You are on page 1of 104

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI KERTAS DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

OLEH RUSLI RAMLI H14101122

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

RINGKASAN

RUSLI RAMLI. Analisis Input-Output Peranan Industri Kertas dalam Perekonomian Indonesia (dibimbing oleh ARIEF DARYANTO). Proses industrialisasi di Indonesia telah yang dimulai dari sejak pelita I telah mengakibatkan transformasi struktural dalam perekonomian Indonesia. Hal ini ditandai dengan semakin menurunnya kontribusi sektor primer (pertanian) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sementara sektor sekunder dan tersier seperti industri pengolahan kontribusinya terhadap PDB terus mengalami peningkatan. Salah satu sektor industri pengolahan yang berkembang pesat adalah sektor industri kertas. Hal yang menyebabkan industri ini terus berkembang pesat di Indonesia antara lain adalah kemudahan mendapatkan baku dan tenaga kerja yang murah. Pada akhir tahun 2000 kapasitas terpasang industri kertas nasional telah mencapai sekitar 9,1 juta ton per tahun, produksi sebesar 6,8 juta ton, ekspor sebesar 2,8 juta ton, dan konsumsinya yang telah mencapai 4,2 juta ton. Data-data tersebut di atas menunjukkan bahwa industri kertas sangat potensial untuk terus dikembangkan khususnya untuk meningkatkan penerimaan devisa negara. Selain perkembangannya yang pesat tersebut, industri kertas juga mempunyai pengaruh dan hubungan timbal balik terhadap industri atau sektor lainnya karena komoditi kertas yang dihasilkan oleh industri ini dapat sebagai input sektor industri lain dan sebaliknya industri kertas juga membutuhkan input dari sektor lain tersebut. Berdasarkan kondisi di atas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana peran sektor industri kertas bagi perekonomian Indonesia Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari BPS Pusat Jakarta dan instansi terkait lainnya. Analisis yang digunakan yaitu Analisis Input-Output (I-O) dari Tabel I-O Indonesia Tahun 2000 transaksi domestik atas dasar harga produsen klasifikasi 175 sektor melalui program Microsoft Excel 2003. Pendekatan model I-O yang digunakan dalam penelitian ini adalah model sisi permintaan (demand-side model), hal ini dikarenakan faktor permintaan merupakan faktor eksogen yang mempengaruhi perekonomian. Berdasarkan analisis deskriptif dari Tabel I-O Indonesia tahun 2000 transaksi domestik atas dasar harga produsen yang diagregasi menjadi 22 sektor, industri kertas memiliki peran yang tidak begitu besar terhadap struktur perekonomian Indonesia seperti struktur permintaan, nilai tambah bruto, struktur ketenagakerjaan, ekspor-impor dan pembentukan output sektoral. Hal ini dapat dilihat dari kecilnya nilai industri kertas pada masing-masing struktur tersebut bila dibandingkan dengan sektor perekonomian lainnya. Dilihat dari sisi permintaan antara dan permintaan akhir, industri kertas memiliki permintaan akhir (Rp 10.800.775 juta) yang lebih besar daripada permintaan antaranya (Rp 13.970.847 juta) yang menandakan bahwa output industri kertas lebih banyak digunakan untuk konsumsi langsung (masyarakat, pemerintah, dan ekspor) daripada sebagai input untuk sektor lainnya.

Dilihat dari rasio upah gaji terhadap surplus usaha (0,43) dalam struktur nilai tambah bruto, dapat identifikasi bahwa pada industri kertas terjadi ketimpangan distribusi pendapatan antara pihak perusahaan dengan tenaga kerjanya. Kemudian dari struktur ketenagakerjaan dapat diketahui bahwa industri ini mampu menyerap tenaga kerja sebesar 118.454 jiwa. Berdasarkan analisis struktur ekspor-impor dapat diketahui bahwa industri kertas mengalami surplus perdagangan sebesar Rp 4.617.531 juta sedangkan dari pembentukan output sektoral industri kertas menyumbang sebesar Rp 24.771.662 juta atau sekitar 0,92 persen dari total output sektoral perekonomian. Dari hasil analisis keterkaitan per sektornya (keterkaitan industri kertas terhadap berbagai sektor perekonomian Indonesia), industri ini memiliki keterkaitan yang tinggi terhadap sektor hulu dan hilirnya. Pada keterkaitan ke depan industri kertas memiliki keterkaitan yang tinggi terhadap sektor industri barang dari kertas (0,3183) dan industri percetakan (0,2448), sedangkan pada keterkaitan ke belakangnya, industri kertas memiliki keterkaitan kuat terhadap industri pulp (0,0944) yang merupakan sektor penghasil input bahan bakunya. Berdasarkan hasil analisis koefisien penyebaran dapat diketahui bahwa industri kertas kurang memiliki kemampuan untuk menarik pertumbuhan sektor hulunya. Sedangkan dari hasil analisis kepekaan penyebaran industri kertas merupakan industri yang memiliki kemampuan yang kuat dalam mendorong sektor hilirnya. Pada analisis elastisitas input-output dapat diketahui bahwa industri kertas cukup responsif terhadap perubahan permintaan akhir sektor lainnya dalam hal output dengan nilai elastisitas output sebesar 1,0023. Sementara dari hasil elastisitas pendapatannya (0,0522) industri ini kurang responsif terhadap perubahan permintaan akhir sektor lain dalam hal pendapatan dan jika dilihat dari hasil elastisitas tenaga kerjanya (0,6093), perubahan permintaan akhir sektor lain kurang berpengaruh terhadap perubahan tenaga kerja dalam sektor industri kertas tersebut. Berdasarkan ranking elastisitas, industri kertas termasuk dalam salah satu dari sepuluh sektor kunci perekonomian Indonesia (peringkat keenam). Hal ini mengindikasikan bahwa sektor industri ini memiliki respon yang tinggi terhadap perubahan permintaan akhir sektor lain dalam hal peningkatan output, pendapatan, maupun tenaga kerjanya, sehingga sektor ini mempunyai kemampuan yang cukup besar dalam berkontribusi untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan. Bersama dengan sektor kunci lainnya, industri kertas merupakan sektor prioritas yang harus dikembangkan oleh pemerintah sebagai policy makers karena kontribusinya terhadap perekonomian tersebut

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI KERTAS DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

Oleh RUSLI RAMLI H14101I22

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa Nomor Registrasi Pokok Program Studi Judul Skripsi : Rusli Ramli : H14101122 : Ilmu Ekonomi : Analisis Input-Output Peranan Industri Kertas dalam Perekonomian Indonesia dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec. NIP. 131 644 945

Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872

Tanggal Kelulusan:

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juni 2006

Rusli Ramli H14101122

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Rusli Ramli lahir pada tanggal 20 Juli 1983 di Karawang, Propinsi Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari satu bersaudara, dari pasangan Apun Sanusi dan Yoyoh. Jenjang pendidikan penulis dilalui dengan lancar, penulis menamatkan Sekolah Dasar pada SDN Ciwaringin 1, kemudian melanjutkan ke SLTPN 1 Telagasari dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN 1 Karawang dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun 2001 penulis melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi untuk meraih gelar sarjana. Penulis masuk IPB melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ekonomi dan Studi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai organisasi intra dan ekstra kampus seperti BEM-H, Formasi, dan HMI Komisariat FEM.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah Analisis Input-Output Peranan Industri Kertas dalam Perekonomian Indonesia. Judul ini dipilih penulis karena merupakan topik yang menarik dalam perkembangan industri nasional dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. Penulis mengharapkan adanya hasil positif sebagai masukan dalam pembangunan industri kertas nasional selanjutnya. Selain itu, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama kepada Bapak Dr.1r. Arief Daryanto, M.Ec. yang telah memberi masukan, saran serta bimbingan dalam pembuatan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh pihak lainnya yang telah membantu terlaksananya penelitian ini baik dari instansi maupun perorangan yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga karya ini dapat bermanfaat, bagi penulis khususnya dan kalangan pendidikan umumnya.

Bogor, Juni 2006

Rusli Ramli H14101122

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL...................................................................................... DAFTAR GAMBAR ................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1.2. Perumusan Masalah ..................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 1.4. Ruang Lingkup............................................................................. 1.5. Manfaat Penelitian ....................................................................... II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN .............. 2.1. Definisi dan Sejarah Kertas........................................................... 2.2. Konsep Pembangunan Industri Kertas .......................................... 2.3. Integrasi Vertikal Pada Industri Kertas ......................................... 2.4. Penelitian-Penelitian Terdahulu .................................................... 2.5. Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................................ 2.5.1. Model Input-Output ........................................................... 2.5.2. Struktur Tabel Input-Output............................................... 2.6. Kerangka Pemikiran Konseptual .................................................. III. METODE PENELITIAN..................................................................... 3.1. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 3.2. Metode Analisis ............................................................................ 3.2.1. Koefisien Input................................................................ 3.2.2. Analisis Keterkaitan ........................................................ 3.2.3. Analisis Dampak Penyebaran ......................................... 3.2.3. Elastisitas Input-Output................................................... V. GAMBARAN UMUM INDUSTRI ...................................................... 4.1. Profil Industri Kertas..................................................................... 4.2. Perkembangan Industri Kertas ...................................................... x xi xii 1 1 4 5 5 6 7 7 8 11 13 16 16 19 22 25 25 25 26 27 29 31 33 33 34

4.3. Integrasi Vertikal dan Pasar Industri Kertas Indonesia................. 4.3. Profil Beberapa Perusahaan Kertas Indonesia .............................. V. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 5.1. Peranan Industri Kertas Dalam Perekonomian Indonesia............. 5.1.1. Struktur Permintaan Industri Kertas .............................. 5.1.2. Struktur Nilai Tambah Bruto ........................................ 5.1.3. Struktur Ketenagakerjaan............................................... 5.1.4. Struktur Ekspor dan Impor............................................. 5.1.5. Struktur Output Sektoral ................................................ 5.2. Analisis Keterkaitan ...................................................................... 5.2.1. Keterkaitan Langsung Sektor-Sektor Perekonomian ..... 5.2.2. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ................. 5.2.3. Keterkaitan ke Depan Industri Kertas ........................... 5.2.4. Keterkaitan ke Belakang Industri kertas ....................... 5.3. Analisis Koefisien dan Kepekaan Penyebaran.............................. 5.3.1. Koefisien Penyebaran..................................................... 5.3.2. Kepekaan Penyebaran .................................................... 5.4. Elastisitas Input-Output................................................................. 5.4.2. Elastisitas Output ........................................................... 5.4.2. Elastisitas Pendapatan .................................................... 5.4.2. Elastisitas Tenaga Kerja................................................. 5.5. Sektor-Sektor Kunci dalam Perekonomian Indonesia .................. 5.6. Implikasi Kebijakan ...................................................................... VI. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 6.1. Kesimpulan ................................................................................... 6.2. Saran.............................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ LAMPIRAN...............................................................................................

36 37 47 47 47 49 51 53 55 56 56 58 59 61 62 63 65 67 67 68 70 71 73 75 75 76 78 80

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1.1. Komposisi Sektoral PDB 1960-2003 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 ................................................................................. 2 1.2. Kapasitas Produksi, Impor, Ekspor dan Konsumsi Industri Kertas Indonesia Tahun 1994-2003............................................ 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Keterkaitan ........................ 2.2. Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Dampak Penyebaran.......... 2.3. Struktur Tabel Input-Output........................................................ 4.1. Profil Industri Pulp dan Kertas Indonesia Tahun 2003 .............. 4.2. Konsumsi Kertas Per Kapita Penduduk Indonesia 1993-2002.... 4.3. Kapasitas Terpasang Perusahaan Industri Kertas 2003... ........... 4.4. Boards PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk per 30 September 2004 ............................................................... 4.5. Boards PT. Pindo Deli Pulp & Paper Mills per 30 September 2004 ............................................................... 4.6. Boards PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk per 30 September 2004 .............................................................. 4.7. Boards PT. Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry per 30 Desember 2004 ................................................................ 5.1. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-sektor Perekonomian di Indonesia Tahun 2000..................................... 5.2. Nilai Tambah Bruto Sektor-sektor Perekonomian Indonesia Indonesia Tahun 2000 ................................................................ 5.3. Rasio Upah Terhadap Surplus Usaha.......................................... 5.4. Jumlah Tenaga kerja, Produktifitas dan Nilai Upah Sektoral Indonesia Tahun 2000 ................................................................

3 13 14 19 34 35 38

40

42

43

46

48

50 51

52

5.5. Struktur Ekspor dan Impor Indonesia Tahun 2000 ..................... 5.6. Struktur Pembentukan Output Sektoral Terhadap Perekonomian Indonesia ..................................................................................... 5.7. Nilai Keterkaitan Berbagai Sektor Perekonomian di Indonesia .. 5.8. Keterkaitan ke Depan Industri Kertas terhadap Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia ............................................................. 5.9. Keterkaitan ke Belakang Industri Kertas terhadap Berbagai Sektor Perekonomian Di Indonesia ............................................. 5.10. Koefisien Penyebaran Industri Kertas terhadap Berbagai Sektor Perekonomian Di Indonesia............................................. 5.11. Kepekaan Penyebaran Industri Kertas terhadap Berbagai Sektor Perekonomian Di Indonesia............................................. 5.12. Elastisitas Input-Output Sektor-sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2000 ................................................................. 5.13. Sektor Kunci Perekonomian Menurut Ranking Elastisititas Input-Output Indonesia Tahun 2000 ...........................................

54

56 57

60

61

64

66

69

71

DAFTAR GAMBAR

Nomor 1. Bagan Alur Pendekatan Studi ........................................................

Halaman 24

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor 1. 2. 3. 4.

Halaman 81 82 86 88

Klasifikasi Sektor Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2000 ................. Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2000 Klasifikasi 22 Sektor ............ Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 22 Sektor ....................................... Matriks Kebalikan Leontief Klasifikasi 22 Sektor...................................

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Proses industrialisasi di Indonesia yang dimulai sejak Pelita I telah mengakibatkan transformasi struktural di Indonesia. Pola pertumbuhan ekonomi secara sektoral di Indonesia agaknya sejalan dengan kecenderungan proses transformasi struktural yang terjadi di berbagai negara di dunia, dimana terjadi penurunan kontribusi sektor pertanian (sektor primer) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), sementara kontribusi sektor sekunder dan tersier cenderung meningkat. Perubahan struktural mengandung arti peralihan dari masyarakat pertanian tradisional menjadi ekonomi industri modern, yang mencakup peralihan lembaga, sikap sosial, dan motivasi yang secara radikal. Perubahan struktur semacam ini menyebabkan kesempatan kerja semakin banyak, produktifitas buruh, stok modal, dan pendayagunaan sumber-sumber baru serta perbaikan teknologi akan semakin tinggi (Jhingan, 2002). Pada tahun 1960, sektor pertanian merupakan sektor penyumbang terbesar terhadap PDB (53,9 persen), sementara sektor industri khususnya industri pengolahan baru menyumbang 8,4 persen dari PDB (Tabel 1.1). Kemudian pada tahun 1967 industri pengolahan telah menyumbang 51,8 persen terhadap PDB sedangkan sektor pertanian mempunyai kontribusi terhadap PDB sebesar 8,4 persen. Pada tahun-tahun berikutnya dapat dilihat bahwa sektor industri pengolahan terus mengalami kenaikan dalam hal kontribusinya terhadap PDB sedangkan sektor pertanian sebaliknya terus mengalami penurunan kontribusi terhadap PDB. Hal tersebut menjadi salah satu indikasi bahwa sektor industri

pengolahan telah menggeser peranan sektor pertanian dalam pembangunan nasional berkaitan dengan peralihan struktur perekonomian masyarakat Indonesia dari orientasi pada sektor primer (pertanian) kepada orientasi sektor industri. Salah satu dari sektor industri pengolahan tersebut yang berkembang pesat sampai saat ini adalah industri pulp dan kertas.

Tabel 1.1. Komposisi Sektoral PDB 1960-2003 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 (persen)
Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan Listrik dan air minum Bangunan/konstruksi Perdagangan, hotel dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, sewa dan jasa perusahaan Jasa-jasa Sumber : BPS, 2003.
1960 53.9 3.7 8.4 0.3 2.0 14.3 3.7 1.0 6.2 1967 51.8 3.7 8.4 0.5 1.6 15.8 3.5 0.8 6.4 1973 40.1 12.3 9.6 0.5 3.9 16.6 3.8 1.2 3.9 1983 22.8 20.7 12.7 0.4 5.9 14.9 5.3 3.0 3.9 1989 20.6 15.6 18.5 0.6 5.5 16.1 5.3 4,0 3.5 1993 17.6 13.9 21.1 0.7 6.6 16.4 5.9 5.1 3.5 1998 17.2 1.84 25.3 1.52 5.64 15.9 7.49 7.57 9.57 2003 16.6 10.7 24.7 2.2 6.0 16.3 6,3 6.9 10.4

Industri pulp dan kertas adalah industri yang berkembang dengan tingkat pertumbuhan 20 persen per tahun pada beberapa dekade terakhir. Pasar bagi hasil industri pulp dan kertas masih terbuka luas karena konsumsi kertas per kapita terus meningkat dari tahun ke tahun. Dari sisi kontribusi terhadap penerimaan negara, sektor industri pulp dan kertas telah menyumbang 90 persen dari total penerimaan ekspor kehutanan. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai eksportir

pemimpin dalam bidang kehutanan di dunia sejak 1987 (Karseno dan Mulyaningsih, 2002).

Tabel 1.2. Kapasitas, Produksi, Impor, Ekspor, dan Konsumsi Industri Kertas Indonesia Tahun 1994-2003 (ton)
Tahun Kapasitas Produksi Impor 171.300 140.110 197.700 261.000 130.130 143.800 212.630 199.840 249.695 250.000

Ekspor
826.200 924.520 1.198.220 1.800.000 2.833.960 2.950.800 2.837.210 2.345.135 2.446.730 2.600.000

Konsumsi 2.399.100 2.641.390 3.119.970 3.282.600 2.783.430 3.913.560 4.224.420 4.805.945 5.015.935 5.800.000

3.882.350 3.054.000 1994 4.472.500 3.425.800 1995 5.595.280 4.120.490 1996 7.168.290 4.821.600 1997 7.479.530 5.487.260 1998 9.097.180 6.720.560 1999 9.116.180 6.849.000 2000 9.904.080 6.951.240 2001 10.065.580 7.212.970 2002 10.300.000 8.200.000 2003 Sumber: Asosiasi Pulp dan Kertas, 2003.

Sementara itu fokus khusus pada sektor industri kertas (diluar dari industri pulp), industri ini merupakan salah satu industri yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Ada tiga alasan utama yang melatarbelakangi pentingnya sumbangan industri ini, pertama, adalah bahwa produk kertas harganya banyak ditentukan dalam nilai dolar, alasan kedua, yaitu komponen impor yang digunakan dalam proses produksi nilainya tidak lebih dari 30 persen, dan ketiga, ialah bahwa produk kertas cenderung banyak yang ditujukan untuk pasar luar negeri, sehingga dalam masa krisis ekonomi yang dihadapi Indonesia, industri ini masih dapat diandalkan dalam membantu penerimaaan devisa negara (Rosadi dan Vidyatmoko, 2002). Hal itu ditambah apabila melihat dalam sekitar satu dekade terakhir ini, baik kapasitas, jumlah produksi, ekspor maupun

konsumsi dalam industri kertas terus mengalami kenaikan setiap tahunnya (Tabel 1.2). Berdasarkan kondisi inilah dirasakan penting untuk melakukan analisis lebih lanjut tentang peranan industri kertas terhadap perekonomian Indonesia.

I.2.

Perumusan Masalah Pentingnya industri kertas yang besar tidak terlepas dari kondisi yang

dimilikinya. Sampai saat ini industri kertas Indonesia memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan negara lain. Keunggulan yang lebih banyak mengandalkan sumber bahan baku yang berlimpah dengan harga yang relatif murah serta tenaga kerja dengan upah buruh yang relatif rendah. Dalam hal bahan baku, misalnya, Indonesia termasuk negara penyedia bahan baku pulp terbesar karena mempunyai hutan terluas kedua di dunia, sehingga bahan baku untuk pembuatan kertas tersedia banyak di Indonesia. Begitu juga dalam hal tenaga kerja, angkatan kerja produktif di Indonesia mencapai puluhan juta orang. Namun pentingnya industri kertas ini tidak semata-mata hanya karena keunggulan komparatifnya saja tapi juga karena peranannya dalam hubungannya terhadap sektor-sektor lain dalam perekonomian Indonesia baik sektor industri maupun non-industri dan bagaimana sektor-sektor lain tersebut mempengaruhi industri kertas sehingga terjadinya hubungan timbal balik yang mengarah pada peningkatan pertumbuhan sektor-sektor dalam perekonomian secara keseluruhan. Peran industri kertas dalam hubungannya dengan sektor-sektor perekonomian tersebut dapat dilihat dari bagaimana struktur perekonomiannya bila dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya dan keterkaitannya dengan sektor-sektor lainnya

tersebut, bagaimana kemampuan industri kertas dalam mendorong sektor hulu dan hilirnya dan bagaimana peran industri kertas dalam sektor kunci perekonomian Indonesia. Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut: 1. Berapa besar peranan sektor industri kertas terhadap perekonomian Indonesia dalam struktur permintaan, nilai tambah, ketenagakerjaan, ekspor-impor dan output sektoral? 2. Bagaimana keterkaitan sektor industri kertas dengan sektor-sektor lainnya di Indonesia? 3. Bagaimana peran sektor industri kertas dalam mendorong dan menarik pertumbuhan sektor hulu dan hilirnya? 4. Bagaimana peran sektor industri kertas dalam sektor kunci perekonomian Indonesia?

