You are on page 1of 16

BAB I PENDAHULUAN

Rinitis merupakan istilah yang menggambarkan iritasi dan peradangan pada daerah bagian dalam hidung. Gejala utama dari rinitis adalah pilek, yang dapat disebabkan oleh peradangan akut atau kronis dari membran mukosa hidung baik karena bakteri, virus, ataupun iritan lain.1 Penyakit radang hidung atau rinitis berdasarkan penyebabnya dapat dibagi menjadi tiga yaitu Rinitis karena infeksi, rinitis karena alergi, dan rinitis non alergi non infeksi yang salah satunya adalah rinitis vasomotor yang etiologinya belum diketahui secara pasti.2 Rinitis non alergi adalah penyakit umum yang mengenai sekitar 17 juta orang di Amerika. Sedangkan 22 juta orang di Amerika menderita kombinasi Rinitis alergi dan non alergi (mixed Rinitis). Rinitis non alergi dan mixed rhinitis lebih sering dijumpai pada orang dewasa dibandingkan anak-anak, lebih sering dijumpai pada wanita dan cenderung bersifat menetap.3 Sebuah survei lain di Amerika Serikat memperkirakan terdapat 19 juta orang Amerika yang menderita rinitis non alergi.4 Prevalensi yang cukup tinggi ini tentunya perlu mendapat perhatian karena penyakit ini dapat menyerang semua usia, sering mengganggu kualitas hidup, memberikan rasa tidak nyaman bagi penderitanya, adanya berbagai rangsangan non-spesifik yang sering mencetuskan penyakit rinitis vasomotor ini seperti asap/rokok, bau yang menyengat, parfum, minuman beralkohol, makanan pedas, udara dingin, pendingin dan pemanas ruangan, perubahan kelembaban, perubahan suhu luar, kelelahan dan stres/emosi.5 Karena kelainan ini mempunyai gejala yang mirip dengan rinitis alergi, maka diagnosis dilakukan dengan cara eksklusi.5,6 Diagnosis yang tepat terutama dari anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang tentunya sangat diperlukan dalam menegakkan diagnosis rinitis vasomotor, sehingga pada akhirnya dapat dilakukan terapi yang tepat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Rinitis vasomotor adalah suatu sindrom pada hidung yang bersifat kronis dengan gejala hidung tersumbat berulang disertai pengeluaran sekret yang encer serta bersin-bersin. Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi diduga akibat gangguan vasomotor pada hidung yaitu adanya gangguan fisiologik pada lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh meningkatnya aktivitas saraf parasimpatis terhadap saraf simpatis.5 Mekanisme vasomotor merupakan respon banyak segi terhadap berbagai stimulus nonalergi. Ia dapat disertai dengan obstruksi saluran pernapasan hidung akibat kesadaran pasien akan siklus hidung yang normal. Sebenarnya rinitis vasomotor merupakan diagnosis yang dibuat dengan menyingkirkan kemungkinan lain. Pertama, singkirkan obstruksi hidung akibat siklus hidung yang normal atau akibat posisi lebih rendah yang juga merupakan fenomena fisiologi normal. Kedua, singkirkan kemungkinan rinitis alergi. Ketiga singkirkan adanya infeksi, eosinofilia, perubahan hormonal (kehamilan dan hipertiroid), serta pajanan obat (kontrasepsi oral, antihipertensi, B-bloker, aspirin, klorpromazin dan obat topikal hidung dekongestan).5 Kelainan ini disebut juga vasomotor catarrh, vasomotor rinorhea, nasal vasomotor instability, atau juga non-allergic perennial Rinitis.5 2.2 Etiologi Etiologi yang pasti dari rinitis vasomotor belum diketahui, tetapi diduga sebagai akibat gangguan keseimbangan vasomotor.5,6 Dianggap, bahwa sistem saraf outonom, karena pengaruh dan kontrolnya atas mekanisme vaskularisasi hidung, dapat menimbulkan gejala yang mirip rinitis alergika. Rinopati vasomotor disebabkan oleh gangguan sistem saraf outonom dan dikenal sebagai disfungsi vasomotor. Reaksi-reaksi vasomotor ini terutama akibat stimulasi parasimpatis atau inhibisi simpatis yang menyebabkan vasodilatasi, peningkatan permiabilitas vaskular disertai edema dan peningkatan sekresi kelenjar.5 Ada beberapa faktor pencetus yang diduga mempengaruhi keseimbangan aktifitas saraf parasimpatis dan simpatis pada Rinitis vasomotor yaitu:5,7,8,9

1. 2.

