You are on page 1of 8

1. Dr. Junimart Girsang, S.H., MBA., M.H.

(Advokat senior, dosen, akademisi, pendiri kantor hukum Junimart Girsang & Rekan) 2. Dr. Abraham Samad, S.H., M.H (Ketua KPK) 3. Jaenal Arifin Mukhtar (Direktur Pusat Kajian Antikorupsi UGM) Latar Belakang pembuatan judul diatas yaitu Mutu menurut KBBI adalah ukuran baik atau buruk suatu benda; kadar; taraf; kualitas. Sedangkan Manikam menurut KBBI adalah intan; batu permata; memikirkan kembali kata-kata yang telah dibuatnya. Sedangkan seminar anti-korupsi ESA yaitu penyelenggara seminar Pemuda Menata Demokrasi Melawan Korupsi yang diselenggerakan Persekutuan Mahasiswa Kristen Fakultas Hukum Unpad yang slogannya adalah ESA atau Education, Social and Art. Artinya, saya memilih judul ini akan mengingat-ngingat kembali ataupun menulis kembali segala isi seminar anti-korupsi yang diselenggarakan oleh PMK FH UNPAD karena penulis merasa bahwa memang isi seminar itu sangatlah berharga layaknya seperti intan yang perlu dimunculkan ke permukaan. Mengenai makna korupsi sendiri akan dibahas tersendiri secara detail dalam resume paper di bawah. Penguasaan Materi berdasarkan isi-isi seminar yang berupa kuliah, diskusi atau talkshow langsung dengan para pembicara-pembicara, paper dan presentasi yang telah dipaparkan dalam event tersebut. Harapan saya dengan adanya tulisan ini dapat menghapuskan segala tindak pidana korupsi di Indonesia karena memang telah menggerogoti kehidupan layaknya sebuah penyakit cancer yang menggerogoti dari dalam tubuh sehingga masyarakat bisa waspada dan para pejabat pemerintahpun berhati-hati ketika mengeluarkan keputusan ataupun kebijakan demi terwujudnya Indonesia yang bebas dari penyakit korupsi dan mampu membuat masyarakatnya sejahtera, aman, tenteram dan damai. Resume Paper Resume paper yang dimaksud adalah paper yang dibawakan oleh Dr. Junimart Girsang, S.H., MBA., M.H yang berjudul Dari Indonesia Oleh Indonesia Untuk Indonesia Pemuda Menata Demokrasi Melawan Korupsi A. Pendahuluan Sejarah telah membuktikan sekuat apapun sebuah bangsa ataupun korporasi pasti runtuh akibat korupsi. Lihat saja, kedigdayaan Imperium Romawi, kemasyhuran Kerajaan Majapahit, dan kesuksesan usaha perdagangan Kerajaan Belanda VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) luluh lantak akibat digerogoti korupsi. Kata korupsi seakan menjadi momok yang luar biasa bagi siapa saja. Tidak pelak, sejarah pemerintahan bangsa Indonesia dari zaman kolonial sampai dengan saat ini belum berhasil memberantas tindak pidana korupsi sampai ke akar-akarnya.

Begitu banyak aturan hukum yang dibentuk dan diadakan khusus untuk memerangi tindak pidana korupsi belum dapat membuat para pelaku tindak pidana korupsi jera atas perbuatannya. Sudah berapa kali pemerintahan berganti akan tetapi korupsi seakan anteng melekat pada bangsa ini. Mubyarto, mengutip pendapat Theodore Smith, Corruption Traditian and Change, Indonesia Cornell Industry, No. 11 April 1971 menyatakan sebagai berikut: On the whole corruption in Indonesia appears to present more of a recurring political problem than an economic one. It undermines the legitimacy of the government in the eyes of the young, educated elite and most civil servants coruption reduces support for the government among elites at the province and regency level (secara keseluruhan korupsi di Indonesia muncul lebih sering sebagai masalah politik daripada ekonomi. Korupsi melemahkan keabsahan pemerintah di mata generasi muda, kaum elit terdidik dan pegawai negeri korupsi mengurangi dukungan pada pemerintah dari kelompok elite di tingkat provinsi dan kabupaten). Selain itu, di mata dunia internasional korupsi telah digolongkan sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crimes) sehingga membutuhkan penanganan yang luar biasa pula (extra ordinary measures). Sejak tahun 2003 Perserikatan Bangsa-Bangsa telah membuat konvensi internasional berkenaan dengan Tindak Pidana Korupsi (united nations convemtion againts corruption), di mana salah satu pertimbangannya menyatakan sebagai berikut: The states parties to this convention, concerned about the seriousness of problems and threats posed by corruption to the stability and security of societies, undermining the institutions and values of democracy, ethical values and justice and jeopardizing sustainable development and the rule of law. Yang secara bebas diterjemahkan: Negara-negara pihak pada konensi ini prihatin atas keseriusan masalah dan ancaman yang ditimbulkan oleh korupsi terhadap stabilitas dan keamanan masyarakat yang merusak lembagalembaga dan nilai-nilai demokrasi, nilai-nilai estetika dan keadilan serta mengacaukan pembangunan yang berkelanjutan dan penegakan hukum. Indonesia sendiri telah meratifikasi konvensi PBB tersebut melalui Undang-undang RI Nomor 7 tahun 2006 tentang Pengesahan United Nations Convention Againts Corruption, 2003. Begitu nyatanya ancaman tindak pidana korupsi sampai Perserikatan Bangsa-Bangsa membentuk United Nation Office on Drugs and Crimes yang salah satu tugasnya antara lain menangani permasalahan tindak pidana korupsi. Di China, Presiden Jiang Ze Min mengkampanyekan menyatakan agar dibuatkan 1000 peti mati untuk koruptor. Sebanyak 999 buah untuk para koruptor, dan sisanya untuk dia bila melakukan korupsi. Hal ini membuktikan bahwa, korupsi adalah musuh bersama dan wajib diberantas oleh setiap anak bangsa karena akan merusak bangsa.