1.3.

Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penulisan skripsi ini

adalah: 1. Menganalisis peranan sektor industri kertas terhadap perekonomian Indonesia dalam struktur permintaan, nilai tambah, ketenagakerjaan, ekspor-impor dan output sektoral 2. Menganalisis keterkaitan sektor industri pengolahan dengan sektor-sektor perekonomian lainnya di Indonesia

3. Menganalisis peran sektor industri kertas dalam mendorong dan menarik pertumbuhan sektor hulu dan hilirnya 4. Menganalisis peran sektor industri kertas dalam sektor kunci perekonomian Indonesia

1.4.

Ruang Lingkup Industri kertas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah industri yang

terdiri dari perusahaan-perusahaan yang mengolah bahan baku kertas menjadi produk kertas yang merupakan barang jadi yang dapat di langsung dikonsumsi ataupun barang setengah jadi yang akan digunakan sebagai input oleh industri lain. Kertas yang dimaksud adalah jenis kertas seperti kertas tulis cetak (writingprinting paper), kertas lapis dan non lapis (coated and uncoated paper), kertas tissue (tissue paper), kertas rokok (cigarette paper) dan sebagainya. Dengan kata lain industri kertas dalam penelitian ini bukan industri pulp, industri barangbarang dari kertas yang tidak memproduksi kertasnya terlebih dahulu dan bukan pula industri percetakan atau penerbitan.

1.4. Manfaat Penelitian Penulis mengharapkan penelitian ini dapat berkontribusi secara positif terhadap perencanaan kebijakan pembangunan industri kertas nasional pada khususnya maupun industri lain pada umumnya oleh pihak-pihak yang terkait didalamnya maupun bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk melakukan penelitian tentang industri kertas Indonesia.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

2.1. Definisi dan Sejarah Kertas Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat. Serat yang digunakan biasanya adalah alami dan mengandung selulosa (Wikipedia 2005). Kertas dikenal sebagai media utama untuk menulis, mencetak serta melukis dan banyak kegunaan lain yang dapat dilakukan dengan kertas misalnya sebagai kertas pembersih (tissue) yang dapat digunakan untuk hidangan maupun kebersihan. Adanya kertas merupakan revolusi baru dalam dunia tulis menulis yang menyumbangkan arti besar dalam peradaban dunia. Sebelum ditemukan kertas, bangsa-bangsa dahulu menggunakan tablet dari tanah liat yang dibakar. Hal ini dapat ditemui dari pennggalan peradaban bangsa Sumeria, prasasti dari batu, kayu, bambu, kulit atau tulang binatang, sutera, bahkan daun lontar yang dirangkai seperti yang telah ditemukan pada naskah-naskah kuno nusantara beberapa abad yang lalu. Peradaban Mesir kuno menyumbangkan papirus sebagai media tulis menulis. Penggunaan papirus sebagai media tulis menulis ini digunakan pada peradaban Mesir kuno pada masa bangsa Firaun kemudian menyebar keseluruh Timur Tengah sampai Romawi di Laut Tengah dan ke seluruh Eropa, meskipun pengunaan papirus masih dirasakan sangat mahal. Dari kata papirus (papyrus) itulah dikenal sebagai paper dalam bahasa Inggris, papier dalam bahasa Belanda, Jerman, Perancis misalnya atau papel dalam bahasa Spanyol yang berarti kertas (Wikipedia, 2005).

Tercatat dalam sejarah adalah peradaban Cina yang menyumbangkan kertas bagi dunia. Tsai Lun menemukan kertas dari bahan bambu yang mudah didapat di seluruh Cina pada tahun 101 Masehi. Penemuan ini akhirnya menyebar ke Jepang dan Korea seiring menyebarnya bangsa-bangsa Cina ke timur dan berkembangnya peradaban di kawasan itu meskipun pada awalnya cara pembuatan kertas merupakan hal yang sangat rahasia. Pada akhirnya, teknik pembuatan kertas tersebut jatuk ke tangan orang-orang Arab pada masa Abbasiyah terutama setelah kalahnya pasukan Dinasti Tang dalam pertempuran sungai Talas pada tahun 751 Masehi dimana para tawanan-tawanan perang mengajarkan cara pembuatan kertas kepada orang-orang arab sehingga dizaman Abbasiyah, munculah pusat-pusat industri kertas baik di Baghdad maupun

Samarkand dan kota-kota industri lainnya, kemudian meyebar ke Italia dan India lalu Eropa khususnya setelah perang Salib dan jatuhnya Grenada dari bangsa Moor ke tangan orang-orang Spanyol serta ke seluruh dunia (Wikipedia, 2005).

2.2. Konsep Pembangunan Industri Kertas Ada beberapa pengertian industri secara definisi yang sekurang-kurangnya akan disampaikan dua definisi. Bintaro (1968) dalam Muchtar (1997) mengemukakan industri pengolahan ialah setiap usaha yang merupakan unit produksi yang membuat barang untuk kebutuhan masyarakat di suatu tempat tertentu. Menurut Puspitawati (2000) industri pengolahan merupakan suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau setengah

jadi dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir. Berdasar pada dua pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa industri kertas merupakan suatu kegiatan atau usaha mengolah barang dasar atau bahan baku kertas agar memiliki nilai yang lebih baik untuk keperluan masyarakat di suatu tempat tertentu. Pada hakekatnya pembangunan industri ditujukan untuk menciptakan struktur ekonomi yang kokoh dan seimbang, yakni struktur ekonomi dengan titik berat pada industri yang maju dan didukung oleh pertanian yang tangguh. Oleh karenanya, pembangunan industri secara nyata harus menjadi penggerak utama peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dan sekaligus dapat menjadi penyedia lapangan kerja yang sudah mulai tidak tertampung pada sektor pertanian (Muchtar, 1997). Kendati perkembangan sektor industri kertas mengalami kemajuan yang pesat salah satunya terlihat dari perkembangan produksi, konsumsi, kapasitas maupun ekspornya, akan tetapi banyak masalah dan tantangan yang dihadapi dalam perjalanannya untuk memiliki keunggulan daya saing yang tinggi, khususnya pada era ekolabelling dan otonomi daerah pada saat ini. Menurut Saragih dalam Sipayung dan Pambudy (2000), ada 3 fase pembangunan industri pulp dan kertas agar memiliki keunggulan daya saing, sebagai berikut : 1. Sumber pertumbuhan agribisnis pulp dan kertas terutama bersumber dari pemanfaatan sumber daya alam dan tenaga kerja tidak terampil (fase factordriven). Karakteristik dari industri ini adalah sumber bahan baku kayu

10

mengandalkan kayu hutan (forest based) misalnya Hak Penguasaan Hutan (HPH). Sehingga dampak penurunan mutu lingkungan akibat aktivitas industri tersebut biasanya cukup besar. Selain itu keterkaitan kegiatan perusahaan masih dengan masyarakat juga masih sedikit. Dengan demikian, meskipun biaya produksi relatif rendah, bila diboboti dengan atribut global value dan national/local value, nilai produk kertas dapat dipersepsikan masyarakat (perceive value) sebagai barang inferior. 2. Fase kedua adalah agribisnis (industri) pulp dan kertas yang digerakkan oleh modal (capital-driven) yakni modal dan tenaga kerja semi terampil (capital and smi-skill labor). Industri pulp dan kertas pada fase ini dicirikan dengan pengembangan perkebunan kayu (timber plantation) sebagai sumber bahan baku, sehingga telah terjadi pemutusan hubungan dengan hutan alam. Artinya, penyediaan bahan baku kayu tidak lagi bersumber dari penebangan kayu hutan alam, melainkan telah bergeser pada kayu hasil budidaya. Dengan demikian dampak penurunan mutu lingkungan akibat penebangan kayu hutan alam dapat diminimumkan atau lebih rendah dari fase pertama. 3. Fase ketiga adalah industri pulp dan kertas yang digerakkan oleh inovasi (innovation-driven) yakni penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tenaga kerja terampil (knowledge based and skill labor based). Karakteristik industri pulp dan kertas pada fase ini adalah pertumbuhan output terutama bersumber dari kemajuan teknologi baik pada penyediaan bahan baku maupun dalam pengolahan. Efisiensi pengolahan makin meningkat melalui perbaikan teknologi yang terus menerus sehingga selain menurunkan biaya produksi juga

11

mengurangai polutan ke lingkungan. Oleh karena itu, kemampuan Riset and Development (R&D) menjadi tulang punggung dalam fase ini. Pada saat ini industri pulp dan kertas indonesia sebagian besar sedang bergeser dari factor-driven kepada capital-driven. Bahkan beberapa diantaranya sudah mulai memasuki innovationdriven. Mentransformasi industri pulp dan kertas dari factor-driven kepada innovation-driven akan memberi manfaat ganda, yakni meningkatkan daya saing dan meminimumkan dampak negatif kegiatan industri pulp dan kertas pada lingkungan hidup.

2.3. Integrasi Vertikal Pada Industri Kertas Hasibuan (1994) mendefinisikan integrasi vertikal adalah pengabungan perusahaan-perusahaan yang mempunyai kelanjutan proses produksi. Jenis integrasi ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu integrasi ke hulu (upstream) dan integrasi ke hilir (downstream). Perusahaan yang menerapkan strategi integrasi vertikal ke hulu (upstream) adalah perusahaan yang memperoduksi sendiri input yang dibutuhkannya. Sedangkan integrasi vertikal ke hilir (downstream) adalah perusahaan yang memutuskan untuk menyalurkan output yang dihasilkan kepada konsumen melalui perusahaan yang terintegrasi dengannya. Integrasi vertikal yang dilakukan oleh perusahaan dapat dilakukan dilakukan dengan dua cara, antara lain: 1. Full Integration Perusahaan melakukan full integration bila perusahaan tersebut

memproduksi semua input yang dibutuhkannya atau ketika perusahaan tersebut

12

menyalurkan semua output yang dihasilkan melalui anak perusahaan yang terintegrasi dengannya. 2. Taper Integration Perusahaan melakukan taper integration bila perusahaan tersebut membeli input yang dibutuhkannya dari perusahaan lain selain input yang dihasilkan sendiri atau menyalurkan hasil produksinya melalui perusahaan terintegrasi dengannya dan juga perusahaan lain yang tidak terintegrasi Perusahaan-perusahaan seperti PT. Indah Kiat Pulp & Paper, PT. Lontar Papyrus dan PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia merupakan perusahaan-perusahaan besar dalam industri kertas yang terintegrasi vertikal dengan industri pulpnya. Jenis integrasi vertikal perusahaan-perusahaan tersebut adalah full integration, mereka mempunyai pabrik pulp sendiri sebagai sumber bahan baku produksi kertasnya. Menurut Karseno dan Mulyaningsih (2002) integrasi vertikal oleh perusahaan kertas akan meningkatkan efisiensi perusahaan dalam industri kertas tersebut karena dapat mengamankan pasokan bahan baku dan meminimumkan biaya transaksi dalam rangka untuk mengantisipasi pertumbuhan permintaan terhadap produk kertasnya.

2.4.

Penelitian-Penelitian Terdahulu Penelitian tentang peran dan keterkaitan dengan menggunakan alat analisis

Input-Output telah banyak dilakukan. Penelitian yang sudah dilakukan selama ini antara lain meliputi, yaitu: (1) penelitian terhadap keseluruhan sektor perekonomian, (2) penelitian terhadap sektor agroindustri dan non agroindustri

13

(sektor industri pengolahan), (3) penelitian terhadap sektor pertanian dan industri pengolahan, dan (4) penelitian terhadap salah satu sektor perekonomian misalnya pariwisata, transportasi dan sebagainya (Setyawan, 2005). Pada dasarnya penelitian yang dilakukan memiliki tujuan yang sama yaitu mempelajari keterkaitan (linkages), baik keterkaitan langsung ke belakang (direct backward linkages) dan ke depan (direct forward linkages) maupun keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang dan ke depan (Tabel 2.1). Disamping mempelajari keterkaitan tersebut penelitian-penelitian tersebut juga mempelajari dampak penyebaran (Tabel 2.2).

Tabel 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu tentang Keterkaitan


Penelitian Wilayah 1. Indonesia* Agroindustri Non Agroindustri 2. DKI Jakarta** Pertanian Ind. Pengolahan 3. Jawa Barat*** Pertanian Agroindustri 4. Jepara**** Ind. Pengolahan Tahun InputOutput 1990 1993 0.00619 0.48518 1988 0.59448 0.62204 2001 0.4432 1.6293 0.4267 1.6028 2.13908 2.11877 0.17604 0.76281 1.31431 2.34572 1.00802 1.64866 0.05931 0.29125 1.07819 1.38949 Keterkaitan Ke Depan Langsung 0.54759 1.27222 Langsung & Tdk Langsung 1.75861 2.95855 Keterkaitan Ke Belakang Langsung & Langsung Tdk Langsung 0.58216 0.45022 1.81150 1.63396

Sumber: *Tjandrawan (1994) ; **Sahara (1998) ; ***Setiyaji (1995); ****Setyawan (2005).

Ada beberapa informasi yang ditunjukkan pada Tabel 2.1 yaitu; (1) keterkaitan langsung ke depan sektor industri pengolahan lebih kecil di bandingkan keterkaitan ke belakangnya. Gambaran ini memberikan indikasi bahwa sektor/subsektor industri pengolahan secara langsung lebih mempunyai

14

kemampuan untuk mendorong pertumbuhan sektor yang menyediakan input bagi keperluan proses produksi dibandingkan dengan kepekaannya dalam menciptakan kenaikan output apabila terjadi peningkatan satu-satuan permintaan akhir terhadap sektor industri, dan (2) Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor industri pengolahan lebih kecil dibandingkan dengan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakangnya. Hal ini berarti sektor/sub sektor industri pengolahan secara langsung dan tidak langsung lebih kuat mendorong pertumbuhan sektor yang menyediakan input untuk keperluan proses produksinya dibandingkan dengan kemampuannya untuk mendorong peningkatan produksi terhadap sektor yang membutuhkan input dari sektor ini.

Tabel 2.3. Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Dampak Penyebaran


Penelitian Wilayah 1. Indonesia* Agroindustri Non Agroindustri 2. DKI Jakarta** Pertanian Ind. Pengolahan 3. Jawa Barat*** Pertanian Agroindustri 4. Jepara**** Ind. Pengolahan Tahun InputOutput 1990 1993 1.38525 1988 0.74816 1.33528 2001 1.2908 1.2698 1.21765 1.20609 1.48422 Koefisien Penyebaran 1.1719 1.0570 Kepekaan Penyebaran 1.1376 1.9139

Sumber: *Tjandrawan (1994) ; **Sahara (1998) ; ***Setiyaji (1995); ****Setyawan (2005).

Selanjutnya pada Tabel 2.3 menyajikan informasi mengenai koefisien dan kepekaan penyebaran. Ada beberapa hal yang dapat diidentifikasi dalam penelitian-penelitian tersebut yaitu: (1) Koefisien penyebaran menunjukkan

15

kemampuan suatu sektor dalam perekonomian untuk mendorong sektor hilirnya sedangkan kepekaan penyebaran menunjukkan kemampuan suatu sektor untuk menarik sektor hulunya, dan (2) Kepekaan penyebaran industri pengolahan DKI Jakarta lebih besar dibandingkan kabupaten Jepara. Besarnya kepekaan penyebaran industri pengolahan di DKI Jakarta tersebut menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan di wilayah tersebut bersifat ekspansif yaitu mampu melakukan perluasan pasar dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah dibandingkan dengan Jepara dan apabila dilihat dari koefisien penyebaran, industri pengolahan DKI Jakarta mempunyai kemampuan untuk menarik industri hulunya dibandingkan dengan kabupaten Jepara. Secara umum keempat penelitian mengenai koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran tersebut mempunyai peranan penting dalam pembangunan wilayah, hal ini terbukti dari nilai koefisien dan kepekaan penyebaran yang mempunyai nilai lebih besar dari satu (kecuali pertanian di Jawa Barat). Studi literatur yang telah dilakukan menunjukkan bahwa analisis I-O telah banyak digunakan sebagai alat untuk penelitian. Peneliti juga melihat bahwa penelitian tentang industri kertas di Indonesia berdasarkan Analisis Input-Output belum pernah dilakukan.

2.5.

Kerangka Pemikiran Teoritis

2.5.1. Model Input-Output Menurut BPS (2000) pengertian Tabel Input-Output (Tabel I-O) adalah suatu tabel yang yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa

16

yang terjadi antar sektor ekonomi dengan bentuk penyajian berupa matrik. Isian sepanjang baris Tabel I-O menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir, dan pada baris nilai tambah yang menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral, sedangkan isian sepanjang kolomnya menunjukkan struktur penciptaan input yang digunakan oleh setiap sektor dalam proses produksi, baik yang berupa input antara maupun input primer. Sejak dirilis oleh Leontief pada tahun 1930-an, Tabel I-O telah berkembang menjadi salah satu metode paling luas diterima, tidak hanya untuk mendeskripsikan struktur suatu perekonomian tetapi juga mencakup cara untuk memprediksi perubahan-perubahan struktur tersebut. Leontief mengemukakan bahwa Tabel I-O termasuk dalam model General Equilibrium. Sifat keseimbangan inilah yang merupakan salah satu kelebihan Tabel I-O yang dibandingkan dengan alat analisa lainnya dalam ilmu ekonomi perencanaan dan pembangunan (BPS, 2000) Data yang disajikan dalam Tabel I-O merupakan informasi rinci tentang input dan output sektoral yang mampu menggambarkan keterkaitan antar sektor dalam kegiatan perekonomian. Sesuai dengan asumsi dasar yang digunakan dalam proses penyusunannya. Tabel I-O bersifat statis dan terbuka. Adapun asumsi dasar penyusunan Tabel I-O adalah : 1. Keseragaman (homogenity), yaitu asumsi bahwa setiap sektor ekonomi hanya memproduksi satu jenis barang atau jasa dengan susunan input tunggal

17

(seragam) dan tidak ada substitusi otomatis terhadap input dan output sektor yang berbeda 2. Kesebandingan (proportionality), yaitu asumsi bahwa hubungan antar input dan output pada setiap sektor produksi merupakan fungsi linear, artinya kenaikan dan penurunan output suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan dan penurunan input yang digunakan oleh sektor tersebut. 3. Penjumlahan (additivity), yaitu asumsi bahwa total efek dan kegiatan produksi di berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek pada masing-masing kegiatan. Berdasarkan asumsi tersebut maka Tabel I-O sebagai model kuantitatif memiliki keterbatasan, yaitu koefisien input atau koefisien teknis diasumsikan tetap (konstan) selama periode analisa atau proyeksi. Karena koefisien teknis dianggap konstan, maka teknologi yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam proses produksi pun dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas dan harga output. Namun demikian, Tabel I-O masih merupakan alat analisis yang lengkap dan komprehensif. Beberapa kegunaan Tabel I-O antara lain adalah : 1. Untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah impor, penerimaan pajak, dan penyerapan tenaga kerja di sektor industri. 2. Untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya.

18

3. Untuk analisis perubahan harga, yaitu dengan melihat pengaruh secara langsung dan tidak langsung dari perubahan harga input terhadap output. 4. Untuk mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan perekonomian. 5. Untuk menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasikan karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah. Sebagai metode kuantitatif Tabel I-O memberikan gambaran menyeluruh tentang: 1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor. 2. Struktur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektorsektor produksi. 3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri maupun barang impor atau yang berasal dari luar wilayah tersebut. 4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik berupa permintaan oleh berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi, dan ekspor.

2.5.2. Struktur Tabel Input-Output Format Tabel I-O terdiri dari suatu kerangka matrik berukuran n x n dimensi yang dibagi menjadi empat kuadran dan tiap kuadran mendiskripsikan suatu hubungan tertentu. Untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap, maka disajikan format Tabel I-O pada Tabel 2.4 di bawah ini.

19

Tabel 2.3. Struktur Tabel Input-Output Alokasi Output Susunan Input 1 2 Input Sektor 3 . N Jumlah Input Primer Jumlah Input Antara produksi 1 x11 x21 x31
. .xn1

Permintaan Antara Sektor Produksi 2 x12 x22 x32


.

Permintaan n x1n x2n x3n


.

Jumlah Output X1 X2 X3 . Xn

Akhir F1 F2 F3
.

xn2 V2 X2

xnn Vn Xn

Fn

V1 X1

Sumber : Tabel I-O Indonesia, BPS, 2000.

