You are on page 1of 11

TEORI MEDAN (KURT LEWIN)

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah BIMBINGAN dan KONSELING BELAJAR REMAJA

Yang diampu oleh: Dr. Suherman, M.Pd., Dra. R. Tati Kustiawati

Oleh RADEN PUTRI PURNAMASARI (0900772) DERI MEIGAWATI RIZKY RESTIANI SILVIA PUJIYASTUTI (0901015) (0901125) (0906124)

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2011

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Salah satu aliran yang mempunyai pengaruh terhadap praktik belajar yang dilaksanakan di sekolah adalah aliran psikologi kognitif. Aliran ini telah memberikan kontribusi terhadap penggunaan unsur kognitif atau mental dalam proses belajar. Berbeda dengan pandangan aliran behavioristik yang memandang belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus dan respon. aliran kognitif memandang kegiatan belajar bukanlah sekedar stimulus dan respon yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar. Oleh karena itu, menurut aliran kognitif, belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Sehingga perilaku yang tampak pada manusia tidak dapat diukur dan diamati tanpa melibatkan proses mental seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan, dan lain sebagainya (Baharuddin & Wahyuni, 2007: 88). Meskipun pendekatan kognitif sering dipertentangkan dengan pendekatan behavioristik, tidak berarti psikologi kognitif anti terhadap aliran behaviorisme. Hanya, menurut para ahli psikologi kognitif, aliran behaviorisme itu tidak lengkap sebagai sebuah teori psikologi, sebab tidak memperhatikan proses kejiwaan yang berdimensi ranah cipta seperti berpikir, mempertimbangkan pilihan dan mengambil keputusan. Selain itu, aliran behaviorisme juga tidak mau tahu urusan ranah rasa.

Menurut perspektif psikologi kognitif, belajar pada asasnya adalah peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral (yang bersifat jasmaniah) meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam hampir setiap peristiwa belajar siswa. Secara lahiriah, seorang anak yang sedang belajar membaca dan menulis, misalnya, tentu menggunakan perangkat jasmaniah (dalam hal ini mulut dan tangan) untuk mengucapkan kata dan menggoreskan pena. Akan tetapi, perilaku mengucapkan kata-kata dan menggoreskan pena yang dilakukan anak tersebut bukan semata-mata respons atas stimulus (rangsangan) yang ada, melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya (Syah, 1999: 111). Pandangan kognitivisme ini membawa kepada sebuah pemahaman bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan, yakni belajar. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Selain itu, proses pembelajaran juga sangat berkaitan erat dengan pembentukan dan penggunaan kemampuan berpikir. Peserta didik akan lebih mudah mencerna konsep dan ilmu pengetahuan apabila di dalam dirinya sudah ada struktur dan strata intelektual, sehingga ketika ia berhadapan dengan bahan atau materi pembelajaran, ia mudah menempatkan, merangkai dan menyusun alur logis, menguraikan dan mengobjeksinya. Beberapa teori belajar berdasarkan aliran kognitif ini antara lain teori gestalt, teori medan, teori perkembangan Piaget, teori belajar bermakna Ausubel,

teori penemuan Bruner dan teori kognitif Bandura. Dalam bab ini akan lebih menfokuskan pada pokok bahasan mengenai Teori Medan (Kurt Lewin) B. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. RUMUSAN MASALAH Bagaimana Biografi Kurt Lewin? Bagaimana Konsep utama Teori Medan? Bagaimana Ciri-ciri utama dari teori Medan? Bagaimana Tujuan, tantangan, dan hambatan dari teori Medan? Bagaimana Isi teori Medan? Bagaimana Aplikasi Teori Medan? Bagaimana Evaluasi dan Kritikan untuk teori Medan?

C. 1. 2. 3. 4.

TUJUAN PENULISAN Untuk mengetahui bagaimana Biografi Kurt Lewin Untuk mengetahui bagaimana Konsep utama Teori Medan Untuk mengetahui bagaimana Ciri-ciri utama dari teori Medan Untuk mengetahui bagaimana Tujuan, tantangan, dan hambatan teori Medan

5. 6. 7.

