You are on page 1of 111

ABSTRAK

Elektrokardiograf (EKG) merupakan alat yang berfungsi untuk menampilkan rekaman sinyal listrik jantung dalam bentuk grafik yang ditampilkan melalui monitor atau dicetak pada kertas. Sebuah EKG komersil terdiri atas elektroda untuk akuisisi sinyal jantung pasien, hardware untuk deteksi dan penguatan orde sinyal, dan layar monitor untuk menampilkan sinyal jantung. Namun pada tugas akhir ini akan diintegrasikan sebuah antar muka wireless sehingga sinyal terdeteksi dapat dikirim ke pemonitor dalam jarak yang lebih jauh. Sistem EKG yang dirancang mencakup 1.) prototype EKG yang terdiri atas rangkaian pemicu smitch trigger sawtooth oscillator sebagai pembangkit sinyal yang memiliki karakteristik sesuai dengan sinyal EKG, blok rangkaian penguat dan filterisasi sinyal, dan mikrokontroller sebagai pengendali kerja ADC dan pengiriman ke antar muka wireless. 2.) antar muka wireless dengan menggunakan X-Bee Pro Module 2.4 GHz yang terletak pada pengirim dan penerima. Pada penerima, data terkirim diteruskan ke PC melalui komunikasi serial 3.) grafik tampilan pada PC menggunakan pemrograman Delphi. Dari hasil pengujian hardware diperoleh sinyal keluaran sawtooth ascillator menghasilkan sinyal keluaran 50 Hz dengan amplitude 2V. penguatan instrumentasi sebesar 9,8 kali, penguatan non inverting sebesar 25 kali, rangkaian driven leg dengan penguatan 91,3 kali, cut-off frekuensi untuk HPF dan LPF masing-masing pada 0,6 Hz dan 110 Hz, serta 5,78 Hz dan 46,43 Hz untuk Notch filter. Untuk pengujian software diperoleh kesesuaian amplitude sinyal terkirim pada tampilan dengan interval sampling rate rata-rata adalah 4050 ms. Jarak terjauh komunikasi wireless menggunakan X-Bee Pro Module adalah 50 m NLOS dan 250m LOS.

Keyword:

elektrokardiograf

(EKG),

smitch

trigger

sawtooth

oscillator,

mikrokontroller, X-Bee Pro Module, Delphi.

ii

BAB I PENDAHULUAN

Bagian pendahuluan ini terdiri atas beberapa pokok bahasan, yaitu mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan laporan tugas akhir. I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian informasi yang terjadi dari suatu tempat ke tempat lain. Proses komunikasi senantiasa terjadi setiap waktu. Berbagai perangkat komunikasi dikembangkan dan digunakan untuk menunjang tercapainya proses tersebut. Teknologi informasi saat ini semakin menunjukkan perkembangan yang pesat. Perlahan tapi pasti teknologi yang masih menggunakan kabel tembaga mulai ditinggalkan menuju ke arah komunikasi tanpa kabel (wireless). Teknologi ini banyak diminati khususnya karena menawarkan kemudahan dalam berkomunikasi tanpa mengurangi mobilitas pengguna. Teknologi wireless sangat cocok diimplementasikan pada berbagai bidang. Salah satunya pada bidang kesehatan. Bagian penanganan kelainan jantung pada cardiac centre merupakan bagian yang membutuhkan jumlah tim medis yang cukup banyak dikarenakan proses monitoring aktivitas jantung pada monitor elektrokardiograf (EKG) setiap pasien yang membutuhkan kesiagaan ekstra. Hal ini tentunya menghambat mobilitas tim medis yang pada saat monitoring maupun

tidak, harus terus berjaga di ruang penanganan. Dilain pihak, pasien juga dituntut untuk tinggal diruang penanganan sampai kondisinya tidak menghawatirkan demi menghindari masalah yang tidak diinginkan diluar pada saat pasien jauh dari pantauan tim medis. Pada penelitian penelitian sebelumnya telah ada perancangan

elektrokardiograf berbasis PC. Namun pada penelitian kali ini focusnya ditujukan ke pengintegrasian elektrokardiograf berbasis PC dengan mengimplementasikan teknologi wireless. Tugas akhir kali ini akan merancang sebuah prototype EKG dengan sawtooth oscillator sebagai pembangkit sinyal yang representative dengan sinyal EKG dan antar muka wireless untuk system telemedika, dengan tampilan pada PC menggunakan bahasa pemrograman Delphi yang berjudul Perancangan Elektrokardiograf (EKG) Berbasis PC untuk Sistem Telemedika. Diharapkan tugas akhir ini dapat memberi solusi kemudahan bagi tim medis untuk memantau keadaan jantung semua pasien pada sebuah PC sehingga ruang gerak tim medis semakin bertambah. Juga sebagai langkah awal pengembangan perangkat medis dengan integrasi teknologi telekomunikasi yang kedepannya tidak hanya berorientasi bagi kemudahan tim medis saja, tapi juga berorientasi pada perangkat medis yang memberi kenyamanan, keamanan dan mobilitas bagi pasien. Juga sebagai langkah awal pengembangan perangkat medis menggunakan teknologi telekomunikasi dan informasi untuk keoptimalan dan kenyamanan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

I.2 RUMUSAN MASALAH Pada tugas akhir kali ini, kami menawarkan masalah medis sebagai berikut: 1. Bagaimana perancangan Elektrokardiograf 2. Bagaimana mengintegrasikan teknologi wireless pada sistem untuk pengontrolan jarak jauh (Telemedika) 3. Bagaimana menampilkan output electrokardiograf pada Personal Computer (PC) I.3 TUJUAN PENELITIAN Untuk kemudahan dan lebih terperincinya pembahasan penulisan, permasalahan yang dibahas dalam tugas akhir ini dibatasi pada: 1. Merancang perangkat EKG jantung. 2. Mengkoneksikan EKG dengan PC secara wireless dengan mengunakan Xbee pro. 3. Tampilan program pada PC menggunakan bahasa pemrograman delphi. I.4 BATASAN MASALAH 1. Untuk merancang electrokardiograf berbasis PC (Personal Computer) dengan osilator sebagai sumber sinyalnya. 2. Dapat mengembangkan teknologi wireless di wilayah medis dalam hal ini menghubungkan EKG dan PC secara wireless. 3. Menggunakan bahasa pemrograman delphi untuk menampilkan sinyal keluaran yang representatif terhadap sinyal EKG pada PC. yang mampu menampilkan sinyal elektris

I.5 METODOLOGI PENELITIAN Dalam penyusunan tugas akhir ini ada beberapa metode yang akan kami gunakan yaitu : 1. Studi Literatur (Library Research) Yakni membaca dan mempelajari bahan kuliah, literatur literatur, data sheet, dan tulisan tulisan yang berkaitan dengan tugas akhir ini. 2. Studi Lapangan (Implementation Research) Merakit perangkat elektrokardiograf berdasarkan literature dan analisa trial and error untuk tiap blok (penguat instrumentasi, filter, penguat non inverting, sawtooth oscillator) Merakit perangkat PC Interface dan mengintegrasikan sistem dengan teknologi wireless. Membuat program pengolah dan pengiriman data pada perangkat di sisi kirim, dan program tampilan sinyal pada sisi terima. 3. Pengujian Melakukan pengujian dan analisa sinyal keluaran tiap blok (penguat instrumentasi, filter, penguat non inverting, sawtooth oscillator) Melakukan pengujian system secara keseluruhan dengan

mengintegrasikan hardware dengan PC Interface. Melakukan pengujian jarak jangkau system secara LOSS dan NLOSS.

4. Diskusi dan Konsultasi Melakukan tanya jawab secara langsung kepada dosen pembimbing dan kepada pihak-pihak yang terkait.

5. Analisa dan Kesimpulan Menemukan korelasi antara teori, design, pengujian, dan pengambilan data kemudian menarik kesimpulan. I.6 SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN TUGAS AKHIR Sistematika penulisan tugas akhir ini terbagi dalam lima bab dengan harapan maksud dan tujuan dari penulisan ini dapat terangkum secara keseluruhan. Pembagian bab tersebut adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Berisi latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, metodologi penyelesaian masalah dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas secara umum, teori elektrokardiograf, mikrokontroller, wireless. BAB III KONSTRUKSI WIRELESS EKG Membahas tentang perancangan sistem elektrokardiograf mencakup penjelasan mengenai diagram blok perancangan masing masing blok dan perangkat lunak dalam hal ini pemrograman mikrokontroler dan Xbee sebagai perangkat antar muka dan pemrograman delphi untuk tampilan pada PC. DAN IMPLEMENTASI SISTEM pemrograman delphi, dan teknologi

BAB IV

UJI COBA DAN ANALISA Menguji perfomansi rancangan EKG, dengan pengambilan data jarak jangkau sistem untuk LOSS dan NLOSS, penyesuaian sinyal kirim dan terima, dan penentuan sampling interval, kemudian melakukan analisa data.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN Berisi kesimpulan akhir dan sarana pengembangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada Bab Tinjauan pustaka ini akan dibahas Teori dasar sehubungan dengan EKG yang meliputi sistematika kerja jantung hingga menghasilkan biopotensial listrik, standar penempatan elektroda (sadapan) untuk akuisisi sinyal EKG, karakteristik sinyal EKG, jenis transduser yang diperlukan. Kemudian akan dibahas juga komponen komponen dasar elektrokardiograf yang dibutuhkan dalam perancangan hardware, mikrokontroler sebagai pengolah data, dan sistem wireless yang digunakan sebagai perantara komunikasi antara perangkat keras dan PC II.1 TEORI BIOELEKTRIS JANTUNG (1) (2) (3) (4) Jantung adalah sebuah rongga, organ berotot yang memompa darah lewat pembuluh darah oleh kontraksi berirama yang berulang. Istilah kardiak berarti berhubungan dengan jantung. Jantung adalah salah satu organ yang berperan dalam sistem peredaran darah. Ukuran jantung manusia kurang lebih sebesar kepalan tangan seorang laki-laki dewasa. Jantung adalah satu otot tunggal yang terdiri dari lapisan endothelium. Jantung terletak di dalam rongga thoracic, di balik tulang dada/sternum. Struktur jantung berbelok ke bawah dan sedikit ke arah kiri. Jantung hampir sepenuhnya diselubungi oleh paru-paru, namun tertutup oleh selaput ganda yang bernama perikardium, yang tertempel pada diafragma.

Lapisan pertama menempel sangat erat kepada jantung, sedangkan lapisan luarnya lebih longgar dan berair, untuk menghindari gesekan antar organ dalam tubuh yang terjadi karena gerakan memompa konstan jantung. Jantung dijaga di tempatnya oleh pembuluh-pembuluh darah yang meliputi daerah jantung yang merata/datar, seperti di dasar dan di samping. Dua garis pembelah (terbentuk dari otot) pada lapisan luar jantung menunjukkan di mana dinding pemisah di antara sebelah kiri dan kanan serambi (atrium) & bilik (ventrikel). Pada gambar II.1 dapat dilihat bagian bagian dari jantung.