Obat-obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis antara lain: ergotamine, chlorpromazine, obat anti hipertensi dan obat vasokonstriktor topical. Faktor fisik seperti iritasi oleh asap rokok, udara dingin, kelembaban udara yang tinggi, serta bau yang menyengat (misalnya parfum) dan makanan yang pedas, panas, serta dingin (misalnya es krim).

3. 4.

Faktor endokrin, seperti kehamilan, masa pubertas, pemakaian kontrasepsi oral, dan hipotiroidisme. Faktor psikis, seperti rasa cemas, tegang dan stress.

2.3 Patofisiologi Etiologi dari Rinitis vasomotor belum diketahui dengan pasti. Namun beberapa hipotesis telah dikemukakan untuk menerangkan patofisiologi rinitis vasomotor: 5,6 1. Neurogenik (Disfungsi Sistem Otonom) Terjadi aktifitas saraf parasimpatis yang lebih dominan dari pada aktifitasimpatis akan menyebabkan terlepasnya asetilkolin sehingga menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah kecil di mukosa hidung. Akibatnya terjadi sumbatan dan peningkatan mukus. Mukosa hidung beserta struktur yang ada didalamnya mempunyai fungsi untuk mempersiapkan udara yang akan masuk kedalam paru-paru antara lain melembabkan udara, menyaring udara, dan memanaskan udara, semua ini dikontrol oleh serat-serat saraf parasimpatis dan saraf simpatis. Dominasi seratserat saraf parasimpatis terhadap saraf simpatis oleh faktor-faktor dibawah ini menimbulkan berbagai keluhan klinis sebagai suatu sindroma, yang disebut Rinitis vasomotor. 2. Adanya trauma pada hidung (komplikasi akibat tindakan pembedahan serta non pembedahan) produksi mukus. Sedangkan saraf simpatis menyebabkan vasokonstriksi yang mengakibatkan patensi hidung dan menurunnya produksi

3. Neuropeptida 3

Zat-zat neuropeptida ini menyebabkan: a. Disfungsi sistem saraf otonom dan saraf-saraf sensoris Hal ini mengakibatkan gangguan pada saraf nosiseptif tipe C, yang disebabkan oleh peningkatan ekspresi dari p-substance dan calcitonin generelated peptides. Terjadi peningkatan sekresi kelenjar serta pengeluaran cairan plasma, di mana hal ini dirangsang oleh adanya reflek dari sistem saraf parasimpatis yang menyebabkan peningkatan sekresi kelenjar submukosa hidung. b. Rinitis akibat iritasi kronis dari asap rokok Hal ini diakibatkan oleh peningkatan ekspresi dari calcitonin gene-related peptide, p-substance, vasoactive intestinal peptide (VIP), neuropeptide tyrosine (NPY). NPY, senyawa peptida yang terdiri dari 36 asam amino, merupakan zat vasokonstriktor yang sering ditemukan bersamaan dengan noradrenalin pada serabut saraf simpatis perifer. VIP, zat neurotransmiter yang bersifat antikholinergik pada sistem traktus respiratorius, memberikan efek bronkodilatasi dan vasodilatasi. c. Paparan ozone yang berlebihan Hal ini menyebabkan gangguan pada sel-sel epitel sehingga terjadi peningkatan permeabilitas serta perangsangan terhadap sel-sel inflamasi. Akibatnya, jika berlangsung lama akan berlangsung proses proliferasi sel-sel epitel yang akan merangsang peningkatan sekresi kelenjar. d. Penurunan kemampuan dari silia mukosa hidung dalam menghalau partikelpertikel asing. e. Peningkatan produksi radikal bebas f. Peningkatan sintesis DNA 4. Nitric Oxide (NO) Zat ini menyebabkan nekrosis sehingga luas jaringan normal akan berkurang. Hal ini diakibatkan adanya peningkatan ekspresi NO pada epitel hidung, sehingga terjadi peningkatan kadar NO yang persisten. Peningkatan kadar NO ini membuat sel-sel epitel mengalami gangguan secara terus menerus ( penurunan kemampuan silia mukosa hidung dalam menghalau partikel-partikel asing, meregangnya epitheljunction mukosa hidung, diskontinuitas membran basalis), serta terjadi perangsangan 4

