjo, 1997

Universitas Sumatera Utara

61

Tujuan pendidikan kesehatan adalah : (1) Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dan (2) Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian (Notoatmodjo, 2002b).

2.7.1 Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Keberhasilan Penyuluhan Ada pun faktor-faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam keberhasilan penyuluhan kesehatan adalah : (1) Tingkat pendidikan,

pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima informasi yang didapatnya, (2) Tingkat sosial ekonomi, semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula dalam menerima informasi baru. (3) Adat istiadat, pengaruh dari adat istiadat dalam menerima informasi baru merupakan hal yang tidak dapat diabaikan, karena masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap adat istiadat sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan. (4) Kepercayaan masyarakat, masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang orang yang sudah mereka kenal, karena sudah timbul kepercayaan masyarakat dengan penyampai informasi, dan (5) Ketersediaan waktu di masyarakat, waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan (Effendy, 1998).

Universitas Sumatera Utara

Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan (Effendy, 1998). Menurut Humaidi (2010), faktor-faktor yang memengaruhi belajar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni: 1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yaitu keadaan/ kondisi jasmani dan rohani siswa. 2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa. 3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Pendekatan belajar menurut Lawson (1991) sebagaimana dikutip Humaidi (2010) adalah segala strategi dan cara yang digunakan dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau tujuan belajar tertentu.
Strategi belajar menurut Senjaya (2008) sebagaimana dikemukakan oleh Sudrajat (2008) adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran

Universitas Sumatera Utara

63

tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan a plan of operation achieving something sedangkan metode adalah a way in achieving something. Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan dari kegiatan penyuluhan atau pembelajaran

2.7.2 Metode Penyuluhan Kesehatan Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan penyuluhan kesehatan adalah ( Notoatmodjo, 2002b) : 1. Metode Ceramah, adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan. 2. Metode Diskusi Kelompok, adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu topik pembicaraan diantara 5 20 peserta (sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk. 3. Metode Curah Pendapat, adalah suatu bentuk pemecahan masalah di mana setiap anggota mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan oleh masingmasing peserta, dan evaluasi atas pendapatpendapat tadi dilakukan kemudian. 4. Metode Panel, adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan pengunjung atau peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih panelis dengan seorang pemimpin.

Universitas Sumatera Utara

5.

Metode Bermain Peran, adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.

6.

Metode Demonstrasi, adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan dengan menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.

7.

Metode Simposium,

adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 -5 orang

dengan topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat. 8. Metode Seminar, adalah suatu cara dimana sekelompok orang berkumpul untuk membahas suatu masalah di bawah bimbingan seorang ahli yang menguasai bidangnya. Menurut Effendy (1998), dalam melakukan penyuluhan kesehatan, maka penyuluh yang baik harus melakukan penyuluhan sesuai dengan langkahlangkah dalam penyuluhan kesehatan masyarakat sebagai berikut : 1. 2. 3. Mengkaji kebutuhan kesehatan masyarakat. Menetapkan masalah kesehatan masyarakat. Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu ditangani melalui penyuluhan kesehatan masyarakat. 4. Menyusun perencanaan penyuluhan. a. Menetapkan tujuan. b. Penentuan sasaran. c. Menyusun materi / isi penyuluhan.

Universitas Sumatera Utara

65

d. Memilih metode yang tepat. e. Menentukan jenis alat peraga yang akan digunakan. f. Penentuan kriteria evaluasi. 5. 6. 7. Pelaksanaan penyuluhan. Penilaian hasil penyuluhan. Tindak lanjut dari penyuluhan.

2.7.3 Metode Ceramah dalam Pembelajaran Yang dimaksud dengan ceramah ialah penerangan dan penuturan secara lisan.

Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, pengajar dapat menggunakan alat bantu seperti gambar-gambar. Tetapi metode utama, berhubungan antara pengajar dengan pembelajar ialah berbicara. Peranan dalam metode ceramah adalah mendengarkan dengan teliti dan mencatat pokok-pokok penting yang dikemukakan oleh pengajar (Sofa, 2008a).

