IDENTIFIKASI PARASIT PADA INSANG DAN USUS HALUS IKAN KERAPU (EPINEPHELUS SEXFASCIATUS) YANG TERTANGKAP DI PERAIRAN GLONDONG GEDE, TUBAN Awik P. D. N., Dewi Hidayati, dan Karimatul H. Jurusan Biologi FMIPA, Institut teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ABSTRACT Research iaentihcation of parasites in the gill ana intestine of sixbar grouper (Epinephelus sexfasciatus) from Glonaong Geae coastal water, Tuban, haa been anali:ea. This riset purpose to iaentihcation of variation grouper hsh parasite that attach in gill ana intestine. There are two sampling location that is F1 (06 0 4243.64` latituae, 111 0 5318.90`longituae) ana F2 (06 0 4309.26` latituae, 111 0 5216.94`longituae). Eleven hsh was chaught. There are 8 ectoparasite in gill ana 3 enaoparasite in intestine was observea. Ectoparasites species that founa are Apiosoma sp., Balantiaium sp., Caligus sp., Rhynchoscolex sp, Dactylogyrus sp., Himasthla elongata, Leptorhynchoiaes sp., ana. Chonaracanthus noausus. Enaoparasites species that founa are Camallanus sp., Anisakis sp. ana Polyaora ciliata. Jariation of ectoparasites spesies be abunaant in F1 location. But, variation of enaoparasites spesies be abunaant in F2 location. Depena on the life cycle there are 3 species be expectea can causing :oonosis they are Himasthla elongata, Balantiaium sp., ana Anisakis sp. Key words: ectoparasite, enaoparasite, invertebrate, proto:oa, sixbar grouper, :oonosis PENGANTAR Perairan laut Tuban berpotensi mengalami pencemaran akibat berkembangnya kegiatan industri sekitar wilayah perairan tersebut. Pencemaran di perairan laut Tuban Pencemaran di perairan laut Tuban dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti tabrakan Kapal Tangker MV. Pencemaran di perairan laut mengakibatkan penurunan kualitas perairan dan mengganggu kehidupan biota laut. Stress lingkungan kemungkinan dapat menambah penurunan resistensi inang pada patogen (Latama, 2002). Hal ini dapat memacu kecepatan perkembangbiakan organisme parasit (William dan John, 1993). William dan John, 1993). ). Pada umumnya, parasit ikan cenderung menyerang organ insang dan usus ikan. Salah satu jenis parasit protozoa yang ditemukan pada insang ikan kerapu adalah Trichoaina sp. (Ikhwan dkk, 2008). Selain itu, berdasarkan penelitian Johnny (2002), menyatakan bahwa pada ikan kerapu yang mati biasanya banyak ditemukan parasit Dipletanum. Parasit ini ditemukan pada insang ikan kerapu. Insang yang terinfeksi biasanya berwarna pucat dan produksi lendirnya berlebihan (Chong dan Chao dalam Johnny, 2002). Ikan kerapu yang terinfeksi tampak gejala dengan kemampuan berenang yang abnormal pada permukaan air dan warna tubuh menjadi pucat. Serangan berat dari parasit ini dapat merusak flamen insang dan dapat menimbulkan kematian karena adanya gangguan pernapasan. Salah satu daerah yang menghasilkan ikan tangkap seperti ikan kerapu (E. sexfasciatus) adalah perairan laut Tuban. Ekspor ikan kerapu pada tahun 1998 mencapai 1.856 ton. Ekspor ikan kerapu di Indonesia mengalami penurunan sejak tahun 1999 (Anonim, 2003). Penurunan produksi perikanan kerapu ini diduga karena serangan parasit. Penelitian ini untuk mengidentifkasi parasit pada insang dan usus halus ikan kerapu (E. sexfasciatus) yang tertangkap di perairan Glondong Gede, Tuban. BAHAN DAN CARA KERJA Sampel ikan kerapu (Epinephelus sexfasciatus) ditangkap dari perairan Glondong Gede, Pantai Utara Tuban dengan titik pengambilan sampel pada F1 (06 0 4243.64 garis lintang; 111 0 5318.90 garis bujur), F2 (06 0 4309.26 garis lintang; 111 0 5216.94 garis bujur). Pengambilan sampel ikan dilakukan dengan menggunakan alat tangkap nelayan setempat (jaring payang). Ukuran panjang sampel ikan kerapu dewasa yang diambil adalah 1928,3 cm (Damayanti, 2008). Identifkasi parasit pada organ insang dan usus halus mengacu pada pustaka dari Moller & Anders (1986), Disease ana Parasites of Marine Fishes; Grabda (1991), Marine Fish Parasitology; Janovy (2000), Founaation of Parasitology; dan Pechenic (2000), Biology of the Invertebrates. Pengukuran kualitas perairan meliputi salinitas, suhu, dan pH. HASIL Identifikasi jenis-jenis ektoparasit pada insang kerapu terdapat 8 spesies ektoparasit yaitu Apiosoma sp., Balantidium sp., Chonaracanthus noausus, Caligus sp., Identifkasi Parasit pada Insang dan Usus Halus Ikan Kerapu 10 Dactylogyrus sp., Himasthla elongata, Leptorhynchoiaes sp., dan Rhynchoscolex sp. Spesies yang tergolong protozoa adalah Apiosoma sp. dan Balantidium sp., sedangkan spesies yang tergolong invertebrata adalah Caligus sp., Chonaracanthus noausus, Gyroaactilus sp., Rhynchoscolex sp., Leptorhynchoiaes sp., dan Himasthla elongata. Identifkasi jenis-jenis endoparasit yang ditemukan pada usus halus terdapat 3 species yaitu lain Camallanus sp., Anisakis sp., dan Polyaora ciliate. Endoparasit yang ditemukan termasuk dalam flum nematoda yakni Anisakis sp. dan Camallanus sp., serta dari flum Annelida yakni Polyaora ciliata (Tabel 1). PEMBAHASAN Jenis spesies ektoparasit yang ditemukan pada sampel ikan di lokasi F1 sebanyak 2 spesies protozoa, 2 spesies copepoda dan 2 spesies cacing. Jumlah ini lebih banyak Jumlah ini lebih banyak dari jumlah ektoparasit yang ditemukan di lokasi F2. Perbedaan jumlah spesies parasit tersebut kemungkinan dipengaruhi beberapa faktor abiotik dan biotik. Menurut Williamdan John (1993), faktor biotik yang mempengaruhi kehidupan parasit antara lain: spesies hospes, umur dan ukuran panjang hospes, kondisi hospes, sifat patogenitas parasit. Sedangkan faktor abiotik antara lain: suhu, salinitas, oksigen, ammonia, pH, cahaya, kedalaman atau tekanan air, dan tingkat pencemaran. Dari keseluruhan faktor tersebut, hal yang kemungkinan berpengaruh adalah tingkat pencemaran, persebaran hospes dan kondisi hospes. Adanya pencemaran di sekitar perairan menjadikan ikan stress. kondisi tersebut sangat baik untuk kelangsungan hidup parasit. Serta menyebabkan penurunan imunitas hospes Serta menyebabkan penurunan imunitas hospes (MacKinnon dalam Gonzales, 2000). Selain faktor pencemaran di perairan, terdapat faktor persebaran hospes. Hal ini terkait dengan siklus hidup tiap spesies ektoparasit. Spesies ektoparasit di lokasi F2 (Rhyncoscolex sp. dan Leptorhyncoiaes sp.) merupakan parasit yang memerlukan inang intermediet untuk melangsungkan daur hidupnya. Inang intermediet bagi kedua parasit tersebut adalah Crustacea atau Mollusca, cenderung melimpah di lokasi F2 yang menjadikan parasit mampu menemukan inang intermedietnya. Sebagaimana diketahui pada saat pengambilan sampel, pada lokasi F2, jumlah mollusca yang tertangkap di jaring lebih banyak dibandingkan jumlah mollusca yang tertangkap pada lokasi F1 (Unpublishea, 2009) sehingga kedua spesies ini mampu bertahan hidup karena siklus hidupnya tetap berlangsung hingga menemukan final host yakni ikan kerapu pada lokasi F2. Sebagaimana dilaporkan oleh Janovy (2000), Leptorhyncoiaes sp. dan