You are on page 1of 43

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Dimulai dengan makin bertambahnya jumlah penduduk dan makin banyaknya industri besar yang berdiri serta ditambah perilaku manusia yang dari hari kehari semakin tidak mempedulikan keadaan lingkungan disekitarnya. Maka mulailah timbul berbagai masalah, salah satunya adalah masalah limbah yang tidak diolah dan dibuang sebagaimana mestinya. Hal ini berakibat pada kehidupan manusia di bumi ini yang menjadi tidak sehat sehingga menurunkan kualitas kehidupan terutama pada lingkungan sekitar. Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesehatan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai, didukung, dan ditopang atau diransang oleh faktor-faktor lingkungan. Limbah adalah semua benda yang berbentuk padat, cair, maupun gas, merupakan bahan buangan yang berasal dari aktivitas manusia secara perorangan maupun hasil aktivitas kegiatan lainnya diantaranya industri, rumah sakit, laboratorium, reaktor nuklir dan lain-lain. Menurut Willgoose (1979) air limbah adalah water carrying waste from homes, business and industries that is mixtures of water and dissolved or suspended solids. Ada beberapa jenis limbah diantaranya : a) Limbah rumah tangga b) Limbah industri c) Limbah rumah sakit d) Limbah nuklir Semua limbah-limbah diatas tentu memerlukan pengelolaan limbah yang benar dan ramah lingkungan. Karena pengelolaan limbah yang tidak menggunakan metode dan teknik pengolaan limbah yang tidak

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

memperhatikan lingkungan sekitar pasti akan menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan serta akan mengganggu fungsi lingkungan. Pengelolaan limbah adalah kegiatan terpadu yang meliputi kegiatan pengurangan (minimization), segregasi (segregation),

penanganan (handling), pemanfaatan dan pengolahan limbah. Dengan demikian untuk mencapai hasil yang optimal, kegiatan-kegiatan yang melingkupi pengelolaan limbah perlu dilakukan dan bukan hanya mengandalkan kegiatan pengolahan limbah saja. Bila pengelolaan limbah hanya diarahkan pada kegiatan pengolahan limbah maka beban kegiatan di Pengolahan Limbah selanjutnya akan sangat berat, membutuhkan lahan yang lebih luas, peralatan lebih banyak, teknologi dan biaya yang tinggi. Kegiatan pendahuluan pada pengelolaan limbah (pengurangan, segregasi dan penanganan limbah) akan sangat membantu mengurangi beban pengolahan limbah selanjutnya. Oleh karena itu makalah ini akan membahas tentang pengolahan limbah khususnya pengolahan limbah radioaktif dan pengolahan air limbah.

1.2.

Rumusan Masalah a) Apa itu limbah radioaktif ? b) Bagaimana cara mengelola limbah radioaktif ? c) Bagimana sistem pengolahan air limbah yang baik dan ramah lingkungan ? d) Apa saja teknologi yang sudah diterapkan dalam pengolahan air limbah ?

1.3.

Pembatasan Masalah Penulisan makalah ini meliputi pengolahan limbah radioaktif dan pengolahan air limbah baik itu ditinjau dari sisi sistemnya maupun dari sisi teknologinya.

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

1.4.

Tujuan Penulisan Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan. Selain itu juga untuk membuka wawasan pengetahuan tentang permasalahan pengolahan limbah radioaktif dan pengolahan air limbah. Dan dalam pembuatan makalah ini memiliki tujuan antara lain : a) Memberikan informasi tentang apa itu limbah radioaktif dan bagiamana dampaknya. b) Mengetahui bagaimana mengelola dan mengangkut limbah radioaktif. c) Mengetahui bagaimana sistem dan teknologi pengolahan air limbah.

1.5.

Metode Penulisan Dan Teknik Pengumpulan Data Metode yang dipakai dalam penulisan makalah ini adalah studi pustaka yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan alat, baik berupa buku maupun informasi di internet yang berkaitan dengan penulisan makalah ini.

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

BAB II LIMBAH RADIOAKTIF

2.1. Definisi Limbah Radioaktif a) Bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. b) Zat radioaktif yang sudah tidak dapat digunakan lagi, dan atau c) Bahan serta peralatan yang terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif, dan sudah tidak dapat difungsikan. Bahan atau peralatan tersebut terkena atau menjadi radioaktif kemungkinan karena pengopersian instalasi nuklir atau instalasi yang memanfaatkan radiasi pengion. d) Limbah radioaktif berasal dari setiap pemanfaatan tenaga nuklir, baik pemanfaatan untuk pembangkitan daya listrik menggunakan reaktor nuklir, maupun pemanfaatan tenaga nuklir untuk keperluan industri dan rumah sakit.

2.2. Jenis Limbah Radioaktif Dari segi besarnya aktivitas dibagi dalam limbah aktivitas tinggi, aktivitas sedang dan aktivitas rendah. Dari umurnya di bagi menjadi limbah umur paruh panjang, dan limbah umur paruh pendek. Dari bentuk fisiknya dibagi menjadi limbah padat, cair dan gas.

2.3. Dampak Limbah Radioaktif Karena limbah memancarkan radiasi, maka apabila tidak diisolasi dari masyarakat dan lingkungan maka radiasi limbah tersebut dapat mengenai manusia dan lingkungan. Misalnya, limbah radioaktif yang tidak dikelola dengan baik meskipun telah disimpan secara permanen di dalam

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

tanah, radionuklidanya dapat terlepas ke air tanah dan melalui jalur air tanah tersebut dapat sampai ke manusia. Radiasi berbahaya karena radiasi dapat melakukan ionisasi dan merusak sel organ tubuh manusia. Kerusakan sel tersebut mampu menyebabkan terganggunya fungsi organ tubuh. Disamping itu, sel-sel yang masih tetap hidup namun mengalami perubahan, dalam jangka panjang kemungkinan menginduksi adanya tumor atau kanker. Ada kemungkinan pula bahwa kerusakan sel akibat radiasi mengganggu fungsi genetika manusia, sehingga keturunannya mengalami cacat. Yang paling berbahaya dari pencemaran radioaktif seperti nuklir adalah radiasi sinar alpha, beta dan gamma yang sangat membahayakan makhluk hidup di sekitarnya. Selain itu partikel-partikel neutron yang dihasilkan juga berbahaya. Zat radioaktif pencemar lingkungan yang biasa ditemukan adalah 90SR merupakan karsinogen tulang dan 131J. Apabila ada makhluk hidup yang terkena radiasi atom nuklir yang berbahaya biasanya akan terjadi mutasi gen karena terjadi perubahan struktur zat serta pola reaksi kimia yang merusak sel-sel tubuh makhluk hidup baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan atau binatang. Efek serta Akibat yang ditimbulkan oleh radiasi zat radioaktif pada umat manusia seperti berikut di bawah ini : 1. Pusing-pusing 2. Nafsu makan berkurang atau hilang 3. Terjadi diare 4. Badan panas atau demam 5. Berat badan turun 6. Kanker darah atau leukimia 7. Meningkatnya denyut jantung atau nadi 8. Daya tahan tubuh berkurang sehingga mudah terserang penyakit akibat sel darah putih yang jumlahnya berkurang