Isian sepanjang baris pada ilustrasi Tabel I-O tersebut memperlihatkan bagaimana output dari suatu sektor dialokasikan, yaitu sebagian untuk memenuhi permintaan antara dan sebagian lainnya untuk memenuhi permintaan akhir. Sedangkan isian sepanjang kolomnya menujukkan pemakaian input antara dan input primer oleh suatu sektor. Apabila Tabel 2.4 di atas dilihat secara baris (bagian horisontal) maka alokasi output secara keseluruhan dapat dituliskan dalam bentuk persamaan aljabar sebagai berikut:
X11 + X12 + X1n + F1 = X1 X21 + X22 + X2n + F2 = X2
: : : : :

Xn1 + Xn2 + Xnn + Fn = Xn

atau dalam bentuk persamaan umum dapat dituliskan sebagai :

20

Xij + Fi = Xi ; untuk semua i = 1, 2, 3, dst Dimana : Xij = output sektor i yang digunakan sebagai input sektor j Fi = permintaan akhir terhadap sektor i Xi = jumlah output sektor i

(2.1)

Apabila angka-angka dibaca menurut kolom, khususnya pada transaksi antara, maka angka pada kolom (sektor) itu menunjukkan berbagai input yang diperlukan dalam proses produksi pada sektor tersebut. Berdasarkan ilustrasi Tabel Input-Output, maka persamaan aljabar untuk input yang digunakan oleh masing-masing sektor dapat dituliskan sebagai berikut :
X11 + X21 + + Xn1 + V1 = X1 X12 + X22 + + Xn2 + V2 = X2
: : : : :

X1n + X2n + + Xnn + Vn = Xn

atau dalam bentuk persamaan umum dapat dituliskan sebagai : Xij + Vj = Xj ; untuk semua j = 1, 2, 3, dst (2.2)

Dalam analisis I-O sistem persamaan di atas memiliki peran penting, yaitu sebagai dasar analisa ekonomi mengenai keadaan perekonomian suatu wilayah. Secara umum matrik dalam Tabel I-O dapat dibagi menjadi 4 kuadran, sebagai berikut : 1. Kuadran I (intermediate quadrant) Setiap sel pada kuadran I merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Dalam Analisa I-O kuadran ini memiliki peran yang sangat penting karena kuadran inilah yang

21

menunjukkan keterkaitan antara sektor ekonomi dalam melakukan proses produksinya. 2. Kuadran II (final demand quadrant) Menunjukan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir adalah output suaru sektor yang langsung digunakan oleh rumah tangga, pemerintah, pembentuk modal tetap, perubahan stok dan ekspor. 3. Kuadran III (primary input quadrant) Menunjukkan pembelian input yang dihasilkan di luar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari pendapatan rumah tangga (upah/gaji), pajak tak langsung, surplus usaha dan penyusutan. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang dihasilkan oleh wilayah tersebut. 4. Kuadran IV (primary input-final demand quadrant) Merupakan kuadran input primer permintaan akhir yang menunjukkan transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara. Informasi di Kuadran IV ini bukan merupakan tujuan pokok, sehingga dalam penyusunan Tabel I-O sering diabaikan.

2.6.

Kerangka Pemikiran Konseptual Strategi pengembangan yang menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi

menganggap bahwa kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan dengan cepat

22

melalui peningkatan satu atau beberapa sektor ekonomi kunci. Peningkatan output sektor kunci tersebut akan ikut meningkatkan output sektor-sektor lainnya melalui proses keterkaitan (linkages) dan dampak penyebaran antar sektor. Peningkatan output berbagai sektor ekonomi, kemudian, melalui suatu proses yang disebut sebagai penetesan ke bawah (trickle down effect) akan menyebabkan peningkatan pendapatan berbagai golongan masyarakat di negara (wilayah) bersangkutan. Peningkatan pendapatan ini sekaligus mencerminkan peningkatan kesejahteraan masyarakat (Setyawan, 2005). Kebijakan prioritas pembangunan sektor industri pengolahan khususnya industri kertas merupakan upaya pemerintah Indonesia dalam mewujudkan perekonomian yang lebih baik untuk kesejahteraan masyarakat. Sektor industri ini dijadikan unggulan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian mengingat dalam kondisi sekarang ini, sektor industri pengolahan lebih banyak dapat menyediakan lapangan kerja dan mempunyai aktifitas ekonomi yang lebih intensif untuk satuan unit usaha bila dibandingkan dengan unit usaha sektor lainnya. Selain itu sektor ini juga dianggap sebagai sektor yang mampu meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat pada tingkat yang layak dari sebelumnya. Sehubungan dengan itu, pada penelitian ini akan dilihat tentang peranan sektor industri kertas terhadap perekonomian nasional, karena tentunya kebijakan yang ditetapkan tersebut mengharapkan hasil pada perkembangan ekonomi yang lebih baik dari sebelumnya. Dalam menganalisis peranan sektor industri kertas teradap perekonomian Indonesia ini digunakan analisis I-O dengan berbagai

23

keterbatasan analisis yang telah disebutkan pada bab sebelumnya. Adapun alur konsep pemikiran dapat dilihat pada gambar 1. Dengan teridentifikasinya peranan sektor industri kertas melalui proses keterkaitan dengan sektor-sektor lain baik sebagai pengguna input maupun penghasil output, kemampuan mendorong dan menarik sektor hulu-hilirnya, dan perannya dalam sektor kunci perekonomian seperti yang terlihat pada gambar 1, maka diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas bagi pemerintah Indonesia tentang perkembangan sektor yang menjadi prioritas ini dalam mengatasi berbagai masalah yang berkaitan dengannya. Pada akhirnya dapat dijadikan acuan pemerintah Indonesia sendiri dalam menentukan kebijakan pembangunan ekonomi Indonesia ke depan sehingga permasalahan pembangunan seperti kemiskinan dan pengengguran dapat diturunkan.

24

Perekonomian Indonesia

Perubahan Struktur Perekonomian

Industri Kertas
Kemampuan mendorong dan menarik pertumbuhan sektor hulu dan hilirnya (Analisis Dampak Penyebaran) Keterkaitan dengan sektor lain dalam hubungannya sebagai pengguna input dan penghasil output (Analisis Keterkaitan)

Sektor Kunci Perekonomian (Elastisitas Input-Output)

Peran Industri Kertas

Kebijakan Pembangunan Industri

Keterangan : (

Ruang lingkup penelitian ) Analisis yang digunakan

Gambar 1. Bagan Alur Pemikiran Konseptual

III. METODE PENELITIAN

3.1.

Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data yang

digunakan antara lain berasal dari Tabel Input-Output (I-O) transaksi domestik atas dasar harga produsen tahun 2000 klasifikasi 175 sektor dari Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat yang kemudian diagregasi oleh penulis menjadi 22 sektor dan beberapa data sekunder lainnya dari instansi dan dinas terkait lainnya. Penggunaan tabel I-O Indonesia tahun 2000 tersebut dikarenakan tabel I-O tersebut merupakan tabel terbaru selama penelitian ini berlangsung.

3.2.

Metode Analisis Untuk mengetahui peranan sektor industri kertas terhadap perekonomian

Indonesia ini sebagai sektor penyedia input maupun sebagai sektor pemakai input, kemampuan untuk mendorong atau menarik sektor hulu dan hilirnya serta perannya dalam sektor kunci perekonomian dapat di kaji berdasarkam analisis keterkaitan, dampak penyebaran dan elastisitas input-output. Pada analisis keterkaitan, dampak penyebaran dan elastisitas ini alat yang digunakan adalah Microsoft Excel 2003. Pendekatan model I-O yang digunakan adalah model sisi permintaan (demand-side model), hal ini dikarenakan faktor permintaan merupakan faktor eksogen yang mempengaruhi perekonomian. Pada analisisnya nanti dapat terlihat bahwa perekonomian dapat tumbuh apabila terdapat dorongan atau peningkatan pada permintaan akhir yang eksogen tersebut. Oleh karenanya, model analisis ini

26

sering pula disebut dengan dengan model yang dikendalikan oleh sisi permintaan (demand-driven model). 3.2.1. Koefisien Input Pada Tabel I-O, koefisien input atau koefisien teknologi merupakan perbandingan antara jumlah output sektor i yang digunakan dalam sektor j (Xij) dengan input total sektor j (Xj). Koefisien ini dapat diterjemahkan sebagai jumlah input dari sektor i yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit output sektor j. Secara matematik dapat dituliskan : aij =
Xij

(3.1)

Xj

Dimana : aij adalah koefisisen input. Dengan demikian dapat disusun matriks sebagai berikut : a11 X1 + a12 X2 ++ a1n Xn + F1 = X1 a21 X1 + a22 X2 ++ a2n Xn + F2 = X2 : : : : : an1 X1 + an2 X2 ++ ann Xn + Fn = Xn Atau persamaan tersebut dapat disederhanakan menjadi : a11 . a1n a21 . a2n : A : a31 .. ann X1 X2 : X3 X + F1 F2 : Fn F = X1 X2 : Xn X (3.3) (3.2)

AX + F = X Atau F = X - AX

27

Jika terdapat perubahan pada permintaan akhir, maka akan ada perubahan pola pendapatan nasional. Jika ditulis dalam bentuk persamaan, maka dapat dituliskan sebagai berikut : AX + F = X Atau F = X - AX X = ( I - A )-1F (3.5)

Dimana : I = Matriks identitas berukuran nxn yang elemennya memuat angka satu pada diagonalnya dan nol pada selainnya, F = Permintaan akhir, X = Output, ( I A ) = Matriks Leontief, ( I A )-1 = Matriks kebalikan Leontief. Dalam analisis input-output matriks kebalikan Leontief memiliki peranan yang sangat penting sebagai alat analisis ekonomi yang mencerminkan efek langsung dan tidak langsung dari perubahan permintaan akhir terhadap output sektor-sektor di dalam perekonomian.

3.2.2. Analisis Keterkaitan (linkages) Koefisien keterkaitan sangat berguna dalam penyusunan prioritas sektor perekonomian untuk mencapai tujuan pembangunan. Beberapa jenis koefisien keterkaitan yang sering digunakan dalam analisis ekonomi wilayah sektoral antara lain adalah keterkaitan langsung ke depan dan ke belakang serta keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dan ke belakang. 1. Keterkaitan Langsung ke Depan Keterkaitan langsung ke depan menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output tersebut secara

28

langsung per unit kenaikan permintaan total. Untuk mengetahui besarnya keterkaitan langsung ke depan, dengan rumus sebagai berikut: n KDi = aij j=1 Dimana: KDi = Keterkaitan langsung ke depan = Unsur matrik koefisien teknis aij 2. Keterkaitan Langsung ke Belakang Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. n KBj = aij i=1 Dimana: KBj = Keterkaitan langsung ke belakang = Unsur matrik koefisien teknis aij 3. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Analisa keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan mengukur akibat dari adanya suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. KDLTi = ij
j =1 n

(3.6)

(3.7)

(3.8)

Dimana: KDLTi = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i ij = unsur matrik kebalikan Leontief model terbuka

29

4.

Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang Analisa keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menyatakan

akibat suatu sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. KBLTj =

ij
i =1

(3.10)

Dimana: BLTLj = Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang = Unsur matrik kebalikan Leontief terbuka ij 3.2.3. Analisis Dampak Penyebaran Indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan maupun ke belakang di atas belumlah memadai dipakai sebagai landasan pemilihan sektor kunci. Indikator-indikator tersebut tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena peranan permintaan akhir setiap sektor tidak sama. Oleh karena itu kedua indeks tersebut haruslah dinormalkan dengan cara membandingkan rata-rata dampak yang ditimbulkan oleh sektor tersebut dengan rata-rata dampak seluruh sektor. Analisis ini disebut dampak penyebaran yang terbagi dua yaitu kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran. 1. Koefisien Penyebaran (Coefficient of Dispersion) Koefisien penyebaran tersebut juga indeks daya penyebaran ke belakang. Analisa ini menunjukkan koefisien kaitan yang memberikan gambaran tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh suatu unit permintaan akhir untuk semua sektor didalam suatu sistem perekonomian. Koefisien penyebaran merupakan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang dinormalkan dengan sektor dan

30

jumlah seluruh koefisien matrik kebalikan Leontief. Secara matematis dituliskan dalam bentuk rumus sebagai berikut:
n ij
n

Pdj =

ij
i =1 j =1

i =1 n

(3.10)

Dimana: Pdj = Koefisien penyebaran sektor j ij = Unsur matrik kebalikan Leontief 2. Kepekaan Penyebaran (Sensitivity of Dispersion) Kepekaan penyebaran disebut juga indeks daya penyebaran ke depan. Kepekaan penyebaran ini memberikan gambaran tentang pengaruh yang timbul oleh suatu unit permintaan akhir terhadap semua sektor di dalam perekonomian. Kepekaan penyebaran merupakan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan yang dinormalkan dengan jumlah sektor dam jumlah seluruh koefisien matrik kebalikan Leontief. Secara matematis analisis ini dapat dapat dinyatakan sebagai berikut:

n ij
Sdi =
j =1 n


i =1 j =1

(3.11)
ij

Dimana: = Kepekaan penyebaran sektor i Sdi ij = Unsur matrik kebalikan Leontief

31

3.2.4. Elastisitas Input-Output Elastisitas input-output menyediakan pandangan baru untuk penentuan sektor prioritas. Pendekatan ini dianggap lebih baik daripada analisis keterkaitan dan analisis multiplier karena memperhitungkan share suatu sektor dalam output. Pendekatan ini mempermudah policy makers untuk berkonsentrasi tidak hanya pada nilai-nilai keterkaitan dan multiplier tertinggi tetapi juga pada share suatu sektor ekonomi. 1. Elastisitas Output Elastisitas Output adalah perubahan persentase dalam total output suatu sektor akibat adanya perubahan persentase pada permintaan akhir sektor lainnya. Secara matematis analisis ini dapat dapat dinyatakan sebagai berikut: EO xyj =
Dimana: EO xyj = Elastisitas output
x

b
i

ij

( y j / x)

(3.12)

b ij yj

= Elemen matriks Leontief = Permintaan akhir sektor j

2. Elastisitas Tenaga Kerja Elastisitas tenaga kerja adalah perubahan persentase tenaga kerja suatu sektor akibat adanya perubahan persentase pada permintaan akhir sektor lainnya. Secara matematis analisis ini dapat dapat dinyatakan sebagai berikut:

ET xyj = l i / x j )bij /(l j / x j ) (y j / x) i Dimana: ET xyj = Elastisitas tenaga kerja

(3.13)

32

= Jumlah tenaga kerja li l i / x j = Koefisien tenaga kerja


3. Elastisitas Pendapatan Elastisitas pendapatan adalah perubahan persentase dalam pendapatan suatu sektor akibat adanya perubahan persentase pada permintaan akhir sektor lainnya. Secara matematis analisis ini dapat dapat dinyatakan sebagai berikut:
EP xyj = hi / x j )bij /(h j / x j ) ( y j / x) i

(3.14)

Dimana: EP xyj = Elastisitas Pendapatan hj = Upah dan gaji

hi / x j = Koefisien pendapatan

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI

4.1. Profil Industri Kertas Saat ini, jumlah perusahaan di Indonesia yang memproduksi pulp dan kertas adalah tiga kelompok perusahaan besar. Ketiga produsen besar industri pulp dan kertas tersebut adalah; Group Sinar Mas, Group Raja Garuda Mas dan Barito Pasifik. Jumlah perusahaan tersebut belum mampu mencukupi konsumsi domestik. Untuk memenuhi kebutuhan kertas tersebut, minimal harus ada tambahan beberapa perusahaan lagi untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri. Oleh karena itu, sektor industri ini membutuhkan investasi baru atau industri ini harus meningkatkan efisiensi agar dapat bersaing dengan industri asing, dan dapat memenuhi kebutuhan kertas dalam negeri yang terancam kekurangan pasokan dalam sepuluh tahun mendatang (Mansur, 2005). Menurut Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI), sampai dengan tahun 2003, Indonesia mempunyai 77 perusahaan produsen kertas dan 10 diantaranya terintegrasi dengan pabrik pulp. Perusahaan-perusahaan tersebut terdiri dari 65 perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), 12 perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) dan 3 perusahaan negara. Sekitar 64 perusahaan berlokasi di pulau Jawa, 14 perusahaan di Sumatera dan dua perusahan berlokasi di Kalimantan. Industri kertas memiliki kapasitas total sebesar 10,045,580 ton yang terdiri dari kapasitas terpasang perusahaan swasta-negara sebesar 337.900 ton, investasi dalam negeri swasta sebesar 5.041.180 ton, dan investasi luar negeri sebesar 4.666.500 ton (Tabel 4.1).

34

Tabel 4.1. Profil Industri Pulp dan Kertas Indonesia Tahun 2003
Status/Lokasi Jumlah Perusahaan 3 65 12 80 10 3 67 80 Kapasitas Terpasang Pulp (Ton) 240.000 3.322.100 2.725.000 6.287.100 5.072.100 1.215.000 6.287.100 Pulp % 3,8 52,8 43,3 100 80,7 19,3 7.528,580 100 5,4 85,6 9,0 100 10.045.580 8.554.440 1.491.140 10.045.580 74,9 100 85,2 14,8 100 Kapasitas Terpasang Kertas (Ton) 337.900 5.041.180 4.666.500 10.045.580 2.517.000 Kertas % 3,4 50,2 46,5 100 25,1

Perusahaan Negara Swasta Investasi Dalam Negeri Swasta Investasi Luar Negeri Total Integrated (Pulp dan Kertas) Non Integrated Pulp Kertas Total

Jawa 64 340.500 Sumatera 14 5.382.000 Kalimantan 2 564.600 Total 80 6.287.100 Sumber : Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia, 2003.

4.2. Perkembangan Industri Kertas Industri kertas tumbuh dan berkembang lebih baik bila dibandingkan dengan kebanyakan industri lain di Indonesia, hal ini terjadi didasarkan pada ketersediaan bahan baku dan upah tenaga kerja yang murah di dalam negeri. Industri-industri yang mengandalkan bahan baku impor tetap mengalami kemerosotan pertumbuhan, tetapi industri kertas tetap melanjutkan

perkembangannya dengan pertumbuhan sekitar 9,8 persen pada periode 19972001. Pada periode yang sama ekspor kertas juga meningkat sekitar 19,1 persen per tahun. Sementara konsumsi kertas juga meningkat 4,7 persen per tahun (Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia, 2003).

35

Tabel 4.2. Konsumsi Kertas Per Kapita Penduduk Indonesia Tahun 1993-2003
Tahun Konsumsi Kertas / Kapita 1993 11,1 kg 1994 13,0 kg 1995 14,0 kg 1996 16,3 kg 1997 16,9 kg 1998 14,1 kg 1999 19,6 kg 2000 20,8 kg 2001 23,3 kg 2002 24,0 kg 2003 25.0 kg Sumber: Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia, 2003.

Disamping kinerja yang menggembirakan dalam industri kertas ini, para investor telah menunjukkan ketertarikan yang kecil pada sektor ini karena industri ini telah menjadi capital intensive dan birokrasi yang rumit pasca otonomi daerah. Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) mengkhawatirkan Indonesia akan mengalami kekurangan pasokan kertas, bila dalam 10 tahun mendatang kapasitas industri kertas tidak bertambah. Masalahnya setiap tahun konsumsi kertas dalam negeri terus meningkat dengan angka rata-rata sekitar 6 persen per tahun. Pada tahun 2003 kapasitas produksi yang dimiliki industri kertas baru sekitar mencapai 10,3 juta ton pertahun sedangkan konsumsi per kapitanya pada akhir 2003 telah mencapai 25 Kg (Tabel 4.2). Nilai konsumsi per kapita ini memang lebih kecil bila dibandingkan dengan negara lain contohnya Malaysia yang sudah mencapai ratusan kilogram per kapita, namun jika kebutuhan kertas di dalam negeri naik hingga mencapai 50 Kg per kapita, industri kertas harus mengimpor kertas senilai US$ 7 miliar/tahun. Untuk mengatasi kebutuhan konsumsi kertas yang terus

36

meningkat maka harus ada investasi baru atau industri yang ada harus meningkatkan efisiensi.

4.3.

Integrasi Vertikal dan Pasar Industri Kertas Indonesia Di Indonesia industri kertas mempunyai karakteristik sebagai industri

skala besar. Dari 77 perusahaan kertas pada tahun 2003, tujuh diantaranya adalah perusahaan kertas yang terintegrasi (tabel 4.1). Kapasitas terpasang industri pulp yang terintegrasi dengan perusahaan kertas mencapai 66,08 persen dari total kapasitas terpasang seluruh industri pulp. Sedangkan kapasitas terpasang industri kertas pada perusahaan pulp dan kertas yang terintegrasi mencapai 21,32 persen dari keseluruhan kapasitas terpasang industri kertas. Industri kertas yaitu khususnya perusahaan-perusahaan besar dalam industri ini mempunyai kecenderungan untuk berintegrasi dengan perusahaan penyedia bahan baku yaitu industri pulp. Dengan kecenderungan ini hampir seluruh output industri pulp disalurkan pada industri kertas didalam negeri sedangkan ekspor hanya merupakan pasar kedua. Integrasi vertikal ini dianggap penting karena integrasi vertikal oleh perusahaan kertas akan meningkatkan efisiensi perusahaan dalam industri kertas tersebut karena dapat mengamankan pasokan bahan baku dan meminimumkan biaya transaksi dalam rangka untuk mengantisipasi pertumbuhan permintaan terhadap produk kertasnya (Karseno dan Mulyaningsih, 2002) Dilihat dari pangsa produksi dan ekspor penguasaan jaringan pasar luar negeri, masih menjadi kelemahan bagi sebagian besar produsen kertas Indonesia.

