You are on page 1of 3

Konjungtivitis Jamur

Konjungtivitis Candida Konjungtivitis yang disebabkan oleh Candida spp (biasanya Candida albicans) adalah infeksi yang jarang terjadi; umumnya tampak sebagai bercak putih. Keadaan ini dapat timbul pada pasien diabetes atau pasien yang terganggu sistem imunnya, sebagai konjungtivitis ulseratif atau granulomatosa. Kerokan menunjukkan reaksi radang sel polimorfonuklear. Organisme mudah tumbuh pada agar darah atau media Saboraud dan mudah diidentifikasi sebagai ragi bertunas (budding yeast) atau sebagai pseudohifa (jarang). Infeksi ini berespons terhadap amphotericin B (3-8 mg/mL) dalam larutan air (bukan garam) atau terhadap krim kulit nystatin (100.000 U/g) empat sampai enam kali sehari. Obat ini harus diberikan secara hati-hati agar benar-benar masuk dalam saccus conjunctivalis dan tidak hanya menumpuk di tepian palpebra. Konjungtivitis Jamur Lain Sporothrix schenckii, walaupun jarang, bisa mengenai konjungtiva atau palpebral. Jamur ini menimbulkan penyakit granulomatosa yang disertai KGB preaurikular yang jelas. Pemeriksaan mikroskopik dari biopsy granuloma menampakkan conidia (spora) gram positif berbentuk cerutu. Rhinosporidium seeberi, meskipun jarang, dapat mengenai konjungtiva, saccus lacrimalis, palpebral, canaliculi dan sclera. Lesi khas berupa granuloma polipoid yang mudah berdarah dengan trauma minimal. Pemeriksaan histologik menampakkan granuloma dengan spherula besar terbungkus yang mengandung endospore myriad. Penyembuhan dicapai dengan eksisi sederhana dan kauterisasi pada dasarnya. Coccidioides immitis jarang menimbulkan konjungtivitis granulomatosa yang disertai KGB preaurikular yang jelas (sindrom okuloglandular Parinaud). Ini bukanlah suatu penyakit primer, tetapi merupakan manifestasi dari penyebaran infeksi paru primer (demam San Joaquin Valley). Penyakit yang menyebar memberi prognosis buruk.

Konjungtivitis Parasit
Infeksi Thelazia californiensis Habitat alami cacing gilig ini adalah pada mata anjing, tetapi cacing ini juga bisa menginfeksi mata kucing, domba, beruang hitam, kuda, dan rusa. Infeksi aksidental pada saccus conjunctivalis manusia pernah juga terjadi. Penyakit ini dapat disembuhkan secara efektif dengan menyingkirkan cacing dari saccus conjungtivalis dengan forceps atau aplikator berujung kain. Infeksi Loa-loa L. loa adalah cacing mata di Afrika. Cacing ini hidup di jaringan ikat manusia dan kera; kera tampakanya merupakan reservoarnya. Parasit ini ditularkan oleh gigitan lalat kuda atau lalat mangga. Cacing dewasa kemudian bermigrasi ke palpebral, konjungtiva, atau orbita.