dari serat saraf aferen nervus trigeminus, yang menyebabkan perangsangan reflek vaskular serta sekresi kelenjar, hal ini menyebabkan timbulnya gejala dari rinitis vasomotor. Untuk menurunkan kadar NO, sangat dipengaruhi oleh jumlah reseptor NPY di dalam sirkulasi darah, dapat diberikan alfa 2 adrenoreseptor agonis yang diberikan secara intranasal. 5. Protein yang disekresi oleh mukosa hidung Jika dilakukan nasal-washes kadar total protein dan albumin akan ditemukan lebih tinggi pada rinitis alergi daripada rinitis yang disebabkan oleh non-alergi. Jenis protein yang ditemukan ( MW 26-kda protein ) pada rinitis non alergi jumlahnya minimal. Jika dilakukan gel-electrophoresis dari hasil nasal washing kadar total protein pada rinitis vasomotor akan ditemukan lebih rendah daripada rinitis penunjang. Ada beberapa faktor yang diduga sebagai pencetus dari sindroma ini, yaitu: a. Pengaruh keadaan fisis lingkungan seperti kelembaban udara dan suhu udara yang dingin. b. Psikologis, yaitu pengaruh perubahan emosional. c. Hormonal d. Obat-obatan, khususnya obat-obat yang melumpuhkan saraf simpatis (obatobat antihipertensi). 2.4 Diagnosis Diagnosis penyakit ini ditegakkan berdasarkan anamnesa yang lengkap dan pemeriksaan status lokalis (THT). Dari anamnesa dicari faktor pencetusnya dan disingkirkan kemungkinan Rinitis alergi, infeksi, okupasi, hormonal, dan akibat obat.5 Anamnesis Rinitis vasomotor menimbulkan gejala sumbatan pada hidung, rinore dan bersin. Karena mekanisme terjadinya Rinitis vasomotor dipengaruhi oleh system saraf otonom, maka dapat dipahami mengapa gangguan emosi sering ditemukan pada pasien rinitis dengan gejala hidung tersumbat.7 Reaksi vasomotor selain disebabkan oleh disfungsi system saraf otonom, dipengaruhi juga oleh faktor iritasi, fisik dan endokrin. Penderita rinitis vasomotor 5

umumnya menunjukan gambaran sensitivitas yang berlebihan terhadap iritasi, rangsangan dingin atau perubahan kelembaban udara. Keluhan yang dominan pada Rinitis vasomotor ini adalah sumbatan pada hidung, bergantian antara kanan dan kiri, dan rinore yang hebat. Keluhan bersin dan gatal tidak dominan. Jadi disini dapat disimpulkan bahwa gejala Rinitis vasomotor dapat berupa: 5,7,8,9,10 1. Hidung tersumbat pada salah satu sisi dan bergantian tergantung pada posisi penderita (gejala ini yang paling dominan). 2. Rinore yang bersifat serus atau mukus, kadang-kadang jumlahnya agak banyak. 3. Bersin-bersin lebih jarang dibandingkan rinitis alergika 4. Gejala Rinitis vasomotor ini dapat memburuk pada pagi hari saat bangun tidur karena adanya perubahan suhu yang ekstrem, udara yang lembab, dan karena adanya asap rokok. Berdasarkan gejala yang menonjol, kelainan ini dibedakan dalam 2 golongan, yaitu: 1. Golongan tersumbat (blockers) dengan gejala kongesti hidung dan hambatan aliran udara pernafasan yang dominan dengan rinore yang minimal. 2. Golongan rinore (sneezers) dengan gejala rinore yang jumlahnya banyak.