2.4. Pengolahan Limbah Radioaktif

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

Limbah radioaktif dikelola sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan masyarakat, pekerja dan lingkungan, baik untuk generasi sekarang maupun generasi yang akan datang. Cara pengelolaannya dengan mengisolasi limbah tersebut dalam suatu wadah yang dirancang tahan lama yang ditempatkan dalam suatu gedung penyimpanan sementara sebelum ditetapkan suatu lokasi penyimpanan permanennya. Apabila dimungkinkan pengurangan volume limbah maka

dilakukan proses reduksi volume, misalnya menggunakan evaporator untuk limbah cair, pembakaran untuk limbah padat maupun cair yang dibakar, ataupun pemanfaatan untuk limbah padat yang bisa dimanfaatkan. Penyimpanan permanen dapat berupa tempat di bawah tanah dengan kedalaman beberapa ratus meter untuk limbah aktivitas tinggi dan waktu paruh panjang, atau dekat permukaan tanah dengan kedalaman hanya beberapa puluh meter untuk limbah aktivitas rendah-sedang. Pada dasarnya kegiatan pengelolaan limbah radioaktif meliputi tahapan : a) Pengangkutan limbah b) Penyimpanan sementara c) Pra-olah d) Pengolahan e) Penyimpanan sementara f) Penyimpanan akhir (Sedang dikembangkan oleh PTLR).

2.4.1. Kategori limbah Berdasarkan rekomendasi IAEA (International Atomic Energy Agency) dan kemampuan fasilitas pengelolaan limbah di PTLR (Pusat Teknologi Limbah Radioaktif) maka limbah radioaktif yang dikelola PTLR dapat dikategorikan sebagai berikut :

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

Tabel 1. Kategori Limbah No I Jenis Limbah Aktivitas (A Ci)

Limbah cair aktivitas rendah dan sedang 1e-6<=A<=1e-1 pemancar beta dan gamma

II

Limbah semi cair (resin) aktivitas rendah dan A<=1e-2 sedang pemancar beta dan gamma

III

Limbah padat Aktivitas rendah dan sedang pemancar beta dan gamma

3.1 Terbakar 3.2 Terkompaksi 3.3 Tak terbakar dan tak terkompaksi IV V VI Limbah aktivitas rendah pemancar alpha Limbah aktivitas > 6 Ci Sumber bekas

A<=1e-2 A<=1e-2 A<=1e-2 -A>6

6.1 Penangkal petir 6.2 Sumber bekas Ra-226

---

6.3 Sumber bekas 1Ci<=A<=6Ci selain Ra-226 1<=A<=6 (Co-60, Am-241, Cs-137, Kr-85, Pm-147, Sr90, dll.) 6.4 Sumber bekas 0,1Ci<=A<1Ci selain Ra-226 0,1<=A<1 (Co-60, Am-241, Cs-137, Kr-85, Pm-147, Sr90, dll.) 6.5 Sumber bekas A<0,1 Ci selain Ra-226 (Co-60, A<0,1 Am-241, Cs-137, Kr-85, Pm-147, Sr-90, dll.)

2.4.2. Pengangkutan Limbah Pengangkutan limbah meliputi kegiatan pemindahan limbah radioaktif dari lokasi pihak penghasil limbah menuju ke lokasi pengelolaan limbah PTLR. Kegiatan pengangkutan harus memenuhi syarat-syarat keamanan dan keselamatan sesuai peraturan perundangan
Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah 7

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

yang berlaku. Terutama bila lokasi penghasil limbah diluar kawasan PTLR diperlukan ijin pengangkutan limbah dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten). Sarana dan prasarana yang dipakai pada kegiatan pengangkutan limbah antara lain : a) Alat angkut : truck, fork life, crane, hand crane dan sebagainya b) Transfer cask / kanister c) Pallet d) Alat monitoring e) Tanda bahaya radiasi dan tanda bahaya lainnya f) Sarana keselamatan kerja g) Dan sarana lain yang diperlukan

2.4.3. Praolah (Pre-treatment) Praolah adalah kegiatan yang dilakukan sebelum pengolahan agar limbah memenuhi syatat untuk dikelola pada kegiatan pengelolaan berikutnya. Kegiatan ini antara lain meliputi : a) Pengelompokan sesuai dengan jenis dan sifatnya b) Preparasi dan analisis terhadap sifat kimia, fisika, dan kimia fisika serta kandungan radiokimia, c) Menyiapkan wadah drum, plastik, lembar identifikasi, dan sarana lain yang diperlukan d) Pewadahan dalam drum 60, 100, 200 liter atau tempat yang sesuai e) Pengepakan pengolahan f) Pengukuran dosis paparan radiasi g) Pemberian label identifikasi dan pengisian lembar formulir isian h) Pengeluaran dari hotcell untuk memudahkan pengangkutan dan

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

i) Penempatan dalam kanister sehingga memenuhi kriteria keselamatan pengangkutan Sarana dan prasarana yang dipakai dalam kegiatan praolah antara lain : a) Drum 60 liter/100 liter b) Plastik pelapis bagian dalam drum c) Lembar identifikasi dan lembar isian d) Alat monitor radiasi e) Alat pengepakan f) Kanisterdan g) Sarana keselamtan kerja

2.4.4. Pengolahan (Treatment) Pengolahan limbah radioaktif di PTLR menggunakan fasilitas utama kompaktor, Evaporator, Insenerator dan unit Immobilisasi. Limbah cair organik dan limbah padat terbakar direduksi volumenya dengan cara insenerasi. PLTR mempunyai satu unit insenerator dengan kapasitas pembakaran limbah padat 50 kg/jam atau 20 liter limbah organik cair/jam beserta peralatan sementasi abu dalam drum 100 L. Limbah cair diolah dengan cara evaporasi untuk mereduksi volume limbah. PLTR memiliki satu unit evaporator dengan kapasitas olah 0,75 m3/jam dengan ratio pemekatan 50 : 1. Konsentrat hasil evaporasi dikungkung dalam shell beton 950L dengan campuran semen. Bila limbah cair bersifat korosif maka limbah maka limbah diolah secara kimia (chemical Treatment) sebelum disementasi. Limbah padat termampatkan proses reduksi volumenya dilakukan dengan cara kompaksi. PTLR mempunyai 1 unit kompaktor dengan kekuatan 600 kN, meja getar, dan perangkat sedimentasi. Limbah padat dalam drum 100L dimasukkan dalam drum 200L saat kompaksi. Dengan kuat tekan 600 kN kompaktor PTLR mampu mereduksi 4-5 drum 100L