Pada 60-80% infeksi L. loa, terdapat eosinofilia, tetapi diagnosis ditegakkan dengan menemukan cacing atau dengan menemukan mikrofilaria dalam darah yang diperiksa siang hari. Saat ini, obat pilihan untuk L. loa adalah diethylcarbamazine. Infeksi Ascaris lumbricoides (Konjungtivitis Butcher) Ascaris dapat menimbulkan sejenis konjungtivitis berat, meskipun jarang. Saat tukang jagal atau orang yang melakukan pemeriksaan post-mortem memotong jaringan yang mengandung Ascaris, cairan jaringan bagian organisme itu bisa mengenai matanya. Kejadian ini bisa diikuti oleh konjungtivitis toksik yang nyeri dan berat, yang ditandai dengan kemosis hebat dan edema palpebral. Pengobatannya berupa irigasi cepat dan menyeluruh pada saccus conjunctivalis. Infeksi Trichinella spiralis Parasit ini tidak menimbulkan konjungtivitis sejati, tetapi dalam perjalanan penyebarannya mungkin terdapat edema palpebral superior dan inferior, dan lebih dari 50% pasien menunjukkan kemosis suatu pembengkakkan kuning-lemon pucat yang paling jelas pada otot rektus lateral dan medial dan berkurang ke arah limbus. Kemosis ini dapat bertahan satu minggu atau lebih, dan sering terasa nyeri saat mata digerakkan. Infeksi Schistosoma haematobium Skistosomiasis (bilharziasis) endemic di Mesir, khususnya di daerah yang memperoleh air dari sungai Nil. Timbul lesi konjungtiva granulomatosa berupa tumor-tumor kecil, lunak, licin, kuning-kemerahan, terutama pada pria. Gejalanya minimal. Diagnosis tergantung pada pemeriksaan mikroskopik materi-biopsi, yang menunjukkan granuloma berisi limfosit, sel plasma, sel raksasa, dan eosinophil yang mengelilingi ovum bilharza pada berbagai tahap disintegrasi. Pengobatannya terdiri atas eksisi granuloma konjungtiva dan terapi sistemik dengan antimonial seperti niridazole. Infeksi Taenia solium Parasit ini jarang menimbulkan konjungtivitis, tetapi lebih sering menyerang retina, koroid, atau vitreus, dan menimbulkan sistiserkosis mata. Umumnya, konjungtiva yang terkena menampilkan suatu kista subkonjungtiva dalam bentuk pembengkakkan hemisferik setempat, biasanya di sudut dalam forniks inferior, yang melekat pada sclera di bawahnya dan nyeri tekan. Konjungtiva dan palpebral mungkin meradang dan terdapat edema. Diagnosis didasarkan atas uji fiksasi komplemen atau uji presipitasi atau temuan organisme dalam saluran cerna. Eosinofilia adalah ciri yang selalu ada. Pengobatan terbagi adalah eksisi lesi. Keadaan intestinalnya dapat diobati dengan niclosamide. Infeksi Pthirus pubis (Infeksi Kutu Pubis) P. pubis dapat mengenai bulu mata dan tepian palpebral. Karena ukurannya, kutu pubis agaknya memerlukan rambut yang tersebar berjauhan. Inilah sebabnya parasit ini menyukai bulu mata yang tersebar berjauhan selain

rambut pubis. Parasit ini melepaskan bahan yang mengiritasi (mungkin feses), yang menimbulkan konjungtivitis folikular toksik pada anak-anak dan konjungtivitis papilar yang mengiritasi pada orang dewasa. Tepian palpebral umumnya merah, dan pasien mungkin mengeluh sangat gatal. Diagnosis ditegakkan dengan menemukan organisme dewasa atau sengkenit berbentuk oval yang melekat pada bulu mata. Lindane (Kwell) 1% atau RID (pyrethrin) yang diberikan pada daerah pubis dan bulu mata setelah mengangkat sengkenit, biasanya dapat menyembuhkan. Pemberian lindane atau RID pada tepian palpebral harus sangat hati-hati agar jangan berkontak dengan mata. Setiap salep yang diberikan pada tepian palpebral cenderung menekan organisme dewasa. Keluarga dan orang-orang di dekat pasien harus diperiksa dan diobati. Semau pakaian dan perlengkapan harus dicuci. Oftalmomyasis Myiasis adalah infeksi oleh larva lalat. Banyak spesies lalat dapat menimbulkan myiasis. Jaringan mata mungkin cedera akibat transmisi mekanik organisme penyebab penyakit atau oleh aktivitas parasit larva dalam jaringan sehat. Banyak yang terkena infeksi karena tanpa sengaja menelan telur atau larva atau karena kontaminasi pada luka luar atau kulit. Bayi dan anak-anak kecil, pecandu alkohol, dan pasien lemah yang tak terurus adalah sasaran umum lalt penyebab myiasis. Larva ini dapat mempengaruhi permukaan mata, jaringan intraocular, atau jaringan orbita yang lebih dalam. Terkenanya permukaan mata dapat disebabkan oleh Musca domestica lalat rumah, Fannia lalat jamban, dan Oestrus ovis- lalat domba. Lalat-lalat ini meletakkan telurnya di tepian palpebral inferior atau kantus internus, dan larva itu menetap di permukaan mata, menimbulkan iritasi, nyeri, dan hyperemia konjungtiva. Pengobatan myiasis permukaan mata adalah dengan menyingkirkan larva secara mekanik setelah anestesi topical.

Daftar Pustaka: 1. Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan & Asburys general ophthalmology. Edisi ke-17. McGraw-Hill, 2007. 2.

You might also like