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan rinoskopi anterior tampak gambaran edema mukosa hidung, konka berwarna merah gelap atau merah tua, permukaan konka licin atau tidak rata. Pada rongga hidung terlihat adanya sekret mukoid, biasanya jumlahnya tidak banyak. Akan tetapi pada golongan rinore tampak sekret serosa yang jumlahnya sedikit lebih banyak dengan konka licin atau berbenjol -benjol.5 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan Rinitis alergi. Biasanya pada pemeriksaan sekret hidung tidak ada atau ditemukan eosinofil dalam jumlah sedikit. Tes kulit biasanya negatif. Kadar IgE spesifik tidak meningkat.5,9 2.5 Diagnosis Banding Diagnosa banding Rinitis vasomotor:5 1. Rinitis alergika 2. Rinitis medikamentosa 6

3. Rinitis akut 2.6 Penatalaksanaan Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk Rinitis vasomotor seperti pada Rinitis alergika. Pengobatan pada Rinitis vasomotor hanya simtomatis, tergantung gejala yang menonjol. Secara garis besar, penatalaksanaannya dibagi dalam :5 1. Menghindari faktor pencetus. 2. Pengobatan simtomatis, dengan obat-obatan dekongestan oral, diatermi, kauterisasi konka yang hipertofi dengan memakai larutan AgNO3 25% atau trikloroasetat pekat. Dapat juga diberikan kortikosteroid topikal, misalnya budesonid, dua kali sehari dengan dosis 100-200 mikrogram sehari. Dosis dapat ditingkatkan sampai 400 mikrogram sehari. Hasilnya akan terlihat setelah pemakaian paling sedikit selama 2 minggu. Saat ini terdapat kortikosteroid topical baru dalam aqua seperti flutikason propionate dengan pemakaian cukup satu kali sehari dengan dosis 200 mcg. 3. Operasi, dengan cara bedah beku, elektrokauter atau konkotomi inferior. 4. Neurektomi n.vidianus, yaitu dengan melakukan pemotongan pada n.vidianus, bila dengan cara diatas tidak memberikan hasil. Operasi ini tidaklah mudah, dapat menimbulkan komplikasi, seperti sinusitis, diplopia, buta, gangguan lakrimasi, anesthesia infraorbita dan anesthesia palatum. 2.7 Prognosis Prognosis pengobatan golongan obstruksi lebih baik daripada golongan rinore. Oleh karena golongan rinore sangat mirip dengan rinitis alergi, perlu anamnesis dan pemeriksaan yang teliti untuk memastikan diagnosisnya.5

BAB III 7

LAPORAN KASUS I. Identitas penderita Nama Umur Jenis kelamin Pekerjaan Suku Agama Alamat Tgl pemeriksaan : I made suba : 28 tahun : Laki-laki : Pegawai swasta : Bali : Hindu : Jl. Pulau salor no 5 Denpasar : 10 januari 2012

II. Anamnesis Keluhan Utama : hidung tersumbat Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan hidung tersumbat yang hilang timbul sejak 3 tahun yang lalu. Keluhan dirasakan semakin memberat sejak 1 minggu yang lalu. Hidung tersumbat terutama dirasakan pada pagi hari terutama pada waktu bangun tidur, saat cuaca dingin, atau bila berada di dalam ruangan ber-AC. Keluhan hidung tersumbat lebih sering terjadi pada satu sisi hidung, secara bergantian. Keluhan ini menyebabkan pasien susah bernafas dari hidung dan biasanya membaik pada siang hari. Pasien juga mengeluh keluar cairan bening dan encer dari hidung, terkadang disertai bersin-bersin. Namun pasien tidak merasakan adanya keluhan gatal pada daerah sekitar hidung dan mata. Keluhan panas badan, batuk, nyeri kepala, nyeri pada sekitar wajah dan telinga disangkal.