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

dalam drum 200L. Setelah pengisian batu koral, hasil kompaksi selanjutnya disementasi dalam drum 200L. Limbah padat tak terbakar dan tak termampatkan pengolahannya dimasukkan secara langsung dengan cara sementasi dalam shell beton 350L/950L. Proses imobilisasi atau proses kondisioning dilakukan dengan menggunakan shell beton 350 liter, 950 liter, drum beton 200 liter dan drum 200 liter dengan bahan matriks campuran semen basah. Limbah padat aktivitas tinggi (LAT), limbah aktivitas sedang (LAS) dan limbah aktivitas rendah (LAR) masing-masing diimobilisasi didalam shell beton 350 liter, 950 liter, drum beton 200 liter dan drum 200 liter. Untuk penampang kegiatan proses pengolahan ini diperlukan suatu koordinasi kerja yang terpadu diantara tenaga yang terdiri dari proses, penunjang sarana, keselamatan, laboratorium, dan administrasi.

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

10

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

Gambar 1. Sistem Pengolahan Limbah Radioaktif Oleh PLTR Keterangan : IS: Interim Storage PSLAT : Penyimpanan sementara limbah Aktivitas tinggi KH-IPSB3 : Kanal Hubung Instalasi penyimpanan sementara bahan bakar bekas

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

11

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

2.4.5. Penyimpanan Sementara Penyimpanan dilakukan sebelum dan sesudah diolah. PTLR memiliki 2 fasilitas penyimpanan, yaitu Interim Storage (IS) dan penyimpanan sementara limbah Aktivitas Tinggi (PSLAT).

Gambar 2. Shell beton 950L disimpan di IS

PSLAT memiliki 2 bentuk kolam dan sumuran. Drum 60/100L disimpan dalam lokasi berbentuk sumuran. Fasilitas ini memiliki 20 buah sumur dan masing-masing sumur mampu menampung 6 buah drum 60/100L. Total kapasitas bentuk sumuran adalah 120 drum.

Gambar 3. PSLAT

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

12

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

Tabel 2. Kapasitas Penyimpan Limbah P2PLR Penyimpanan Interim Storage (IS) Kapasitas 1500 drum 200L 500 shell 950L PSLAT 20 sumur = 7,2 m3 3 kolam = 129,6 m3

Sarana yang diperlukan antara lain : a) Tempat penyimpanan sementara limbah aktivitas tinggi b) Transfer cask magnetik c) Peralatan transportasi : truck, fork lift, crane, handcrane d) Crane / hand crane e) Sistem informasi managemen limbah f) Alat monitor radiasi g) Peralatan keselamatan kerja h) Dan sarana lain yang diperlukan Untuk mengetahui kriteria limbah yang memenuhi kriteria keselamtan untuk dikelola lebih lanjut maka dilakukan inspeksi dan pemantauan secara rutin selama penyimpanan.

2.4.6. Penyimpanan Akhir Salah satu prinsip utama pengelolaan limbah radioaktif adalah, limbah radioaktif tidak boleh menjadi beban bagi generasi mendatang atau undue burden for the next generation. Sebagian besar limbah radioaktif yang tersimpan di PTLR mempunyai umur yang pendek sehingga diharapkan untuk waktu yang tidak terlalu lama menjadi bahan yang tidak radioaktif, hanya sebagian kecil saja mempunyai usia yang panjang dari puluhan sampai ribuan tahun. Untuk limbah usia panjang ini, PTLR telah mengembangkan teknologi penyimpanan akhir, yaitu penyimpanan limbah di kedalaman tertentu di bawah tanah. Teknologi penyimpanan akhir ini mirip dengan
Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah 13

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

yang sudah diaplikasikan di banyak negara maju, dan terbukti aman sampai saat ini dan diperhitungkan tidak membahayakan generasi mendatang baik menggunakan model komputasi maupun analogi kejadian alam.

2.5.

Hubungan Limbah Radioaktif Dengan Limbah B3 Sebenarnya definisi, limbah radioaktif adalah bagian dari limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), namun ada kalanya sebagian masyarakat membedakan kedua jenis limbah tersebut. Menurut pandangan terakhir ini, terdapat istilah mixed waste (limbah campuran), yaitu limbah yang mengandung campuran unsur radioaktif sekaligus B3. Sebagai contoh, dalam proses pembuatan bahan bakar uranium, terdapat limbah yang mengandung asam (B3) dan radionuklida sekaligus. Sehingga dalam penanganannya, kedua sifat bahaya tersebut (B3 dan radioaktif) harus selalu dipertimbangkan.

2.6.

Dasar Hukum yang Mengatur Mengenai Limbah Radioaktif Dasar hukum yang mengatur limbah radioaktif adalah UndangUndang No. 10 tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, serta Peraturan pemerintah No. 27 tahun 2002 tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif.

2.7. Biaya Pengelolaan Limbah Radioaktif Biaya pengelolaan limbah tersebut sangat bergantung pada jenis limbahnya. Terdapat perbedaan biaya antara limbah radioaktif cair, padat terbakar, padat terkompaksi dan sebagainya. Seluruh biaya tersebut telah ditetapkan dalam Peraturan

Pemerintah No. 77 tahun 2008.