37

Meskipun demikian beberapa (grup) perusahaan telah mencoba menembus pasar luar negeri, terutama pasar Asia, dengan melakukan ekspansi ke negara-negara di kawasan ini. Kelompok Sinar Mas memasuki pasar Asia dengan mendirikan kelompok perusahaan melalui bendera APP (Asia Pulp and Paper) di negara Singapura, Cina, Malaysia, dan India. Begitu juga dengan Tanoto dan Tanjung Enim Lestari (TEL) yang mengibarkan bendera APRIL (Asia Pacific Resources International Holding Ltd.). Kedua kelompok ini memilih Singapura sebagai kantor pusat perusahaan mereka. Pentingnya jaringan pemasaran lebih dipicu terutama menjelang diberlakukan pasar bebas di kawasan Asia Tenggara (AFTA) tahun 2003 dan kawasan Asia Pasifik (APEC) tahun 2010. Pasar bebas tersebut akan memaksa para produsen pulp dan kertas Indonesia untuk mampu bersaing memperebutkan pasar Asia Pasifik yang terbuka. Kawasan Asia Pasifik merupakan kawasan dengan pasar pulp terbesar di dunia. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis mengenai kondisi pasar luar negeri terutama pasar Asia dan bagaimana strategi untuk memasuki dan mengembangkan pasar di kawasan tersebut. Selain itu pasar dalam negeri juga perlu dikaji karena merupakan basis untuk memperkuat daya saing secara nasional (Rosadi dan Vidyatmoko, 2002).

4.4. Profil Beberapa Perusahaan Kertas Indonesia Sampai dengan tahun 2003 dalam industri kertas terdapat tiga perusahaan yang memiliki proporsi kapasitas pabrik terhadap kapasitas total industri yang melebihi 10 persen. Pertama, PT. Indah Kiat Pulp & Paper Corp. yang menguasai

38

20,5 persen dari total kapasitas industri, kemudian disusul oleh PT. Pindo Deli & Paper Mills sebesar 14.2 persen, dan perusahaan ketiga adalah PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia dengan proporsi sebesar 10,1 persen (Tabel 4.3). Tiga perusahaan pemilik kapasitas terbesar tersebut dimiliki oleh group yang sama yaitu Sinar Mas Group. Selain ketiga perusahaan itu group Sinar Mas masih mempunyai perusahaan kertas lainnya yaitu PT. Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry yang berlokasi di Langsa, NAD. Keempat perusahaan yang tergabung dalam group Sinar Mas ini memiliki karaktristik yang sama yaitu semuanya merupakan perusahaan kertas yang terintegrasi vertikal dengan pabrik kertasnya.

Tabel 4.3. Kapasitas Terpasang Perusahaan Industri Kertas Tahun 2003 Nama Perusahaan PT. Indah Kiat Pulp& Paper Corp PT. Pakerin PT. Aspex Kumbong PT. Ekamas Fortuna PT. Fajar Surya Wisesa PT. Pindo Deli Pulp & Paper Mills PT. Riau Andalan Kertas PT. Surabaya Agung PT. Tanjungenim Lestari Pulp & Paper PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia PT. Pelita Cengkareng Paper Co. PT. Kertas Leces (Persero) PT. Papyrus Sakti PT. Pura Barutama PT. Suparma PT. Surabaya Mekabox Ltd. PT. Adiprima Suraprinta PT. Gede Karang PT. Papertech Indonesia Lain-lain Kapasitas Terpasang (Ton) 2.111.000 700.000 430.000 150.000 500,000 1.465.000 350.000 486.800 450.000 1.044.000 157.800 195.000 150.500 93.000 150.000 85.200 150.000 50.400 60.000 2.986.000 Persentase (%) 20,5 6,8 4,2 1,4 4,8 14,2 3,4 4,7 4,4 10,1 1,5 1,9 1,4 0,9 1,4 0,8 1,4 0,5 0,6 28,9

Sumber : Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia, 2003.

39

1) PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk Perusahaan ini didirikan di Jakarta dengan Akta Notaris Ridwan Suselo No.68 tanggal 7 Desember 1976 yang disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Keputusan No.Y.A.5/50/2 tanggal 9 Februari 1978, dan didaftarkan di Kantor Pengadilan Negeri Jakarta No. 525 Tanggal 14 Februari 1978 (Bank Niaga, 2005). PT. Indah Kiat Pulp & Paper dijalankan dengan sistem kepemimpinan perusahaan double boards yang terdiri dari dewan komisaris dengan presiden komisarisnya yaitu Indra Widjaja dan dewan direksi dengan direktur utamanya yaitu Teguh Ganda Widjaja. Pada susunan pemegang saham, masyarakat menguasai 38,78 persen dari total keseluruhan saham yang diterbitkan perusahaan ini (Tabel 4.4). PT. Indah Kiat Pulp & Paper melakukan usahanya secara komersil dengan memproduksi pulp, kertas budaya, kertas industri dan corrugated carton boxes (sejenis dus karton, dengan kertas bergelombang sebagai peredam benturan). Dengan semakin meningkatnya permintaan atas produksi kertas, perusahaan kertas ini mengantisipasinya dengan meningkatkan kapasitas produksinya sehingga saat ini menjadi 1.631.000 ton pulp per tahun, 744.000 ton kertas budaya per tahun, 980.000 ton kertas industri per tahun dan 100.000 ton corrugated boxes per tahun. Pada saat ini, perusahaan tersebut memiliki dan menguasai beberapa sarana dan prasarana yang digunakan untuk menjalankan berbagai kegiatan usahanya, terutama pabrik kertas budaya di Tangerang, yang menempati lahan seluas 28 Ha, pabrik pulp dan kertas budaya di Perawang, Riau seluas 1.722 Ha

40

dan pabrik kertas industri di Serang Jawa Barat seluas 308,9 Ha. Fasilitas produksi perusahaan juga didukung dengan berbagai fasilitas dan prasana seperti jalan, mess karyawan dan lain-lain.

Tabel 4.4. Boards PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk per 30 September 2004
Dewan Komisaris : Indra Widjaja : Ir. Gandi Sulistiyanto Soeherman : Show Chung Ho : Kuo Cheng Shyong : Raymond Liu, Phd. : Lo Shang Shung : Hj. Ryani Soedirman : Mas Achmad Daniri : Prof. Dr. Teddy Pawitra : Kamardy Arief : Let Jend (Purn) Soetedjo Dewan Direksi Presiden Direktur : Teguh Ganda Widjaja Wakil Presiden Direktur : Muktar Widjaja Wakil Presiden Direktur : Hendra Jaya Kosasih Wakil Presiden Direktur : Chen Wang Chi Wakil Presiden Direktur : Yudi Setiawan Lin Direktur : Suresh Kilam Direktur : Didi Harsa Direktur : Agustian Rachmansjah Partawidjaja Susunan Pemegang Saham PT Purinusa Ekapersada : 52,72% CHP International (BVI) Corp. British : 5,88% Virgin Island YFY Global Investment (BVI) Corp. : 2,56% British Virgin Island Yuen Foong Yu H.K., Co. Ltd, Hong : 0,05% Kong Masyarakat : 38,78% Sumber: Bank Niaga, 2005. Presiden Komisaris Wakil Presiden Komisaris Komisaris Komisaris Komisaris Komisaris Independen Komisaris Independen Komisaris Independen Komisaris Independen Komisaris Independen Komisaris

41

2) PT. Pindo Deli Pulp & Paper Mills PT Pindo Deli Pulp & Paper Mills didirikan di Jakarta dalam rangka Undang-undang No.6 tahun 1968 tentang PMDN, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.12 tahun1970, dengan Akta No.75 tanggal 31 Januari 1975, Akta Perubahan No.5 tanggal 3 April 1975, Akta Perubahan No.59 tanggal 26 April 1975, Akta Perubahan No.6 tanggal 4 Juli 1975 dan Akta Perubahan No.69 tanggal 25 Februari 1976 (Bank Niaga, 2005). Perusahaan kertas ini dijalankan dengan sistem kepemimpinan perusahaan double boards (dua dewan perusahaan) dan kepemilikan saham terbesar perusahaan ini dikuasai oleh PT Purinusa Ekapersada sebesar 97,57 persen dari total saham yang dikeluarkan PT Pindo Deli Pulp & Paper Mills tersebut (Tabel 4.5). Saat ini perusahaan kertas ini memiliki sebuah pabrik kertas yang berlokasi di Adiarsa, Karawang (Pindo 1). Total kapasitas produksi terpasang pabrik kertas milik perusahaan ini adalah sebesar 210.000 ton per tahun. Pada Oktober 1995, PT. Pindo Deli Pulp & Paper Mills ini memulai konstruksi pabrik kertasnya yang kedua (Pindo 2) yang berlokasi di Kuta Mekar, Karawang dengan menambah tiga Paper Machine serta sebuah Corrugated Machine, dengan jumlah kapasitas produksi terpasang sebesar 652.000 ton per tahun. Selain itu perusahaan ini juga mempunyai fasilitas pabrik pembuatan bahan kimia calcium carbonate, salah satu bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi kertas, berlokasi di lokasi Pindo 1 dengan kapasitas produksi terpasang sebesar 48.000 ton per tahun dan telah berproduksi sejak bulan Maret 1996 (Bank Niaga, 2005).

42

Tabel 4.5. Boards PT. Pindo Deli Pulp & Paper Mills per 30 September 2004.
Komisaris Utama Komisaris Komisaris Komisaris Komisaris Komisaris Direktur Utama Wakil Direktur Utama Wakil Direktur Utama Wakil Direktur Utama Wakil Direktur Utama Direktur Direktur PT Purinusa Ekapersada PT Mega Kleenindo PT Unitama Sartindo Sumber: Bank Niaga, 2005. Dewan Komisaris : Indra Widjaja : Drs. Jhon Ferdinand Pandelaki : Yudi Setiawan Lin : Let Jend (Purn) Soetedjo : Hajjah Ryani Soedirman : Arthur Tahya Dewan Direksi : Teguh Ganda Wijaja : Muktar Widjaja : Hendra Jaya Kosasih : Suresh Kilam : Tsai Huan Chi : Huang Wen Hai : Tri Ramadi Susunan Pemegang Saham : 97,57% : 0,91% : 0,61%

3) PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk didirikan dalam rangka Undangundang Negara Republik Indonesia No.6 Tahun 1968 juncto Undang-undang No.12 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri berdasarkan Akta No.9 tanggal 2 Oktober 1972 (Bank Niaga, 2005). PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk dijalankan dengan sistem kepemimpinan perusahaan double boards (dua dewan direksi) dan pada susunan pemegang saham, masyarakat menguasai 36,60 persen dari total keseluruhan saham yang diterbitkan perusahaan ini (Tabel 4.6). Perusahaan ini merupakan bagian kelompok usaha Sinar Mas. Kelompok Sinar Mas adalah salah satu dari kelompok industri terbesar di Indonesia dengan kurang lebih 200 perusahaannya yang bergerak di berbagai usaha yang besar

43

termasuk industri kertas dan pulp, real estate, minyak goreng, produksi bahan makanan, hotel dan perumahan, bidang kimia, perbankan dan jasa keuangan.

Tabel 4.6. Boards PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk per 30 September 2004
Dewan Komisaris : Indra Widjaja : Ir. Gandi Sulistiyanto Soeherman : Show Chung Ho : Kuo Cheng Shyong : Raymond Liu, Phd. : Lo Shang Shung : Hj. Ryani Soedirman : Mas Achmad Daniri : Prof DR. Teddy Pawitra : Kamardy Arief : Let Jend (Purn) Soetedjo Dewan Direksi : Teguh Ganda Widjaja : Muktar Widjaja : Hendra Jaya Kosasih : Chen Wang Chi : Yudi Setiawan Lin : Suresh Kilam : Didi Harsa : Agustian Rachmansjah Partawidjaja Susunan Pemegang Saham : 63,30% : 0,10% : 36,60%

Presiden Komisaris Wakil Presiden Komisaris Komisaris Komisaris Komisaris Komisaris Independen Komisaris Independen Komisaris Independen Komisaris Independen Komisaris Independen Komisaris Presiden Direktur Wakil Presiden Direktur Wakil Presiden Direktur Wakil Presiden Direktur Wakil Presiden Direktur Direktur Direktur Direktur PT Purinusa Ekapersada Koperasi Masyarakat Sumber: Bank Niaga, 2005.

Lokasi pabrik dan pusat perusahaan yang terletak di Jawa Timur, yang berdekatan dengan pelabuhan Tanjung Perak merupakan hal yang sangat menguntungkan kelancaran pengapalan untuk ekspor. Dari seluruh tanah yang dikuasai perusahaan 64 persen merupakan tanah dengan Hak Guna Bangunan, sedangkan sisanya merupakan tanah yang telah dibebaskan untuk kepentingan

44

perusahaan yang berasal dari petani di sekitarnya dengan status Hak Milik atau Girik. Pabrik kertas merupakan suatu jenis industri dengan sifat padat modal. Namun demikian melihat kebutuhan penyediaan kesempatan kerja di Indonesia, Perusahaan ini menyesuaikan pemakaian teknologi sedemikian rupa untuk tetap dapat menyediakan kesempatan kerja seluas-luasnya. Hal ini jelas dapat terlihat pada bagian produksi barang-barang hasil produksi kertas dimana perusahaan ini telah memutuskan untuk tidak menambah mesin-mesin pembungkus otomatis. Hal ini juga diperlukan untuk meningkatkan kesempatan kerja. Pada tahun 1994, PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia telah menerima sertifikat ISO 9002 dari Det Norske Veritas Industry B.V, Rotterdam, Belanda, yang merupakan pengakuan bertaraf internasional terhadap sistem dalam proses produksi yang telah berhasil dilaksanakan oleh perusahaan. Bidang usaha utama perusahaan ini adalah menghasilkan kertas tulis dan cetak bermutu tinggi, kertas HVS mengkilap, dan kertas HVS biasa untuk kebutuhan sekolah dan perkantoran. Selain kertas tulis dan cetak serta hasil-hasil produksi kertas, perusahaan kertas ini juga memproduksi produk-produk kemasan, diantaranya dus (boxboard) yang dipergunakan untuk kemasan rokok, minyak wangi, kertas tissue, dan sereal. Saat ini PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia mempunyai kapasitas produksi sebanyak 30.000 ton boxboard pertahun. Perusahaan ini juga memproduksi pulp dari daur ulang kertas bekas dan soda kaustik sebagai bahan baku utama industri kertas. meningkatkan pengawasan mutu disamping

45

4) PT. Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry Perusahaan kertas ini didirikan di Langsa, Aceh Timur dengan nama awal PT Sumber Indra Jaya Paper Manufacture Co.Ltd., dalam rangka Undang-Undang No.6 Tahun 1968 tentang PMDN dengan Akta No. 44 tanggal 13 Februari 1974 (Bank Niaga, 2005). Perusahaan kertas ini dijalankan dengan sistem kepemimpinan perusahaan double boards yang terdiri dari dewan komisaris dengan presiden komisarisnya yaitu Indra Widjaja dan dewan direksi dengan direkturnya adalah Teguh Ganda Widjaja. Kepemilikan saham dikuasai oleh tiga perusahaan yaitu PT. Pindo Deli Pulp & Paper Mills (80 persen), PT Satria Perkasa Agung (19,75 persen), dan PT. Arthadana Mulia Makmur yang memiliki 0,25 persen dari total keseluruhan saham yang diterbitkan (Tabel 4.7). PT. Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry bergerak dalam bidang usaha industri pulp dan kertas, dengan produksi utama pulp jenis LBKP, kertas budaya dan tissue. Saat ini perusahaan ini merupakan salah satu produsen pulp yang cukup besar di Indonesia dengan kapasitas produksi sebesar 545.000 ton pulp per tahun dan 7.500 ton kertas per tahun. Pada tahun 1999 perusahaan ini telah melakukan modifikasi terhadap mesin-mesin dan fasilitas produksi di pabrik pulp Jambi, modifikasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas produksi mesin pembuatan pulp dan fasilitas pendukung lainnya. Disamping pulp dan kertas, pada kuartal keempat tahun 1998 perusahaan kertas ini memulai produksi komersial tissue dalam bentuk gulungan besar yang dijual kepada pihak lain untuk kemudian diubah menjadi berbagai jenis tissue siap pakai, dengan kapasitas produksi 60.000 ton per tahun. PT. Lontar Papyrus Pulp

46

& Paper Industry saat memiliki sebuah pabrik yang memproduksi pulp dan tissue yang berlokasi di Sumatera yaitu di Tanjung Jabung, Jambi dan sebuah pabrik kertas di Langsa, NAD.

Tabel 4.7. Boards PT. Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry per 30 Desember 2003
Dewan Komisaris : Indra Widjaja : Drs. John Ferdinand Pandelaki : Sukirta Mangku Djaja : Let Jend (Purn) Soetedjo : Hj. Ryani Soedirman Dewan Direksi Direktur Utama : Teguh Ganda Widjaja Wakil Direktur Utama : Hendra Jaya Kosasih Direktur : Muktar Widjaja Direktur : Suresh Kilam Direktur : Lin Shun Keng Direktur : Tri Ramadi Direktur : Arthur Tahya Susunan Pemegang Saham PT Pindo Deli Pulp & Paper Mills : 80,00% PT Satria Perkasa Agung : 19,75% PT Arthadana Mulia Makmur : 0,25% Sumber: Bank Niaga, 2005. Komisaris Utama Wakil Komisaris Utama Komisaris Komisaris Komisaris

Dalam menjalankan usahanya, PT. Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry telah memperoleh sertifikasi ISO 9002 sehubungan dengan telah sesuainya sistem kualitas manajemen (Quality management systems) dengan ketentuan yang dipersyaratkan dalam ISO 9002. Di samping itu, perseroan ini juga telah memperoleh sertifikat ISO 14001 pada tanggal 19 Agustus1997 yang dikeluarkan SGS Yarsley International Certification Services Limited dengan sertifikat No.E10683 sebagai bukti bahwa perusahaan kertas ini telah memenuhi ketentuan standar lingkungan hidup yang dipersyaratkan (Bank Niaga, 2005).

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.

Peranan Industri Kertas Dalam Perekonomian Indonesia

5.1.1. Struktur Permintaan Industri Kertas Total permintaan barang dan jasa domestik yang dihasilkan oleh Indonesia tahun 2000 mencapai Rp 2.701.099.870 juta. Jumlah tersebut terdiri atas permintaan antara sebesar Rp 1.048.073.019 juta dan permintaan akhir sebesar Rp 1.656.068.629 juta. Dari data tersebut diperoleh bahwa jumlah permintaan akhir lebih besar dibandingkan jumlah permintaan antaranya, hal ini berarti bahwa output di Indonesia cenderung digunakan untuk memenuhi konsumsi langsung masyarakatnya. Berdasarkan Tabel 5.1, dilihat dari sisi permintaan antara tampak bahwa sektor perdagangan menghasilkan output tertinggi yang digunakan sebagai input oleh seluruh sektor perekonomian lainnya yaitu sebesar Rp 197.767.626 juta atau 18,71 persen dari total permintaan antara. Selanjutnya diikuti oleh sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian, pada urutan kedua dan ketiga dengan nilai Rp 144.977.415 juta atau 13,83 persen dan Rp 117.460.730 juta atau 11,21 persen dari total permintaan antaranya. Sedangkan untuk industri kertas mempunyai permintaan antara sebesar Rp 10.800.775 juta atau sekitar 1,03 persen dari total permintaan antara dan berada pada urutan ke-18 diantara sektor-sektor lainnya. Angka-angka tersebut di atas menunjukkan seberapa pentingnya peranan output yang dihasilkan oleh sektor-sektor di atas untuk digunakan sebagai input oleh sektor-sektor perekonomian lainnya di Indonesia.