Rhyncoscolex sp. berkembang menjadi cacing dewasa setelah inang intermediet yang membawa chystacanth atau larva cacing termakan oleh inang akhir dan selanjutnya berkembang menjadi cacing dewasa di dalam inang akhir tersebut. Sedangkan pada Sedangkan pada lokasi F1 diduga keberadaan inang intermediet parasit cenderung sedikit. Di antara 6 spesies ektoparasit yang ditemukan dilokasi F1, terdapat 5 spesies yaitu Apiosoma sp., Balantidiumsp., Caligus sp., Chonaracanthus noausus, dan Dactylogyrus sp., yang merupakan ektoparasit dengan daur hidup tanpa memerlukan inang intermediet. Dalammelangsungkan daur Tabel 1. 1. Jenis-jenis ektoparasit dan endoparasit pada ikan Kerapu (E. sexfasciatus) No. Organ Jenis parasit Lokasi F1 F2 Spesies Spesies 1. Insang ektoparasit Dactylogyrus sp. Rhynchoscolex sp. ektoparasit Caligus sp. Leptorhynchoides sp. ektoparasit Apiosoma sp. ektoparasit Himasthla elongata ektoparasit Chondracanthus nodusus ektoparasit Balantidium sp. Jumlah spesies 6 2 2. Usus halus endoparasit Camallanus sp. Camallanus sp. endoparasit Anisakis sp. Anisakis sp. endoparasit Polydora ciliata Jumlah spesies 2 3 Awik, Hidayati, dan Karimatul 11 hidup, kelima parasit ini memerlukan hospes yang sesuai dan ketersediaan nutrisi untuk hidup dan faktor lingkungan yang mendukung (Moller, 1986). Telur Balantidium yang dikeluarkan bersama Ieses inang defnitiI akan berkembang menjadi trophozoid. Trophozoid menggandakan diri dengan membelah diri secara melintang (Transverse Fission). Namun sebagian kecil ada yang mampu melakukan kojugasi (Janovy, 2000). Balantidium dapat melangsungkan daur hidupnya pada tubuh hospes maupun di perairan. Jenis spesies endoparasit yang ditemukan pada sampel ikan di lokasi F1 ada 2 jenis, sedangkan jenis spesies endoparasit yang ditemukan pada sampel ikan di lokasi F2 ada 3 jenis spesies. Anisakis sp. dan Camallanus sp adalah spesies endoparasit yang ditemukan di lokasi F1 maupun F2. Polyaora ciliata merupakan spesies yang ditemukan di titik F2 dan tidak ditemukan di titik F1. Endoparasit yang ditemukan pada lokasi F2 memiliki jenis spesies sedikit lebih banyak dibandingkan endoparasit pada lokasi F1 meskipun dua di antara beberapa spesies tersebut sama- sama ditemukan pada kedua lokasi. Hal ini diduga karena perbedaan feeaing habit (Grabda, 1999) dari ikan kerapu dengan adanya perbedaan lokasi. Perbedaan feeaing habit dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain disebutkan oleh Polyanski dalam Aloo (2000) yakni mekanisme diet oleh inang, masa hidup inang, mobilitas inang selama hidupnya termasuk variasi habitat yang ditempati dan kepadatan populasi inang dalam habitatnya. Spesies ektoparasit yang ditemukan berjumlah lebih banyak (8 spesies) dibandingkan dengan spesies endoparasit (3 spesies). Hal ini dikarenakan pada usus halus yang merupakan mikrohabitat bagi spesies endoparasit, memiliki kondisi berbeda dengan kondisi pada insang. Parasit yang mampu hidup pada usus halus memiliki kemampuan untuk resisten terhadap mekanisme pencernaan baik proses fsik maupun proses kimiawi di dalam inangnya, tahan atau mampu melawan respon imun dari inang, dan mampu bertahan di dalam usus halus yang anaerob karena suplai oksigen diperoleh dengan menghisap nutrisi yang mengalir bersama pembuluh darah vena di lumen usus (Bryant, 1989). Endoparasit umumnya memiliki struktur tubuh yang mampu beradaptasi dengan kondisi di dalam usus seperti pada Anisakis sp. Spesies tersebut memiliki