Riwayat Pengobatan Sebelumnya penderita pernah memeriksakan diri di Poliklinik THT RSUP Sanglah sekitar bulan September 2009 dan mendapat tremenza dan vitamin C. Setelah obat habis penderita tidak melanjutkan pengobatannya.

Riwayat Penyakit Dahulu Pasien menderita gejala penyakit yang sama kurang lebih sejak 3 tahun yang lalu dan hilang timbul. Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit asma dan alergi. Pasien juga menyangkal pernah mengalami trauma dan menjalani operasi sebelumnya.

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga menderita penyakit yang sama.

Riwayat Pribadi dan Sosial Pasien adalah seorang pegawai swasta, dimana pasien hamper setiap hari berada di ruangan ber-AC.

III. Pemeriksaan Fisik Status Present Kesadaran Tekanan Darah Nadi Respirasi Temp. Axila : Compos Mentis : 110/80 mmHg : 84 x/menit : 20 x/menit : 36,8 oC

Status General Kepala Mata THT Leher Thorak Abdomen Extremitas : Normocephali : Anemis -/- ikterus -/: Sesuai status lokalis : Dalam batas normal : Cor/pulmo dalam batas normal : Distensi (-) BU (+) N : Dalam batas normal.

Status Lokalis THT Telinga Kanan Daun telinga Liang telinga Discharge Mb. Timpani Tumor Mastoid Tes Pendengaran Weber Rinne Schwabach (+) Tidak dilakukan Lateralisasi (-) (+) N Lapang (-) intak (-) N Kiri N Lapang (-) intak (-) N

Hidung Kanan Cavum Nasi Septum Nasi Discharge Mukosa Tumor Choncha Sinus Choana N Sempit deviasi tidak ada (+) serous Merah tua (-) Kongesti N N (+) serous Merah tua (-) Kongesti N Kiri Sempit

Tenggorok Dispneu Sianosis Stridor Suara Mukosa Tonsil Laring ::::N : merah muda : T1/T1 tenang :N 10

IV. Resume Pasien laki-laki, 28 tahun, suku Bali, Hindu datang dengan keluhan hidung tersumbat pada satu sisi bergantian kanan dan kiri, disertai hidung meler sejak 3 tahun yang lalu yang hilang timbul, muncul terutama pagi hari, saat cuaca dingin dan ketika berada dalam ruangan ber-AC. Keluhan memberat sejak 1 minggu yang lalu. Penderita pernah berobat di poliklinik THT RSUP Sanglah dan mendapat obat tremenza dan vitamin C.

Status Lokalis THT Telinga Tenggorok Hidung Cavum Nasi Septum Nasi Discharge Mukosa Tumor Choncha Sinus Choana : dalam batas normal : dalam batas normal : Kanan Sempit deviasi tidak ada (+) serous Merah tua (-) Kongesti N N (+) serous Merah tua (-) Kongesti N N Kiri Sempit

V. Diagnosis Banding 1. Rinitis alergika 2. Rinitis medikamentosa 3. Rinitis akut

VI. Usulan Pemeriksaan Pemeriksaan sekret hidung, tes kulit, dan laboratorium darah rutin.

VII. Diagnosis Kerja Rinitis vasomotor

11

VIII. Penatalaksanaan Pseudoefedrin 3x1 tab Becomb C 1x1 tab KIE ( Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) : IX. Prognosis Jika faktor pencetusnya dapat dihindari, dan penderita menjalankan terapi medikamentosa dengan baik dan benar maka prognosis pasien ini baik (ad bonam). hindari faktor pencetus timbulnya penyakit hindari terlalu lama di tempat yang ber-AC hindari minum minuman dingin olahraga teratur untuk meningkatkan daya tahan tubuh memakai pakaian yang hangat saat udara dingin