48

Tabel 5.1. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-sektor Perekonomian di Indonesia Tahun 2000
Sektor Pertanian Kayu Hasil hutan lainnya Pertambangan dan penggalian Industri makanan dan minuman Industri tekstil dan pakaian Industri kayu dan furniture Industri pulp Industri kertas Industri barang dari kertas Industri percetakan Industri kimia Industri semen dan non logam Industri logam dasar Industri barang jadi dari logam Industri lainnya Listrik, gas dan air Bangunan Perdagangan Pengangkutan dan komunikasi Keuangan dan persewaan Jasa-jasa Total (domestik) Permintaan Antara Jumlah % (Juta Rp) 144.977.415 13,83 15.442.961 1,47 1.441.926 0,14 117.460.730 90.564.649 36.817.065 15.685.700 3.153.741 10.800.775 5.076.020 7.726.372 88.476.035 16.045.498 19.844.128 23.748.215 35.036.568 21.948.074 19.287.176 197.767.626 70.529.113 94.228.657 12.014.574 1.048.073.019 11,21 8,64 3,51 1,50 0,30 1,03 0,48 0,74 8,44 1,53 1,89 2,27 3,34 2,09 1,84 18,87 6,73 8,99 1,15 100 Permintaan Akhir Jumlah % (Juta Rp) 115.695.160 6,99 1.897.067 0,11 1.257.018 0,08 79.416.034 238.760.605 94.595.034 41.848.724 5.586.108 13.970.847 3.774.599 5.901.036 155.329.670 7.775.881 13.885.485 39.276.356 105.496.620 8.689.621 208.389.887 201.426.849 80.743.056 67.125.259 165.227.713 1.656.068.629 4,80 14,42 5,71 2,53 0,34 0,84 0,23 0,36 9,38 0,47 0,84 2,37 6,37 0,52 12,58 12,16 4,88 4,05 9,98 100 Total permintaan Jumlah % (Juta Rp) 260.672.575 9,65 17.340.028 0,64 2.698.944 0,10 196.815.151 329.325.254 131.412.099 57.534.424 8.739.849 24.771.622 8.850.620 13.627.408 243.805.705 23.821.379 33.729.613 64.119.165 139.438.593 30.637.695 227.677.063 396.214.278 151.272.169 161,353,916 177.242.287 2.701.099.870 7,29 12,19 4,87 2,13 0,32 0,92 0,33 0,50 9,03 0,88 1,25 2,37 5,16 1,13 8,43 14,67 5,60 5,97 6,56 100

Sumber: Tabel I-O Indonesia, 2000 (diolah).

Dilihat dari permintaan akhir pada Tabel 5.1 sektor industri kertas menempati posisi ke-14 diantara sektor yang lain sebesar Rp 13.970.847 juta atau 0,84 persen dari total permintaan akhir. Nilai tersebut lebih besar dibanding permintaan antaranya. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat secara keseluruhan lebih banyak menggunakan output industri kertas untuk konsumsi

49

langsung (masyarakat, pemerintah dan ekspor) dibanding untuk keperluan produksi sebagai input bagi sektor lain.

5.1.2. Struktur Nilai Tambah Bruto Nilai tambah bruto merupakan balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Dalam Tabel I-O Indonesia tahun 2000 nilai tambah meliputi penerimaan upah gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung netto. Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa total nilai tambah bruto negara Indonesia adalah Rp 1.331.860.350 juta dengan perincian Rp 400.843.770 juta berasal dari upah dan gaji, Rp 755.048.498 juta berasal dari surplus usaha, Rp 110.079.928 juta berasal dari penyusutan dan Rp 69.278.732 milyar berasal dari pajak tak langsung netto. Pada tahun yang sama sektor industri kertas menyumbang nilai tambah bruto sebesar Rp 7.895.327 juta yang terdiri atas upah dan gaji sebesar Rp 1.952.762 juta, surplus usaha sebesar Rp 458.849 juta, penyusutan sebesar Rp 865.958 juta dan pajak tak langsung netto sebesar Rp 487.967 juta (Tabel 5.2). Jika diperbandingkan antara nilai upah dan gaji terhadap surplus usaha (U/G) maka akan diperoleh nilai rasio upah gaji dengan surplus usaha. Nilai rasio tersebut menunjukkan perbandingan antara besarnya upah dan gaji yang diterima produsen. Rasio upah dan gaji dan surplus usaha termasuk kategori baik jika rasionya mendekati keseimbangan (mendekati 1) yang berarti bahwa proporsi penerimaan dalam bentuk upah dan gaji bagi pekerja dan surplus usaha bagi produsen berimbang.

50

Tabel 5.2. Nilai Tambah Bruto Sektor-sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2000
Sektor Upah /gaji (Juta Rp) Surplus Usaha (Juta Rp) 121.484.311 9.864.358 1.623.946 Penyusutan (Juta Rp) 2.772.542 933.072 64.560 8.010.781 8.229.567 5.414.886 2.664.443 301.975 865.958 83.898 138.774 11.731.919 1.996.046 1.229.081 834.116 7.147.952 4.044.105 6.723.107 14.562.257 19.093.237 6.756.704 6.480.946 110.079.928 Indirect Tax (Juta Rp) 1.946.396 325.240 28.902 6.554.176 19.714.933 2.103.875 429.764 83.524 487.968 115.718 147.670 4.343.702 926.591 564.511 770.326 5.028.378 476.948 3.489.434 15.458.757 2.278.073 3.226.690 777.156 69.278.732 Nilai tambah bruto (Juta Rp) 166.208.164 13.700.655 2.282.652 167.692.195 112.062.949 45.440.052 20.256.905 2.508.705 7.895.327 3.017.607 6.576.232 97.169.759 10.119.912 9.142.638 9.475.821 61.931.963 8.393.727 76.573.392 225.670.233 65.012.131 115.463.088 105.266.243 1.331.860.350

Pertanian 40.004.914 Kayu 2.577.985 Hasil hutan lainnya 565.245 Pertambangan dan 25.590.708 127.536.530 penggalian Industri makanan 30.567.459 53.550.990 dan minuman Industri tekstil dan 16.143.177 21.778.114 pakaian Industri kayu dan 5.797.569 11.365.129 furniture Industri pulp 940.504 1.182.701 Industri kertas 1.952.762 4.588.639 Industri barang dari 1.212.512 1.605.479 kertas Industri percetakan 1.664.063 4.625.725 Industri kimia 21.585.418 59.758.947 Industri semen dan 3.296.212 3.901.063 barang non logam Industri logam 2.333.616 5.015.430 dasar Industri barang jadi 3.477.803 4.393.576 dari logam Industri lainnya 19.372.182 30.383.451 Listrik, gas dan air 2.279.382 4.703.542 Bangunan 37.132.511 29.228.340 Perdagangan 61.084.802 134.564.418 Pengangkutan dan 16.877.567 26.793.354 komunikasi Keuangan dan 21.352.623 84.127.070 persewaan Jasa-jasa 85.034.756 12.973.385 Total 400.843.770 755.048.498 Sumber: Tabel I-O Indonesia, 2000 (diolah).

Berdasarkan hasil analisis rasio upah dan gaji dengan surplus usaha pada Tabel 5.3. diperoleh bahwa ternyata pada sektor industri kertas mempunyai nilai surplus usaha lebih besar dibandingkan upah dan gaji. Hal ini terlihat dari nilai rasio yang lebih kecil dari satu (0.43). Kondisi ini menunjukan bahwa distribusi pendapatan antara pemilik modal (perusahaan) dan pekerja tidak merata atau

51

terjadi ketimpangan yang sangat besar yang disebabkan oleh adanya eksploitasi tenaga kerja oleh pemilik modal terhadap tenaga kerja dengan share yang lebih besar pada produsen (pemilik modal).

Tabel 5.3. Rasio Upah Terhadap Surplus Usaha


Sektor Pertanian Kayu Hasil hutan lainnya Pertambangan dan penggalian Industri makanan dan minuman Industri tekstil dan pakaian Industri kayu dan furniture Industri pulp Industri kertas Industri barang dari kertas Industri percetakan Industri kimia Industri semen dan barang non logam Industri logam dasar Industri barang jadi dari logam Industri lainnya Listrik, gas dan air Bangunan Perdagangan Pengangkutan dan komunikasi Keuangan dan persewaan Jasa-jasa
Sumber: Tabel I-O Indonesia, 2000 (diolah).

Rasio Upah Gaji terhadap Surplus Usaha (U/G) 0,33 0,26 0,35 0,20 0,57 0,74 0,51 0,43 0,43 0,76 0,36 0,36 0,84 0,47 0,79 0,64 0,48 1,27 0,45 0,04 0,25 6,55

5.1.3. Struktur Ketenagakerjaan Banyaknya tenaga kerja yang terserap pada tahun 2000 sebanyak 93.320.948 jiwa. Jumlah tenaga kerja yang terserap di setiap sektor ekonomi merupakan indikator kemampuan sektor tersebut dalam menciptakan kesempatan

52

kerja bagi masyarakat di wilayah tersebut. Gambaran tentang jumlah tenaga kerja, produktifitas dan nilai upah sektoral dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Jumlah Tenaga kerja, Produktifitas dan Nilai Upah Sektoral Indonesia Tahun 2000
Sektor Jumlah TK Nilai tambah Produktivitas bruto (Juta/Tk) (Juta Rp)
4,12 24,65 26,39 203,03 37,20 18,32 8,27 43,97 66,65 41,03 65,15 137,82 15,60 25,54 36,56 59,48 37,20 18,30 12,84 13,35 79,74 8,83 14,27

Total Upah (Juta)


40.004,914 2.577.985 565.245 25.590.708 30.567.459 16.143.177 5.797.569 940.504 1.952.762 1.212.512 1.664.063 21.585.418 3.296.212 2.333.616 3.477.803 19.372.182 2.279.382 37.132.511 61.084.802 16.877.567 21.352.623 85.034.756 400.843.770

Upah/TK
0,99 4,64 6,53 30,98 10,15 0,15 0,42 0,06 0,06 0,06 0,06 0,03 0,20 0,15 0,07 18,61 10,10 8,88 3,48 3,46 14.75 7,13 4,30

40.328.519 166,208.164 Pertanian 555.824 13.700.655 Kayu 86.513 2.282.652 Hasil Hutan Lainnya Pertambangan dan 825.943 167.692.195 Penggalian Industri makanan dan 3.012.592 112.062.949 minuman 2.480.225 45.440.052 Industri tekstil dan pakaian 2.450.134 20.256.905 Industri kayu dan furniture 57.051 2.508.705 Industri pulp 118.454 7.895.327 Industri kertas 73.551 3.017.607 Industri barang dari kertas 100.942 6.576.232 Industri percetakan 705.030 97.169.759 Industri kimia Industri semen dan barang 648.911 10.119.912 non logam 357.938 9.142.638 Industri logam dasar Industri barang jadi dari 259.161 9.475.821 logam 1,041.218 61.931.963 Industri lainnya 225.664 8.393.727 Listrik, Gas dan Air 4.183.255 76.573.392 Bangunan 17.569.515 225.670.233 Perdagangan Pengangkutan dan 4.870.912 65.012.131 Komunikasi 1,448.034 115.463.088 Keuangan dan Persewaan 11.921,562 105.266.243 Jasa-jasa 93.320.948 1.331.860.350 Total (domestik) Sumber: Tabel I-O Indonesia, 2000 (diolah).

Berdasarkan Tabel 5.4, terlihat sektor industri kertas menyerap 118.454 jiwa sedangkan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor pertanian dengan kemampuan menyerap tenaga kerja sebesar 40.328.519 jiwa. Dalam hal produktifitas tenaga kerja industri kertas menduduki peringkat keempat

53

sekitar 66,65 yang berarti satu orang tenaga kerja yang bekerja di sektor manufaktur mampu menghasilkan sekitar 66,65 juta nilai tambah dari sektor tersebut dalam tahun 2000.

5.1.4. Struktur Ekspor dan Impor Ekspor Indonesia pada tahun 2000 sebesar Rp 520.831.623 juta. Berdasarkan nilai total ekspor tersebut, nilai ekspor keseluruhan sektor industri kertas adalah Rp 13.125.385 juta atau 2,52 persen dari total ekspor Indonesia (Tabel 5.5), sedangkan nilai ekspor terbesar ditempati oleh sektor industri kimia atau 18,84 persen dari total ekspor indonesia. Nilai ekspor industri kertas yang masih kecil tersebut dapat menandakan bahwa sektor industri ini masih berorientasi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Ditinjau dari sisi impor terhadap barang-barang dan jasa ternyata nilai impor secara keseluruhan sebesar 287.930.757 juta. Nilai impor industri kertas sebesar Rp 8.507.854 juta atau 2,95 persen dari total impor Indonesia (Tabel 5.5). Nilai impor tersebut dapat menunjukkan bahwa kebutuhan kertas dalam negeri masih lebih besar dari produksi kertas dalam negeri sehingga harus melakukan impor. Dari Tabel 5.5, dengan melihat besarnya selisih antara total ekspor dan impor, terlihat bahwa sektor pertanian, industri pengolahan, perdagangan serta sektor pengangkutan dan telekomunikasi mengalami selisih yang positif ini menunjukan bahwa secara umum dalam memenuhi kebutuhan terhadap barangbarang yang dihasilkan oleh sektor tersebut tidak lagi tergantung pada impor.

54

Sedangkan yang mengalami selisih negatif dialami oleh sektor kayu, sektor listrik, gas dan air, sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa. Ini menunjukan bahwa secara umum dalam memenuhi kebutuhan terhadap barang-barang yang dihasilkan oleh sektor tersebut masih tergantung pada impor.

Tabel 5.5. Struktur Ekspor dan Impor Indonesia Tahun 2000


Ekspor Sektor Jumlah (Juta Rp) % Impor Jumlah (Juta Rp)
4.540.845 528.881 40.433 5.735.602 19.554.319 24.566.298 4.558.979 2.772.489 8.507.854 1.093.040 1.493.947 43.824.694 2.167.427 5.580.177 6.598.332 49.444.297 2.238.722 39.900.641 19.136.855 26.588.859 7.161.218 11.896.848 287.930.757

%
1,58 0,18 0,01 1,99 6,79 8,53 1,58 0,96 2,95 0,38 0,52 15,22 0,75 1,94 2,29 17,17 0,78 13,86 6,65 9,23 2,49 4,13 100

Jumlah Input (Juta Rp)


224.395.262 17.340.028 2,698,944 196.815.151 332.305.451 131.412.099 57.534.424 8.739.849 24.771.622 8.850.620 13.627.408 243.805.705 23.821.379 33.729.613 27.529.413 176.089.959 30.637.695 227.677.063 396.214.278 177.242.287 161.353.916 177.242.287 2.667.864.126

X-M (Juta Rp)


2.403.088 -404.865 353.814 71.489.864 9.971.018 49.317.322 32.603.326 2.701.061 4.617.531 541.373 1,991,163 63.444.120 3.880.899 7.362.665 25.259.033 8.719.478 -2.238.722 -39.900.641 37.958.053 -21.050 4.796.399 -3.285.512 281.559.418

6.943.933 1,22 Pertanian 124.016 0,02 Kayu 394.247 0,07 Hasil hutan lainnya Pertambangan dan 77.225.466 13,56 penggalian Industri makanan dan 29.525.337 5,18 minuman Industri tekstil dan 73.883.620 12,97 pakaian Industri kayu dan 37.162.305 6,53 furniture 5.473.550 0,96 Industri pulp 13.125.385 2,30 Industri kertas Industri barang dari 1.634.413 0,29 kertas 3.485.110 0,61 Industri percetakan 107.268.814 18,84 Industri kimia Industri semen dan 6.048.326 1,06 barang non logam 12.942.842 2,27 Industri logam dasar Industri barang jadi 31.857.365 5,59 dari logam 58.163.775 10,21 Industri lainnya 0 0,00 Listrik, gas dan air 0 0,00 Bangunan 57.094.908 10,03 Perdagangan Pengangkutan dan 26.567.809 4,67 komunikasi Keuangan dan 11.957.617 2,10 persewaan 8.611.336 1,51 Jasa-jasa 569.490.175 100 Total (domestik) Sumber: Tabel I-O Indonesia, 2000 (diolah).

55

Jika dilihat dari total selisih antara ekspor dan impor maka perekonomian Indonesia mengalami surplus perdagangan sebesar Rp 232.900.866 juta. Surplus perdagangan terbesar diberikan oleh sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp 71.489.864 juta, sedangkan industri kertas mengalami surplus perdagangan sebesar Rp 4.617.531 juta. Angka tersebut menunjukan bahwa secara umum dalam memenuhi kebutuhan terhadap barang-barang yang dihasilkan oleh sektor industri kertas di Indonesia tidak lagi tergantung pada impor.

5.1.5. Struktur Output Sektoral Output merupakan nilai produksi (barang dan jasa) yang dihasilkan oleh suatu sektor perekonomian. Berdasarkan Tabel Input-Output Indonesia tahun 2000 dapat diketahui besarnya output yang diciptakan oleh masing-masing sektor. Berdasarkan Tabel 5.6 terlihat bahwa output sektoral perekonomian Indonesia sebesar Rp 270.099.837 juta. Sektor yang paling besar menyumbang dalam pembentukan output domestik adalah sektor perdagangan yakni sebesar 14,67 persen dengan nilai output sebesar Rp 396.214.278 juta, kemudian disusul oleh sektor industri makanan dan minuman dengan nilai sebesar Rp 329.325.254 juta dalam persentase sebesar 12,19 persen dari total output keseluruhan. Sementara industri kertas sendiri menyumbang sebesar Rp 24.771.622 dalam pembentukan output atau sebesar 0,92 persen dari seluruh total output sektoral perekonomian.

56

Tabel 5.6. Struktur Pembentukan Output Sektoral terhadap Perekonomian Indonesia Tahun 2000
Sektor Pertanian Kayu Hasil hutan lainnya Pertambangan dan penggalian Industri makanan dan minuman Industri tekstil dan pakaian Industri kayu dan furniture Industri pulp Industri kertas Industri barang dari kertas Industri percetakan Industri kimia Industri semen dan barang non logam Industri logam dasar Industri barang jadi dari logam Industri lainnya Listrik, gas dan air Bangunan Perdagangan Pengangkutan dan komunikasi Keuangan dan persewaan Jasa-jasa Total (domestik) Output Jumlah (Juta) Persentase (%) 260,672,575 9.65 17,340,028 0.64 2,698,944 0.10 196,815,151 7.29 329,325,254 12.19 131,412,099 4.87 57,534,424 2.13 8,739,849 0.32 24,771,622 0.92 8,850,620 0.33 13,627,408 0.50 243,805,705 9.03 23,821,379 0.88 33,729,613 1.25 64,119,165 2.37 139,438,593 5.16 30,637,695 8.43 227,677,063 8.43 396,214,278 14.67 151,272,169 5.60 161,353,916 5.97 177,242,287 6.56 2,701,099,837 100

Sumber: Tabel I-O Indonesia, 2000 (diolah). 5.2. Analisis Keterkaitan

5.2.1. Keterkaitan Langsung Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Keterkaitan langsung beberapa sektor perekonomian Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5.7. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa sektor perdagangan mempunyai nilai keterkaitan langsung kedepan yang paling besar yaitu sebesar 1,4070. Selanjutnya urutan kedua terbesar ditempati oleh sektor pertambangan dan penggalian dengan nilai keterkaitan langsung ke depan sebesar 1,3580 kemudian secara berturut-turut diikuti oleh sektor industri kimia dan minyak dan

57

sektor pengangkutan dan komunikasi dengan nilai 0,7964 dan 0,7020 pada posisi ketiga dan keempat. Untuk keterkaitan langsung ke belakang sektor listrik, gas dan air merupakan sektor yang memiliki nilai keterkaitan langsung ke belakang yang paling tinggi dengan nilai 0,3103. hal ini dikarenakan sektor listrik, gas dan air merupakan salah satu sektor yang paling vital dalam kehidupan manusia dan tanpa sektor tersebut sektor yang lain tidak akan dapat berjalan, kemudian urutan kedua dan ketiga di tempati oleh industri makanan dan minuman dan sektor industri kayu dan furniture dengan nilai keterkaitan sebesar 0,3319 dan 0,1790.

Tabel. 5.7. Nilai Keterkaitan Berbagai Sektor Perekonomian di Indonesia


Langsung

Sektor
Depan Belakang

Langsung dan Tidak Langsung Depan Belakang

Pertanian Kayu Hasil hutan lainnya Pertambangan dan penggalian Industri makanan dan minuman Industri tekstil dan pakaian Industri kayu dan furniture Industri pulp Industri kertas Industri barang dari kertas Industri percetakan Industri kimia Industri semen dan barang non logam Industri logam dasar Industri barang jadi dari logam Industri lainnya Listrik, gas dan air Bangunan Perdagangan Pengangkutan dan komunikasi Keuangan dan persewaan Jasa-jasa
Sumber: Tabel I-O Indonesia, 2000 (diolah).