lapisan epidermis kulit yang menyekresi sebuah lapisan kutikula yang berfungsi untuk melindungi tubuhnya dari enzim- enzim pencernaan di dalam usus halus (Lorenzo et al., 2000). Selain itu, intestinal parasite mampu melindung diri dari enzim pencernaan yang disekresikan oleh inang. Parasit ini menyekresi mucoprotein untuk menetralkan enziminang. Parasit yang tidak memproduksi mucoprotein akan tercerna dalamusus halus (Grabda, 1999). Kondisi ini menyebabkan jenis spesies endoparasit yang ditemukan lebih sedikit karena spesifkasi struktur tubuh dari parasit. Hasil identifkasi parasit pada insang dan usus halus identifkasi parasit pada insang dan usus halus ikan kerapu yang telah dilakukan menunjukkan ada 8 spesies ektoparasit yang ditemukan pada insang ikan kerapu. Ektoparasit yang termasuk dalamprotozoa adalah Apiosoma sp. dan Balantidium sp. Ektoparasit yang termasuk dalam invertebrata adalah Caligus sp. Chonaracanthus noausus, Dactylogyrus sp., Himasthla elongata, Leptorhynchoiaes sp., dan Rhynchoscolex sp. dan ada 3 spesies Invertebrata endoparasit yang ditemukan pada usus halus ikan kerapu antara lain Camallanus sp., Polyaora ciliata, dan Anisakis sp. KEPUSTAKAAN Anoni m, 2003. , 2003. 'Ekol abel Proauk Peri kanan, Beri t a Lingkungan Hiaup Inaonesia`. http://www. kompas.com/ kompascetak/0403/31/bahari/943723. htm. Aloo PA, 2002. Final Report on the 'Ecological Stuaies of Parasites of Commercially Important Fish Species along the Kenyan Coast`. Department of Zoology Kenyatta University Nairobi: Kenya. Bryant C dan Carolyn B, 1989. Biochemical Aaaptation in Parasite. Chapman and Hall: London. Damayanti S, 2008. Studi Pendahuluan Tingkat Kematangan Gonad Populasi Ikan Kerapu Lumpur (Epinephelus sexfasciatus, Jalencinnes) yang Tertangkap di Perairan Tuban. Skripsi Program Stuai Biologi. FMIPA ITS: Surabaya. Gonzales L, and Carjaval J, 2001. Life Cycle of Caligus rogercresseyi, (Copepoda: Caligidae) Parasite of Chilean Reared Salmonids. Universidad de Los Lagos: Chile. Grabda, 1991. Marine Fish Parasitology. PWN Polish Scientifc Publisher: Warszawa. Ikhwan MZ, Shaharom-Harrisson F, dan Kartini M, 2008. A Comparative Prevalence Stuay of Ectoparasites in Wila ana Culturea Grouper Before ana After Transportation. National Fisheries Symposium. Institute of Tropical Aquaculture (AKUATROP) Faculty of Maritime Studies and Marine Science (FMSM): Terengganu, Malaysia. Janovy R, 2000. Founaation Of Parasitology, Sixth Eaition. McGraw-Hill Companies: USA. Johnny F, 2002. Kefaaian Penyakit Infeksi Parasit paaa Ikan Kerapu ai Keramba Jaring Apung Teluk Ekas, Kabupaten Lombok Timur, Nusa tenggara Barat. Balai Besar Riset Perikanan Budi Daya Laut Gondol: Bali. Latama G, 2002. Cestoda: Parasit Cacing Pada Ikan dan ke Manusia. Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702). Program Pascasarjana. Instutut Pertanian Bogor : Bogor Identifkasi Parasit pada Insang dan Usus Halus Ikan Kerapu 12 Lorenzo S, et al., 2000. Usefulness of Currently Available Methods for The Diagnosis of Anisakis Simplex Allergy. Allergy 55: 627633. Moller andAnders, 1986. Disease ana Parasites of Marine Fishes. Verlage Moller: Germany. Pechenic, 2000. Biology of The Invertebrates. McGraw-Hill Companies: USA. Unpublished, 2009. Iaentihkasi Jenis-Jenis Ikan aan Non-ikan tang Tertangkap ai Perairan Tuban. Program Studi Biologi, FMIPAITS: Surabaya. William dan John. 1993. Parasitic Worm of Fish. Tailor and Francis Publisher: Sidney.