B. Pengertian, Pengaturan dan Penanggulangan Tindak Pidana Korupsi Secara harfiah korupsi berasal dari kata Corruptio atau Corruptus (latin) artinya suatu kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau memfitnah. Blacks Law Dictionary mendefinisikan Corrupton sebagai berikut: Depravity, perversion, or taint; an impairment of integrity, virtue, or moral principle esp., the impairment of a public officials duties by bribery. Dalam Wordnet Princeton Education, korupsi didefinisikan sebagai lack of integrity or honesty (especially susceptibilty to bribery); use of a position of trust for dishonest gain. Selanjutnya, dalam Kamus Collins Cobuild arti dari kata corrupt adalah someone who is corrupt behaves in a way that is morally wrong, especially by doing dishonesty or illegal things in return for money or power. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi berarti penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dsb) untuk keuntungan pribadi dan atau orang lain. Sementara Brooks memberikan pengertian korupsi yaitu: Dengan sengaja melakukan kesalahan atau melalaikan tugas yang diketahui sebagai kewajiban, atau tanpa hak menggunakan kekuasaan, dengan tujuan memperoleh keuntungan yang sedikit banyak bersifat pribadi. Selanjutnya Alfiler menyatakan bahwa korupsi adalah: Purposive behavior which may be deviation from an expected norm but is undertake nevertheless with a view o attain materials or other rewards. Bahkan Klitgaard membuat persamaan sederhana untuk menjelaskan pengertian korupsi sebagai berikut: C=M+D-A C= Corruption/Korupsi M=Monopoly/Monopoli D=Discretion/Diskresi/keleluasaan A=Accountability/Akuntabilitas Di Indonesia, sejarah pengaturan tentang tindak pidana korupsi dapat dilihat dari beberapa ketentuan diantaranya: 1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Buku II bab XXVIII Tentang Kejahatan Jabatan Pasal 413-437 dan Korupsi sebagai delik jabatan dalam Pasal 415-425. 2. Peraturan Penguasa Perang Pusat Kepala Staf Angkatan Darat 16 April 1958 no. Prt/Peperpu/013/1958 (BN No. 40 Tahun 1958) (staf AL No. Prt/Z.1/1/7).

3. Peperpu No. 24 Tahun 1960 Tentsng Pengusutan, Penuntutan dan Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi (UU No.24/Prp/1960). 4. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 (berlaku 29 Maret 1971). 5. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan 6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang bersih dan bebas dari praktek KKN. Selain itu, Pemerintah telah mengeluarkan beberapa aturan berkenaan dengan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi diantaranya: 1. Keputusan Presiden RI Nomor 81 tahun 1999 tentang Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara; 2. Intruksi Presiden RI Nomor 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi; 3. Keputusan Presiden RI Nomor 11 tahun 2005 tentang Tim Koordinasi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Dalam rumusan Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, tindak pidana korupsi dapat dirumuskan ke dalam 7 bentuk/jenis tindak pidana diantaranya: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Merugikan keuangan dan perekonomian negara (lihat pasal 2 dan pasal 3); Suap menyuap-gratifikasi (lihat pasal 5;6;11;12b;12c;12d;12B;12C;13); Penggelapan dalam jabatan (lihat pasal 8 dan pasal 10); Pemalsuan; Pemerasan (lihat pasal 12 e, f , g); Perbuatan curang (lihat pasal 7); Benturan kepentingan dalam pengadaaan.