Gambar II. 1 Bagian Bagian Jantung (2)

Jantung merupakan organ tubuh yang berfungsi untuk memompakan darah melalui system sirkulasi. Otot khusus yang mendukung kerja jantung disebut juga myocardial, bekerja secara otomatis tanpa terlebih dahulu mendapat perintah dari otak. Jantung terdiri dari dua bagian yaitu bagian kiri dan kanan yang masing masing terbagi lagi menjadi dua yaitu atrium dan ventrikel. Jantung bagian kiri memompakan darah yang kaya oksigen dengan urutan sirkulasi seperti pada gambar II.2 berikut ini:

Gambar II. 2 Jalur sirkulasi darah (3)

Aktivitas otot jantung menghasilkan biopotensial

yang disebut

elektrokardiogram. Impuls listrik yang memicu kontraksi ritmis dari otot jantung muncul dari sinoatrial node (SA Node), yang merupakan alat pacu jantung alami. Dari SA node, impuls listrik mengalir ke otot atrial dan menimbulkan kontraksi atrial. Impuls ini juga mengalir ke atrioventricular node (AV node). Pada AV Node, impuls listrik kemudian dialirkan ke otot ventricular melalui bundle of his, bundle branches, dan serebut Purkinje. Ritme sinus normal sebuah elektrokardiogram terdiri atas gelombang P, interval QT dan gelombang T. Relasi antara terbentuknya gelombang PQRST (ritme sinus normal) dan aktivitas jantung dapat dilihat pada gambar II.3 dan dijelaskan sebagai berikut:

Gambar II. 3 Diagram Wigger (4)

Kontraksi atrium a terjadi karena adanya stimulus pada SA node. Kontraksi mulai dari pertengahan gelombang P dan berlanjut sepanjang interval PR. Terjadi peningkatan tekanan di atrium saat atrium berkontraksi. Saat darah dipompakan ke ventrikel maka tekanan ventrikel juga

meningkat. Interval PR merupakan jeda yang dibutuhkan untuk memenuhi ventrikel setelah kontraksi atrium. Gelombang repolarisasi atrium (impuls listrik) biasanya tertutup gelombang kompleks QRS. Relaksasi otot atrial terjadi setelah kompleks QRS diikuti dengan penurunan tekanan atrium. Kontraksi dari SA Node ke PQ berlangsung selama 0,1 sec dengan tekanan 10mmHg. Kontraksi ventrikel terjadi setelah impuls impuls listrik dari simpul SA sampai di AV node. Impuls-impuls tersebut dialirkan ke seluruh ventrikel melalui serabut purkinje. Kontraksi dimulai pada titik b yang merupakan 10

puncak kompleks QRS, dan berlanjut sepanjang segmen ST dan gelombang T. Pada titik b, kedua katup AV (mitral dan trikuspid) tertutup karena peningkatan tekanan ventrikel (saat ventrikel berkontraksi). Katup AV yang menutup menghasilkan suara jantung yang pertama. Antara titik b dan c tekanan ventrikel meningkat tajam sampai 80 mmHg sehingga katup semilunar tetap tertutup dan tidak ada aliran darah (tekanan ventrikel masih dibawah tekanan aorta). Pada titik c katup semilunar terbuka saat tekanan ventrikel sama dengan tekanan aorta. Kontraksi ventrikel mendorong darah ke dalam aorta dan terjadi peningkatan tekanan di ventrikel dan aorta pada titik d.Tekanan pada titik ini mencapai 120mmHg. Saat darah dipompa dari ventrikel dan dialirkan melalui aorta, tekanan ventrikel menurun. Saat tekanan di bawah tekanan aorta (dibawah 80mmHg) maka katup semilunar akan tertutup. Ini terjadi pada titik e. Repolarisasi otot ventrikel dimulai pada akhir gelombang T dan menyebabkan penurunan tekanan ventrikel lagi. Pada f tekanan ventrikel jadi lebih rendah dari tekanan atrium sehingga katup mitral dan bikuspid terbuka, maka darah dapat masuk ke ventrikel. II.2 TEORI DASAR ELEKTROKARDIOGRAF (5) Elektrokardiograf merupakan alat yang berfungsi untuk menampilkan rekaman sinyal listrik jantung dalam bentuk grafik yang ditampilkan melalui monitor atau dicetak pada kertas. Hasil rekaman ini dinamakan

elektrokardiogram (ECG), seperti yang dikatakan Goldman elektrokardiogram

11

(ECG) adalah grafik hasil catatan potensial listrik yang dihasilkan oleh aktifitas listrik otot jantung. Untuk memperoleh elektrokardiogram, beberapa elektrode dipasang pada permukaan tubuh pasien. Elektrode ini dihubungkan ke elektrokardiograf melalui kabel. Dari grafik ini dokter akan mendapatkan informasi tentang aktivitas elektris otot jantung untuk membantu diagnosis tentang keadaan jantung. Sadapan (lead) yang umum digunakan dalam elektrokardiografi adalah sandapan ekstrimitas dwikutub, sandapan ekstrimitas ekakutub dan sandapan eka kutub dada. 1. Sadapan standar dwikutub I, II, III Pada sadapan ini elektrode diletakkan pada tangan kanan (RA), tangan kiri (LA) dan kaki kiri(LL). Ketiga sandapan standar ini diperlihatkan pada gambar

Gambar II. 4 Sadapan Standar Dwikutub (5)

12

2.

Sadapan ekstrimitas ekakutub dipertinggi aVR, aVF, aVL Sadapan ini mengukur tegangan suatu titik ukur terhadap tegangan rata dua titik lainnya. Konfigurasi sandapan ekstrimitas ekakutub dipertinggi diperlihatkan pada gambar II.5

Gambar II. 5 Sadapan Ekstrimitas Eka Kutub dipertinggi (5)

Untuk lead aVR, lead I diletakkan pada tangan kanan (RA), lead II pada kaki kanan (RL) dan lead III diambil dari sadapan kaki kiri (LL) dan tangan kiri (LA) yang merupakan groundingnya. Untuk lead aVL, lead 1 diletakkan pada tangan kiri (LA), lead II pada kaki kanan (RL) dan lead III diambil dari sadapan tangan kanan (RA) dan kaki kiri (LL). Sedangkan untuk aVF, lead I diambil dari sadapan tangan kiri (LA) dan tangan kanan (RA), lead II diletakkan pada kaki kiri (LL),dan lead III pada kaki kanan (RL).

13

3. Sadapan ekakutub dada V1,V2 ,V3, V4, V5 dan V6 Sadapan ini merekam tegangan elektris pada bidang horizontal. Enam buah elektrode diletakkan pada tempat-tampat tertentu di dada seperti gambar

Gambar II. 6 Sadapan Ekakutub Dada (5)

II.3 STANDAR PENGUKURAN EKG (2) (6) Pada dasarnya ada tiga teknik yang digunakan dalam elektrokardiografi, yaitu: 1. Standard clinical ECG. Teknik ini menggunakan 10 elektroda (12 lead) yang ditempatkan pada titik-titik tubuh tertentu. Teknik ini dipakai untuk menganalisa pasien. 2. Vectorcardiogram. Teknik ini menggunakan 3 elektroda yang ditempatkan pada titik-titik tubuh tertentu. Teknik ini menggunakan pemodelan potensial tubuh sebagai vektor tiga dimensi dengan menggunakan sandapan baku.

14

bipolar (Einthoven). Dari sini akan dihasilkan gambar grafis dari eksistensi jantung. 3. Monitoring ECG. Teknik ini menggunakan 1 atau 2 elektroda yang ditempatkan pada titik-titik tubuh tertentu. Teknik ini digunakan untuk memonitor pasien dalam jangka panjang. Menurut Sutopo, gelombang ECG normal memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Gelombang P mempunyai amplituda kurang dari 0,3 mVolt dan perioda kurang dari 0,11 detik. Gelombang Q mempunyai amplituda sebesar minus 25% dari amplituda gekombang R. Gelombang R mempunyai amplituda maksimum 3 mVolt. Gelombang S merupakan defleksi negatif sesudah gelombang R. Kompleks QRS terdiri dari gelombang Q, R dan S yang memiliki perioda 0,06-0,10 detik dengan perioda rata-rata 0,08 detik. Gelombang T mempunyai amplituda minimum 0,1 mVolt

15

Gambar II. 7 Sinyal EKG Normal (2)

Karakteristik sinyal EKG secara umum meliputi hal hal berikut: a. Amplitudo: sekitar -0,5 sampai +4mV b. Lebar frekuensi: untuk klinis sekitar 0,05 100 Hz, sedangkan untuk pemantauan terus menerus sekitar 0,5-50 Hz, untuk gelombang QRS berada pada frekuensi 17 Hz c. Sumber derau dan artefak (sinyal yang mengganggu sinyal asli): Tegangan jala-jala: 50/60 Hz. Variabel kontak antara elektroda dan kulit, menimbulkan baseline drift. Pergerakan tubuh : perubahan impedansi elektroda-kulit menimbulkan pergeseran baseline. Kontraksi otot : sinyal EMG bercampur dengan sinyal ECG. Respirasi : menimbulkan baseline drift. Gangguan elektromagnetik dari perangkat lain. 16

Derau dari perangkat lain, biasanya pada frekuensi tinggi.

II.4 TRANSDUSER ELEKTRODA (7) Transduser sangat penting dalam instrumentasi medis, karena kontak langsung dengan tubuh pasien. Fungsi transduser disini adalah mengubah parameter fisiologi ke tegangan listrik. Dalam pegukuran sinyal jantung, parameter fisiologi yang diukur dalam bentuk potensila yang cukup lemah yaitu sekitar -0,5 sampai + 4 mV. Elektroda terdiri dari tiga jenis yaitu : Elektroda invasive, seluruh bagian elektroda ditanam di bawah kulit atau di dalam tubuh Elektroda penetrasi, hanya bagian sensing yang masuk ke bawah kulit. Elektroda permukaan tidak invasive, jenis yang paling sering dipakai karena tidak melukai pasien. Untuk pengukuran EKG umumnya dipakai elektroda permukaan. Penempatan elektroda di bagian tubuh yang berbeda juga memerlukan bentuk elektroda tertentu seperti elektroda suction cup untuk di dada dan keeping meteal untuk di tangan dan kaki. Bahan elektroda yang digunakan adalah AgAgCl, ini bertujuan untuk mengurangi polarisasi yang terjadi karena proses kimia antara plat elektroda dan kulit. Dalam pemasangan elektroda juga diperlukan cairan elektrolit untuk mempertahankan kontak kelistrikan antara elektroda dan kulit.