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

14

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

Tabel 3. Jenis Dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Pengelolaan Limbah Radioaktif

1. Limbah Cair Aktivitas Rendah dan Sedang Pemancar dan 2. Limbah Semi Cair (Resin) Aktivitas Rendah dan Sedang Pemancar dan 3. Limbah Padat Aktivitas Rendah dan Sedang Pemancar dan 3.1. Terbakar 3.2. Terkompaksi 3.3. Tak Terbakar dan Tak Terkompaksi 4. Limbah Aktivitas Rendah Pemancar 5. Limbah Aktivitas > 6 Ci 6. Sumber Bekas 6.1. Penangkal Petir 6.2. Sumber bekas jarum Ra-226. jarum Cs-137 6.3. Sumber bekas A 0.1 Ci selain Ra-226 (Co-60. Am-241. Cs-137. Kr-85. Pm-147. Sr-90. Mo-99. dll.) 6.4. Sumber bekas O.1Ci < A 1 Ci selain Ra-226 (Co-60. Am-241. Cs-137. Kr-85. Pm-147. Sr-90. Mo-99. dll.) 0.1 Ci < A 1 Ci 6.5. Sumber bekas 1 Ci < A 6 Ci selain Ra-226 (Co-60. Am-241. Cs137. Kr-85. Pm-147. Sr-90. Mo-99. dll.) 1 Ci < A 6 Ci 6.6. Sumber bekas 6 Ci < A 1000 Ci 6.7. Sumber bekas 1000 Ci < A 2000 Ci 6.8. Sumber bekas 2000 Ci < A 3000 Ci 6.9. Sumber bekas 3000 Ci < A 4000 Ci 6.10. Sumber bekas 4000 Ci < A 5000 Ci 6.11. Sumber bekas 5000 Ci < A 6000 Ci 6.12. Sumber bekas 6000 Ci < A 7000 Ci 6.13. Sumber bekas 7000 Ci < A 8000 Ci 6.14. Sumber bekas 8000 Ci < A 9000 Ci 6.15. Sumber bekas 9000 Ci < A 10000 Ci 7. Dismantling 8. Pembongkaran foil target dalam Hot Cell Mo-99 9. Pembungkusan sumber berkas

Per liter Per liter

2.200,00 57.200,00

Per 100 Liter Per 100 Liter Per 100 Liter Per Liter Per buah Per buah Per buah Per buah Per buah Per buah Per buah Per buah Per buah Per buah Per buah Per buah Per buah Per buah Per buah Per buah Per buah Per foil Per buah

900.000,00 1.100.000,00 1.300.000,00 81.000,00 1.977.000,00 775.000,00 466.000,00 2.276.000,00 3.325.000,00 4.063.000,00 5.057.000,00 6.057.000,00 7.057.000,00 8.057.000,00 9.057.000,00 10.057.000,00 11.057.000,00 12.057.000,00 13.057.000,00 14.057.000,00 1.000.000,00 60.000.000,00 1.000.000,00

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

15

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

BAB III PENGOLAHAN AIR LIMBAH


3.1. Air Limbah Menurut peraturan menteri pekerjaan umum nomor :

16/PRT/M/2008 tentang kebijakan dan strategi nasional pengembangan sistem pengelolaan air limbah pemukiman (KSNP-SPALP), Air Limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga termasuk tinja manusia dari lingkungan permukiman.

3.2.

Sistem Pengolahan Air Limbah Pada dasarnya sistem pembuangan air limbah dapat di bagi menjadi 2 sistem yaitu : 1. Bangunan atas dan Kelengkapannya a) Pengolahan individual b) Pengolahan komunal 2. Bangunan bawah tanah a) Sanitasi Setempat (on site sanitation) b) Sanitasi terpusat (off site sanitasion)

3.3.

Pengolahan Individual Pengolahan air kotor/limbah individual adalah pengolahan yang dilakukan secara sendiri-sendiri pada masing-masing rumah terhadap limbah domestik yang dihasilkan. Sistem pengolahan air limbah secara individual di uraikan dalam diagram berikut :

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

16

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

Gambar 4. Sistem pengolahan air limbah individual Adapun tipe-tipe pengolahan individual yang umumnya digunakan adalah :

3.3.1. Kolam Ikan. Air kotor tidak baik bila dibuang tanpa pengolahan fisik terlebih dahulu ke badan-badan air diantaranya kolam ikan. Akan tetapi di daerah daerah tempat terdapat banyak empang-empang (kolam ikan), amatlah sulit untuk menganjurkan pemakaian/penggunaan cara-cara pembuangan kotoran manusia ke dalam kakus, sebab kenyataannya bahwa kebiasaan membuang kotoran di atas empang bagi masyarakat kita tidaklah dilarang begitu saja tanpa ada alasan-alasan yang kuat. Oleh karena itu kebiasaan demikian terpaksa dibiarkan dulu berjalan asal dengan syarat-syarat tertentu : a) Air empang jangan digunakan sebagai air minum b) Air didalam empang tidak pernah kering c) Kolam/empang cukup luas dan terkena sinar matahari secara langsung d) Kakus harus dibangun atau diletakan sedemikian hingga jatuhnya kotoran selalu berada di dalam air e) Ikan dari empang jangan dimakan mentah atau setengah matang f) Aman dari pemakaiannya terutama anak-anak
Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah 17

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

g) Tidak ada sumber air minum (sumur) yang berada dalam jarak kurang dari 15 meter h) Tidak ada tanaman air yang berada tumbuh di atas permukaan air i) Tidak ada pohon pohon rindang yang tumbuh di dekat sekitar empang.

Gambar 5. Kolam ikan yang di gunakan saluran pembuangan

3.3.2.

Kakus Cemplung. Kakus cemplung (kakus gali) adalah kakus yang pembuatannya dengan cara menggali lubang pada tanah, Lubang galian berdiameter sekitar 80 cm dan dalam 2 3 meter. Tipe kakus cemplung ada 2 macam, yaitu tipe lubang terbuka dan tipe leher angsa.

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

18

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

Gambar 6. Kakus tipe leher angsa

Gambar 7. Kakus tipe leher terbuka

Tipe mulut terbuka, bisa di terapkan pada daerah kekurangan air (sebab tak perlu disiram). Tipe leher angsa pada lubang kakus disimpan leher angsa. Kakus tipe ini dapat di gunakan apabila daerah cukup air

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

19

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

dan kesadaran masyarakat terhadap kebersihan dan kesehatan sudah meningkat (karena kakus ini harus di siram air dan dibersihkan). Syarat-syarat kakus cemplung : a. Tidak mengakibatkan pengotoran pada sumber-sumber air minum yang ada di sekitarnya. b. Tidak memungkinkan berkembang biaknya lalat dan serangga lainnya. c. Menghindari / mencegah sejauh mungkin akan bisa dicapai oleh serangga atau binatang. d. Mengusahakan sedapat mungkin tidak ada gangguan karena bau dan pemandangan yang tidak menyedapkan. Persyaratan teknis : 1. Ukuran Luas toilet berkisar antara 0,8m2 1,5m2 ketinggian atapnya minimum 1,8m. 2. Ventilasi Ventilasi terbuka bagian atas untuk menghilangkan bau, sebaiknya memakai ventilas silang dengan ukuran 75mm 100mm x 150mm x 200mm. Dapat juga membuat bukaan antara pintu bagian atas dengan atap. 3. Pintu Sebaiknya pintu dibuka kearah luar toilet luas pijakan lantai tidak terkurangi. Untuk melindungi pemakai, pintu harus mencapai lantai dan dilengkapi dengan kunci. 4. Penerangan Gunakan penerangan alam semaksimal mungkin seperti memakai penutup atap transparan. 5. Dinding atap Harus cukup kuat, tahan cuaca, dan aman bagi pemakai. Dinding berbentuk L dapat juga ditambahkan di depan pintu untuk lebih menjamin privacy. Kontruksi toilet dapat menggunakan beberapa