Nurlaili (2009) mengatakan bahwa metode ceramah adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan melalui penuturan (penjelasan lisan) oleh guru kepada siswa. Metode ceramah bervariasi merupakan cara penyampaian, penyajian bahan pelajaran dengan disertai macam-macam penggunaan metode pengajaran lain, seperti tanya jawab dan diskusi terbatas, pemberian tugas dan sebagainya.
Sofa (2008a) mengemukakan beberapa alasan pemilihan metode ceramah dalam suatu pembelajaran atau penyuluhan antara lain : 1. Kalau pengajar/penyuluh akan menyampaikan informasi atau pendapat dan tidak

terdapat bahan bacaan yang merangkum fakta atau pendapat yang dimaksud.

Universitas Sumatera Utara

2.

Kalau pengajar/penyuluh harus menyampaikan informasi kepada pembelajar yang besar jumlahnya atau karena besarnya kelompok pendengar sehingga metode-metode yang lain tidak mungkin dapat dipergunakan.

3.

Kalau pengajar/penyuluh adalah pembicara yang bersemangat dan akan rnerangsang pembelajar untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan. Metode ceramah merupakan metode yang paling banyak digunakan karena memiliki

keunggulan-keunggulan antara lain (LP3I Unair, 2009) : 1. Cepat untuk menyampaikan informasi 2. Informasi yang disampaikan bisa massive pada sasaran yang cukup besar 3. Sangat cocok digunakan oleh pengajar yang bukan berasal dari kalangan kelompok sasaran (dosen tamu) Pengorganisasian kelas yang sederhana juga merupakan salah satu keunggulan pada metode ceramah. Cara ini paling sederhana dalam pengaturan kelas jika dibandingkan

dengan metode-metode yang lain dimana pengajar harus membagi kelas ke dalam beberapa kelompok, harus merubah posisi kelas dan sebagainya (Sofa, 2008a). Disamping keunggulan-keunggulan tersebut, metode ceramah juga memiliki kelemahan antara lain (LP3I Unair, 2009) : 1. Komunikasi satu arah sehingga sasaran menjadi pasif untuk bertanya atau mengeluarkan pendapat. 2. 3. 4. Pada metode ceramah tidak dapat diidentifikasi kebutuhan per individu. Sasaran tidak diberi kesempatan untuk berfikir dan berperilaku kreatif. Sasaran mudah menjadi bosan jika waktu terlalu lama.

Universitas Sumatera Utara

67

Langkah-langkah

dalam

melaksanakan

penyuluhan/pembelajaran

dengan

menggunakan metode ceramah adalah sebagai berikut (Nurlaili, 2009) :

a.

Persiapan Merumuskan tujuan pembelajaran khusus (TPK). Menyusun urutan penyajian materi untuk mencapai tujuan pembelajaran khusus yang sudah ditetapkan. Merumuskan materi ceramah secara garis besar. Memperbanyak materi ceramah untuk dibagikan kepada sasaran.

b. Pelaksanaan

Menjelaskan kepada sasaran tujuan pembelajaran khusus (TPK) yang ingin dicapai sesudah pelajaran berakhir.

Menjelaskan kepada siswa pelaksanaan metode ceramah bervariasi, misalnya: ceramah yang disertai dengan tanya jawab.

Membagikan materi ceramah kepada siswa. Menyajikan materi ceramah. Tanya jawab. Merangkum materi yang telah disampaikan.

Universitas Sumatera Utara

2.7.4

Metode Diskusi Kelompok dalam Pembelajaran

Metode diskusi kelompok adalah suatu penyajian bahan pelajaran dengan cara siswa membahas, dengan bertukar pendapat mengenai topik atau masalah tertentu untuk memperoleh suatu pengertian bersama yang lebih jelas dan teliti tentang suatu topik, atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama (Nurlaili, 2009).
Menurut Daniel Muijs dan David Reynolds dalam bukunya yang berjudul effective teaching yang dikutip oleh Suparlan (2007) metode diskusi kelompok dapat membantu untuk mencapai 3 tujuan pembelajaran yaitu : 1. Meningkatkan keikutsertaan dan kegiatan siswa dalam pelajaran dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyuarakan pendapatnya. 2. Membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman yang lebih baik dengan cara memberikan kesempatan untuk menyatakan pemikiran mereka. 3. Membantu siswa untuk meningkatkan kecakapan berkomunikasi.