17

II.5

RANGKAIAN BUFFER Rangkaian buffer atau disebut juga voltage follower, ditunjukkan pada

gambar II.8 merupakan penguat tak-membalik dengan penguatan sebesar satu. Rangkaian ini mempunyai impedansi masukan yang sangat tinggi dan impedansi keluaran yang cukup rendah untuk dapat menghindari terjadinya arus balik atau pembebanan masukan

Gambar II. 8 Rangkaian Buffer (8)

Secara matematis, penguatan yang dihasilkan rangkaian voltage follower adalah sebagai berikut :

[II.1]

II.6

PENGUAT INSTRUMENTASI (9) (10) Penguat merupakan bagian penting dalam system instrumentasi biomedika

modern. Penguat untuk sinyal sinyal biomedika disebut biopotensial amplifier. Dalam hal ini, penguat dibutuhkan untuk menguatkan sinyal dengan tetap memelihara karakteristik sinyal

18

Penguat awal biopotensial jantung menggunakan penguat istrumentasi, terutama karena nilai impedansi masukan yang tinggi dan kemampuan CMRR (Common Mode Rejection Ratio) yang sangat baik. Penguat instrumentasi diperluan untuk bias menangkap sinyal biopotensial jantung yang sangat kecil dan disetai derau yang nilainya lebih besar dari nilai sinyal itu sendiri. Fungsi utama penguat instrumentasi adalah untuk menahan tegangan commmon mode DC atau tegangan lai yang bernilai sama pada kedua masukan penguat, dan memperkuat perbedaan tegangan dari kedua masukan penguat. Operasional Amplifier (Op-amp) tidak dapat digunakan karena tegangan common mode dan derau akan diteruskan bersama dengan sinyal masukan, dengan demikian sinyal masukan akan tetap bercampur dengan tegangan common-mode dan derau. Tegangan common-mode merupakan: Offset potensial DC pada elektroda Timbul pada elektroda akibat pengaruh dari tegangan jala jala [couple the body through stray capacitance the body through sray capacitance] IC (Integrated Circuit) AD620AN merupakan sebuah penguat instrumentasi (IN-amp) yang digunakan sebagai penguat awal (pre-amp) dari sinyal yang telah ditangkap transduser. AD620N mempunyai konstruksi monolitik yang

menawarkan keunggulan dibandingkan konstruksi dengan menggunakan tiga opamp, yaitu akurasi yang lebih baik, input error keseluruhan yang lebih kecil, dan komponen yang lebih sedikit.

19

Gambar II.9 Penguat instrumentasi monolitik AD620A (9)

AD620AN dipilih karena : CMRR 100 dB, untuk penguatan sebesar 10 Tingkat derau yang rendah (9 nV/Hz@ 1 kHz) Arus bias yang rendah Tingkat akurasi yang tinggi Nilai penguatan yang dapat ditentukan dengan mudah Impedansi masukan yang tinggi, agar sinyal masukan tidak terpengaruh impedansi rangkaian sebelumnya [terjadi perubahan tegangan atau arus pada bagian sebelumnya] Berdasarkan data Sheet, Penguatan (AV1) AD620AN ditentukan melalui pengaturan nilai resistor RG yang diperlihatkan pada persamaan berikut

[II.2]

Seperti telah disebutkan disebutkan di atas, semakin besar CMRR maka semakin besar pula kemampuannya untuk menekan sinyal common-mode. CMRR merupakan magnituda dari rasio penguatan tegangan diferensial terhadap penguatan tegangan common mode dinyatakan dalam desibel (dB).

20

Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : \

[II.3]

Dimana Acm adalah penguatan common-mode, dan Adiff adalah penguatan diferensial. Adiff diperoleh dengan membagi tegangan yang terukur pada output (pin 6) dan tegangan pada input (pin 2),dalam hal ini pin 3 dihubungkan ke ground sedangkan ACM diperoleh dengan mengukur penguatan pada ouput dengan kondisi pin 2 dihubungkan dengan pin 3. II.7 PENGUAT NON INVERTING (8) Sinyal listrik jantung yang akan direkam sangat kecil (orde milivolt) sehingga sinyal dari rangkaian penguat instrumentasi masih perlu diperkuat. Rangkaian penguat tak membalik (non-inverting amplifier) menghasilkan penguatan positif terhadap sinyal masukan dan mempunyai impedansi masukan yang tinggi sesuai dengan karakteristik penguat biopotensial.masukan AC (Alternating Current) yang dihasilkan rangkaian ini dapat dilihat pada persamaan berikut :

Gambar II. 10. Penguat Non Inverting (8)

21

Untuk sinyal dengan frekuensi sangat kecil (Sinyal DC-direct current) akan memberikan penguatan berdasarkan persamaan :

[II.4] II.8 RANGKAIAN DRIVEN RIGHT LEG (8) Salah satu gangguan dalam pengukuran biopotensial jantung adalah tegangan common-mode (Vcm) yang timbul pada elektroda akibat tubuh terkopling kapasitif dengan sumber tegangan jala jala. Rangkaian ini berfungsi untuk menguarangi tegangan common mode (VCM) pada tubuh. Prinsip kerjanya adalah dengan menguatkan VCM dan menggeser fasanya 180 derajat, kemudian diumpan-balikkan ke tubuh melalui kaki kanan (RL) dengan amplituda tertentu sehingga diharapkan akan menetralkan VCM yang ada. Rangkaian driven right leg ini pada prinsipnya merupakan rangkaian summing amplifier dengan penguatan membalik.

Gambar II.11 Rangkaian Driven Right Leg (8)

22

Fungsi transfer rangkaian ini adalah sebagai berikut :

[II.5]

II.9

FILTER ANALOG (10) Filter berfungsi untuk menapis atau melewatkan sinyal-sinyal pada rentang

frekuensi tertentu. Untuk menghilangkan derau dan mendapatkan jangkauan frekuensi yang diinginkan dari sinyal masukan, digunakan filter analog yang terdiri atas high pass filter (HPF), low pass filter (LPF) dan filter notch. HPF (High Pass Filter) Filter ini membuang gangguan yang berasal dari pergerakan antara pasien dengan elektroda. Sinyal derau tersebut mempunyai frekuensi yang rendah sehingga system EKG ini dirancang mempunyai batas frekuensi bawah 0,5 Hz.

Gambar II.12 Rangkaian High Pass Filter (10)

Selain itu, filter ini juga berfungsi untuk menghilangkan komponen DC dari sinyal masukan. HPF akan meredam sinyal dengan frekuensi lebih

23

kecil dari frekuensi cut-off (fc). Dalam system EKG ini akan digunakan unitygain Sallen-Key high pass filter orde 2. Fungsi transfer rangkaian filter high pass orde dua secara umum :

[II.6] Fungsi transfer rangkaian pada gambar II.12 untuk nilai Ch1 = Ch2 = Ch :

[II.7]

Perbandingan menghasilkan :

koefisien

antara

kedua

persamaan

di

atas

[II.8]

24

Untuk filter high pass orde 2, a1 = 1,4142 dan b1=1. Setelah nilai Ch1 dan Ch2 yang sama besar ditentukan, nilai resistor Rh1 dan Rh2 dapat dihitung dengan persamaan diatas. LPF (Low Pass Filter) Sinyal EKG mempunyai amplitude yang relative sangat kecil sehingga rentan bercampur dengan derau yang tidak dikehendaki.

Gangguan ini meliputi gangguan dari sinyal otot dan interferensi gelombang elektromagnetik yang cenderung berada pada frekuensi tinggi. Filter ini digunakan untuk mendapatkan batas atas dari jangkauan frekuensi sinyal EKG yang akan diamati (100 Hz). Frekuensi yang berada di atas frekuensi cut off (Fc) akan mengalami peredaman. Dalam system EKG ini akan digunakan unity-gain Sallen-Key low pass filter orde 2.

Gambar II.13 Rangkaian Low Pass Filter (10)

Fungsi transfer rangkaian pada gambar adalah sebagai berikut:

[II.9] Untuk s=2f, maka didapatkan

25

[II.10] Dari persamaan, nilai dari komponen komponen rangkaian ini dapat ditentukan. Notch Filter Filter ini berfungsi untuk menapis sinyal pada frekuensi tertentu dan melewatkan frekuensi lainnya. Didesain untuk meredam frekuensi 50 Hz akibat interferensi tegangan jala-jala. Ada beberapa konfigurasi filter notch, salah satunya adalah filter notch twin-T seperti yang terlihat pada gambar.

Gambar II.14 Rangkaian Notch Filter (10)

Keuntungan rangkaian filter notch twin-T adalah factor kualitas (Q) yang dapat disesuaikan melalui penguatan rangkaian (G) tanpa merubah nilai frekuensi tengah (fm)

26

Nilai dari komponen-komponen rangkaian ini dapat ditentukan dengan persamaan berikut ;

[II.11] Pertama-tama, tentukan frekuensi tengah (fm) dan nilai C, untuk kemudian menentukan nilai R dengan persamaan di atas. II.10 RANGKAIAN CLAMPING (10) Rangkaian clamping ini sering disebut penguat penambah (summer amplifier) yang berfungsi untuk memberikan tambahan tegangan DC pada sinyal masukan. Konfigurasi rangkaian ditunjukkan pada gambar II.14. Penambahan tegangan DC dapat diperoleh dengan mengatur resistor variable Rcv yang akan membagi tegangan Vcc. Keluaran rangkaian ini merupakan hasil penjumlahan sinyal EKG dengan tegangan pada kaki @ Rcv. Dengan prinsip

27

ini, sumbu nol sinyal menjadi lebih positif atau bergeser sebesar tegangan DC tersebut.

GambarII.15 Rangkaian Clamping (10)

Penambahan tegangan DC disesuaikan dengan besarnya tegangan negative yang ingin dilewatkan. Rangkaian ini juga dapat memberikan penguatan yang dihasilkan dari konfigurasi Rc1 dan Rc2 menggunakan persamaan [II.12] II.11 MIKROKONTROLLER (11) Mikrokontroler adalah IC yang dapat diprogram berulang kali, baik ditulis atau dihapus. Biasanya digunakan untuk pengontrolan otomatis dan manual pada perangkat elektronika. Beberapa tahun terakhir, mikrokontroler sangat banyak digunakan terutama dalam pengontrolan robot. Seiring perkembangan elektronika, mikrokontroler dibuat semakin kompak dengan bahasa pemrograman yang juga ikut berubah. Salah satunya adalah mikrokontroler AVR (Alf and Vegards Risc processor) ATmega8535 yang menggunakan teknologi RISC (Reduce Instruction Set

28

Computing) dimana program berjalan lebih cepat karena hanya membutuhkan satu siklus clock untuk mengeksekusi satu instruksi program. Secara umum, AVR dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas, yaitu kelas ATtiny, keluarga AT90Sxx, keluarga ATmega, dan AT86RFxx. Pada dasarnya yang membedakan masing-masing kelas adalah memori, peripheral, dan fungsinya. Dari segi arsitektur dan instruksi yang digunakan, mereka bisa dikatakan hampir sama. Mikrokontroler AVR

ATmega8535 memiliki fitur yang cukup lengkap. Mikrokontroler AVR ATmega8535 telah dilengkapi dengan ADC internal, EEPROM internal, Timer/Counter, PWM, analog comparator, dll (M.Ary Heryanto, 2008). Sehingga dengan fasilitas yang lengkap ini memungkinkan kita belajar mikrokontroler keluarga AVR dengan lebih mudah dan efisien, serta dapat mengembangkan kreativitas penggunaan mikrokontroler ATmega8535. Gambar berikut

memperlihatkan konfigurasi pin ATMEGA 8535.