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

20

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

alternatif, seperti batu bata, batako, kayu, dan sebagainya. Atap dapat menggunakan genteng, seng, asbes, dan sebagainya. 6. Kloset Jenis kloset yang sering digunakan adalah kloset jongkok (squatting plate). Alternatif material yang dapat menggunakan kayu, beton bertulang, forsemen, keramik dan sebagainya. Hal yang harus diperhatikan : a. Ukuran lubang kloset 40cm x 20cm. b. Harus disediakan tempat kaki sebagai bagian yang integral dari kloset tersebut. c. arak kloset dengan dinding belakang 20cm. Jika jaraknya terlalu lebar dikhawatirkan bagian tersebut menjadi rawan kotor. d. Tidak mempunyai bagia yang sulit untuk dibersihkan. Selain faktor biaya dan estetik juga harus dipertimbangkan. Tutup cubluk harus sedemikian rupa agar aman. Sebaiknya dibuat dari bahan beton bertulang dengan ketebalan 10cm. 7. Lubang cubluk Kedalaman : 3 8m (dianjurkan maksimal 4m) : 1 3 m (tergantung kondisi tanah dan kontruksi) : Batu bata/Batako/Beton : hanya 40 60 cm dari dasar

Bentuk lubang : Bulat lebih aman dibanding persegi Diameter Dinding Kedap air

Ruang penirisan: Lebar minimum 20 cm, terbuar dari kerikil, dsb Bagian dasar : Tidak diberi lapisan

3.3.3. Septic Tank Septic Tank adalah Suatu ruangan kedap air yang berfungsi menampung dan mengolah air limbah rumah tangga dengan kecepatan alir lambat, sehingga memberi kesempatan untuk terjadi pengendapan

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

21

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

terhadap suspensi benda-benda padat dan penguraian bahan organik oleh jasad anaerobik membentuk bahan larut air dan gas. Septic tank pada umumnya terbuat dari beton yang kedap air atau pasangan batu bata. Dalam septic tank ini bisa dimasukan air kotor yaitu air buangan rumah tangga dan air kotoran. Syarat teknis tanki septik: 1. Bangunan harus kuat dan kedap air. 2. Untuk pipa PVC, keramik, atau beton, kemiringan minimum 2%, belokan yang lebih besar dari 45 dan perubahan kemiringan 22,5 harus dipasang Clean Out untuk pembersih pipa/pengontrol, hindari belokan 90.

Gambar 8 a. Pipa Septic Tank

Gambar 8 b. Pipa Septic Tank


Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah 22

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

3. Bentuk dan ukuran tangki septik desesuaikan dengan jumlah pemakai serta waktu pengurasan 4. Dilengkapi dengan pipaan aliran masuk dan keluar, pipa aliran masuk dan keluar dapat berupa sambungan T atau sekat 5. Adanya pipa ventilasi udara dengan diameter 50 mm (2) dan tinggi minimal 25 cm dari permukaan tanh 6. Tersedianya lubang pemeriksaan untuk keperluan

pengurasan dan keperluan lainnya. 7. Tangki dapat dibuat dengan dua ruang dengan panjang tangki ruang pertama 2/3 bagian dan yang kedua sisanya

Tabel 3. Persyaratan Jarak Minimum Dari Septic Tank

8. Jarak tangki septik dan bidang resapan ke bangunan = 1,5 m, ke sumur air bersinh = 10 m, dan sumur resapan air hujan 5 m. 9. Pipa aliran keluar harus ditekan (5-10) cm lebih rendah dari pipa aliran masuk, kemudian di salurkan ke suatu bidang resapan.

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

23

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

Tabel 4. Dimensi Tangki septik : (SNI-03-2398-1991)

Kesalahan teknis di lapangan :

Gambar 9 a. Tipikal Permasalahan Dilapangan

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

24

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

Gambar 9 b. Tipikal Permasalahan Dilapangan

Gambar 10. Pemeriksaan Lumpur Pada Tangki Septic

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

25

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

3.4.

Pengolahan Komunal (kolektif) Pengolahan air komunal adalah pengolahan air limbah yang dilakukan pada suatu kawasan pemukiman, industri, perdagangan seperti kota-kota besar yang pada umumnya dilayani/dibuang melalui jaringan riool kota untuk kemudian dialirkan menuju ke suatu instalasi pengolahan air limbah dengan kapasitas besar. Pada umumnya instalasi pengolahan ini dikelola oleh pemerintah daerah atau departemen terkait. Sistem penanganan/pengolahan air limbah secara komunal diuraikan dalam diagram sebagai berikut :

Gambar 11. Sistem Pengolahan Air Secara Komunal

Dari diagram di atas dapat di simpulkan sebelum limbah di salurkan ke peresapan tanah ataupun badan air, di perlukan jaringan rioolering dan instalasi pengolahan air limbah

1.

Jaringan Rioleering Jaringan rioleering adalah saluran yang di gunakan untuk mengalirkan air kotor dari sumber air kotor (rumah tangga, bangunan umum dan lain-lain) ketempat pembuangan atau instalasi pengolahan pengolahan air limbah.

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

26

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

Pada jaringan rioolering air kotor mengalir dengan cara gravitasi. Mengingat sifat-sifat air kotor di antaranya berbau tidak sedap, maka untuk menghindarinya, air kotor itu harus di salurkan pada salurang tertutup. Pada umumnya penampang saluran rioolering berbentuk berbentuk bulat atau oval dan bahan saluran terbuat dari beton.

2.

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Pada proses pengolahan limbah cair industri mencakup proses fisik, kimia, dan biologis dan atau kombinasi dari ketiga proses tersebut dan tergantung dari jenis dan kualitas limbahnya serta tujuan dari pengolahan yang dilakukan. Tujuan pengolahan limbah cair adalah agar air yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi memenuhi syarat kesehatan sehingga tidak mengganggu kesehatan masyarakat maupun merusak lingkungan. Adapun daftar parameter baku mutu air yang boleh terkandung oleh air limbah menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2010.