0,5495 0,2619 0,0236 1,3580 0,3319 0,2764 0,1790 0,1877 0,5997 0.0485 0,0431 0,7964 0,0900 0,3072 0,1737 0,1631 0,3103 0,1919 1,4070 0,7027 0,6438 0,0980

0,2391 0,1794 0,1393 0,1188 0,6039 0,4673 0,5687 0,3957 0,3378 0,5356 0,4078 0,4217 0,4842 0,5635 0,4161 0,3675 0,6530 0,4884 0,3821 0,3945 0,2400 0,3390

1,9552 1,3283 1,0291 3,1272 1,6422 1,3855 1,2191 1,2750 1,6529 1,0734 1,0653 2,1857 1,1150 1,2955 1,2689 1,3310 1,4368 1,3066 3,2051 2,0874 2,1306 1,1575

1,3950 1,2751 1,2287 1,1567 1,9484 1,7956 1,8775 1,6059 1,5409 1,8431 1,6424 1,5577 1,6858 1,7978 1,5005 1,6501 1,8552 1,7539 1,6138 1,6346 1,3643 1,5500

58

Untuk industri kertas, dalam nilai keterkaitan langsung ke depan menempati urutan keeenam dengan nilai 0,5997. Nilai ini berarti setiap kenaikan permintaan akhir sebesar satu juta, maka output industri kertas secara langsung akan meningkat sebesar 0,5997 juta rupiah. Sedangkan untuk keterkaitan langsung ke belakang industri kertas memiliki nilai sebesar 0,3378 yang berada pada posisi ke-17 diantara sektor-sektor yang lain. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa jika terjadi kenaikan permintaan akhir satu juta, maka sektor industri kertas akan meningkatkan permintaan inputnya secara langsung sebesar 0,3378 juta rupiah.

5.2.2. Keterkaitan Langsung Perekonomian Indonesia

dan

Tidak

Langsung

Sektor-Sektor

Pada Tabel 5.7 dapat dilihat bahwa sektor yang mempunyai nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung kedepan tertinggi adalah sektor

pertambangan dan penggalian dengan nilai sebesar 3,1272. Selanjutnya di posisi kedua dan ketiga ditempati oleh sektor perdagangan dan sektor industri kimia dengan nilai masing-masing sebesar 3,2051 dan 2,1857. Untuk nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang, sektor industri makanan dan minuman memiliki nilai keterkaitan tertinggi diantara sektor-sektor lainnya yaitu sebesar 1,9484. Urutan kedua tertinggi ditempati oleh sektor industri kayu dan furniture dengan nilai keterkaitan sebesar 1,8775. Selanjutnya berturut-turut untuk posisi ketiga dan keempat ditempati oleh sektor listik, gas dan air dan sektor industri barang-barang dari kertas dengan nilai keterkaitan sebesar 1,8552 dan 1,8431.

59

Berdasarkan hasil analisis (Tabel 5.7), industri kertas memiliki nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung kedepan sebesar 1,6529 yang berada pada peringkat ketujuh diantara sektor-sektor yang berada dalam perekonomian Indonesia. Nilai keterkaitan tersebut mengindikasikan bahwa setiap satu juta output yang dihasilkan industri kertas secara langsung maupun tidak langsung akan dialokasikan kepada sektor-sektor lain dan kepada industri kertas itu sendiri sebesar 1,6529 juta rupiah. Sedangkan untuk keterkaitan langsung dan tidak langsung kebelakang, industri kertas memiliki nilai keterkaitan sebesar 1,5409 yang berada pada peringkat ke-16 diantara sektor-sektor lainnya. Nilai keterkaitan sebesar 1,5409 berarti apabila terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu juta pada industri kertas maka permintaan input dari sektor-sektor lainnya maupun dari industri kertas itu sendiri secara langsung dan tidak langsung akan menigkat sebesar 1,5409 juta rupiah.

5.2.3. Keterkaitan ke Depan Industri Kertas terhadap Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Industri kertas merupakan sektor antara yang berada diantara sektor-sektor yang lain, industri ini tidak dapat dipisahkan dari industri atau sektor-sektor hulunya yang menyediakan input bagi keperluan proses produksinya, sebaliknya industri ini juga berfungsi sebagai penghasil output yang digunakan sebagai input bagi industri lainnya (hilir). Sektor-sektor hilir yang terkait dengan industri kertas antara lain industri barang-barang dari kertas, industri percetakan (penerbitan), dan sektor jasa-jasa.

60

Tabel 5.8. Keterkaitan ke Depan Industri Kertas terhadap Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Sektor
Pertanian Kayu Hasil hutan lainnya Pertambangan dan penggalian Industri makanan dan minuman Industri tekstil dan pakaian Industri kayu dan furniture Industri pulp Industri kertas Industri barang dari kertas Industri percetakan Industri kimia Industri semen dan barang non logam Industri logam dasar Industri barang jadi dari logam Industri lainnya Listrik, gas dan air Bangunan Perdagangan Pengangkutan dan komunikasi Keuangan dan persewaan Jasa-jasa Sumber: Tabel I-O Indonesia, 2000 (diolah).

Koefisien 0.0005 0.0008 0.0025 0.0000 0.0022 0.0013 0.0004 0.0057 0.0015 0.3183 0.2448 0.0003 0.0047 0.0001 0.0006 0.0010 0.0007 0.0002 0.0020 0.0009 0.0012 0.0128

Peringkat 17 14 6 22 7 10 18 4 9 1 2 19 5 21 16 12 15 20 8 13 11 3

Dari hasil analisis keterkaitan ke depan industri kertas terhadap berbagai sektor perekonomian Indonesia (Tabel 5.8) dapat dilihat bahwa industri barang dari kertas menduduki peringkat pertama dengan nilai sebesar 0,3183. Selanjutnya disusul oleh industri percetakan dengan nilai keterkaitan sebesar 0,2248 pada urutan kedua. Industri barang dari kertas dan industri percetakan menempati peringkat teratas karena kedua industri ini menggunakan bahan baku utama yang dihasilkan dari industri kertas.

61

5.2.4. Keterkaitan ke Belakang Industri Kertas terhadap Sektor-sektor Perekonomian Indonesia Industri kertas merupakan industri yang terus berkembang pesat di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan konsumsinya yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Perkembangan industri ini juga ditandai dengan peningkatan kapasitas produksi perusahaan-perusahaan industri kertas dalam satu dekade terakhir ini. Salah satu indikator penyebab perkembangan dan pertumbuhan yang cukup tinggi itu adalah kedekatan industri kertas dengan bahan baku industrinya dalam hal kemudahan memperolehnya. Kedekatan inilah yang menandai bahwa keterkaitan ke belakang industri kertas dengan sektor-sektor penyedia inputnya (hulu) cukup besar. Dari hasil analisis keterkaitan ke belakang industri kertas terhadap berbagai sektor perekonomian indonesia (Tabel 5.9) dapat dilihat bahwa industri pulp menduduki peringkat pertama dengan nilai sebesar 0,0944. Industri pulp menduduki peringkat pertama karena pulp merupakan bahan baku utama yang digunakan oleh industri kertas. Selanjutnya disusul oleh sektor pengangkutan dan komunikasi pada urutan kedua. Masuknya sektor pengangkutan dan komunikasi dalam peringkat yang cukup tinggi bila di bandingkan dengan sektor-sektor lain dalam perekonomian dikarenakan pentingnya faktor pengangkutan dan

komunikasi dalam memperlancar rantai distribusi bahan baku dari tempat bahan baku ke perusahaan tempat proses produksi dilaksanakan

62

Tabel 5.9. Keterkaitan ke Belakang Industri Kertas terhadap Berbagai Sektor Perekonomian Di Indonesia
Sektor Pertanian Kayu Hasil hutan lainnya Pertambangan dan penggalian Industri makanan dan minuman Industri tekstil dan pakaian Industri kayu dan furniture Industri pulp Industri kertas Industri barang dari kertas Industri percetakan Industri kimia Industri semen dan barang non logam Industri logam dasar Industri barang jadi dari logam Industri lainnya Listrik, gas dan air Bangunan Perdagangan Pengangkutan dan komunikasi Keuangan dan persewaan Jasa-jasa
Sumber: Tabel I-O Indonesia, 2000 (diolah).

Koefisien 0.0031 0.0071 0.0007 0.0023 0.0045 0.0004 0.0012 0.0944 0.0015 0.0037 0.0010 0.0401 0.0001 0.0000 0.0017 0.0005 0.0181 0.0006 0.0621 0.0731 0.0199 0.0050

Peringkat 11 7 17 12 9 20 15 1 14 10 16 4 21 22 13 19 6 18 3 2 5 8

5.3.

Analisis Koefisien Penyebaran dan Kepekaan Penyebaran Untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor

terhadap perkembangan sektor lainnya baik melalui mekanisme transaksi pasar input dan pasar output dapat dianalisis berdasarkan koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran. Analisis koefisien penyebaran dianggap penting karena menunjukkan koefisien kaitan yang memberikan gambaran tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh suatu unit permintaan akhir untuk semua sektor di dalam suatu sisitem perekonomian. Sedangkan analisis kepekaan penyebaran berguna untuk

63

memberikan gambaran tentang pengaruh yang timbul oleh suatu unit permintaan akhir terhadap semua sektor di dalam perekonomian. 5.3.1. Koefisien Penyebaran Koefisien penyebaran menunjukan efek relatif yang ditimbulkan oleh keterkaitan ke belakang secara langsung dan tidak langsung antara satu sektor dengan semua sektor yang ada. Dengan kata lain merupakan efek yang ditimbulkan oleh suatu sektor karena adanya peningkatan output suatu sektor yang bersangkutan terhadap output sektor-sektor lainnya yang digunakan sebagai input oleh sektor-sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Koefisien penyebaran ini diperoleh dari nilai keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke belakang yang dikalikan dengan jumlah sektor kemudian dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor. Koefisien penyebaran sering disebut sebagai daya penyebaran ke belakang. Nilai koefisien yang lebih besar dari suatu sektor menunjukkan kemampuan sektor tersebut dalam menarik perkembangan sektor hulunya. Pada Tabel 5.10 dapat dilihat beberapa sektor yang mempunyai indeks koefisien penyebaran yang tinggi antara lain sektor industri makanan dan minuman, industri kayu dan furniture, listrik, gas dan air, industri barang dari kertas juga industri tekstil dan pakaian. Berdasarkan nilai indeks koefisien penyebaran yang lebih dari satu, hal ini mengindikasikan bahwa sektor-sektor tersebut memiliki kemampuan yang kuat untuk menarik pertumbuhan sektor hulunya.

64

Tabel 5.10. Koefisien Penyebaran Industri Kertas Terhadap Berbagai Sektor Perekonomian Di Indonesia
Sektor Pertanian Kayu Hasil hutan lainnya Pertambangan dan penggalian Industri makanan dan minuman Industri tekstil dan pakaian Industri kayu dan furniture Industri pulp Industri kertas Industri barang dari kertas Industri percetakan Industri kimia Industri semen dan barang non logam Industri logam dasar Industri barang jadi dari logam Industri lainnya Listrik, gas dan air Bangunan Perdagangan Pengangkutan dan komunikasi Keuangan dan persewaan Jasa-jasa
Sumber: Tabel I-O Indonesia, 2000 (diolah).

Koefisien Penyebaran 0,8701 0,7953 0,7664 0,7215 1,2152 1,1199 1,1710 1,0016 0,9611 1,1495 1,0244 0,9715 1,0514 1,1213 0,9359 1.,0292 1,1571 1,0939 1,0066 1,0195 0,8509 0,9668

Untuk industri kertas, sektor ini mempunyai indeks koefisien penyebaran sebesar 0,9611. Hal mengindikasikan bahwa industri kertas mempunyai

kemampuan yang kurang kuat dalam menarik perkembangan sektor hulunya. Salah satu penyebab terjadi hal tersebut adalah adanya integrasi vertikal dalam industri kertas sendiri, khususnya yaitu dengan sektor hulu yang paling besar keterkaitannya dengan industri kertas yaitu industri pulp. Perusahaan-perusahaan besar yang memiliki kapasitas produksi yang besar pula ternyata juga memiliki pabrik pulp sebagai sumber bahan bakunya. Hal ini mengakibatkan kemampuan industri kertas secara keseluruhan untuk menarik pertumbuhan sektor hulunya

65

terutama pulp menjadi semakin berkurang. Namun jika di tinjau dari sisi efisiensi, menurut Karseno dan Mulyaningsih (2002) integrasi vertikal pada industri kertas justru akan lebih meningkatkan efisiensi produksi perusahaan dalam industri

5.3.2. Kepekaan Penyebaran Kepekaan penyebaran merupakan efek relatif yang disebabkan oleh perubahan output suatu sektor ekonomi yang akan menimbulkan perubahan output sektor ekonomi lainnya yang menggunakan output sektor tersebut sebagai input baik langsung maupun tidak langsung. Kepekaan penyebaran ini sering disebut indeks daya penyebaran ke depan yang diperoleh dari keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan yang dikalikan dengan jumlah sektor kemudian dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung dari semua sektor. Nilai indeks kepekaan penyebaran lebih dari satu mengindikasikan suatu sektor memiliki kemampuan yang kuat untuk mendorong sektor hilirnya. Pada Tabel 5.11 dapat dilihat bahwa sektor pertambangan dan penggalian memiliki indeks kepekaan penyebaran yang paling tinggi yaitu sebesar 1,9504. Hal ini di karenakan sektor pertambangan dan penggalian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Barang tambang seperti minyak bumi dengan produk hasil olahannya yaitu bahan bakar minyak (BBM) merupakan pilar utama proses produksi output sektor-sektor industri dalam perekonomian, sehingga sektor pertambangan dan penggalian mempunyai kemempuan yang kuat dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor hilirnya terutama dalam hal penyedian kebutuhan bahan bakar untuk proses produksi.

66

Tabel 5.11. Kepekaan Penyebaran Industri Kertas terhadap Berbagai Sektor Perekonomian Di Indonesia
Sektor Pertanian Kayu Hasil hutan lainnya Pertambangan dan penggalian Industri makanan dan minuman Industri tekstil dan pakaian Industri kayu dan furniture Industri pulp Industri kertas Industri barang dari kertas Industri percetakan Industri kimia Industri semen dan barang non logam Industri logam dasar Industri barang jadi dari logam Industri lainnya Listrik, gas dan air Bangunan Perdagangan Pengangkutan dan komunikasi Keuangan dan persewaan Jasa-jasa
Sumber: Tabel I-O Indonesia, 2000 (diolah).

Kepekaan Penyebaran 1,2195 0,8285 0,6419 1,9504 1,0242 0,8641 0,7603 0,7952 1,0309 0,6695 0,6644 1,3632 0,6954 0,8080 0,7914 0,8302 0,8961 0,8149 1,9990 1,3019 1,3288 0,7219

Sedangkan untuk industri kertas, sektor industri ini mempunyai indeks kepekaan penyebaran sebesar 1,309. Dengan nilai indeks yang lebih besar dari satu, hal ini berarti bahwa industri kertas mempunyai kemampuan yang kuat untuk mendorong perkembangan sektor hilirnya. Bila di bandingkan dengan beberapa sektor lainnya yang tergolong sektor manufaktur seperti industri makanan dan minuman (1,0242), industri tekstil dan pakaian (0,8641), dan industri kayu dan furniture (0,7603), industri kertas lebih unggul dalam kemampuannya dalam menstimulir perkembangan sektor-sektor hilirnya dan termasuk ke dalam delapan besar sektor yang mempunyai indeks kepekaan penyebaran kuat dalam perekonomian.

67

Semuanya itu menandakan bahwa sektor industri kertas layak untuk terus dikembangkan dan mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah.

5.4. Elastisitas Input-Output Elastisitas input-output menyediakan pandangan baru untuk penentuan sektor prioritas. Menurut Mattas dan Shresta (1991) dalam Imansyah (2000) pendekatan ini lebih baik daripada analisis keterkaitan dan analisis multiplier karena memperhitungkan share suatu sektor dalam output. Pendekatan ini mempermudah policy makers untuk berkonsentrasi tidak hanya pada nilai-nilai keterkaitan dan multiplier tertinggi tetapi juga pada share suatu sektor ekonomi. Pendekatan elastisitas input-output dibagi kedalam tiga kategori yaitu elastisitas output, pendapatan dan tenaga kerja. 5.4.1. Elastisitas Output Elastisitas Output adalah perubahan persentase dalam total output suatu sektor akibat adanya perubahan persentase pada permintaan akhir sektor lainnya. Pada perekonomian Indonesia, elastisitas output tertinggi ditempati oleh sektor perdagangan dengan nilai elastisitas sebesar 1,2610 (Tabel 5.12). Nilai ini berarti setiap kenaikan permintaan akhir sektor lain sebesar 1 persen akan meningkatkan output sektor perdagangan sebesar 1,2610 persen. Urutan kedua ditempati oleh sektor industri makanan dan minuman dengan nilai elastisitas output sebesar 1,1253. Hal ini bermakna bahwa setiap kenaikan permintaan akhir sektor lain sebesar 1 persen maka akan meningkatkan total output sektor industri makanan dan minuman sebesar 1,1253 persen. Nilai elastisitas output yang tinggi dari

68

kedua sektor tersebut mencerminkan bahwa outputnya mempunyai respon yang besar terhadap perubahan permintaan akhir sektor lainnya atau lebih sensitif terhadap perubahan yang terjadi pada sektor lainnya dalam hal permintaan akhir. Untuk industri kertas, sektor ini memiliki elastisitas output sebesar 1,0023, yang berarti bahwa setiap kenaikan permintaan akhir sektor lain sebesar 1 persen akan meningkatkan total output industri kertas sebesar 1,0023 persen. Dengan nilai elastisitas output yang lebih besar dari satu, industri kertas dapat disebut cukup responsif terhadap perubahan permintaan akhir pada sektor lain.

5.4.2. Elastisitas Pendapatan Elastisitas pendapatan adalah perubahan persentase dalam pendapatan suatu sektor akibat adanya perubahan persentase pada permintaan akhir sektor lainnya. Pada tabel 5.12 dapat dilihat bahwa elastisitas pendapatan tertinggi ditempati oleh sektor perdagangan dengan nilai elastisitas sebesar 1,1650. Nilai ini berarti setiap kenaikan permintaan akhir sektor lain sebesar 1 persen akan meningkatkan pendapatan sektor perdagangan sebesar 1,1650 persen. Urutan kedua ditempati oleh sektor pertambangan dan penggalian dengan nilai elastisitas pendapatan sebesar 1,0759. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan permintaan akhir sektor lain sebesar 1 persen maka akan meningkatkan total output sektor industri pertambangan dan penggalian sebesar 1,0759 persen. Nilai elastisitas output yang tinggi bila dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian pada sektor perdagangan dan sektor pertambangan dan penggalian

69

menunjukkan bahwa pendapatan pada kedua sektor tersebut mempunyai respon yang besar terhadap perubahan permintaan akhir sektor lainnya. Sementara pada industri kertas, sektor ini memiliki elastisitas pendapatan sebesar 0,5022, yang berarti bahwa setiap kenaikan permintaan akhir sektor lain sebesar 1 persen akan meningkatkan pendapatan dalam industri kertas sebesar 0,5022 persen. Dengan nilai elastisitas pendapatan yang kurang dari satu, industri kertas dapat disebut kurang responsif terhadap perubahan permintaan akhir pada sektor lain.

Tabel 5.12. Elastisitas Input-Output Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2000


Sektor Elastisitas Pendapatan 0,6449 ( 5 ) 0,3284 ( 9 ) 0,2772 (12) 1,0759 ( 2 ) 1,0009 ( 3 ) 0,1790 (17) 0,1877 (16) 0,6005 ( 6 ) 0,5022 ( 7 ) 0,0443 (21) 0,0247 (22) 0,0901 (20) 0,3072 (11) 0,1659 (18) 0,2240 (14) 0,3127 (10) 0,2778 (13) 0,4772 ( 8 ) 1,1650 ( 1 ) 0,6903 ( 4 ) 0,0994 (19) 0,2133 (15)

Output Pertanian 0,3921 (15) Kayu 0,0955 (18) Hasil hutan lainnya 0,4050 (13) Pertambangan dan penggalian 1,1008 ( 3 ) Industri makanan dan minuman 1,1253 ( 2 ) Industri tekstil dan pakaian 0,5241 (11) Industri kayu dan furniture 0,2591 (16) Industri pulp 0,8697 ( 8 ) Industri kertas 1,0023 ( 5 ) Industri barang dari kertas 0,7100 ( 9 ) Industri percetakan 0,6084 (10) Industri kimia 0,9831 ( 6 ) Industri semen dan barang non logam 0,4048 (14) Industri logam dasar 0,0047 (21) Industri barang jadi dari logam 0,0139 (20) Industri lainnya 0,0548 (19) Listrik, gas dan air 0,9020 ( 7 ) Bangunan 0,1253 (17) Perdagangan 1,2610 ( 1 ) Pengangkutan dan komunikasi 1,0274 ( 4 ) Keuangan dan persewaan 0,0040 (22) Jasa-jasa 0,5179 (12) Sumber: Tabel I-O Indonesia, 2000 (diolah). Keterangan: ( ) merupakan peringkat

Tenaga Kerja 0,5495 ( 9 ) 0,2619 (14) 0,3319 (10) 0,9779 ( 3 ) 1,0441 ( 2 ) 0,2764 (13) 0,1790 (16) 0,8877 ( 4 ) 0,6093 ( 8 ) 0,0485 (21) 0,0431 (22) 0,7964 ( 5 ) 0,0900 (20) 0,3072 (12) 0,1737 (17) 0,1631 (18) 0,3103 (11) 0,1919 (15) 1,0768 ( 1 ) 0,7027 ( 6 ) 0,6438 ( 7 ) 0,0980 (19)

70

5.4.3. Elastisitas Tenaga Kerja Elastisitas tenaga kerja adalah perubahan persentase tenaga kerja suatu sektor akibat adanya perubahan persentase pada permintaan akhir sektor lainnya. Diantara sektor lainnya dalam perekonomian elastisitas tenaga kerja tertinggi ditempati oleh sektor perdagangan dengan nilai elastisitas sebesar 1,0768 (Tabel 5.12). Nilai ini berarti setiap kenaikan permintaan akhir sektor lain sebesar 1 persen akan meningkatkan tenaga kerja sektor perdagangan sebesar 1,0768 persen. Peringkat kedua ditempati oleh sektor industri makanan dan minuman dengan nilai elastisitas tenaga kerja sebesar 1,0441. Nilai ini bermakna bahwa setiap kenaikan permintaan akhir sektor lain sebesar 1 persen maka akan meningkatkan tenaga kerja sektor industri makanan dan minuman sebesar 1,0441 persen. Nilai elastisitas tenaga kerja yang tinggi dari kedua sektor tersebut mengindikasikan bahwa jumlah tenaga kerjanya mempunyai respon yang besar terhadap perubahan permintaan akhir sektor lainnya atau lebih sensitif terhadap perubahan yang terjadi pada sektor lainnya dalam hal permintaan akhir. Pada industri kertas, sektor ini memiliki elastisitas tenaga kerja sebesar 0,6093, yang berarti bahwa setiap kenaikan permintaan akhir sektor lain sebesar 1 persen akan meningkatkan total output industri kertas sebesar 0,6093 persen. Dengan nilai elastisitas yang kurang dari satu, tenaga kerja industri kertas dapat disebut kurang responsif terhadap perubahan permintaan akhir pada sektor lain. Namun demikian nilai elastisitas tenaga kerjanya masih bernilai positif, hal ini terjadi dikarenakan industri kertas selain merupakan industri padat modal juga merupakan industri yang cukup banyak menyerap tenaga kerja.