29

Gambar II. 16 Konfigurasi PIN ATMEGA8535 (11)

Fitur-fitur yang dimiliki oleh mikrokontroler ATmega8535 adalah sebagai berikut: 1. Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu port A, port B, port C, dan port D. 2. ADC internal sebanyak 8 saluran. 3. Tiga buah Timer/Counter dengan kemampuan pembandingan. 4. CPU yang terdiri atas 32 buah register. 5. SRAM sebesar 512 byte. 6. 7. 8. 9. Memori Flash sebesar 8 kb dengan kemampuan Read While Write. Port antarmuka SPI EEPROM sebesar 512 byte yang dapat diprogram saat operasi. Antarmuka komparator analog. 30

10. Port USART untuk komunikasi serial. 11. Sistem mikroprosesor 8 bit berbasis RISC dengan kecepatan maksimal 16MHz. Mikrokontroler ATmega8535 memiliki 3 jenis memori, yaitu memori program, memori data dan memori EEPROM. Ketiganya memiliki ruang sendiri dan terpisah. a. Memori program ATmega8535 memiliki kapasitas memori progam sebesar 8 Kbyte yang terpetakan dari alamat 0000h 0FFFh dimana masing-masing alamat memiliki lebar data 16 bit. Memori program ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu bagian program boot dan bagian program aplikasi. b. Memori data ATmega8535 memiliki kapasitas memori data sebesar 608 byte yang terbagi menjadi 3 bagian yaitu register serba guna, register I/O dan SRAM. ATmega8535 memiliki 32 byte register serba guna, 64 byte register I/O yang dapat diakses sebagai bagian dari memori RAM (menggunakan instuksi LD atau ST) atau dapat juga diakses sebagai I/O (menggunakan instruksi IN atau OUT), dan 512 byte digunakan untuk memori data SRAM. c. Memori EEPROM ATmega8535 memiliki memori EEPROM sebesar 512 byte yang terpisah dari memori program maupun memori data. Memori EEPROM ini hanya dapat diakses dengan menggunakan register-register I/O yaitu register EEPROM Address, register EEPROM Data, dan register EEPROM Control. Untuk mengakses memori EEPROM ini diperlakukan seperti mengakses data 31

eksternal, sehingga waktu eksekusinya relatif lebih lama bila dibandingkan dengan mengakses data dari SRAM. ATmega8535 merupakan tipe AVR yang telah dilengkapi dengan 8 saluran ADC internal dengan fidelitas 10 bit. Dalam mode operasinya, ADC ATmega8535 dapat dikonfigurasi, baik secara single ended input maupun differential input. Selain itu, ADC ATmega8535 memiliki konfigurasi pewaktuan, tegangan referensi, mode operasi, dan kemampuan filter derau yang amat fleksibel, sehingga dengan mudah disesuaikan dengan kebutuhan ADC itu sendiri. ATmega8535 memiliki 3 modul timer yang terdiri dari 2 buah timer/counter 8 bit dan 1 buah timer/counter 16 bit. Ketiga modul timer/counter ini dapat diatur dalam mode yang berbeda secara individu dan tidak saling mempengaruhi satu sama lain. Selain itu, semua timer/counter juga dapat difungsikan sebagai sumber interupsi. Masing-masing timer/counter ini memiliki register tertentu yang digunakan untuk mengatur mode dan cara kerjanya. Serial Peripheral Interface (SPI) merupakan salah satu mode komunikasi serial syncrhronous kecepatan tinggi yang dimiliki oleh ATmega8535. Universal Syncrhronous and Asyncrhronous Serial Receiver and Transmitter (USART) juga merupakan salah satu mode komunikasi serial yang dimiliki oleh ATmega8535. USART merupakan komunikasi yang memiliki fleksibilitas tinggi, yang dapat digunakan untuk melakukan transfer data baik antar mikrokontroler maupun dengan modul-modul eksternal termasuk PC yang memiliki fitur UART. 32

USART memungkinkan transmisi data baik secara syncrhronous maupun asyncrhronous, sehingga dengan memiliki USART pasti kompatibel dengan UART. Pada ATmega8535, secara umum pengaturan mode syncrhronous maupun asyncrhronous adalah sama. Perbedaannya hanyalah terletak pada sumber clock saja. Jika pada mode asyncrhronous masing-masing peripheral memiliki sumber clock sendiri, maka pada mode syncrhronous hanya ada satu sumber clock yang digunakan secara bersama-sama. Dengan demikian, secara hardware untuk mode asyncrhronous hanya membutuhkan 2 pin yaitu TXD dan RXD, sedangkan untuk mode syncrhronous harus 3 pin yaitu TXD, RXD dan XCK. II.12 SAWTOOTH OSCILATOR (8) Rangkaian osilator sinyal gergaji merupakan kombinasi antara rangkaian komparator dan integrator. Duty cyclenya tidak selalu 50% tergantung dari

pengaturan potensiometer yang terpasang. Rumusnya adalah [II.13]

Gambar II.17 Sawtooth Oscilator (8)

33

II.13 XBEE PRO MODULE (12) XBee Pro RF Module merupakan modul radio frekuensi yang beroperasi pada frekuensi 2,4 Ghz. Sesuai data sheet, Modul ini dapat melakukan pengiriman data dan memerlukan tegangan catu 2,8 V hingga 3,4 V. Saat mengirim data, modul ini akan membebani dengan arus 270 mA, dan pada saat penerimaan data, modul ini akan membebani dengan arus 55mA. Pada Xbee Pro RF Module terdapat 20 pin, namun yang sering digunakan sebanyak 6 pin, yaitu Vcc dan GND untuk tegangan catu, DOUT merupakan pin transmisi (Tx), DIN merupakan receive (Rx), RESET merupakan pin reset Xbee Pro dan yang terakhir adalah PW MO/RSSI merupakan indicator bahwa ada penerimaaan data. Pada gambar berikut ditunjukkan bentuk fisik dari Xbee Pro, dan juga pin konfigurasi Xbee Pro.

Gambar II.18 Layout Xbee Pro Modul (12)

II.14 DELPHI (13) (14) (15) Borland Delphi adalah kompiler/penterjemah bahasa Delphi (awalnya dari Pascal) yang merupakan bahasa tingkat tinggi sekelas dengan Basic, C, dan lainlain. Bahasa Pemrograman di Delphi disebut bahasa prosedural artinya bahasa/sintaknya mengikuti urutan tertentu / prosedur. Delphi termasuk Keluarga Visual sekelas Visual Basic, Visual C, artinya perintah-perintah untuk membuat 34

objek dapat dilakukan secara visual. Pemrogram tinggal memilih objek apa yang ingin dimasukkan ke dalam Form/Window, lalu tingkah laku objek tersebut saat menerima event/aksi tinggal dibuat programnya. Delphi merupakan bahasa berorentasi objek, artinya nama objek, properti dan methode/procedure dikemas menjadi satu kemasan (encapsulated). Delphi memiliki ruang lingkup kerja yang dinamakan Lingkungan

Pengembangan Terpadu atau Integrated Development Environment (IDE). IDE dalam Delphi terbagi menjadi enam bagian utama, yaitu Main Window, ToolBar, Component Palette, Form Designer, Code Editor, dan Object Inspector. IDE merupakan sebuah lingkungan di mana semua tombol perintah yang diperlukan untuk mendesain aplikasi disajikan dengan untuk memudahkan pengembangan program. Main Window (Jendela utama) Jendela utama adalah bagian dari IDE yang mempunyai fungsi yang sama dengan fungsi utama dari program aplikasi Windows lainnya. Jendela utama Delphi terbagi menjadi tiga bagian, berupa Main Menu, Toolbar dan Component Palette.

35

Gambar II. 19 Tampilan jendela utama IDE Borland Delphi (15)

Toolbar Delphi memiliki beberapa toolbar yang masing-masing memiliki

perbedaaan fungsi dan setiap tombol pada bagian toolbar berfungsi sebagai pengganti suatu menu perintah yang sering digunakan. Toolbar sering disebut juga dengan speedbar.

Gambar II .20 Tampilan toolbar (15)

36

Component Palette Component Palette berisi kumpulan icon yang melambangkan komponenkomponen yang terdapat pada VCL (Visual Component Library). Pada Component Palette dapat ditemukan beberapa Page Control seperti Standard, Additional, Win32, System, Data Access, dan lain-lain. Form Designer Form Designer merupakan suatu objek yang dapat dipakai sebagai tempat untuk merancang program aplikasi. Form berbentuk sebuah meja kerja yang dapat diisi dengan komponen-komponen yang diambil dari Component Palette. Pada saat memulai Delphi, Delphi akan memberikan sebuah form kosong yang disebut Form1.

Gambar II.21Tampilan form (15)

Object Inspector Object Inspector digunakan untuk mengubah properti atau karakteristik dari sebuah komponen. Object Inspector terdiri dari dua tab, yaitu Properties dan Events. 37

Tab Propeties digunakan untuk mengubah properti komponen. Tab Events, bagian yang dapat diisi dengan kode program tertentu yang berfungsi untuk menangani event-event (kejadian-kejadian yang berupa sebuah procedure) yang dapat direspon oleh sebuah komponen.

Gambar II.22 Tampilan object inspector (15)

Code Editor Code editor merupakan tempat di mana kode program ditulis. Pada bagian ini kita dapat menuliskan pernyataanpernyataan dalam Objek Pascal.

38

Gambar II.23 Tampilan code editor (15)

Komponen Char Komponen chart (TChart) pada delphi merupakan komponen untuk

menampilkan grafik. Terletak pada toolbar additional dan berisi sejumlah tipe grafik dengan pengaturan tab utama yakni tab Chart dan tab Series dan beberapa subtab antara lain series, general, axis, dll.

Gambar II.24 Tab Chart (14)

39

Gambar II.25Jenis Chart Pada Delphi (14)

Gambar II.26 Tab Series (14)

40

Komponen Serial (ComPort) Program interface dengan komputer bisa dilakukan dengan banyak cara salah satunya secara serial. Transfer data secara serial berarti juga data dikirim dari devais luar misalnya mikrokontroller ke komputer secara serial dengan standard yang telah ditentukan. Pada program Delphi, komponen untuk komunikasi serial antara lain komponen comport (TComport) pada toolbar CPortLib.

Gambar II.27 Komponen comport (13)

Sebelum mengaktifkan comport, maka ada beberapa setting yang harus di atur terlebih dahulu antara lain port, baud rate, dan data bits yang di sesuaikan dengan devais luar yang dihubungkan, misalnya mikrokontroller.

Gambar II.28 Setting comport (13)

41

BAB III KONSTRUKSI DAN IMPLEMENTASI SISTEM WIRELESS EKG

Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan system elektrokardiograf berbasis PC dengan teknologi wireless yang mencakup desain dan realisasi hardware dan software. III.1 METODE PERANCANGAN Metodologi perancangan yang digunakan ditunjukkan pada gambar III.1 Di mana perancangan dimulai dengan pembelajaran literatur/studi pustaka yang berkaitan dengan rangkaian OP AMP ( penguat, filter, rangkaian pengkondisi sinyal) , mikrokontroller, dan rangkaian PC Interfacing. Untuk perangkat lunak dilakukan studi literature mengenai pemrograman

mikrokontroller dan pemrograman Delphi. Selanjutnya dilakukan desain dan implementasi untuk hardware dan software, untuk menguji desain hardware, terlebih dahulu disimulasikan pada software PROTEUS 7.0, setelah itu membuat layout jalur pada EAGLE Layout Editor. Setelah desain diimplementasikan selanjutnya dilakukan pengujian, jika ada yang tidak sesuai dengan hasil yang diinginkan maka dilakukan perubahan design. Setelah Hardware FIX maka selanjutnya desain dan implementasi software, meliputi pemrograman mikro dan pemrograman Delphi. Setelah itu dilakukan pengujian keseluruhan system.