Tabel 5. Parameter baku mutu air yang boleh terkandung oleh air limbah

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

27

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

Metode pengolahan air limbah yang dipergunakan dalam pengolahan air akan dibahas berikut ini. Masalah-masalah yang dipertimbangkan meliputi: (1) tinjauan tentang metode-metode pengolahan yang utama dan penerapannya, (2) metode-metode pengolahan fisik, (3) metode-metode pengolahan kimiawi, (4) beberapa metode pengolahan biologi, (5) pembuangan lumpur dari instalasi pengolahan, dan (6) perencanaan instalasi pengolahan air. Metode-metode pengolahan air berkaitan dengan pencemarpencemar yang ada dalam persediaan air tertentu. Pencemar-pencemar utama yang harus diperhatikan pada kebanyakan air adalah (1) bakteri patogen, (2) kekeruhan dan bahan-bahan terapung, (3) warna, (4) rasa dan bau, (5) senyawa-senyawa organik, dan (6) kesadahan. Faktor-faktor ini terutama berhubungan dengan kesehatan dan estetika. Walaupun pencemar-pencemar lain yang terdaftar dalam Tabel organisme dan patogen yang biasa terdapat dalam air limbah juga penting, tetapi tidak merupakan faktor-faktor utama pada kebanyakan persediaan air. Seandainya merupakan suatu faktor penting, maka harus dipergunakan metode pengolahan khusus. Metode-metode yang dipergunakan untuk pengolahan air dapat digolongkan menurut sifat fenomena yang menghasilkan perubahan yang diamati. Dengan demikian, istilah operasi satuan fisik dipergunakan untuk menggambarkan metode-metode yang mendapatkan perubahan-perubahan melalui penerapan gaya-gaya fisik, misalnya pengendapan gravitasi. Pada proses-proses satuan kimiawi atau biologis, perubahan diperoleh dengan cara reaksi-reaksi kimia atau biologis.

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

28

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

Tabel 6. Organisme patogen yang biasa terdapat dalam air limbah

Pada suatu instalasi pengolahan air, pelaksanaan fisik dari operasi dan proses satuan dikerjakan pada tangki-tangki yang direncanakan secara khusus atau sarana lain yang cocok, dimana variabel-variabel operasional dan lingkungan dikendalikan dengan hati-hati. Karena fenomena yang mengakibatkan pemurnian air beraksi agak lambat, maka salah satu parameter penting yang dipergunakan dalam analisis dan perencanaan sarana-sarana instalasi pengolahan air dan air limbah adalah waktu tinggal,
Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah 29

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

yaitu waktu rata-rata pengenaan zat cair pada fenomena atau gaya-gaya yang menjadi pokok pengolahan:

Parameter lain yang biasa dipergunakan, yang bersangkutan dengan dengan waktu tinggal adalah laju muatan permukaan, yang didefinisikan sebagai:

Kedua parameter ini biasa diperrgunakan dalam perencanaan operasi fisik dan kebanyakan proses kimiawi yang dipakai untuk pengolahan air. Sebagai misal, waktu yang dibutuhkan oleh suatu partikel terapung untuk mengendap dengan gaya berat dapat diterjemahkan ke dalam suatu waktu tinggal bagi suatu kolam pengendapan dengan mempergunakan persamaan di atas.

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

30

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

Tabel 7. Operasi dan Proses Satuan Serta Penerapannya dalam Pengolahan Air

3.5. 1.

Metode Pengolahan Air Limbah Metode Pengolahan Fisik


31

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

Proses fisik digunakan untuk menyisihkan polutan yang berupa solid (padatan). Proses ini melibatkan fenomena fisik seperti pengendapan maupun pengapungan. Penyisihan padatan memanfaatkan berat jenis padatan. Jika berat jenisnya lebih besar dari air, maka proses penyisihannya dilakukan melalui pengendapan. Sebaliknya, jika berat jenisnya lebih rendah dari air, proses penyisihan dilakukan melalui proses pengapungan.

Metode-metode pengolahan fisik, meliputi : a) Penyaringan Saringan kasar atau kisi-kisi dengan lubang sebesar 2 inci (50 mm) atau lebih dipergunakan untuk memisahkan benda-benda terapung yang besar dari air limbah. Saringan menengah mempumyai lubang antara hingga 1 inci (12 sampai 40 mm). Hal ini membatasi kehilangan tinggi tekanan dan mengurangi kemungkinan terdorong lolosnya bahan yang harus disaring. Saringan halus dengan lubang antara 1/16 hingga 1/8 inci (1,6 hingga 3 mm) sering dipergunakan untuk pengolahan pendahuluan dari air limbah industri atau untuk mengurangi beban kolam pengendapan pada instalasi kota dimana terdapat limbah industri berat. b) Pengecilan ukuran Alat pengecil ukuran ( penyerpih ) adalah alat-alat yang digunakan untuk memotong bahan padat limbah hingga berukuran kurang lebih inci (6mm). c) Aerasi Aerasi adalah suatu bentuk perpindahan gas dan

dipergunakan dalam berbagai variasi operasi, meliputi sebagai berikut : (1) tambahan oksigen untuk mengoksidasikan besi dan mangan terlarut, (2) pembuangan karbon dioksida, (3) pembuangan hidrogen sulfida uuntuk menghapuskan bau dan rasa, (4)

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

32

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

pembuangan minyak yang mudah menguap dan bahan-bahan penyebab bau dan rasa serupa yang dikeluarkan oleh ganggang serta mikro-organisme yang serupa. Jenis-jenis utama aerasi adalah (1) aerator gaya berat, misalnya kaskade air terjun atau bidangbidang miring ; (2) aerator semprotan atau air mancur dimana air disiramkan ke udara ; (3) penyebar suntikan, dimana udara dalam bentuk gelembung-gelembung kecil disuntikkan ke dalam zat cair ; dan (4) aerator mekanis yang meningkatkan pencampuran zat cair dan membuat air terbuka ke atmosfir dalam butir-butir tetesan. Metode yang digunakan tergantung pada jenis bahan yang harus dibuang serta tujuan yang harus dicapai. d) Pencampuran Mesin pemasukan kering atau mesin pemasukan larutan secara mekanis kadangkala diperlukan untuk memasukkan bahan kimia ke dalam instalasi pengolahan air limbah. Hal ini dapat dilakukan dengan memutar dayung-dayung di dalam kolam pencampur dengan waktu tinggal 30 hingga 60 detik. e) Flokulasi Terbentuknya kumpulan partikel yang turun mengendap karena ditambahkannya bahan-bahan kimia pengental. Untuk melakukan pembuangan kumpulan partikel yang pada awalnya sangat kecil ini, pengadukan cepat harus diikuti dengan suatu jangka waktu pengadukan halus (flokulasi) selama 20 hingga 30 menit. f) Pengendapan Laju pengendapan suatu partikel di dalam air tergantung pada kekeruhan dan kerapatan air maupun ukuran, bentuk dan berat jenis partikel yang bersangkutan. Pemurnian air dengan cara pengendapan dimaksudkan agar bahan-bahan terapung di dalam air dapat diendapkan ke luar. g) Gabungan Flokulasi dan Pengendapan