71

5.5. Sektor-Sektor Kunci dalam Perekonomian Indonesia Penentuan suatu sektor menjadi sektor kunci dalam perekonomian Indonesia dapat didasarkan pada kategori-kategori analisis input-output seperti analisis keterkaitan, dampak penyebaran atau elastisitas input-output. Pada penentuan sektor kunci berdasarkan elastisitas input-output, sektor yang menjadi kunci dalam perekonomian ditentukan berdasarkan ranking atau peringkat dari keseluruhan sektor dalam perekonomian baik dilihat dari elastisitas output, pendapatan maupun tenaga kerjanya (ranking elastisitas), sepuluh peringkat tertinggi dari hasil perankingan tersebut merupakan sektor-sektor kunci dalam perekonomian. Dari hasil analisis sektor kunci perekonomian Indonesia tahun 2000 berdasarkan ranking elastisitas (Tabel 5.13), dapat diketahui sepuluh sektor kunci perekonomian, yaitu: (1) perdagangan, (2) industri makanan dan minuman, (3) pertambangan dan penggalian, (4) pengangkutan dan komunikasi, (5) industri pulp, (6) industri kertas, (7) pertanian, (8) industri kimia, (9) listrik, gas dan air, dan (10) hasil hutan lainnya. Hal ini berarti kesepuluh sektor tersebut menjadi prioritas pemerintah untuk dikembangkan karena setiap sektor tersebut secara simultan mempunyai respon yang tinggi terhadap perubahan permintaan akhir sektor-sektor lainnya, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan. Industri kertas termasuk dalam sektor kunci perekonomian Indonesia (peringkat keenam), hal ini menunjukkan bahwa industri ini, bersama dengan sembilan sektor kunci lainnya, merupakan sektor unggulan dalam meningkatkan output, pendapatan, dan tenaga kerjanya untuk lebih berperan

72

dalam perekonomian Indonesia dan pemerintah sebagai policy makers harus lebih biak lagi dalam menjalankan fungsinya berkaitan dengan penetapan kebijakan terhadap industri ini karena perannya dalam meningkatkan perekonomian tersebut.

Tabel 5.13. Sektor Kunci Perekonomian menurut Ranking Elastisitas InputOutput Indonesia Tahun 2000
Elastisitas Input-Output (peringkat) Tenaga Output Pendapatan Kerja 15 5 9 18 9 14 13 12 10 3 2 11 16 8 5 9 10 6 14 21 20 19 7 17 1 4 22 12 2 3 17 16 6 7 21 22 20 11 18 14 10 13 8 1 4 19 15 3 2 13 16 4 8 21 22 5 20 12 17 18 11 15 1 6 7 19 Total Peringkat 29 41 35 8 7 41 48 18 20 51 54 31 45 51 51 47 31 40 3 14 48 46 Ranking Elastisitas 7 12,5 10 3 2 12,5 17,5 5 6 20 22 8,5 14 20 20 16 8,5 11 1 4 17,5 15

Sektor Pertanian Kayu Hasil hutan lainnya Pertambangan dan penggalian Industri makanan dan minuman Industri tekstil dan pakaian Industri kayu dan furniture Industri pulp Industri kertas Industri barang dari kertas Industri percetakan Industri kimia Industri semen dan barang non logam Industri logam dasar Industri barang jadi dari logam Industri lainnya Listrik, gas dan air Bangunan Perdagangan Pengangkutan dan komunikasi Keuangan dan persewaan Jasa-jasa

Sumber: Tabel Input-Output Indonesia, 2000 (diolah)

73

5.6. Implikasi Kebijakan Dari hasil penelitian ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai implikasi kebijakan, antara lain yaitu: 1. Berdasarkan hasil analisis rasio upah dan gaji dengan surplus usaha pada struktur nilai tambah bruto dapat diketahui bahwa sektor industri kertas mempunyai nilai surplus usaha lebih besar dibandingkan upah dan gaji, hal ini berarti bahwa distribusi pendapatan antara pemilik modal (perusahaan) dan pekerja tidak merata atau terjadi ketimpangan yang besar yang dapat disebabkan oleh adanya eksploitasi tenaga kerja oleh pemilik modal terhadap tenaga kerja dengan share yang lebih besar terhadap perusahaan (pemilik modal). Untuk mengurangi kesenjangan pendapatan ini diperlukan campur tangan pemerintah yang lebih adil sebagai regulator ketenagakerjaan baik melalui penetapan kebijakan yang berfokus pada kesejahteraan tenaga kerja maupun sebagai mediator antara perusahaan dan tenaga kerjanya dalam penenganan berbagai masalah ketenagakerjaan terutama dalam persoalan upah. 2. Pada sub-bab sebelummya, berdasarkan analisis keterkaitan industri kertas tahun 2000 terhadap berbagai sektor perekonomian (keterkaitan per sektor) dapat diketahui bahwa industri kertas memiliki nilai keterkaitan yang tinggi baik ke depan maupun ke belakang terhadap sektor hulu dan hilirnya dan juga dengan sektor pendukungnya. Hal ini menandakan bahwa dalam industri kertas sangat potensial untuk dibentuk dan dikembangkannya klaster industri kertas, kondisi ini sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam Peraturan

74

Presiden No.7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Dalam peraturan tersebut dijabarkan mengenai rencana pemerintah untuk membangun daya saing industri manufaktur nasional lima tahun

kedepan dengan fokus pengembangan industri melalui penguatan dan penumbuhan klaster-klaster industri inti yang termasuk industri kertas didalamnya. Namun demikian dapat dinilai adanya keterlambatan pemerintah karena baru tahun 2005 mengeluarkan kebijakan pengembangan klaster industri tersebut, padahal dari tahun 2000 berdasarkan penelitian ini pentingnya kebijakan klaster sudah dapat diidentifikasi. Dengan adanya klaster ini maka bukan saja dapat saling menumbuh kembangkan industri terkait dan industri pendukung dalam klaster tersebut, tetapi juga mengingat dalam setiap sektor terdapat juga pelaku ekonomi yang tergolong Industri Kecil dan Menengah (IKM), maka klaster tersebut akan menarik IKM untuk memenuhi Permintaan barang dan jasa. Pada saat yang sama jaringan yang terpadu dari IKM terkait akan terus berkembang, menawarkan jasa dan produk-produk untuk mendukung klaster industrinya. Oleh karena itu IKM memerankan peranan secara integral dan konstruktif dalam suatu klaster industri, sementara klaster industri memberikan kesempatan pada IKM untuk membuat keterkaitan pasokan antara perusahaan besar dan menengah (Deprin, 2005).

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis peranan industri kertas terhadap perekonomian Indonesia, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut. 1. Pada struktur permintaaan, industri kertas berkontribusi terhadap permintaan antara sebesar Rp 10.800.775 juta dan permintaan akhir sebesar Rp 13.970.847 juta, kemudian kontribusinya dalam struktur nilai tambah bruto adalah sebesar Rp 7.895.327 juta dan jika dilihat dari struktur ketenagakerjaan, industri ini mampu meyerap tenaga kerja sebesar 118.454 jiwa. Pada struktur ekspor dan impor, industri kertas melakukan ekspor sebesar Rp 13.125.385 juta dan mengimpor sebesar Rp 8.507.854 juta dan jika dilihat dari struktur output sektoral, industri ini berkontribusi sebesar Rp 24,771,622 juta. 2. Industri kertas memiliki keterkaitan yang tinggi terhadap sektor hulu dan hilirnya (keterkaitan industri kertas terhadap sektor-sektor perekonomian). Pada keterkaitan ke depan industri kertas mempunyai keterkaitan yang paling tinggi terhadap sektor industri barang dari kertas (0,3183) dan pada peringkat kedua yaitu terhadap industri percetakan (0,2448) sementara pada keterkaitan ke belakangnya, industri kertas memiliki keterkaitan yang paling tinggi terhadap industri pulp (0,0944) yang merupakan sektor penghasil bahan baku industri kertas dan pada sektor pengangkutan dan komunikasi (0,0731) yang merupakan salah satu sektor pendukung industri kertas.

76

3. Industri kertas kurang memiliki kemampuan untuk menarik pertumbuhan sektor hulunya karena jika dilihat dari hasil analisis koefisien penyebaran, sektor industri ini memiliki indeks koefisien penyebaran yang kurang dari satu (0,9611). Salah satu penyebab lemahnya industri ini dalam menarik pertumbuhan sektor hulunya adalah adanya integrasi vertikal yang dilakukan oleh perusahaan-perusahan besar dalam industri ini dengan sektor penghasil bahan bakunya, terutama pulp. Namun di sisi lain, industri ini merupakan sektor industri yang memiliki kemampuan yang kuat dalam mendorong pertumbuhan sektor hilirnya seperti industri barang dari kertas dan industri percetakan karena memiliki indeks kepekaan lebih dari satu (1,0309). 4. Industri kertas termasuk dalam salah satu dari sepuluh sektor kunci perekonomian Indonesia (peringkat keenam) berdasarkan ranking

elastisitas. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor industri ini memiliki respon yang tinggi terhadap perubahan permintaan akhir sektor lain dalam hal peningkatan output, pendapatan, maupun tenaga kerjanya, sehingga sektor ini mempunyai kemampuan yang cukup besar dalam berkontribusi untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan. Bersama dengan sektor kunci lainnya, industri kertas merupakan sektor prioritas yang harus dikembangkan oleh pemerintah sebagai policy makers karena kontribusinya terhadap perekonomian tersebut.

77

6.2. Saran Berdasarkan hasil analisis, dapat disampaikan saran berikut ini. 1. Pemerintah harus campur tangan yang lebih intensif melalui penetapan Upah Minimum Regional (UMR) yang benar-benar sesuai dengan standar kehidupan di Indonesia, pemberian fasilitas karyawan yang lebih baik serta jaminan sosial untuk mengatasi kesenjangan pendapatan antara perusahaan dan tenaga kerjanya pada industri kertas. 2. Pada industri kertas harus dibangun klaster industri yang kuat secara berkelanjutan sehingga industri kertas dan sektor yang terkait di dalam klaster tersebut seperti industri pulp, industri barang dari kertas dan industri percetakan juga dapat saling menunjang untuk meningkatkan

perkembangannya dan peranannya terhadap perekonomian Indonesia. 3. Untuk meningkatkan efisiensi industri kertas tanpa mengurangi

kemampuan industri tersebut menarik pertumbuhan sektor hulunya antara lain adalah dengan mempercepat transformasi pembangunan industri kertas menuju fase innovation driven melalui peningkatan teknologi produksi dan pelatihan tenaga kerja terampil yang intensif sehingga dapat meningkatkan outputnya dan disisi lain sektor hulu tetap dapat memasok input bagi industri kertas tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia. 2003. Direktori Industri Pulp dan Kertas Indonesia 2003. APKI. Jakarta. BPS. 2000. Tabel Input-Output Indonesia 2000. BPS. Jakarta. Deprin. 2005. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional [Deprin Online]. http://www.deprin.go.id/ publikasi. [30 September 2005] Hasibuan, N. 1993. Ekonomi Industri : Persaingan, Monopoli dan Regulasi. LP3ES. Jakarta. Imansyah, M. H. 2000. An Application of the FES Approach to A Small Region in Indonesia: Banjarmasin Input-Output Model 1. Paper for 13th International Conference on Input-Output Techniques. Macerata, Italy. Jhingan, M.L. 2002. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Karseno, A. R. dan Mulyaningsih, T. 2002. Integrasi Vertikal dan Efisiensi Industri: Industri Kertas Tahun 1979-1997 Dengan Pendekatan Error Correction Model. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol. 17. No. 2. Hal. 136-149. Mansur, M. 2005. Industri Kertas Butuh Investasi Baru [Harian Terbit Online]. http://www.harianterbit.com [18 Februari 2005]. Miller, R. E. dan Blair, P.D. 1985. Input-Output Analysis: Foundation And Extensions. Prentice Hall. New Jersey. USA. Muchtar. 1997. Dampak Keterkaitan Sektor Industri Terhadap Perekonomian Wilayah Kabupaten Sidoarjo [Tesis]. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Niaga, B. 2005. Profil Perusahaan [Bank Niaga Online]. http://www. bankniaga.com/content/content.asp?id=NNA [30 September 2005]. Puspitawati, E. 2000. Analisis Peranan Sektor Pertanian dan Industri Pengolahan Terhadap Perekonomian Propinsi Kalimantan Timur (Berdasarkan Analisis Input-Output) [Skripsi]. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

79

Rosadi, H. Y. dan Vidyatmoko, D. 2002. Analisis Pasar Pulp dan Kertas Indonesia. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. Vol. 4. No. 5. Hal. 194203. Ruhmaniyati. 2004. Analisis Peran Sektor Industri Pengolahan dan Dampaknya terhadap Pembangunan Ekonomi Di Kota Cilegon [Skripsi]. Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sahara. 1998. Analisis Peranan Sektor Industri Pengolahan terhadap Perekonomian Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta [Skripsi]. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Setiyaji, A. 1995. Analisis Peranan dan Keterkaitan Sektor Pertanian dan Industri di Jawa Barat [Skripsi]. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Setyawan, S. A. 2005. Analisis peranan Sektor Industri Pengolahan Dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Jepara [Skripsi]. Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sipayung, T. dan Pambudy, R. 2000. Prospek dan Tantangan Pengembangan Agribisnis Pulp dan Kertas dalam Era Ekolabeling dan Otonomi Daerah. Prosiding Seminar. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tjandrawan, I. 1994. Dampak Investasi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Nasional [Skripsi]. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Wikipedia. 2005. Kertas [Wikipedia Online]. http:// www.wikipedia.org /wiki/ Kertas [17 September 2005].

LAMPIRAN

81

Lampiran 1. Klasifikasi Sektor Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2000


Kode I-O 22 Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 180 190 200 201 202 203 204 205 209 210 301 302 303 304 305 306 309 310 401 402 403 404 409 501 502 503 509 600 700 1000 Sektor Pertanian Kayu Hasil hutan lainnya Pertambangan dan penggalian Industri makanan dan minuman Industri tekstil dan pakaian Industri kayu dan furniture Industri pulp Industri kertas Industri barang dari kertas Industri percetakan Industri kimia Industri semen dan barang non logam Industri logam dasar Industri barang jadi dari logam Industri lainnya Listrik, gas dan air Bangunan Perdagangan Pengangkutan dan komunikasi Keuangan dan persewaan Jasa-jasa Jumlah permintaan antara Jumlah input antara Impor Upah dan gaji Surplus usaha Penyusutan Pajak tak langsung Subsidi Nilai tambah bruto Jumlah input Pengeluaran konsumsi rumah tangga Pengeluaran konsumsi pemerintah Pembentukan modal tetap bruto Perubahan stok Ekspor barang dagangan Ekspor jasa Jumlah permintaan akhir Jumlah permintaan Impor barang dagangan Pajak penjualan Bea masuk Impor jasa Jumlah impor Margin perdagangan besar Margin perdagangan eceran Biaya pengangkutan Jumlah margin perdagangan dan biaya pengangkutan Jumlah output Jumlah penyediaan Jumlah Tenaga Kerja Kode I-O 175 Sektor 001-028, 031-034 029 030 035-048 049-073 074-083 084-089 090 091 092 093 094-109 110-114 115-118 119-122 123-141 142-143 144-148 149-152 153-159 160-164 165-175 180 190 200 201 202 203 204 205 209 210 301 302 303 304 305 306 309 310 401 402 403 404 409 501 502 503 509 600 700 -

82

Lampiran 2. Tabel Input-Output Indonesia 2000 Klasifikasi 22 Sektor (dalam Juta Rupiah)
SEKTOR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 190 200 201 202 203 204 205 209 210 1000 1 16,479,462 55,777 7,319 504 17,991,824 40,064 55,453 11,738 25,237 4,024 5,453,568 1,404 151,973 369,478 63,399 1,648,155 7,860,001 2,014,838 1,327,026 84,800 53,646,043 4,540,845 40,004,914 121,484,311 2,772,542 1,946,396 166,208,164 224,395,262 40,328,519 2 628,277 246,938 6,452 5,926 10,569 34 8,600 181,513 798 315,543 5,385 20,441 610,459 553,349 206,330 296,553 13,325 3,110,492 528,881 2,577,985 9,864,358 933,072 325,240 13,700,655 17,340,028 555,824 3 2,370 110 84 1,563 6,720 2,241 1,837 15,056 33 4,258 4,010 7,442 120,362 161,541 16,515 25,799 5,917 375,858 40,433 565,245 1,623,946 64,560 28,902 2,282,652 2,698,944 86,513 4 19,908 14,359,514 33,355 8,036 8,393 13,086 5,592 916,890 1,427,867 6,796 55,857 1,918,899 1,530,809 1,306,524 1,711,213 64,615 23,387,354 5,735,602 25,590,708 127,536,530 8,010,781 6,554,176 167,692,195 196,815,151 825,943 5 101,407,069 6,371 1,577 159,780 41,437,228 69,770 35,526 0 737,160 823,486 100,293 2,411,849 23,850 337,083 7,343 332,210 51,590 44,982,939 5,575,839 1,963,083 224,135 200,688,183 19,554,319 30,567,459 53,550,990 8,229,567 19,714,933 112,062,949 332,305,451 3,012,592 6 2,895,693 181 11,792 116,418 1,525,403 32,813,755 17,618 174,394 141,206 15,588 6,094,626 3,171 1,333 287,405 6,871 2,638,908 141,643 8,484,877 3,145,427 2,777,613 111,828 61,405,749 24,566,298 16,143,177 21,778,114 5,414,886 2,103,875 45,440,052 131,412,099 2,480,225 7 45,192 10,238,634 1,290,130 77,417 121,930 129,957 7,679,775 19,955 23,895 2,606 1,785,241 75,903 7,250 478,590 5,297 479,858 26,894 6,292,473 2,217,561 1,660,931 59,048 32,718,539 4,558,979 5,797,569 11,365,129 2,664,443 429,764 20,256,905 57,534,424 2,450,134 8 203,441 370,183 17,750 0 13,306 815,890 49,560 5,539 77 186,560 21,441 967 8,817 378 627,958 683,187 416,936 36,667 3,458,656 2,772,489 940,504 1,182,701 301,975 83,524 2,508,705 8,739,849 57,051 9 77,460 175,170 904 57,853 110,443 4,800 17,905 2,337,851 37,824 90,876 348 994,190 41,364 2,391 448,292 5,244 1,537,320 1,811,506 493,628 123,073 8,368,441 8,507,854 1,952,762 4,588,639 865,958 487,968 7,895,327 24,771,622 118,454 10 0 3,091 20,333 4,834 1,322 2,817,323 82,941 1,884 378,574 1,855 76,099 1,870 210,867 4,809 448,116 490,913 151,302 43,839 4,739,973 1,093,040 1,212,512 1,605,479 83,898 115,718 3,017,607 8,850,620 73,551 11 0 271 122 11,114 8,826 927 3,335,755 162,333 29,097 590,218 1,040 29,494 1,989 146,426 874 728,617 382,227 72,579 55,321 5,557,229 1,493,947 1,664,063 4,625,725 138,774 147,670 6,576,232 13,627,408 100,942 12 8,663,098 7,089 47,489 59,606,352 975,596 643,371 22,429 0 64,069 338,430 55,203 19,509,059 106,034 1,338 627,644 45,308 853,459 131,486 5,281,570 3,782,725 1,785,080 264,426 102,811,252 43,824,694 21,585,418 59,758,947 11,731,919 4,343,702 (250,228) 97,169,759 243,805,705 705,030 13 20,670 7,553 108 5,073,703 4,867 3,597 18,049 112,666 65,190 18,467 1,991,003 363,628 22 85,442 3,043 1,037,798 105,732 1,235,550 754,117 594,346 38,491 11,534,040 2,167,427 3,296,212 3,901,063 1,996,046 926,591 10,119,912 23,821,379 648,911

Sumber: Tabel I-O Indonesia 2000 (diolah).