42

Mulai

Desain & Realisasi EKG Perblok Pengujian Hardware EKG Mengubah Rancangan Hardware EKG Tidak

sesuai

Ya

Desain & Realisasi Hardware Tx Pengujian Hardware Tx Mengubah Rancangan Hardware Tx Tidak

sesuai

Ya

Desain & Realisasi Hardware Rx Pengujian Hardware Rx Mengubah Rancangan Hardware Rx Tidak

sesuai

Ya

desain & realisasi software tampilan + parameter Pengujian tampilan software Mengubah Rancangan Software Tidak

sesuai

Ya

Pembuatan Laporan

Gambar III. 1. Diagram Alir Metode Perancangan

43

III.2

SPESIFIKASI SISTEM EKG BERBASIS WIRELESS Sistem EKG pada penelitian ini dirancang untuk dapat menampilkan sinyal EKG. Sinyal diperoleh dari pasangan elektroda yang diletakkan pada filpergelangan tangan kiri (LA-left arm),

pergelangan tangan kanan (RA-right arm), dan kaki kiri (LL-left leg). Sinyal kemudian ditransmisikan dengan perangkat wireless kemudian ditampilkan pada PC (Personal Computer) Diagram blok system EKG pada tugas akhir ini ditunjukkan pada gambar berikut. Pada bagian awal, terdapat sebuah switch analog yang berfungsi memilih jenis lead yang akan diukur. Setelah lead dipilih, sinyal hasil pengukuran dikuatkan dengan penguat instrumentasi. Sinyal yang telah diperkuat tersebut kemudian disaring dengan mempergunakan beberapa filter analog antara lain Low Pass Filter, High Pass filter, dan Notch filter untuk menghilangkan sinyal derau. Sinyal yang telah diperkuat dan disaring tersebut kemudian diubah ke bentuk digital dengan menggunakan ADC pada microcontroller. Level sinyal dari ADC kemudian ditransmisikan menggunakan Xbee Pro dan ditampilkan pada PC (Personal Computer)

44

Gambar III. 2 Sistem Elektrokardiograf Berbasis Wireless

Fungsi dan cara kerja system dapat dijelaskan secara bertahap sebagai berikut: Sinyal EKG yang diperoleh dengan mengukur beda potensial dari masing masing pasangan elektroda yang diletakkan sesuai dengan metode segitiga Einthoven. Beda potensial tersebut relative sangat kecil, dalam orde mV, sehingga perlu dikuatkan terlebih dahulu menggunakan penguat

instrumentasi untuk dapat diolah lebih lanjut. Rangkaian penguat instrumentasi mampu menguatkan sinyal tanpa mengubah sifat dari sinyal asli sehingga sangat sesuai untuk menguatkan sinyal EKG. Sinyal EKG dihasilkan dengan rangkaian pemicu smith trigger sawtooth oscillator sebagai pengganti transducer yang karakteristiknya sama dengan sinyal EKG normal. Kemudian keluaran dari rangkaian ini diteruskan ke blok penguat Elektrocardiograf.

45

Rangkain driven right leg dihubungkan ke elektroda pada kaki kanan. Rangkaian ini berfungsi untuk mengurangi pengaruh sinyal common-mode yang berasal dari jala-jala listrik.

Sistem EKG dirancang untuk keperluan klinis sehingga penapisan dilakukan pada frekuensi dibawah 0,5 Hz dan di atas 100 Hz. Penapisan juga dilakukan dengan frekuensi 50 Hz (sinyal gangguan yang berasal dari jala jala listrik.

Proses konversi data analog ke digital menggunakan fitur ADC yang ada pada microcontroller yang hanya dapat membaca sinyal berpolarisasi

positif, oleh karena itu sinyal tersebut perlu dinaikkan tegangan off-set DC nya dengan menggunakan rangkaian clamping sampai keseluruhan sinyal berpolaritas positif. Mikrokontroller berfungsi sebagai pengendali utama yang mengatur kerja ADC dan melakukan pengiriman data ke XBee. Xbee merupakan piranti wireless yang dipasang pada pengirim dan penerima sehingga sinyal EKG dapat diterima PC. Kemdian sinyal yang diterima ini kemudian diolah oleh software yang akan menampilkan sinyal dalam bentuk grafik. III.3 DESAIN DAN REALISASI HARDWARE III.3.1 Buffer amplifier Rangkaian buffer amplifier digunakan agar sinyal EKG yang mempunyai amplitude kecil tidak mengalami peredaman. Rangkaian buffer amplifier berupa sebuah OP AMP yang diumpan balik yang 46

berfungsi sebagai jembatan untuk menghindari redaman karena terdapat perbedaan impedansi antara sinyal EKG dan rangkaian. Antara masing masing elektroda (LA,RA,LL) dan multiplexer terdapat sebuah rangkaian buffer.

Gambar III.3 Rangkaian Buffer

III.3.2 Multiplexer Untuk memilih Lead yang akan diukur diperlukan

multiplexer dan switch. Multiplexer yang digunakan adalah jenis IC 74HCF4052. Konfigurasi switch dalam pemilihan LED dapat dilihat pada table berikut ini:

Tabel III.1 Konfigurasi Saklar Mux (16)

III.3.3 Penguat Instrumentasi Sinyal keluaran EKG relative kecil dan mempunyai orde mV. Agar dapat diproses lebih lanjut perlu dikuatkan menjadi orde V (0-4V). Sistem EKG ini dirancang untuk melakukan penguatan 47

sampai 1000 kali. Untuk mencapainya digunakan penguat instrumentasi yang mampu memberikan penguatan = 10. Untuk mendapatkan penguatan tersebut, berdasarkan persaman II.2 , maka dilakukan perancangan seperti gambar

Gambar III.4 Rangkaian Buffer

Dari perhitungan diatas didapatkan nilai RG = 6,27 K, jadi untuk realisasinya digunakan resistor 4,7 K dan 1,5 K. III.3.4 Penguat Non Inverting Rangkaian non inverting didesain untuk menguatkan sinyal sebesar 25 sampai 50. Persamaan untuk penguatan rangkaian non inverting (AV2) sebagai berikut :

48

Nilai Ra2 = 300 K , agar rangkaian menghasilkan penguatan 50 kali, maka harga Ra1 = 6,12 K, agar penguatannya dapat diatur dengan fleksibel, maka digunakan resistor variable yang memiliki rentang 0 sampai 20 K III.3.5 Driven Right Leg Karena Common Mode merupakan salah satu gangguan untuk sinyal biopotensial jantung seperti yang telah dijelaskan pada Bab II, maka diperlukan adanya rangkaian Driven Right Leg. Output rangkaian Driven Right Leg dihubungkan ke pergelangan kaki kanan pasien pada saat dilakukan pengukuran sinyal EKG. Rangkaian ini mengumpanbalikkan arus ke pasien sampai output dari ketiga rangkaian buffer bernilai nol. Dengan memperhatikan persamaan II.5 maka diperoleh nilai desain rangkaian seperti pada gambar III.3.

Gambar III. 5 Rangkaian Driven Right Leg

49

III.3.6 Filter Untuk menghilangkan derau dan mendapatkan jangkauan frekuensi yang diinginkan dari sinyal masukan, digunakan filter analog yang terdiri atas High pass filter (HPF), low pass filter (LPF) dan filter notch. Filter analog yang digunakan merupakan filter butterworth dengan konfigurasi sallen-key. Filter jenis ini mempunyai response keseluruhan yang baik, tidak mengalami ripple pada bagian pass band, slope peredaman yang cukup landai dan overshoot yang kecil ketika diberi masukan pulsa. Untuk High Pass Filter (HPF), frekuensi cut-off diinginkan sebesar 0,5 Hz, sehingga dengan memasukka persamaan pada bab sebelumnya diperoleh nilai Ch1
=

Ch2

Ch = 22 F, kemudian

didapatkan nilai Rh1= 10,24 k dan Rh2 = 20 k. Selanjutnya untuk Low Pass Filter, frekuensi cut-off yang diinginkan sebesar 100 Hz, dengan menggunakan persamaan pada bab sebelumnya, ditentukan terlebih dahulu nilai CL2 = 10 nF dan CL1 = 2. CL2, kemudian didapatkan nilai RL1 = RL2 = 112,6 K. Dalam realisasinya, digunakan nilai resistor yang ada di pasaran, RL1 = RL2 = 100 K Selain High Pass Filter (HPF) dan Low Pass Filter (LPF) , untuk menapis derau frekuensi jala jala maka digunakan Notch Filter. Dengan menggunakan persamaan ditentukan terlebih dahulu nilai

50

CN1 = CN2 = 33 nF,kemudian didapatkan nilai RN1 = RN2 = 96,5 K, RN3 = 48,3 K , CN3= 68 nF. Semua resistor yang digunakan toleransinya 1 %. Dengan demikian keakuratan nilai dapat tercapai III.3.7 Rangkaian Clamping Sinyal EKG selain mempunyai polaritas positif juga

mempunyai polaritas negative. Amplitudo sinyal berada pada 0,25 sampai 2,5 V sehingga dibutuhkan rangkaian clamping untuk menaikkan tegangan offset sinyal dengan menambahkan tegangan DC pada masukan sehingga polaritas seluruh sinyal bernilai positif. Hal ini diperlukan karena pada tahap Microkontroller hanya dapat mengolah sinyal yang berpolaritas positif saja. Nilai RC1 dan RC2 10 Kohm dan nilai Resistor variabelnya 20 Kohm

Gambar III.6 Rangkaian Clamping

51

III.3.8 Rangkaian Microcontroller dan Xbee Pro Pada system EKG ini, mikrokontroller ATmega 8535 akan digunakan untuk mengatur kerja ADC (Analog to Digital Converter) dan mengirimkan data ke PC dengan komunikasi RS232. Sinyal EKG yang berasal dari clamping akan dikirim dalam bentuk digital. ATmega8535 menyediakan fasilitas ADC dengan resolusi 8 bit. ADC ini dihubungkan dengan 8 channel Analog Multiplexer yang memungkinkan terbentuk 8 input tegangan singleended yang masuk melalui pin pada Port A. Pada system in digunakan Port A.0 untuk ADC dkemudian datanya akan dikirim ke RS232 melalui port TX dan RX dengan mengaktifkan USART. Berikut realisasi rangkaian Microcontroller yang digunakan pada system ini dapat dilihat pada gambar III.5

52

xbee pro modul

Gambar III.7 Skematik Rangkaian Microcontroller

Gambar III.8 Board Layout Rangkaian Microcontroller

53

III.3.9 Rangkaian Max232 dan Xbee Pro Agar data dapat dianalisa dan ditampilkan ke PC, diperlukan rangkaian converter untuk mengubah data digital ke level logika RS232. Berikut skematik rangkaian RS232 dengan menggunakan IC MAX232 dan rangkaian wireless xbee pro

X B E E

Gambar III.9 Skematik Rangkaian Antar muka RS232

54

Gambar III.10 Board Layout Antarmuka RS232

III.4

DESAIN DAN REALISASI SOFTWARE

III.4.1 Pemrograman microcontroller Pemrograman microcontroller dibuat dengan program Codevision AVR. Untuk membuat project baru, dilakukan setting codewizard. Berikut Langkahnya : 1. Set ATmega dan Xtall yang digunakan, pada rangkaian ini digunakan ATmega 8535 dan Xtal 11,592 Khz.

