You are on page 1of 5

MATERI FLU BURUNG 1.

Pendahuluan Sebagai bagian dari negara-negara di dunia, penyebaran flu burung di dunia sangat berpengaruh terhadap penyebaran flu burung di Indonesia. Pada akhir tahun 1800 dan awal tahun 1900 dilaporkan telah terjadi penyebaran virus Avian Influenza di Eropa melalui suatu acara pameran unggas. Dengan kejadian tersebut, Eropa dinyatakan enzootik untuk Avian Influenza yang berlangsung lama hingga tahun 1930. Penyebaran flu burung pertama kali di Indonesia diduga pada pertengahan 2003 yang diawali dengan kematian sejumlah besar unggas di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah dan Kabupaten Tangerang, Banten. Selain di Indonesia, kejadian ini juga dilaporkan terjadi di negara lain di asia seperti Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Republik Demokratik Laos, Cina dan Malaysia (Siegel 2006). Di awal letupan wabah, beberapa negara kesulitan untuk membedakan antara Avian Influenza dan Newcastle Disease, terutama terhadap galur Vellogenic Viscerotropic Newcastle Disease (VVND) (akoso 2006). Kejadian AI di Indonesia terus berlanjut. Bahkan penyakit ini menjadi endemik dan terdapat di sebagian besar wilayah provinsi di Indonesia. Daerah penyebarannya meluas dari 9 provinsi dengan 53 kabupaten/kota tahun 2003 menjadi 26 provinsi dengan 172 kabupaten/kota tahun 2006 dengan diagnosis lebih lanjut dipastikan bahwa wabah disebabkan oleh virus flu burung tipe A, sub tipe H5N1. Bahkan hingga Mei 2007 wilayah yang tertular flu burung pada unggas telah mencapai 31 propinsi (Deptan 2007).

2. Pengertian Flu Burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza yang menyerang burung/unggas/ayam . Salah satu tipe yang perlu diwaspadai adalah yang disebabkan oleh virus influenza dengan kode genetik H5N1 (H=Haemagglutinin, N=Neuramidase) yang selain dapat menular dari burung ke burung ternyata dapat pula menular dari burung ke manusia. 3. Penyebab Virus influenza terdiri dari beberapa tipe, antara lain tipe A, tipe B, dan tipe C. Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A. Beberapa sub tipe yang sudah dikenal antara lain H1N1, H1N2, H2N2, H3N3, H5N1, H7N7, dan H9N1. sub tipe virus yang ditemukan mewabah dan menyebabkan terjadinya flu burung dibeberapa negara Asia adalah H5N1 (Vahlenkamp dan Harder 2006).

4. Masa Inkubasi Pada Unggas : 1 minggu Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala Pada anak sampai 21 hari

5. Penularan Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas kemanusia, melalui air liur, lendir dari hidung dan feces. Penyakit ini juga dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika bersinggungan langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung. Contohnya: pekerja di peternakan ayam , pemotong ayam dan penjamah produk unggas lainnya. 6. Tanda dan Gejala a. Pada Unggas Jengger berwarna biru Borok di kaki Beringus Kematian mendadak b. Pada Manusia Demam (suhu badan diatas 38 C) Pusing/sakit kepala Lemas Pendarahan hidung dan gusi sesak nafas muntah dan nyeri perut serta diare Batuk dan nyeri tenggorokan Radang saluran pernapasan atas Pneumonia Infeksi mata Nyeri otot

7. Pengobatan dan Perawatan Apabila mengalami gejala gejala tersebut di atas, atau a. Pernah kontak langsung dengan unggas yang sakit b. Pernah pada 7 hari terakhir berada di pasar ayam/burung atau peternakan atau kebun binatang yang terkena wabah Segera periksa ke fasilitas kesehatan (Puskesmas/Rumah Sakit) terdekat dan lapor pada kantor Dinas Kesehatan atau Dinas Peternakan setempat. Pengobatan bagi penderita flu burung adalah: Oksigenasi bila terdapat sesak napas Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus) Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hari Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari

8. Pencegahan Menurut Ditjen Peternakan (2006), dalam mengatasi flu burung pada hewan (unggas), rencana strategis tersebut diatas diperkuat dengan pelaksanaan 9 (sembilan) langkah penanggulangan yang terdiri atas: a. Peningkatan keamanan dari penularan (biosekuriti) b. Vaksinasi c. Pemusnahan terbatas (depopulasi) didaerah tertular d. Pengendalian lalu lintas unggas, produk unggas dan limbah peternakan e. Surveilans dan penelusuran (tracing back) f. Pengisian kandang kembali (restocking) g. Pemusnahan menyeluruh (stamping-out) di daerah tertular baru h. Peningkatan kesadaran masyarakat (public awareness) i. Monitoring dan evaluasi

SATUAN ACARA PERKULIAHAN


Mata Kuliah : Keperawatan Sistem I Kode Mata kuliah : Semester SKS Fakultas Program Studi Dosen Pengampu Kompetensi : 1 (satu) : 5 SKS : : S1 Keperawatan : Komang Setia Ananta : Memiliki pengetahuan, pengertian, & pemahaman tentang penyakit flu burung
Kemampuan akhir yang diharapkan Bentuk Pembelajaran Kriteria Penilaian Kemampuan menjelaskan pengertian, penyebab, penularan, pencegahan dan penanganan flu burung, menyebutkan tanda dan gejala flu burung Aktivitas Mahasiswa

Minggu

Pertemuan

Hari/Tanggal

Materi Kuliah

Aktivitas Dosen

Alat

Sumber Pustaka

Kamis 05/01/2012

Mengetahui pengertian flu burung, penyebab tanda dan gejala, dan memahami pencegahan dan penanganan kasus flu burung

Pengertian, penyebab, tanda dan gejala, penularan, pencegahan, dan penanganan penyakit flu burung

Ceramah, Diskusi

Menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, penularan, pencegahan, dan penanganan penyakit flu burung

Mempelajari materi kuliah & sumber belajar sebelum kuliah Memperhatikan penjelasan dosen Aktif bertanya

LCD Proyektor, Komputer

Akoso 2006 Ditjen Peternakan Litbang Depkes RS Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Vahlenkamp dan Harder 2006 WHO : Avian Influenza-Fact Sheet

You might also like