Sanksi terhadap pelaku tindak pidana korupsi Pada dasarnya ketentuan pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana telah mengatur tentang Pidana yaitu: a. Pidana Pokok: 1. 2. 3. 4. 5. pidana mati; pidana penjara; pidana kurungan; pidana denda; pidana tutupan

b. Pidana tambahan: 1. pencabutan hak-hak tertentu; 2. perampasan barang-barang tertentu 3. pengumuman putusan hakim Namun demikian, terhadap pelaku tindak pidana korupsi dikenal beberapa sanksi pidana diantaranya:

Pidana penjara Pidana uang pengganti Pidana denda Perampasan barang yang dipergunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak pidana korupsi Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk paling lama 1 tahun Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu (lihat ketentuan pasal 18 UU No. 31 tahun 1999)

Selain itu, hal yang baru dalam pengaturan tindak pidana korupsi adalah sanksi pidana korupsi mengenal minimum pemidanaan, misalnya dalam pasal 5 dipidana paling singkat 1 (satu) tahun dan pasal 12 dipidana paling singkat 4 (empat) tahun. Berkenaan dengan pemberlakuan pidana mati terhadap pelaku tindak pidana korupsi, ketentuan pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi telah mengakomodir kepentingan pidana mati tersebut. Namun demikian pemberlakuan ketentuan pasal 2 ayat (2) tersebut harus memenugi syarat diantaranya: 1. dilakukan pada waktu negara dalam keadaan bahaya sesuai dengan undang-undang yang berlaku; 2. pada waktu terjadi bencana alam nasional; 3. sebagai pengulangan tindak pidana korupsi, atau 4. pada waktu negara dalam krisis ekonomi dan moneter Jadi, apabila pelaku tindak pidana korupsi memenugi salah satu syarat di atas, maka dimungkinkan untuk dikenakan pidana mati terhadap pelaku. Begitu banyak perdebatan diantara para ahli tentang pemberlakuan pidana mati yang sampai saat ini belum pernah diterapkan untuk tindak pidana korupsi kecuali untuk tindak pidana tertentu seperti Narkotika, Terorisme, ataupun untuk pelaku pembenuhan berencana. Sampai saat ini pun, tuntutan pidana yang paling tinggi dalam rekor sejarah tuntutan Jaksa Penuntut Umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi adalah dalam perkara suap Hakim Syarifuddin, S.H., M.H. Yang dituntut penjara 20 tahun. Secara teoritis kejahatan-kejahatan koruptif yang tidak terjangkau oleh hukum terdiri dari dua tipe, yaitu: (a) pelanggaran-pelanggaran yang tidak dikualifisir sebagai kejahatan alam arti hukum akan tetapi sangat merugikan masyarakat. (b) pelanggaran yang menurut hukum

dikualifisir dan dirumuskan sebagai kejahatan terhadap mana para penegak hukum secara politik dan ekonomi ataupun karena keadaan sekitar pelanggaran yang dilakukan adalah sedemikan rupa sehingga laporan ataupun penuntutan sulit diadakan. Penaggulangan tindak pidana korupsi tidak dapat dilakukan secara parsial (terpisah) akan tetapi wajib dilaksanakan secara integral, komprehensif, imparsial, konsisten dan konsekuen. Seluruh element bangsa wajib bersatu padu untuk memberantas tindak pidana korupsi. Kita pasti tidak menginginkan indeks persepsi korupsi bangsa Indonesia selalu menjuarai rekor negara terkorup. Untuk itu perlu pembenahan di seluruh lini, baik eksekutif, legislatif dan yudikatif. Strategi pemberantasan korupsi harus bersifat menyeluruh dan seimbang. Ini berarti bahwa strategi pemberantasan yang parsial dan tidak komprehensif tidak dapat menyelesaikan masalah secara tuntas. Strategi pemberantasan korupsi harus dilakukan secara adil, dan tidak ada istilah tebang pilih dalam memberantas korupsi. Selain itu, upaya pencegahan harus lebih digalakkan, antara lain melalui: (1) Menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai dampak destruktif dari korupsi, khususnya bagi PNS; (2) Pendidikan anti korupsi; (3) Sosialisasi tindak pidana korupsi melalui media cetak & elektronik; (4) Perbaikan remunerasi PNS. Adapun upaya penindakan harus memberikan efek jera, baik secara hukum, maupun sosial. Selama ini pelaku korupsi, walaupun dapat dijerat dengan hukum dan dipidana penjara ataupun denda, namun tidak pernah mendapatkan sanksi sosial. Efek jera seperti: (1) Hukuman yang berat ditambah dengan denda yang jumlahnya signifikan; (2) Pengembalian hasil korupsi kepada negara; dan (3) Tidak menutup kemungkinan, penyidikan dilakukan kepada keluarga atau kerabat pelaku korupsi. PRESENTASI Jaenal Arifin Mukhtar S.H., LL.M (Direktur Pusat Kajian Anti Korupsi UGM) Demokrasi penuh taktik koruptif karena berharga mahal. Korupsi pun ada yang legal seperti gaji DPR yang naik terus-menerus (layaknya haji -red). House of Representative atau DPR di Amerika untuk naik gaji harus melalui pemilu parlemen berikutnya sehingga tidak akan ada akal bulus untuk menaikkan gaji DPR. Hal ini dicantumkan dalam konstitusi amandemen ke-26. Beberapa penyakit demokrasi: 1. Parpol bandel 2. Sistemnya 3. Tumpuk kewenangannya Sehingga ada lelucon, untuk jadi anggota parlemen, harus melalui Food and Property Test bukan Fit and Proper Test.