Gambar III.11 Tampilan [Chip] Code Wizard AVR

55

2. Pada Code wizard setting ADC Enabel, use 8 bits , atur Volt Ref,dan clocknya

Gambar III.12 Tampilan [ADC] Code Wizard AVR

3. Karena data dari ADC akan dikirim melalui RS232, maka USART juga harus diaktifkan. Klik receive, transmitter, dan baudrate.

Gambar III.13 Tampilan [USART] Code Wizard AVR

Setelah setting diatas, File Generate, dan ketil listing ADC nya.

56

III.4.2 Setting Xbee Pro Agar dapat berkomunikasi , ada beberapa parameter Xbee pro yang perlu diatur. Ada 2 Cara mengatur Xbee PRO yaitu : A. Menggunakan AT Command request=+++//membuka AT Command response=OK request=atmy1//alamat diri =1 response=OK request=atdl2//alamat yang dituju=2 response=OK request =atchc//chanel RF connection response=OK request=atid3328//Personal Area Network response=OK request=atbd3//Baudrate3=9600bps response=OK request=atcn//menutup AT Command response=OK

57

Gambar III.14 Tampilan Setting Awal Xbee pada XCTU

B. Menggunakan menu XCTU Modem Configuration Cara ini lebih mudah dan cepat dalam mensetting Xbee, cukup dgn membuka librarinya, mengetik alamat diri , alamat yang dituju, memilih PAN dan memilih baud rate. III.4.3 Pemrograman Delphi Software tampilan menggunakan bahasa pemrograman Delphi dengan tampilan grafik real time, dimana masukan grafik diperoleh dari data masukan hyperterminal yang tertera pada display Delphi(txt_data.Text). Komponen-komponen yang digunakan pada rancangan software tampilan antara lain :

58

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Nama object TChart TTimer TEdit TComPort TSpeedButton TButton TBitButton TScrolBar TLabel

Caption Chart1(fast line series) tmr_grafik_anime txt_data; Edit1; Edit2 ComPort1 cmd_setting; cmd_connect BClose BBTData scr_samplingrate lbl_timer; lbl_waktu; lbl_tanggal

Tab Additional System Standard CPortLib Additional Standard Additional Standard Standard

Tabel III.2 Komponen Rancangan Software

Model tampilan pada form Delphi, sebagai berikut:

Gambar III.15 Tampilan Form Delphi

Display utama menampilkan plot titik hasil pembacaan dari komunikasi serial, dengan fitur-fitur antara lain:

59

1. Connect : membuka hubungan dengan komunikasi serial. 2. Setting : mengatur letak terminal(port), databit, baud rate, dll. 3. Transfer Data: mengekspor data tampilan grafik ke program excel, berguna untuk record data. 4. ScrollBar Sampling Rate : mengatur kecepatan sampling data yang terplot pada grafik. 5. Panel Tanggal & Waktu : memperlihatkan tanggal dan waktu pengambilan data. Adapun alur dari pengoperasian program display dapat dilihat pada diagram alir di bawah ini:

60

Mulai
Setting Com Connect ke hypertermin al Data terbaca pada txt_data.Tex t Visualisasi grafik dari nilai txt_data.Text Excel Workbook

Transfer

ya

tidak

Close

Gambar III.16 Diagram Alir Program Delphi

III.5

REALISASI SISTEM Setelah melakukan pembuatan alat dan pengintegrasian seluruh system, ada bagian pada desain system yang belum bisa terimplementasi dengan baik yaitu pada bagian transducer yang berasal dari elektroda yang melekat pada tubuh pasien, sehingga bagian ini diganti dengan rangkaian pemicu signal yang representative dengan sinyal EKG, realisasi system secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar III.16

61

Gambar III.17 Realisasi Sistem

Pada realisasi system ini, sinyal yang ditransmisikan berasal dari rangkaian pemicu signal yaitu sawtooth oscillator yang kemudian diintegrasikan ke rangkaian pengkondisi sin yal. Mikrokontroller dan Xbee merupakan perangkat PC Interfacing dan wireless pada sisi kirim. Pada sisi terima terdapat PC Interfacing berupa Xbee pro dan Max 232, sinyal akan ditampilkan pada PC dengan metode Pemrograman Delphi.

62

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM

IV.1

PENGUJIAN HARDWARE Sistem perancangan electrokardiograf telah dijelaskan secara

terperinci di bab sebelumnya. Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap masing masing bagian dari system. Pengujian hardware dilakukan dengan pengujian perblok untuk mengetahui realisasi system apakah telah mencapai target. Untuk melakukan pengujian dibutuhkan beberapa alat yaitu: DC Power supply (Batterai) : 9 V DC Power Supply Digital , DC Power Supply DRP-305 DN Function Generator GW INSTEK GAG-810 Multimeter Analog HELES UX-78 Osiloskop analog HAMEG INSTRUMENS HM 507 Analog digital skop. IV.1.1 Pengujian Smith Trigger Toothwave oscillator (EKG simulator) Toothwave oscillator akan digunakan sebagai salah satu input pemicu sinyal dalam pengujian system EKG yang direalisasikan. Output dari rangkaian ini adalah sinyal gergaji yang disetting menyerupai frekuensi dan tegangan dari sinyal Elektrokardiogram yang asli. Dari hasil pengujian, output dari rangkaian sesuai hasil perancangan, dimana diinginkan frekuensi keluaran sekitar 50 hz, dan amplitude sekitar 2V.

63

Gambar IV.1 Sinyal Output Tothwave oscillator

IV.1.2 Pengujian Rangkaian Penguat Instrumentasi Pengujian rangkaian instrumentasi dilakukan untuk membuktikan penguatan yang ditargetkan berdasarkan analisa teori pada Bab.II. Realisasi alat diharapkan mampu memberikan penguatan sebesar 10 dari beda kedua tegangan input (V+ dan V-). Pengujian dilakukan dengan memberikan gelombang sinus yang dihasilkan oleh function generator ke masukan penguat instrumentasi (pinV+ ) dan menghubungkan pin V- ke ground. Keluaran dari rangkaian ini diukur dengan menggunakan osiloskop analog, kanal 1 osiloskop dihubungkan dengan function generator dan kanal 2 dihubungkan pada keluaran rangkaian. Function generator diatur untuk menghasilkan sinyal sinusoidal dengan frekuensi 100 Hz dan amplitude tegangan awal 0,2 Vp-p. Pengujian rangkaian ini dilakukan dengan amplitude sinyal masukan yang beragam. Rangkaian ini menggunakan sumber daya -9V dan +9V.

64

Vin (Vp-p) 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4 1,5

Vout (Vp-p) 2 4 5,7 7,9 9,8 11,9 13,9 14,8

Penguatan (A) 10 10 9,5 0,9875 9,8 9,91 9,92 9,86

Tabel IV.1 Pengujian Rangkaian Instrumentasi

Dari hasil pengujian, penguatan rata rata yang diberikan rangkaian 9,8 sehingga dapat disimpulkan bahwa rangkaian yang direalisasikan ternyata dapat menghasilkan penguatan yang sesuai. IV.1.3 Rangkaian Penguat Non Inverting Pada Bab.3 penguat non inverting ini dirancang untuk memberikan penguatan sebesar 25 pada keluaran penguat Non Inverting. Peralatan dan prosedur yang digunakan dalam pengujian sama halnya dengan pengujian penguat instrumentasi. Pengujian dilakukan dengan memberikan gelombang sinus yang dihasilkan oleh function generator ke masukan penguat non inverting (pinV+ ) dan menghubungkan pin V- ke ground. Keluaran dari rangkaian ini diukur dengan menggunakan osiloskop analog, kanal 1 osiloskop dihubungkan dengan function generator dan kanal 2 dihubungkan pada

65

keluaran rangkaian. Function generator diatur untuk menghasilkan sinyal sinusoidal dengan frekuensi 100 Hz dan amplitude tegangan awal 0,1 Vpp. Pengujian rangkaian ini dilakukan dengan amplitude sinyal masukan yang beragam. Rangkaian ini menggunakan sumber daya -9V dan +9V.
Vin (Vp-p) 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 Vout (Vp-p) 2,5 5,0 7,5 10,4 12,5 14,5 17,5 Saturasi Penguatan (A) 25 25 25 26 25 24,1 25 -

Tabel IV.2 Pengujian Rangkaian Non Inverting

Dari hasil pengujian, penguatan rata rata yang diberikan rangkaian 25,01 sehingga dapat disimpulkan bahwa rangkaian yang direalisasikan ternyata dapat menghasilkan penguatan yang sesuai IV.1.4 Pengujian Rangkaian Driven Right Leg Pengujian rangkaian driven right leg ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik rangkaian yang telah direalisasikan. Rangkaian ini dirancang untuk memberikan penguatan negative sebagai umpan balik ke tubuh pasien. Peralatan yang digunakan dalam melakukan pengujian rangkaian

66

driven right leg antara lain sumber daya DC osiloskop analog dan function generator Pengujian dilakukan dengan memberikan gelombang sinus yang dihasilkan oleh function generator ke masukan penguat driven right leg (pinV+ ) dan menghubungkan pin V- ke ground. Keluaran dari rangkaian ini diukur dengan menggunakan osiloskop analog, kanal 1 osiloskop dihubungkan dengan function generator dan kanal 2 dihubungkan pada keluaran rangkaian. Function generator diatur untuk menghasilkan sinyal sinusoidal dengan frekuensi 100 Hz dan amplitude tegangan awal 0,2 Vpp. Pengujian rangkaian ini dilakukan dengan amplitude sinyal masukan yang beragam. Rangkaian ini menggunakan sumber daya -9V dan +9V.

Vin (mVp-p) 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Vout (Vp-p) 0,5 0,10 1,4 1,7 2,1 2,7 3,2 3,5 4 4,5

Penguatan (A) 100 100 96,67 85 84 90 91,4 87,5 88,89 90

Tabel IV. 3 Pengujian Rangkaian Driven Right Leg

67

Dari hasil pengujian, penguatan rata rata yang diberikan rangkaian 91,3 sehingga dapat disimpulkan bahwa rangkaian yang direalisasikan ternyata dapat menghasilkan penguatan yang sesuai. IV.1.5 Pengujian Rangkaian Filter Pengujian filter ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik filter yang telah direalisasikan sehingga dapat diketahui efektifitas rangkaian untuk menapis sinyal gangguan yang mempunyai frekuensi rendah. Ada tiga filter yang digunakan yaitu High Pass Filter (HPF), Low Pass Filter (LPF), dan Notch Filter. Pengujian dilakukan dengan memberikan gelombang sinus yang dihasilkan oleh function generator ke masukan filter high pass (pinV+) dan menghubungkan pin V- ke ground. Keluaran dari rangkaian ini diukur dengan menggunakan osiloskop analog, kanal 1 osiloskop dihubungkan dengan function generator dan kanal 2 dihubungkan pada keluaran rangkaian. Function generator diatur untuk menghasilkan sinyal sinusoidal dengan frekuensi awal 100 Hz dan amplitude tegangan awal 0,5 Vp-p. Pengujian rangkaian ini dilakukan dengan amplitude sinyal masukan yang beragam. Rangkaian ini menggunakan sumber daya -9V dan +9V.