12

BAB IV PEMBAHASAN Pada kasus ini didapatkan pasien laki-laki, umur 28 tahun, dengan keluhan hidung tersumbat sejak sekitar 3 tahun yang lalu dan memberat sekitar 1 minggu yang lalu. Keluhan ini terjadi hampir setiap hari terutama pagi hari setelah bangun tidur dan membaik saat siang hari. Cairan tersebut dikatakan keluar dari kedua hidung, meskipun kadang-kadang hanya keluar dari satu hidung saja secara bergantian. Cairan yang keluar berwarna jernih, konsistensi cair dan biasanya disertai dengan keluhan hidung buntu(tersumbat). Keluhan ini tidak pernah disertai dengan mata berair, bersin-bersin, rasa gatal di hidung, mata maupun tenggorokan. Riwayat demam, batuk-batuk, keluar cairan dari telinga dan sakit kepala disangkal. Riwayat asma, alergi, trauma dan operasi sebelumnya disangkal. Adanya keluhan hidung berair dengan sekret jernih dan cair disertai hidung buntu namun tidak disertai dengan keluhan mata berair, bersin-bersin, rasa gatal di hidung, mata maupun tenggorokan menunjukkan rinitis yang bukan disebabkan oleh suatu reaksi alergi. Disamping itu, tidak adanya riwayat alergi pada penderita juga dapat mendukung diagnosis rinitis non-alergi. Keluhan yang sudah berlangsung sejak 3 tahun, tanpa disertai riwayat demam, batuk, keluar cairan dari telinga dan sakit kepala sebelumnya dapat mendukung diagnosis rinitis non-infektif dan menyingkirkan kemungkinan diagnosis rinitis akut. Selain itu, penderita tidak pernah memiliki riwayat pemakaian obat-obat tetes hidung atau obat semprot hidung dalam jangka waktu lama, sehingga kemungkinan diagnosis rinitis medikamentosa juga dapat disingkirkan. Dengan mengeksklusi kemungkinan diagnosis rinitis alergi, rinitis infektif maupun rinitis medikamentosa dan adanya keluhan hidung berair yang khas hanya kumat pada pagi hari, tanpa bersin-bersin maupun rasa gatal, maka dari anamnesis dapat ditarik kemungkinan adanya rinitis vasomotor. Dari pemeriksaan fisik didapatkan telinga dan tenggorokan dalam batas normal. Dari pemeriksaan hidung didapatkan adanya mukosa berwarna merah tua, kongesti konka kiri dan kanan dan sekret serus di kavum nasi. Mukosa yang berwarna merah tua dapat membantu menyingkirkan kemungkinan diagnosis rinitis alergi dan mendukung diagnosis rinitis vasomotor. Adanya keluhan hidung tersumbat yang lebih menonjol dibandingkan hidung meler menunjukkan bahwa Rinitis vasomotor yang dialami adalah Rinitis vasomotor tipe blockers.

13

Rinitis vasomotor sampai saat ini etiologinya masih belum diketahui, namun beberapa faktor pencetusnya sudah diketahui, dan pada penderita ini faktor pencetusnya adalah faktor lingkungan yaitu cuaca dingin, sering terpapar AC dan kurang berolahraga. Meskipun dari anamnesis dan pemeriksaan fisik sudah dapat ditarik diagnosis rinitis vasomotor golongan blocker, tapi karena gejalanya yang sangat mirip dengan rinitis alergi, maka disarankan untuk melakukan tes alergi agar diagnosis pasti dapat ditegakkan. Karena etiologinya belum diketahui, maka belum ada terapi kausal untuk mengatasi rinitis vasomotor. Pada penderita ini hanya diberikan terapi konservatif/medikamentosa yang bertujuan untuk mengatasi gejala-gejala yang timbul. Pseudoefedrin diberikan karena efek simpatomimetiknya dapat menyeimbangkan kerja saraf parasimpatis yang berlebihan sehingga dapat mengakibatkan vasokonstriksi dan menghilangkan edema dan kongesti. Pada pasien ini juga diberikan vitamin C untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Karena faktor pencetus dari rinitis vasomotor pada pasien ini sudah diketahui, yaitu udara dingin, maka prognosis dari kasus ini dapat dikatakan baik dengan syarat faktor pencetusnya sedapat mungkin diatasi dengan modifikasi gaya hidup seperti menghindari udara dingin saat pagi hari dengan memakai pakaian hangat, makan dan minum makanan atau minuman hangat dan olah raga secara teratur, terutama saat pagi hari sehingga dapat menjaga suhu tubuh tetap hangat.