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

33

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

Tangki

gabungan

untuk

flokulasi-pengendapan

dipergunakan bila mutu air tidak bervariasi besar dan laju aliran cukup seragam. h) Filtrasi Filter yang biasa terdiri dari selapis pasir, atau pasir dan tumpukan batu bara, yang ditunjang di atas suatu tumpukan kerikil.

2. Metode Pengolahan Biologis Metode ini merupakan unsur-unsur pokok bagi hampir semua jaringan pengolahan sekunder. Konsep dasar pengolahan biologi, dengan sederhana meliputi (1) konversi bahan organik terlarut dan koloidal dalam air limbah menjadi serat-serat sel biologis dan menjadi produk akhir, dan (2) pembuangan selanjutnya dari serat-serat sel, biasanya dengan cara pengendapan gravitasi. Metode pengolahan secara biologis meliputi : a. Proses lumpur aktif (Active Sludge) Proses lumpur aktif merupakan proses pengolahan secara biologis aerobic dengan mempertahankan jumlah massa mikroba dalam suatu reaktor dan dalam keadaan tercampur sempurna. Suplai oksigen adalah mutlak dari peralatan mekanis, yaitu aerator dan blower, karena selain berfungsi untuk suplai oksigen juga dibutuhkan pengadukan yang sempurna. Perlakuan untuk

memperoleh massa mikroba yang tetap adalah dengan melakukan resirkulasi lumpur dan pembuangan lumpur dalam jumlah tertentu. Pengaturan jumlah massa mikroba dalam sistem lumpur aktif dapat dilakukan dengan baik dan relatif mudah karena pertumbuhan mikroba dalam kondisi tersuspensi sehingga dapat terukur dengan baik melalui analisa laboratorium. Tetapi jika dibandingkan dengan sistem sebelumnya operasi sistem ini jauh lebih rumit. Khususnya untuk limbah industri dengan karakteristik khusus.

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

34

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

Gambar 12. Proses Pengolahan Lumpur Aktif b. Proses trickling filter Buangan dari pengendapan primer biasanya mengandung kira-kira 60 % hingga 80 % bahan organik yang mula-mula ada dalam air limbah. Proses filter tetesan adalah suatu metode untuk mengoksidasikan bahan-bahan yang dapat membusuk yang tersisa setelah pengolahan primer.

Gambar 13. Trickling Filter

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

35

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

c. Piringan biologis berputar (Rotating biological contactor) RBC dibuat dari lempengan lempengan plastik yang dipasang pada sumbu berputar. 40% volume alat ini dibenamkan dalam tangki air limbah. Dipermukaan lempengan akan tumbuh lapisan mikroba setebal 14 mm. Bila kontaktor ini diputar akan membawa sejumlah air limbah ke udara dan menyerap O2 sehingga mikroba aerobik dapat mengoksidasi zat organik terlarutnya. Unjuk kerja alat ini serupa trickling filter.

Gambar 14. Rotating Biological Contactor

d. Kolam stabilisasi dan aerasi Kolam stabilisasi atau kolam oksidasi bermanfaat untuk memantapkan bahan organik melalui kerja gabungan dari ganggang organisme mikro lainnya. Suatu kolam aerasi pada dasarnya adalah suatu sistem kolam untuk pengolahan air limbah di mana oksigen dimasukkan dengan aerator-aerator mekanik dan tidak hanya mengandalkan produksi oksigen fotosintesis.

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

36

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

Gambar 15. Kolam Stabilisasi 3. Metode pengolahan kimiawi Dalam proses kimia, pengolahan limbah dilakukan dengan cara menambahkan bahan-bahan kimia tertentu ke dalam air limbah untuk menggabungkan atau mengikat partikel-partikel sehingga akhirnya memiliki massa yang lebih besar, Partikel gabungan ini biasa disebut flok. Flok yang terbentuk kemudian disisihkan dari dalam air limbah melalui proses pengendapan. a. Koagulasi Zat koagulan dipergunakan untuk membentuk endapan koagulan, caranya bereaksi dengan air dan partikel-partikel yang membuat keruh. Koagulan yang paling dikenal adalah alum [Al2(SO4)3.18H2O], yang bereaksi dengan alkalinitas di dalam air untuk membentuk suatu kumpulan aluminium hidroksida.

b. Disinfeksi Disinfektan yang ideal adalah klorin, bila dimasukkan ke dalam air akan mempengaruhi dengan segera dan membinasakan kebanyakan makhluk mikroskopis.

c. Pelunakkan Air dengan Pengendapan. Penghilangan kesadahan dari air bukanlah hal yang penting untuk pengamanan air yang bersangkutan. Keuntungannya
Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah 37

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

terutama terletak pada berkurangnya kebutuhan sabun dan turunnya biaya pemeliharaan sambungan dan perlengkapan pipa. Dua metode dasar yang dipergunakan untuk menghilangkan kesadahan adalah proses kapur soda dan proses pertukaran ion. Dalam proses kapur-soda, kapur [Ca(OH)2] dan abu soda (Na2CO3) ditambahkan ke air. Ini akan bereaksi dengan garamgaram kalsium dan magnesium untuk membentuk endapan tak terlarut, kalsium karbonat (CaCO3) dan magnesium hidroksida [Mg(OH)2] yang dapat dibuang dari air dengan pengendapan.

d. Pelunakkan Air dengan Pertukaran Ion. Suatu perangkat pertukaran ion mirip dengan suatu filter pasir yang medium filternya berupa suatu getah pertukaran ion R dan bukannya pasir. Getah dapat bersifat alamiah (zeolites) atau sintetis. Bila air sadah melalui filter pertukaran ion tersebut, akan terjadi suatu pertukaran kation : kalsium dan magnesium di dalam air dipertukarkan dengan sodium di dalam getah itu. Proses pertukaran ion menghasilkan air yang kesadahannya nol. Karena biasanya tidak ada kebutuhan untuk mendapatkan air yang sedemikian lembutnya, maka hanya sebagian saja dari air yang melalui pengolahan yang dilembutkan. Bagian ini kemudian dicampur dengan air yang tak dilembutkan untuk mendapatkan mutu air yang diinginkan. Salah satu kelemahan dari metode penghilangan kesadahan ini adalah karena menghasilkan suatu konsentrasi sodium yang mungkin berbahaya bagi orang yang sakit jantung.

e. Oksidasi Oksidasi kimiawi adalah suatu proses di mana keadaan oksidasi dari suatu bahan ditingkatkan melalui suatu reaksi kimia. Fungsi oksidasi dalam pengolahan air limbah yaitu untuk merubah

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

38

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

bahan kimia yang tak diinginkan menjadi jenis yang tidak berbahaya atau kurang berbahaya.