Lampiran 2. (Lanjutan)
SEKTOR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 190 200 201 202 203 204 205 209 210 1000 14 9,412,111 382 16 1,866 1,331 1,117 1,713,139 2,584 3,167,649 157,310 6,825 1,117,997 34,844 882,015 1,244,738 824,206 438,670 19,006,798 5,580,177 2,333,616 5,015,430 1,229,081 564,511 9,142,638 33,729,613 357,938 15 7 6,385 1,032 448,097 1,870 126,951 232,727 9,966 18,360 3,676 1,463,727 100,579 4,260,652 411,642 36,858 495,995 65,630 1,724,228 1,002,892 1,016,559 27,429 11,455,261 6,598,332 3,477,803 4,393,576 834,116 770,326 9,475,821 27,529,413 259,161 16 620,945 37,085 15,981 156,852 121,600 441,445 412,172 0 141,661 524,963 62,349 8,192,544 967,056 3,169,663 1,739,019 14,164,525 1,767,713 197,678 19,310,973 6,200,999 6,344,842 123,635 64,713,698 49,444,297 19,372,182 30,383,451 7,147,952 5,028,378 61,931,963 176,089,959 1,041,218 17 4 14,194,344 3,509 2,503 7,223 22,499 1,138,155 1,843 149,860 2,805 2,360,872 278,248 966,559 322,950 527,567 26,305 20,005,246 2,238,722 2,279,382 4,703,542 4,044,105 476,948 (3,110,250) 8,393,727 30,637,695 225,664 18 4,247,158 5,398 13,411,727 27,697 6,705,354 37,472 105,350 130,134 11,271,180 14,125,130 9,107,915 13,744,715 373,808 158,812 173,327 19,742,292 6,275,139 10,802,361 758,063 111,203,030 39,900,641 37,132,511 29,228,340 6,723,107 3,489,434 76,573,392 227,677,063 4,183,255 19 10,995,084 15,142 10,593 2,108 19,876,791 866,919 398,437 791,078 1,876,778 1,741,063 8,700,397 114,887 124,643 1,060,553 13,775,405 6,242,983 3,100,861 35,206,332 12,575,746 32,383,780 1,547,609 151,407,189 19,136,855 61,084,802 134,564,418 14,562,257 15,458,757 225,670,233 396,214,278 17,569,515 20 299,595 1,797 15,875 3,420,000 213,038 13,601 21,723 41,668 341,577 8,652,990 18,113 3,664 156,597 5,076,505 723,786 3,377,213 16,368,525 11,966,678 7,731,525 1,226,708 59,671,179 26,588,859 16,877,567 26,793,354 19,093,237 2,278,073 (30,100) 65,012,131 151,272,169 4,870,912 21 34,761 137 85 121,891 123,713 2,383 143,563 510,749 609,875 1,186,127 19,810 2,106,401 110,705 859,944 3,221,672 6,011,084 3,649,923 16,451,399 3,565,388 38,729,610 7,161,218 21,352,623 84,127,070 6,756,704 3,226,690 115,463,088 161,353,916 1,448,034 22 2,604,292 3,980 42,979 350,202 4,823,760 1,253,594 50,666 2,264,817 215,106 4,570,465 5,649,428 117,781 337,915 1,028,382 1,916,197 4,071,179 17,830,502 4,902,338 4,870,332 3,175,281 60,079,196 11,896,848 85,034,756 12,973,385 6,480,946 777,156 105,266,243 177,242,287 11,921,562 180 144,977,415 15,442,961 1,441,926 117,460,730 90,564,649 36,817,065 15,685,700 3,153,741 10,800,775 5,076,020 7,726,372 88,476,035 16,045,498 19,844,128 23,748,215 35,036,568 21,948,074 19,287,176 197,767,626 70,529,113 94,228,657 12,014,574 1,048,073,019 287,930,757 400,843,770 755,048,498 110,079,928 69,278,732 (3,390,578) 1,331,860,350 2,667,864,126 93,320,948

Lampiran 2. (Lanjutan)
SEKTOR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 190 200 201 202 203 204 205 209 210 1000 301 107,161,321 835,614 794,582 2,730 209,202,573 20,013,435 4,008,568 646,416 2,114,513 2,483,96 42,949,071 1,553,327 1,267,471 38,479,294 8,689,621 133,927,374 51,457,373 55,167,642 67,539,933 748,294,818 108,503,497 302 88,965,935 88,965,935 1,813,665 303 189,210 29,581 64,766 15,480 6,036,239 8,561,393 208,389,887 9,211,076 2,243,592 110,209 234,851,433 37,786,438 304 1,400,697 937,437 68,188 2,187,837 32,696 668,398 613,086 112,559 199,045 25,673 (68,033) 5,111,785 158,747 942,643 115,281 292,158 1,193,491 474,282 301 14,466,269 4,316,514 305 6,943,933 124,016 394,247 77,225,466 29,525,337 73,883,620 37,162,305 5,473,550 13,125,385 1,634,413 3,485,110 107,268,814 6,048,326 12,942,842 31,857,365 57,162,042 41,707,413 14,790,238 77,200 520,831,623 306 1,001,733 15,387,495 11,777,571 11,957,617 8,534,136 48,658,552 309 115,695,160 1,897,067 1,257,018 79,416,034 238,760,605 94,595,034 41,848,724 5,586,108 13,970,847 3,774,599 5,901,036 155,329,670 7,775,881 13,885,485 39,276,356 105,496,620 8,689,621 208,389,887 201,426,849 80,743,056 67,125,259 165,227,713 1,656,068,629 152,420,114 310 260,672,575 17,340,028 2,698,944 196,815,151 329,325,254 131,412,099 57,534,424 8,739,849 24,771,622 8,850,620 13,627,408 243,805,705 23,821,379 33,729,613 64,119,165 139,438,593 30,637,695 227,677,063 396,214,278 151,272,169 161,353,916 177,242,287 2,701,099,837 441,988,447 401 314,865,480 402 15,241,044 403 8,028,454

856,798,315

90,779,600

272,637,871

18,782,783

520,831,623

48,658,552

1,808,488,743

3,143,088,284

314,865,480

15,241,044

8,028,454

Lampiran 2. (Lanjutan)
SEKTOR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 190 200 201 202 203 204 205 209 210 1000 404 103,853,469 501 502 503 509 600 260,672,575 17,340,028 2,698,944 196,815,151 329,325,254 131,412,099 57,534,424 8,739,849 24,771,622 8,850,620 13,627,408 243,805,705 23,821,379 33,729,613 64,119,165 139,438,593 30,637,695 227,677,063 396,214,278 151,272,169 161,353,916 177,242,287 2,701,099,837 700 260,672,575 17,340,028 2,698,944 196,815,151 329,325,254 131,412,099 57,534,424 8,739,849 24,771,622 8,850,620 13,627,408 243,805,705 23,821,379 33,729,613 64,119,165 139,438,593 30,637,695 227,677,063 396,214,278 151,272,169 161,353,916 177,242,287 2,701,099,837 441,988,447

103,853,469

2,701,099,837 3,143,088,284

Lampiran 3. Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 22 Sektor


SEKTOR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 1 0.0734 0.0002 0.0000 0.0000 0.0802 0.0002 0.0002 0.0000 0.0001 0.0001 0.0000 0.0243 0.0000 0.0000 0.0007 0.0016 0.0003 0.0073 0.0350 0.0090 0.0059 0.0004 0.2391 2 0.0362 0.0142 0.0004 0.0000 0.0000 0.0003 0.0000 0.0000 0.0006 0.0000 0.0005 0.0105 0.0000 0.0000 0.0182 0.0003 0.0012 0.0352 0.0319 0.0119 0.0171 0.0008 0.1794 3 0.0009 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0006 0.0000 0.0000 0.0025 0.0008 0.0007 0.0056 0.0000 0.0000 0.0016 0.0015 0.0028 0.0446 0.0599 0.0061 0.0096 0.0022 0.1393 4 0.0000 0.0001 0.0000 0.0730 0.0000 0.0002 0.0000 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000 0.0047 0.0000 0.0000 0.0073 0.0000 0.0003 0.0097 0.0078 0.0066 0.0087 0.0003 0.1188 5 0.3052 0.0000 0.0000 0.0005 0.1247 0.0002 0.0001 0.0000 0.0022 0.0025 0.0003 0.0073 0.0001 0.0000 0.0010 0.0000 0.0010 0.0002 0.1354 0.0168 0.0059 0.0007 0.6039 6 0.0220 0.0000 0.0001 0.0009 0.0116 0.2497 0.0001 0.0000 0.0013 0.0011 0.0001 0.0464 0.0000 0.0000 0.0022 0.0001 0.0201 0.0011 0.0646 0.0239 0.0211 0.0009 0.4673 7 0.0008 0.1780 0.0224 0.0013 0.0021 0.0023 0.1335 0.0000 0.0003 0.0004 0.0000 0.0310 0.0013 0.0001 0.0083 0.0001 0.0083 0.0005 0.1094 0.0385 0.0289 0.0010 0.5687 8 0.0233 0.0424 0.0000 0.0020 0.0000 0.0000 0.0015 0.0934 0.0057 0.0006 0.0000 0.0213 0.0000 0.0000 0.0025 0.0001 0.0010 0.0000 0.0718 0.0782 0.0477 0.0042 0.3957 9 0.0031 0.0071 0.0000 0.0023 0.0045 0.0002 0.0007 0.0944 0.0015 0.0037 0.0000 0.0401 0.0000 0.0000 0.0017 0.0001 0.0181 0.0002 0.0621 0.0731 0.0199 0.0050 0.3378 10 0.0000 0.0003 0.0000 0.0000 0.0023 0.0005 0.0001 0.0000 0.3183 0.0094 0.0002 0.0428 0.0002 0.0000 0.0086 0.0002 0.0238 0.0005 0.0506 0.0555 0.0171 0.0050 0.5356 11 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0008 0.0006 0.0001 0.0000 0.2448 0.0119 0.0021 0.0433 0.0001 0.0000 0.0022 0.0001 0.0107 0.0001 0.0535 0.0280 0.0053 0.0041 0.4078 12 0.0355 0.0000 0.0002 0.2445 0.0040 0.0026 0.0001 0.0000 0.0003 0.0014 0.0002 0.0800 0.0004 0.0000 0.0026 0.0002 0.0035 0.0005 0.0217 0.0155 0.0073 0.0011 0.4217 13 0.0009 0.0003 0.0000 0.2130 0.0002 0.0002 0.0008 0.0000 0.0047 0.0027 0.0008 0.0836 0.0153 0.0000 0.0036 0.0001 0.0436 0.0044 0.0519 0.0317 0.0250 0.0016 0.4842

Total

Sumber: Tabel I-O Indonesia 2000 (diolah).

Lampiran 3. (Lanjutan)
SEKTOR

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Total

14 0.0000 0.0000 0.0000 0.2790 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 0.0508 0.0001 0.0939 0.0047 0.0002 0.0331 0.0010 0.0261 0.0369 0.0244 0.0130 0.5635

15 0.0000 0.0002 0.0000 0.0163 0.0001 0.0046 0.0085 0.0000 0.0004 0.0007 0.0001 0.0532 0.0037 0.1548 0.0150 0.0013 0.0180 0.0024 0.0626 0.0364 0.0369 0.0010 0.4161

16 0.0035 0.0002 0.0001 0.0009 0.0007 0.0025 0.0023 0.0000 0.0008 0.0030 0.0004 0.0465 0.0055 0.0180 0.0099 0.0804 0.0100 0.0011 0.1097 0.0352 0.0360 0.0007 0.3675

17 0.0000 0.0000 0.0000 0.4633 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 0.0001 0.0002 0.0007 0.0371 0.0001 0.0000 0.0049 0.0001 0.0771 0.0091 0.0315 0.0105 0.0172 0.0009 0.6530

18 0.0000 0.0187 0.0000 0.0589 0.0000 0.0001 0.0295 0.0000 0.0002 0.0005 0.0006 0.0495 0.0620 0.0400 0.0604 0.0016 0.0007 0.0008 0.0867 0.0276 0.0474 0.0033 0.4884

19 0.0278 0.0000 0.0000 0.0000 0.0502 0.0022 0.0010 0.0000 0.0020 0.0047 0.0044 0.0220 0.0003 0.0003 0.0027 0.0348 0.0158 0.0078 0.0889 0.0317 0.0817 0.0039 0.3821

20 0.0020 0.0000 0.0000 0.0001 0.0226 0.0014 0.0001 0.0000 0.0001 0.0003 0.0023 0.0572 0.0001 0.0000 0.0010 0.0336 0.0048 0.0223 0.1082 0.0791 0.0511 0.0081 0.3945

21 0.0002 0.0000 0.0000 0.0000 0.0008 0.0008 0.0000 0.0000 0.0009 0.0032 0.0038 0.0074 0.0001 0.0000 0.0131 0.0007 0.0053 0.0200 0.0373 0.0226 0.1020 0.0221 0.2400

22 0.0147 0.0000 0.0002 0.0020 0.0272 0.0071 0.0003 0.0000 0.0128 0.0012 0.0258 0.0319 0.0007 0.0000 0.0019 0.0058 0.0108 0.0230 0.1006 0.0277 0.0275 0.0179 0.3390

Total 0.5495 0.2619 0.0236 1.3580 0.3319 0.2764 0.1790 0.1877 0.5997 0.0485 0.0431 0.7964 0.0900 0.3072 0.1737 0.1631 0.3103 0.1919 1.4070 0.7027 0.6438 0.0980 8.7433

Lampiran 4. Matriks Kebalikan Leontief Klasifikasi 22 Sektor


SEKTOR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 1 1.1178 0.0006 0.0001 0.0112 0.1068 0.0007 0.0008 0.0001 0.0009 0.0008 0.0005 0.0345 0.0007 0.0007 0.0022 0.0052 0.0021 0.0097 0.0648 0.0170 0.0164 0.0014 1.3950 2 0.0446 1.0155 0.0004 0.0109 0.0076 0.0009 0.0015 0.0001 0.0012 0.0005 0.0010 0.0192 0.0025 0.0036 0.0220 0.0034 0.0032 0.0378 0.0494 0.0193 0.0287 0.0021 1.2751 3 0.0058 0.0013 1.0001 0.0106 0.0055 0.0012 0.0017 0.0004 0.0035 0.0014 0.0013 0.0133 0.0030 0.0026 0.0053 0.0052 0.0052 0.0463 0.0767 0.0130 0.0221 0.0034 1.2287 4 0.0012 0.0004 0.0000 1.0826 0.0012 0.0004 0.0005 0.0000 0.0002 0.0002 0.0002 0.0078 0.0007 0.0013 0.0090 0.0011 0.0010 0.0112 0.0137 0.0097 0.0134 0.0009 1.1567 5 0.4000 0.0005 0.0000 0.0122 1.1920 0.0013 0.0008 0.0005 0.0049 0.0042 0.0016 0.0294 0.0007 0.0008 0.0034 0.0099 0.0059 0.0065 0.2025 0.0357 0.0327 0.0030 1.9484 6 0.0483 0.0003 0.0002 0.0386 0.0303 1.3337 0.0006 0.0003 0.0032 0.0024 0.0011 0.0775 0.0005 0.0009 0.0052 0.0063 0.0322 0.0054 0.1140 0.0440 0.0474 0.0033 1.7956 7 0.0221 0.2088 0.0260 0.0260 0.0166 0.0046 1.1548 0.0002 0.0021 0.0017 0.0015 0.0542 0.0026 0.0024 0.0166 0.0093 0.0153 0.0138 0.1683 0.0626 0.0636 0.0043 1.8775 8 0.0394 0.0481 0.0001 0.0163 0.0133 0.0009 0.0024 1.1038 0.0076 0.0017 0.0013 0.0394 0.0006 0.0010 0.0061 0.0086 0.0050 0.0072 0.1133 0.1036 0.0782 0.0080 1.6059 9 0.0172 0.0121 0.0001 0.0304 0.0155 0.0011 0.0014 0.1045 1.0043 0.0046 0.0011 0.0584 0.0005 0.0008 0.0042 0.0077 0.0230 0.0054 0.0991 0.0965 0.0452 0.0079 1.5409 10 0.0134 0.0044 0.0001 0.0397 0.0148 0.0018 0.0009 0.0337 0.3235 1.0116 0.0014 0.0749 0.0008 0.0014 0.0118 0.0082 0.0359 0.0058 0.1048 0.0981 0.0467 0.0094 1.8431 11 0.0109 0.0031 0.0000 0.0291 0.0108 0.0017 0.0006 0.0261 0.2508 0.0137 1.0030 0.0681 0.0004 0.0007 0.0044 0.0062 0.0196 0.0036 0.0943 0.0602 0.0275 0.0072 1.6424 12 0.0474 0.0003 0.0002 0.2921 0.0123 0.0042 0.0004 0.0001 0.0012 0.0019 0.0006 1.0938 0.0009 0.0008 0.0059 0.0028 0.0055 0.0051 0.0382 0.0240 0.0180 0.0021 1.5577 13 0.0100 0.0009 0.0001 0.2872 0.0074 0.0011 0.0014 0.0007 0.0067 0.0036 0.0016 0.1031 1.0163 0.0013 0.0080 0.0050 0.0508 0.0105 0.0770 0.0452 0.0441 0.0037 1.6858

Total

Sumber: Tabel I-O Indonesia 2000 (diolah).

Lampiran 4. (Lanjutan)
SEKTOR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 14 0.0067 0.0003 0.0000 0.3732 0.0059 0.0009 0.0004 0.0001 0.0010 0.0007 0.0010 0.0715 0.0007 1.1049 0.0098 0.0045 0.0420 0.0082 0.0517 0.0532 0.0444 0.0166 1.7978 15 0.0084 0.0013 0.0001 0.0558 0.0090 0.0038 0.0050 0.0001 0.0013 0.0013 0.0010 0.0450 0.0025 0.0856 1.0237 0.0183 0.0170 0.0054 0.1095 0.0544 0.0481 0.0038 1.5005 16 0.0182 0.0012 0.0002 0.0416 0.0139 0.0056 0.0041 0.0004 0.0038 0.0054 0.0017 0.0816 0.0082 0.0247 0.0184 1.1062 0.0198 0.0063 0.1589 0.0537 0.0718 0.0042 1.6501 17 0.0051 0.0005 0.0000 0.5581 0.0044 0.0008 0.0007 0.0001 0.0009 0.0008 0.0013 0.0516 0.0012 0.0018 0.0115 0.0031 1.0855 0.0171 0.0522 0.0216 0.0343 0.0025 1.8552 18 0.0116 0.0254 0.0008 0.1194 0.0105 0.0014 0.0348 0.0002 0.0020 0.0018 0.0018 0.0755 0.0638 0.0502 0.0661 0.0095 0.0102 1.0073 0.1284 0.0487 0.0772 0.0071 1.7539 19 0.0599 0.0008 0.0001 0.0235 0.0724 0.0040 0.0020 0.0006 0.0062 0.0063 0.0058 0.0395 0.0016 0.0025 0.0068 0.0454 0.0219 0.0134 1.1331 0.0488 0.1116 0.0078 1.6138 20 0.0239 0.0009 0.0001 0.0298 0.0404 0.0032 0.0015 0.0003 0.0024 0.0018 0.0039 0.0802 0.0024 0.0028 0.0058 0.0468 0.0104 0.0284 0.1550 1.0999 0.0828 0.0119 1.6346 21 0.0056 0.0007 0.0000 0.0120 0.0068 0.0018 0.0010 0.0004 0.0041 0.0041 0.0053 0.0173 0.0018 0.0026 0.0171 0.0048 0.0088 0.0246 0.0607 0.0338 1.1247 0.0261 1.3643 22 0.0377 0.0011 0.0003 0.0267 0.0449 0.0105 0.0016 0.0022 0.0212 0.0028 0.0274 0.0498 0.0026 0.0020 0.0057 0.0137 0.0166 0.0274 0.1395 0.0441 0.0515 1.0208 1.5500

Total
1.9552 1.3283 1.0291 3.1272 1.6422 1.3855 1.2191 1.2750 1.6529 1.0734 1.0653 2.1857 1.1150 1.2955 1.2689 1.3310 1.4368 1.3066 3.2051 2.0874 2.1306 1.1575 35.2733

Total

You might also like