14

BAB V KESIMPULAN

1. Rinitis vasomotor merupakan suatu gangguan fisiologik neurovaskular mukosa hidung dengan gejala hidung tersumbat, rinore yang hebat dan kadang dijumpai adanya bersin bersin. 2. Penyebab pastinya belum diketahui. Diduga akibat gangguan keseimbangan sistem saraf otonom yang dipicu oleh faktor-faktor tertentu. 3. Biasanya dijumpai setelah dewasa. 4. Rinitis vasomotor sering tidak terdiagnosis karena gejala klinisnya yang mirip dengan rinitis alergi, oleh sebab itu sangat diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan yang teliti untuk menyingkirkan kemungkinan rinitis lainnya terutama rinitis alergi dan mencari faktor pencetus yang memicu terjadinya gangguan vasomotor. 5. Penatalaksanaan dapat dilakukan secara konservatif dan apabila gagal dapat dilakukan tindakan operatif. 6. Pasien laki-laki, 23 tahun, suku India, Hindu datang dengan keluhan hidung tersumbat pada satu sisi bergantian kanan dan kiri, disertai hidung meler sejak 5 tahun yang lalu yang hilang timbul, muncul terutama pagi hari, saat cuaca dingin dan ketika berada dalam ruangan ber-AC. Keluhan memberat sejak 1 minggu yang lalu. Penderita pernah berobat di poliklinik THT RSUP Sanglah dan mendapat obat tremenza dan vitamin C. 7. Pengobatan yang diberikan kepada pasien adalah simtomatis yaitu pseudoefedrin oral dan vitamin C kadang

15

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. Rinitis. Available at:

http://en.wikipedia.org/wiki/Rinitis. Accessed at:

November 11, 2012.


2. Crump VSA. Vasomotor Rinitis (VMR) or idiopathic non-allergic Rinitis. Available

at: http://www.allergyclinic.co.nz/guides/50.html. Accessed at: Januari 11, 2012.


3. Russell AS, Philip L. Update on nonallergic Rinitis. Available at: http://cat.inist.fr/?

aModele=afficheN&cpsidt=1005652. Accessed at: Januari 11, 2012.


4. Russell AS. Demographics and Epidemiology of Allergic and Nonallergic Rinitis.

Available at:http://www.ingentaconnect.com/content/ocean/aap/2001/00000022/00000004/art0 0001?crawler=true. Accessed at: Januari 10, 2012. 5. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala & Leher. Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
6. Suardana W, Oka IB, Sudipta IM, Masna PW, Puteri AAS, Tjekeg IM. Rinitis

Vasomotor. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorok FK UNUD/RSUP Denpasar Bali;1992. 7. Boies A, Higler. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.1997. 8. Anonim. Vasomotor (Nonallergic) Rinitis. Available at: http://www.emedicine.regionalallergy.com/ education/ Rinitis.html. Accessed at: Januari 12, 2008. 9. Anonim. Vasomotor (Idiopathic) Rinitis. Available at: http://www.med.umich.edu/ pteducation/ links.htm. Accessed at: Januari 12, 2012.
10. Wardani

A.

Rinitis

Vasomotor.

Available

at:

http://andrianawardhani.wordpress.com/. Accessed at: januari 12, 2012.

16

You might also like