68

Vin (mVp-p) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

Frekuensi 100 80 60 40 20 15 10 5 2 1,5 1 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4

Vout Vp-p) 0,49 0,49 0,49 0,48 0,48 0,48 0,48 0,48 0,46 0,46 0,45 0,4 0,4 0,35 0,3 0,25

Tabel IV.4 Pengujian Rangkaian Filter High Pass

69

Gambar IV.2 Respon Frekuensi Filter High Pass

Dari hasil pengujian diperoleh bahwa untuk frekuensi 0,6 Hz ke bawah, amplitude mengalami penurunan drastis. Pengujian selanjutnya adalah pengujian pada Low Pass Filter, alat dan prosedur sama dengan pengujian filter high pass. Frekuensi awal yang digunakan adalah 200 Hz dengan amplitude 0,5 mVp-p. Berikut hasil pengujian low pass filter.
Vin (mVp-p) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 Frekuensi 200 166,67 125 110 100 93,75 72,73 60 50 Vout (Vp-p) 0,15 0,2 0,3 0,35 0,38 0,4 0,45 0,48 0,48

70

0,5 0,5 0,5 0,5

40 30 20 10

0,49 0,49 0,49 0,49

Tabel IV.5 Pengujian Rangkaian Filter Low Pass

Gambar IV.3 Respon Frekuensi Filter Low Pass

Dari hasil pengujian didapatkan bahwa amplitudo mengalami penurunan drastis pada frekuensi 110 Hz. Selanjutnya dilakukan pengujian untuk Notch Filter,sama dengan filter filter sebelumnya. Berikut hasil pengujiannya.

71

Frekuensi Vin (mVp-p) 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 100 90 80 70 57,14 53,85 52,78 49,60 46,43 45,45 43,75 40 30 20

Vout (Vp-p)

4,9 4,9 4,9 4,9 4,5 4 3,5 0,1 3,5 4 4,5 4,8 4,8 4,8

Tabel IV.6 Pengujian Rangkaian Filter Notch

Gambar IV.4 Respon Frekuensi Filter Notch

72

Dari hasil pengujian rangkaian filter dapat disimpulkan bahwa filter yang digunakan bekerja pada daerah yang ditargetkan. Dapat dilihat pada grafik masing masing filter bahwa frekuensi cut-off (saat amplituda keluaran 0,707xVin), untuk High Pass filter 0,6 Hz, Low Pass Filter 110 Hz,Notch Filter 5,78 dan 46,43 Hz. Ketidaksesuaian ilai disebabkan beberapa hal diantaranya toleransi harga resistor dan kesalahan pembacaan. IV.1.6 Pengujian Rangkaian Clamping Pengujian rangkaian clamping dilakukan dengan memberikan gelombang sinus yang dihasilkan oleh function generator ke masukan filter high pass (pinV+) dan menghubungkan pin V- ke ground. Keluaran dari rangkaian ini diukur dengan menggunakan osiloskop analog, kanal 1 osiloskop dihubungkan dengan function generator dan kanal 2 dihubungkan pada keluaran rangkaian. Function generator diatur untuk menghasilkan sinyal sinusoidal dengan frekuensi awal 100 Hz dan amplitude tegangan 2 Vp-p. Pengujian rangkaian ini dilakukan dengan amplitude sinyal masukan yang beragam. Rangkaian ini menggunakan sumber daya -9V dan +9V. Resistor Variable Rcv diatur sedemikian rupa sehingga baseline keluaran dari rangkaian naik/turun sesuai dengan keinginan dan seluruh sinyal mempunyai polaritas positif. Dari pengamatan didapatkan bahwa rangkaian clamping dapat mengakomodasi keperluan untuk menaikkan tegangan off-set sinyal EKG sampai seluruh sinyal mempunyai polaritas positif.

73

IV.2 PENGUJIAN SOFTWARE IV.2.1 Uji Kesesuaian Grafik Tampilan dan Sinyal Kirim Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan level tegangan terukur dari sinyal yang akan dikirim dengan level tegangan dari sinyal tampilan pada grafik. Dibawah ini dapat dilihat perbandingannya.

Gambar IV.5 Sinyal yang terplot pada PC

Gambar IV.6 Sinyal yang dikirim dari sistem

Dari gambar diatas dapat dilihat untuk level tegangan cukup tergambar dengan baik, dimana level tegangan terukur adalah 1,3 V dan amplitude sinyal pada grafik sekitar 1,3. Untuk bentuk sinyal, dapat dilihat adanya perbedaan antara sinyal kirim dengan yang tertampil pada grafik. Hal ini dikarenakan keterlambatan respon penerima yang mengakibatkan data terplot pada grafik tidak sempurna. Seperti diketahui, chart pada

74

umumnya berfungsi sebagai plot statistik pada bidang vertical, sedangkan pada bidang horizontal hanya mengacu pada aliran data yang masuk secara bergiliran. Berikut ditampilkan hasil penerimaan sinyal melalui program XCTU pada saat koneksi terhubung.

Gambar IV.7 Data yang diterima di XCTU dalam format chart

Dapat dilihat pada XCTU, karakter yang terkirim dominan berupa karakter titik dan sedikit variasi. Data inilah yang pada grafik ter-plot sebagai garis datar. Sementara sinyal yang terbaca pada alat ukur kontinyu dan terus-menerus mengirim. Hal inilah yang mengindikasikan

keterlambatan dari penerima. IV.2.2 Penentuan Sampling Rate Pada display tampilan terdapat fitur scrollbar yang mengatur

interval sampling dari sinyal yang ter-plot pada grafik. Pengujian pada point ini dilakukan dengan menguji kontinuitas sinyal pada grafik dengan mengubah-ubah sampling interval, dari nilai maksimal sampling rate 5000 Hz hingga 500 Hz. 75

1. 5000 Hz

Gambar IV.8 Tampilan Delphi pada sampling rate 5000 Hz

2. 4500 Hz

Gambar IV.9 Tampilan Delphi pada sampling rate 4500 Hz

3. 4000 Hz

Gambar IV.10 Tampilan Delphi pada sampling rate 4000 Hz

4. 3500 Hz

Gambar IV.11 Tampilan Delphi pada sampling rate 3500 hz

76

5. 3000 Hz

Gambar IV.12 Tampilan Delphi pada sampling rate 3000 hz

6. 2500 Hz

Gambar IV.13 Tampilan Delphi pada sampling rate 2500 hz

7. 2000 Hz

Gambar IV.14 Tampilan Delphi pada sampling 2000 hz

8. 1500 Hz

Gambar IV.15 Tampilan Delphi pada sampling rate 1500 Hz

77

9. 1000 Hz

Gambar IV.16 Tampilan Delphi pada sampling rate 1000 Hz

10. 500 Hz

Gambar IV.17 Tampilan Delphi pada sampling rate 500 ms

Dapat dilihat bahwa sampling rate terbaik didapatkan pada nilai 4000 Hz karena nilai ini bersesuaian dengan selang waktu dimana data kembali diterima oleh receiver untuk disampling dan diplot ke dalam grafik. Untuk sampling rate 4000 Hz, karena dalam 1 detik terdapat 4000 sample, maka sampling intervalnya adalah 0,25 ms. Frekuensi sinyal yang dikirim adalah 50 Hz, jadi durasi satu gelombang adalah 20 ms, dan sampling rate per gelombang adalah 80. Untuk pendekatan sinyal PQRST dengan asumsi periode gelombang sama adalah 100ms. Bila dibandingkan dengan sinyal PQRST secara klinis, periodenya adalah 1 detik. Jadi masalah validasi secara klinis tidak perlu dikhawatirkan. Namun pada beberapa pengujian, sampling rate terbaik berada pada 4050 Hz.

78

IV.2.3 Uji Karakteristik Sinyal Tampilan terhadap Jarak dan Kondisi (LOS dan NLOS).

Pada pengujian ini akan diperlihatkan perubahan sinyal tampilan akibat pengaruh jarak pengirim dan penerima. Data ini diukur dalam dua kondisi, yakni kondisi Line of Sight dan Non Line of Sight. Pengambilan data untuk LOSS dilakukan di depan rektorat dan lapangan bola arsitektur, sedangkan untuk NLOSS dilakukan di Lantai 3 dengan penerima berada di ruangan laboratorium multimedia. 1. NLOS(NonLine of Sight) R : 15 m

Gambar IV.18 Tampilan Delphi uji NLOS pada jarak 15 m

2.

R : 28 m

Gambar IV.19 Tampilan Delphi uji NLOS pada jarak 28 m

79

3.

R : 39 m

Gambar IV.20 Tampilan Delphi uji NLOS pada jarak 39 m

4.

R : 50 m

Gambar IV.21 Tampilan Delphi uji NLOS pada jarak 50

1.

LOS(Line of Sight) R : 50 m

Gambar IV.22 Tampilan Delphi uji LOS pada jarak 50 m

2.

R : 70 m

Gambar IV.23 Tampilan Delphi uji LOS pada jarak 70 m

80

3.

R : 130 m

Gambar IV.24 Tampilan Delphi uji LOS pada jarak 130 m

4.

R : 166 m

Gambar IV.25 Tampilan Delphi uji LOS pada jarak 166 m

5.

R : 250 m

Gambar IV.26 Tampilan Delphi uji LOS pada jarak 250 m

Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa jarak memberi pengaruh besar terhadap tampilan sinyal yang diterima. Untuk kondisi LOS, jarak maksimum yang dapat diperoleh yakni 250 m, sedangkan pada kondisi NLOS, jarak maksimum yang dapat diperoleh yakni 50 m dikarenakan bervariasinya penghalang antara pengirim dan penerima. Berikut capture jarak pengujian LOS dan NLOSS pada Google Earth.

81

Gambar IV.27 Pengujian karakteristik untuk LOS pada jarak 250 m

Gambar IV.28 Pengujian karakteristik NLOS pada jarak 50 m

82

BAB V PENUTUP

V.1

KESIMPULAN Berikut beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil pengujian dan analisis system wireless EKG yang telah direalisasikan. Sistem ini telah berhasil menampilkan bentuk grafik sinyal EKG pada PC yang representative dengan sinyal dari sumber. Keberhasilan dalam pengukuran sinyal EKG sangat tergantung pada elektroda dalam hal ini kabel penghubung dan tempat pemasangan. Hasil pengujian EKG belum mampu menggunakan elektroda asli sehingga diganti dengan trigger yang representative terhadap sinyal EKG yang asli. Penggunaan sampling rate harus sesuai karena sangat mempengaruhi keakuratan sinyal yang terplot pada PC. Sistem wireless ini mampu menjangkau jarak 250m untuk LOSS dan 50m untuk NLOSS. Semakin jauh jarak antara pengirim dan penerima maka semakin besar delay pengiriman data yang sangat mempengaruhi keakuratan sinyal.