Untuk mengetahui bagaimana Isi teori Medan Untuk mengetahui bagaimana Aplikasi Teori Medan Untuk mengetahui bagaimana Evaluasi dan Kritikan untuk teori Medan

BAB II PEMBAHASAN

BIOGRAFI KURT LEWIN Kurt Lewin lahir pada tanggal 9 September 1890 disuatu desa kecil di Prusia, daerah dosen. Ia adalah anak kedua dari empat bersaudara, Lewin menyelesaikan sekolah menengahnya di Berlin tahun 1905 kemudian ia masuk Universitas di Freiburg dengan maksud belajar ilmu kedokteran, tetapi ia segera melepaskan idenya ini dan setelah satu semester belajar psikologi pada universitas di sana. Setelah meraih gelar doktornya pada tahun 1914, Lewin bertugas di ketentaraan Jerman selama empat tahun. Pada akhir perang ia kembali ke Berlin sebagai instruktur dan asisten penelitian pada lembaga Psikologi. Lewin menghabiskan sisa sisa hidupnya di Amerika Serikat. Ia adalah profesor dalam bidang psikologi anak-anak pada Universitas Cornell selama dua tahun (1933-1935) sebelum dipanggil ke Universitas negeri Iowa sebagai profesor psikologi pada Badan Kesejahteraan Anak. Pada tahun 1945, Lewin menerima pengangkatan sebagai profesor dan direktur Pusat Penelitian untuk dinamika kelompok di Institut Teknologi Massachussetts. Pada waktu yang sama, ia menjadi direktur dari Commission of Community Interrelation of The Amerika Jewish Congress, yang aktif melakukan penelitian tentang masalah masalah kemasyarakatan. Ia meninggal secara mendadak karena serangan jantung di Newton Ville, Massachussetts, pada tanggal 9 Februari 1947 pada usia 56 tahun.

KONSEP UTAMA TEORI KURT LEWIN Bagi Lewin, teori medan bukan suatu sistem psikologi baru yang terbatas pada suatu isi yang khas: teori medan merupakan sekumpulan konsep dimana seseorang dapat menggambarkan kenyataan psikologis. Konsep ini harus cukup luas untuk dapat diterapkan dalam semua bentuk tingkah laku, dan sekaligus juga cukup spesifik untuk menggambarkan orang tertentu dalam suatu situasi konkret. Lewin juga menggolongkan teori medan sebagai suatu metode untuk

menganalisis hubungan hubungan kausal dan untuk membangun konstrukkonstruk ilmiah

CIRI-CIRI UTAMA DARI TEORI MEDAN 1. Tingkah laku adalah suatu fungsi dari medan yang ada pada waktu tingkah laku itu terjadi 2. Analisis mulai dengan situasi sebagai keseluruhan dari mana bagian bagian komponennya dipisahkan 3. Orang yang kongkret dalam situasi yang kongkret dapat digambarkan secara matematis. Konsep konsep teori medan telah diterapkan Lewin dalam berbagai gejala psikologis dan sosiologis, termasuk tingkah laku bayi dan anak anak , masa adolsen , keterbelakangan mental, masalah masalah kelompok minoritas, perbedaan perbedan karakter nasional dan dinamika kelompok.

TUJUAN, TANTANGAN DAN HAMBATAN BELAJAR DARI TEORI MEDAN (KURT LEWIN) Tantangan Teori medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam belajar berada dalam suatu medan. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan dalam mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Menurut teori ini belajar adalah berusaha mengatasi hambatan-hambatan untuk mencapai tujuan. Agar pada diri anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka bahan pelajaran harus menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bersemangat untuk mengatasinya. Bahan pelajaran yang baru yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.

Penggunaan metode eksperimen, inquiri, discovery juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan positif dan negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukuman yang tidak menyenangkan. TEORI BELAJAR MEDAN (KURT LEWIN) Teori belajar Cognitif-field Teori ini dikembangkan oleh Kurt Lewin (1892-1947) dengan menaruh perhatian pada kepribadian dan psikologi sosial. Lewin memandang bahwa masing-masing individu berada di dalam suatu medan kekuatan, yang bersifat psikologis. Medan kekuatan psikologis dimana individu bereaksi disebut sebagaiLife Space. Life Space mencakup perwujudan lingkungan dimana individu bereaksi, misalnya: orang-orang yang iya umpai, objek material yang ia hadapi, serta fungsi-fungsi kejiwaan yang ia miliki. Lewin berpendapat bahwa tingkah laku merupakan hasil tindakan antar kekuatan-kekuatan, baik yang dari dalam diri individu seperti; tujuan, kebutuhan, tekanan kejiwaan maupun dari luar diri individu, seperti; tantangan dan permasalahan. Menurut Lewin belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif yang dihasilkan dari dua macam kekuatan, satu dari strukrtur medan kognisi itu sendiri dan dari kebutuhan dan motivasi internal individu.