Alasan menggunakan metode diskusi kelompok dalam kegiatan pembelajaran antara lain untuk memberikan motivasi kepada siswa agar dapat berkomunikasi secara lisan, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menggunakan pengetahuan dan informasi yang telah dimiliki serta mengembangkan sikap saling hormat menghormati dan tenggang rasa terhadap keragaman pendapat orang lain, dalam rangka mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa (Suparlan, 2007). Prof. DR. Winarno Surakhmad dalam bukunya Metodologi Guruan Nasional yang dikutip oleh Sofa (2008b) mengemukakan peranan pemimpin diskusi adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

69

1. Menunjukkan pertanyaan-pertanyaan kepada anggota 2. Menjaga agar tidak semua anggota bicara secara serempak. 3. Mencegah dikuasainya pembicaraan oleh orang-orang tertentu yang gemar berbicara. 4. Membuka kesempatan bagi anggota yang pemalu atau pendiam untuk menyumbangkan ide-ide mereka. 5. Mengatur sedemikian sehingga setiap pembicaraan dapat ditangkap dengan jelas oleh pendengar. Djamarah (2000) mengemukakan beberapa kelebihan dan kelemahan dari metode diskusi kelompok sebagaimana dikutip Adrian (2010) sebagai bertikut : a. Kelebihan metode diskusi kelompok 1. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan. 2. Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik. 3. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi).

b. Kelemahan metode diskusi kelompok 1. tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar. 2. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas. 3. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara. 4. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal. Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan metode diskusi kelompok adalah sebagai berikut (Nurlaili, 2009) ;

Universitas Sumatera Utara

a. Persiapan

Menentukan topik yang akan didiskusikan. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus (TPK). Merumuskan masalah yang akan didiskusikan. Menentukan waktu dan pengaturan kelompok diskusi.

b. Pelaksanaan Membuat struktur kelompok (pimpinan, sekretaris, anggota). Menjelaskan tujuan pembelajaran khusus (TPK). Membagi-bagi tugas, dan memberikan pengarahan diskusi. Memberikan rangsangan dan membantu siswa untuk berpartisipasi. Mencatat ide dan saran-saran yang penting. Kelompok-kelompok membuat hasil diskusinya dan disampaikan dalam diskusi antar kelompok. Hasil diskusi antar kelompok dilaporkan kepada guru /fasilitator dalam bentuk tertulis.

2.8 Materi Penyuluhan Mengingat semakin tingginya masalah kesehatan reproduksi remaja yang berkaitan dengan Triad KRR (risiko-risiko yang berkaitan dengan seksualitas, Napza dan HIV/AIDS) maka materi penyuluhan yang akan diberikan kepada responden pada penelitian ini adalah seputar Triad KRR yaitu : 1. 2. Tumbuh kembang remaja Organ, fungsi dan proses reproduksi laki-laki dan perempuan.

Universitas Sumatera Utara

71

3. 4. 5.

Risiko hubungan seksual pra nikah HIV/AIDS Napza

2.9 Landasan Teori Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan (Effendy, 1998) Notoatmodjo (2002a) mengatakan bahwa pengetahuan adalah merupakan hasil TAHU dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Menurut Allport (1954) sebagaimana dikutip Notoatmodjo (2002a), sikap mempunyai 3 (tiga) komponen pokok, yakni ; (1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek, (b) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek, dan (c) kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

Universitas Sumatera Utara

Proses perubahan perilaku menurut Skiner (1938) seperti yang dikutip Notoatmodjo (2005a) pada hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu. Teori ini menggambarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kualitas rangsang yang berkomunikasi dengan organisme. Teori ini dikenal dengan Teori S-O-R (Stimulus-

Organisme-Response). Proses perubahan perilaku berdasarkan teori ini digambarkan sebagai berikut :

RESPONSTERTUTUP: - Pengetahuan Sik

STIMULUS

ORGANISME

RESPONSTERBUKA: Praktik/Tindakan

Gambar 2.3 Teori S-O-R Sumber : Notoatmodjo, 2005

Berdasarkan Teori S-O-R , kegiatan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja adalah merupakan suatu rangsangan (stimulus) yang diberikan pada remaja yang dapat dilakukan dengan berbagai metode atau teknik yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi remaja, dan dapat mengubah perilaku remaja menjadi lebih baik dalam kesehatan reproduksinya.

Universitas Sumatera Utara

73

2.10 Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan uraian di atas, disusun kerangka konsep penelitian adalah berikut : sebagai

Metode Ceramah Metode Diskusi Kelompok

PENGETAHUAN SIKAP

Umur Sex Pola Asuh Orang Tua : - Otoriter - Demokratis - Permisif Sosial Ekonomi

Gambar 2. 4 Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

You might also like