3.6.

Tahapan Pengolahan Air Limbah Dalam pengolahan air kotor, sistem pengolahan di bagi menjadi 3 tahap : a. Tahap pertama (Primary Treatment), dilakukan pengolahan fisik. Cara yang di umumnya gunakan adalah cara pengendapan sehingga B.O.D yang di reduksi antara 20% - 35 % dan S.S yang direduksi antara 50% - 70%. b. Tahap kedua (Secondary Treatment), dilakukan pengolahan biologi. Pada secondary treatment apabil B.O.D yang di reduksi sekitar 95% dan S.S. yang tereduksi sekitar 95% apabila dilakukan proses Trichling filter, Activated Sludge dan Stabilization Pounds. c. Tahap ketiga (Tertiary Treatment), dilakukan pengolahan biologi dan kimia. Macam-macam pengolahan di atas tergantung dari sifat air kotor yang akan diolah dan persyaratan efluent yang diizinkan.

3.7.

Sistem Off-Site Sanitation (Sanitasi Terpusat) Sistem dimana air limbah disalurkan melalui sewer (saluran pengimpul air limbah) lalu kemudian masuk ke instalasi pengolahan terpusat menggunakan salah satu dari jenis pengolahan yang telah diterangkan sebelumnya. Contoh : - Jaringan air limbah - Instalasi pengolahan air limbah

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

39

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

Gambar 16. Sistem Sanitasi Setempat Keuntungan : a. Ideal dan hygenis karena saluran air limbah dapat dialirkan kesaluran air limbah b. Tidak mencemari sumbber air penduduk, seperti sumue c. Tidak dipengaruhi olrh tinggi muka air tanah dan daya resap air Kerugian : a. Biaya awal dan pemeliharaan tinggi b. Diperlukan teknologi yang cukup tinggi c. Diperlukan perencanaan yang amat cermat dan terpadu (integrated) dengan berbagai pihak. d. Diperlukan tenaga untuk operasi dan pemeliharaan dengan kecakapan (skill) yang cukup tinggi dan terlatih

3.8.

Sistem On-Site Sanitation (Sanitasi Setempat) Sistem dimana penghasil limbah mengolah air limbah secara individu, misalkan dengan menggunakan tangki septik.

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

40

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

Gambar 17. Sistem Sanitasi Setempat Keuntungan : 1. 2. 3. 4. 5. Biaya awalnya rendah Praktis karena dapat dikerjakan oleh masing-masing rumah tangga Sederhana dan tidak memerlukan teknologi tinggi Sistem pemeliharaannya mudah Dapat menggunakan kembali hasil limbah yang sudah stabil

menjadi pupuk

Kerugian : 1. Tidak dapat diterapkan pada daerah-daerah tertentu tempat air tanahnya tinggi, resap tanahnya rendah 2. Jika tidak dikelola dengan baik, sering kali menimbulkan pencemaran. Jika sumber air penduduk berasal dari sumur(air tanah) maka diperlukan lahan yang cukup luas agar dapat memenuhi jarak minimum antara sumur dan bidang resapan 3. Biasanya yg diolah hanya limbah yang berasal dari toilet saja(limbah padat), sedangkan limbah lainnya seperti cuci, dapat dialirkan kesaluran air hujan. Hal ini dapat menimbulkan pencemaran. Sebaliknya bila seluruh limbah diolah, maka akan diperlukan lahan yang luas untuk bidang resapannya

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

41

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

BAB IV PENUTUP

4.1.

Kesimpulan Pemilihan proses yang tepat didahului dengan mengelompokkan karakteristik kontaminan dalam limbah dengan menggunakan indikator parameter yang ada. Setelah kontaminan dikarakterisasikan, diadakan pertimbangan secara detail mengenai aspek ekonomi, aspek teknis, keamanan, kehandalan, dan kemudahan peoperasian. Pada akhirnya, teknologi yang dipilih haruslah teknologi yang tepat guna sesuai dengan karakteristik limbah yang akan diolah. Setelah pertimbangan-

pertimbangan detail, perlu juga dilakukan studi kelayakan atau bahkan percobaan skala laboratorium yang bertujuan untuk: 1. Memastikan bahwa teknologi yang dipilih terdiri dari prosesproses yang sesuai dengan karakteristik limbah yang akan diolah. 2. Mengembangkan dan mengumpulkan data yang diperlukan untuk menentukan efisiensi pengolahan yang diharapkan. 3. Menyediakan informasi teknik dan ekonomi yang diperlukan untuk penerapan skala sebenarnya. 4.2. Saran Pengolahan limbah memerlukan biaya investasi yang besar dan biaya operasi yang tidak sedikit. Untuk itu, pengolahan limbah harus dilakukan dengan cermat, dimulai dari perencanaan yang teliti, pelaksanaan pembangunan seperti fasilitas instalasi pengolahan air limbah (IPAL) atau unit pengolahan limbah radioaktif yang benar, serta pengoperasian yang cermat. Perlu kita sadari bahwa limbah tetaplah limbah. Solusi terbaik dari pengolahan limbah pada dasarnya ialah menghilangkan limbah itu sendiri. Dan perlu di ingat bahwa pengolahan limbah adalah upaya terakhir dalam

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

42

Rekayasa Lingkungan

Kelompok 9

sistem pengelolaan limbah. Pengolahan limbah yang bertujuan untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan terbentuknya limbah langsung pada sumbernya di seluruh bagian-bagian proses dapat dicapai dengan penerapan kebijaksanaan pencegahan, penguasaan teknologi, serta perubahan mendasar pada sikap dan perilaku kita sebagai manusia.

Pengolahan limbah radioaktif dan Pengolahan Air Limbah

43

You might also like