Karena penuh kewenangannya itu, bisa saja taktik koruptif dilakukan oleh DPR. Misalnya penggunaan dana optimalisasi atau dana sisa dari target penerimaan. Misalkan migas, dia mempunyai target 250 trilyun rupiah dan ternyata yang digunakan adalah 200 trilyun rupiah sehingga ada 50 trilyun rupiah. Nah hasil 50 trilyun rupiah ini digunakan oleh banggar (badan anggaran) karena dia memang berwenang menggunakan uang sisa tersebut. Kemudian taktik koruptif ini terjadi karena adanya problem pengaturan dan pengawasan. Seharusnya negara hukum adalah emokrasi dikendalikan juristokrasi maka akan adanya kedaulatan hukum sehingga pengaturan dan pengawasan berjalan efektif dan seimbang. Tanggung jawab korupsi adalah kita emua dengan membangun budaya baru. Jangan menjadi orang yang Kepala sosialis, perut kapitalis. Dr. Abraham Samad S.H., M.H (Ketua Komisi Pemberantas Korupsi)

Tidak mengakomodir fundamental, maka hanya perubahan partial Pelaksanaan otonomi daerah apakah berjalan lancar sesuai dengan cita-cita? Ternyata tidak sesuai dengan ekseptasi Supremasi hukum apakah telah mencakup semua level? Penegakan hukum ternyata masih partial Perwujudan pemerintahan yang bersih belum terwujud Adanya tradisi kultural yang jelek di Jaksa dan Polisi yang diawasi oleh komisi kejaksaan (jaksa) dan kompolnas (polisi) karena tidak ada pengawasan yang jelas dan kewenangan yang tidak begitu tegas sehingga eksekusi internal jarang dilakukan Jaksa dan polisi kurangnya pengawasan dari institusi internal (KPK -red) maka harus diberi kewenangan yang kuat Kewenangan KPK harus akuntabilitas dan efektif dengan pengawasan hukum yang jelas Harus ada konsistensi antara tindakan dan pikiran Tidak boleh apatis, skeptis, pesimis, permisif terhadap korupsi Kemisikinan bisa menanjak apabila perbaikan hukum tidak bisa dilakukan Beberapa lembaga yang rawan korupsi misalnya, agama (depag -red), depkes, pendapatan, pajak, migas dll. KPK itu integrasi penindakan dan pencegahan untuk perbaikan sistem manajemen yang rawan korupsi Bagusnya, sebaik apapun UU, itu tergantung penyelenggaranya

Hasil tanya jawab dengan peserta seminar Zainal


Represi bunuh koruptor intelektual Pencegahan bunuh koruptor potential Berpikir secara konklusi itu tidak kreatif karena semua (everything -red) dipenuhi oleh masalah Menyuap, korupsi itu resiprokat (ada 2 subjek pelaku) Kadang hidup ini indah bukan karena uang tetapi adanya usaha dan upaya

Kapal paling indah adalah ketika ditambatkan tetapi kapal dibuat untuk menghantam gelombang (Benazir Bhuto)

Abraham

Kasus Century akan berakhir secara tuntas akhir tahun ini KPK punya SOP dan kode etik penyidik secara ketat misalnya apabila ketua KPK pergi ke mall (toserba -red) maka dia harus didampingi oleh keluarganya, jangan sendirian, atau contoh lain misal ada tugas negara yang dimana tempat tinggal (hotel -red) ketua KPK itu di bayar oleh KPK, maka istrinya tidak boleh tidur di kamar hotel yang sama. Bisa dibawa ke kamar yang sama, tetapi harus dibayar dulu kamar tersebut secara pribadi.

Junimart

Alasan mendukung hakim Syarifudin yang tersandung kasus penyuapan adalah bahwa hak dan kepentingan hukum kliennya harus dilindungi tanpa melihat bentuk profesi apapun karena itu adalah hak bagi seluruh warga negaranya. Di rutan ada berbagai macam penyakit, ada sakit paru-paru, sakit rupa-rupa dan ada sakit pura-pura

You might also like