Teori Medan (field theory) Teori medan (field theory) merupakan salah satu teori yang termasuk rumpun kognitif. Teori medan ini dikembangkan oleh Kurt Lewin. Sama seperti teori gestalt yang menekankan keseluruhan dan keterpaduan. Menurut teori medan, individu selalu berada dalam suatu medan atau ruang hidup (life space), yang digambarkan oleh Kurt Lewin sebagai berikut:

Dalam medan hidup ini ada sesuatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi untuk mencapainya selalu saja ada barier atau hambatan. Individu memiliki satu atau sejumlah dorongan dan berusaha mengatasi hambatan untuk mencapai tujuan tersebut. Apabila individu tersebut telah berhasil mencapai tujuan, maka masuk ke dalam medan atau lapangan psikologis baru yang di dalamnya berisi tujuan baru dengan hambatan-hambatan baru pula. Demikian seterusnya individu keluar dari suatu medan dan masuk ke dalam medan psikologis berikutnya (Sukmadinata, 2007: 171).

Kaitannya

dengan

proses

belajar,

dari

keterangan di atas dapat dipahami bahwa teori medan menganggap belajar sebagai proses pemecahan masalah. Menurut Lewin (Sanjaya, 2006: 120), beberapa hal yang berkaitan dengan proses pemecahan masalah dalam belajar adalah:

a)

Belajar adalah perubahan struktur kognitif. Setiap orang akan dapat memecahkan masalah jika ia bisa mengubah struktur kognitif. Permasalahan yang sering dijadikan contoh adalah sebagai berikut:

Orang yang melihat sembilan buah titik tersebut sebagai sebuah bujur sangkar akan sangat sulit memecahkan persoalan tersebut. Agar sembilan buah titik dapat dilewati dengan 4 buah tarikan garis, maka harus mengubah struktur kognitif bahwa kesembilan buah titik itu bukan sebuah bujur sangkar. b) Pentingnya motivasi. Motivasi adalah faktor yang dapat mendorong setiap individu untuk berperilaku. Motivasi ini dapat berasal dari dalam (intern) dan dari luar (ektern).

APLIKASI

ZEIGARNIK EFFECT Banyak penelitian dari Lewin dan murid-muridnya, yang semula di maksudkan untuk meneliti hipotisis dari teori itu, akhirnya di pakai untuk mengembangkan asumsi-asumsi dari teori medan. Salah satu fenomena penelitian itu, adalah penelitian yang di lakukan oleh zeigarnik.Temuan zeigernik oleh Lewin kemudiandi kembangkan menjadi asumsi-asumsi berikut;

Asumsi 1 : Maksud-tujuan (intention ) untuk mencapai tujuan tertentu berhubungan dengan tegangan dalam suatu system pribadi. Asumsi 2 : Ketika tujuan tercapai, tegangan ( yang meningkat lebih besar dari nol) dari system yang terkait dengan tujuan itu menjadi reaksi (menjadi nol ). Asumsi 3 : Tegangan untuk mencapai tujuan ( yang belum tercapai ) akan memperkuat tenaga untuk beraksi menuju tujuan itu.

Asumsi 3A : Kekuatan orang untuk mengingat tujuan ( yang belum tercapai ) tergantung kepada tegangan dari system tujuan itu.

EVALUASI Sebagai teori kepribadian, teori Lewin memang tidak utuh karena tidak membahas tentang psikopatologi dan psikoterapi. Namun pemakaian konsep matematika dalam teorinya membuat berbagai fenomena psikis dapat di ringkas ke dalam peristilahan yang tepat. Kritik terhadap teori Lewin: 1. Penggambaran tipologis dan vaktorial tidak mengungkapkan sesuatu yang baru tentang tingkahlaku. 2. Lewin tidak mengelaborasi pengaruh lingkungan luar atau lingkungan objektif. 3. Lewin kurang memperhatikan sejarah individu pada masa lalu sebagai penentu tingkahlaku. 4. Lewin menyalahgunakan konsep ilmu alam dan konsep matematik

DAFTAR PUSTAKA Bow, Mas. (2008). Perbedaan Antara Teori Belajar Behavioristik dengan Teori Belajar Kognitif (Online). Tersedia : http://www.masbow.com/2008/11/perbedaan-antara-teori-belajar.html (27 September 2011)

http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran http://dafiyoe.blogspot.com/2010/11/teori-kurt-lewin-psikologi-medan.html

You might also like