83

V.2 SARAN Untuk pengembangan EKG di masa yang akan datang, perlu adanya riset transducer dan kabel yang cocok dengan rangkaian pengkondisi sinyal EKG. Untuk meminimalisir akibat delay pengiriman data Xbee, perlu adanya pemrograman penyamplingan dan pengiriman data secara array pada mikrokontroller. Keakuratan visualisasi sinyal terima dengan menggunakan program Delphi sebaiknya dengan fasilitas TImage. Pengembangan system lebih lanjut memungkinkan adanya system

EKG compact yang menjamin mobilitas pasien menjadi flexible sehingga pihak medis tetap mendapatkan info medis sebagai early warning meskipun pasien tidak berada pada ruang perawatan. Sistem yang cocok untuk EKG compact dapat direalisasikan dengan menggunakan fitur Xbee Pro secara maksimal, dalam hal ini sebagai Transceiver dan sebagai mikrokontroller, tapi perlu perhatian khusus untuk noise yang ditimbulkan oleh pergerakan, sehingga disarankan untuk menggunakan filter yang lebih kompleks yaitu filter digital.

84

DAFTAR PUSTAKA

1. Tompkins, Willis J. Biomedical Digital Signal Processing. s.l. : Prentice Hall, 1995. 2. Martono, Nur. Belajar mudah membaca EKG. http://blog-indonesia.com/blogarchive-1730-85.html. [Online] 3. http://www.canadianrenewablefuelssummit.com/diets-cardiovascularprevention.htm. [Online] 4. http://www.spelman.edu/~mprice2/strongbethany/advanced%20concept.htm. [Online] 5. Realisasi Elektrokardiografi Berbasis Komputer Personal Untuk Akusisi Data Isyarat Elektris Jantung. Agung, Raka. Bali : Universitas Udayana, 2002. 6. Vander, Sherman Luciano. Human Physiology. [book auth.] Mc.Graw Hill. 1994. 7. Aston, R. Principles of Biomedical Instrumentation and measurement. s.l. : Merril Publishing Company, 1990. 8. http://abonk.blog.unsoed.ac.id/files/2009/06/2_op-amp.pdf. [Online] 9. Data sheet AD620N. www.datasheet.com. [Online] 10. Albert Paul Malvino, PH.D.,E.E. Prinsip - Prinsip Elektronika II. Jakarta : Salemba Teknika, 2004. 11. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20194/4/Chapter%20II.pdf. [Online] 12. Perancangan Dan Implementasi Jaringan Sensor (Sensor Network) pada Frekuensi 2,4 Ghz - 2,5 Ghz. John T Pakadang, Herianto Sampealang. s.l. : UNHAS, 2009. 13. Kurniawan, Dayat. Komunikasi Serial Dengan Delphi. s.l. : IlmuKomputer.com, 2003. 14. Wahana Komputer. Teknik Antarmuka Mikrokontroller dengan Komputer Berbasis Delphi. Jakarta : Salemba Infotek, 2006.

15. Zakaria,Teddy Markus. Pemrograman Delphi Untuk Pemula:IDE dan Struktur Program. s.l. : IlmuKomputer.com, 2003. 16. Data sheet HCF4052B. www.datasheet.com. [Online] 17. Datasheet ATMega 8535. www.datasheet.com. [Online] 18. Datasheet MAX 232. www.datasheet.com. [Online] 19. Datasheet XBee PRO Module. www.datasheet.com. [Online]. 20. Datasheet OP07. www.datasheet.com. [Online]. 21. Datasheet AIC1722 series. www.datasheet.com. [Online]

LAMPIRAN

LAMPIRAN A
(Listing Program Mikrokontroller)

/***************************************************** This program was produced by the CodeWizardAVR V2.03.4 Standard Automatic Program Generator Copyright 1998-2008 Pavel Haiduc, HP InfoTech s.r.l. http://www.hpinfotech.com

Project : Version : Date Author : 2/1/2006 :

Company : Comments:

Chip type Program type Clock frequency Memory model External RAM size Data Stack size

: ATmega8535 : Application : 11.059200 MHz : Small : 0 : 128

*****************************************************/

#include <mega8535.h>

#define RXB8 1 #define TXB8 0 #define UPE 2 #define OVR 3 #define FE 4 #define UDRE 5 #define RXC 7

#define FRAMING_ERROR (1<<FE) #define PARITY_ERROR (1<<UPE) #define DATA_OVERRUN (1<<OVR)

#define DATA_REGISTER_EMPTY (1<<UDRE) #define RX_COMPLETE (1<<RXC)

// USART Receiver buffer #define RX_BUFFER_SIZE 8 char rx_buffer[RX_BUFFER_SIZE];

#if RX_BUFFER_SIZE<256 unsigned char rx_wr_index,rx_rd_index,rx_counter; #else unsigned int rx_wr_index,rx_rd_index,rx_counter; #endif

// This flag is set on USART Receiver buffer overflow bit rx_buffer_overflow;

// USART Receiver interrupt service routine interrupt [USART_RXC] void usart_rx_isr(void) { char status,data; status=UCSRA; data=UDR; if ((status & (FRAMING_ERROR | PARITY_ERROR | DATA_OVERRUN))==0) { rx_buffer[rx_wr_index]=data; if (++rx_wr_index == RX_BUFFER_SIZE) rx_wr_index=0; if (++rx_counter == RX_BUFFER_SIZE) { rx_counter=0; rx_buffer_overflow=1; }; }; }

#ifndef _DEBUG_TERMINAL_IO_ // Get a character from the USART Receiver buffer

#define _ALTERNATE_GETCHAR_ #pragma used+ char getchar(void) { char data; while (rx_counter==0); data=rx_buffer[rx_rd_index]; if (++rx_rd_index == RX_BUFFER_SIZE) rx_rd_index=0; #asm("cli") --rx_counter; #asm("sei") return data; } #pragma used#endif

// USART Transmitter buffer #define TX_BUFFER_SIZE 8 char tx_buffer[TX_BUFFER_SIZE];

#if TX_BUFFER_SIZE<256 unsigned char tx_wr_index,tx_rd_index,tx_counter; #else unsigned int tx_wr_index,tx_rd_index,tx_counter; #endif

// USART Transmitter interrupt service routine interrupt [USART_TXC] void usart_tx_isr(void) { if (tx_counter) { --tx_counter; UDR=tx_buffer[tx_rd_index]; if (++tx_rd_index == TX_BUFFER_SIZE) tx_rd_index=0; }; }

#ifndef _DEBUG_TERMINAL_IO_ // Write a character to the USART Transmitter buffer #define _ALTERNATE_PUTCHAR_ #pragma used+ void putchar(char c) { while (tx_counter == TX_BUFFER_SIZE); #asm("cli") if (tx_counter || ((UCSRA & DATA_REGISTER_EMPTY)==0)) { tx_buffer[tx_wr_index]=c; if (++tx_wr_index == TX_BUFFER_SIZE) tx_wr_index=0; ++tx_counter; } else UDR=c; #asm("sei") } #pragma used#endif

// Standard Input/Output functions #include <stdio.h>

#include <delay.h>

#define ADC_VREF_TYPE 0x60

// Read the 8 most significant bits // of the AD conversion result unsigned char read_adc(unsigned char adc_input) { ADMUX=adc_input | (ADC_VREF_TYPE & 0xff); // Delay needed for the stabilization of the ADC input voltage delay_us(10);

// Start the AD conversion ADCSRA|=0x40; // Wait for the AD conversion to complete while ((ADCSRA & 0x10)==0); ADCSRA|=0x10; return ADCH; }

// Declare your global variables here

void main(void) { // Declare your local variables here

// Input/Output Ports initialization // Port A initialization // Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In // State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T PORTA=0x00; DDRA=0x00;

// Port B initialization // Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In // State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T PORTB=0x00; DDRB=0x00;

// Port C initialization // Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In // State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T PORTC=0x00; DDRC=0x00;

// Port D initialization // Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In // State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T

PORTD=0x00; DDRD=0x00;

// Timer/Counter 0 initialization // Clock source: System Clock // Clock value: Timer 0 Stopped // Mode: Normal top=FFh // OC0 output: Disconnected TCCR0=0x00; TCNT0=0x00; OCR0=0x00;

// Timer/Counter 1 initialization // Clock source: System Clock // Clock value: Timer 1 Stopped // Mode: Normal top=FFFFh // OC1A output: Discon. // OC1B output: Discon. // Noise Canceler: Off // Input Capture on Falling Edge // Timer 1 Overflow Interrupt: Off // Input Capture Interrupt: Off // Compare A Match Interrupt: Off // Compare B Match Interrupt: Off TCCR1A=0x00; TCCR1B=0x00; TCNT1H=0x00; TCNT1L=0x00; ICR1H=0x00; ICR1L=0x00; OCR1AH=0x00; OCR1AL=0x00; OCR1BH=0x00; OCR1BL=0x00;

// Timer/Counter 2 initialization

// Clock source: System Clock // Clock value: Timer 2 Stopped // Mode: Normal top=FFh // OC2 output: Disconnected ASSR=0x00; TCCR2=0x00; TCNT2=0x00; OCR2=0x00;

// External Interrupt(s) initialization // INT0: Off // INT1: Off // INT2: Off MCUCR=0x00; MCUCSR=0x00;

// Timer(s)/Counter(s) Interrupt(s) initialization TIMSK=0x00;

// USART initialization // Communication Parameters: 8 Data, 1 Stop, No Parity // USART Receiver: On // USART Transmitter: On // USART Mode: Asynchronous // USART Baud Rate: 9600 UCSRA=0x00; UCSRB=0xD8; UCSRC=0x86; UBRRH=0x00; UBRRL=0x47;

// Analog Comparator initialization // Analog Comparator: Off // Analog Comparator Input Capture by Timer/Counter 1: Off ACSR=0x80; SFIOR=0x00;

// ADC initialization // ADC Clock frequency: 691.200 kHz // ADC Voltage Reference: AVCC pin // ADC High Speed Mode: Off // ADC Auto Trigger Source: None // Only the 8 most significant bits of // the AD conversion result are used ADMUX=ADC_VREF_TYPE & 0xff; ADCSRA=0x84; SFIOR&=0xEF;

// Global enable interrupts #asm("sei")

while (1) { putchar (read_adc(0)); }; }

LAMPIRAN B
(Listing Program Delphi)

unit unit_dasar; interface uses Windows, Messages, SysUtils, Variants, Classes, Graphics, Controls, Forms, Dialogs, StdCtrls, ExtCtrls, TeEngine, Series, TeeProcs, Chart, TeeFunci, Buttons, CPort, ComObj, math; type TForm1 = class(TForm) Chart1: TChart; Series1: TFastLineSeries; tmr_grafik_anime: TTimer; txt_data: TEdit; ComPort1: TComPort; cmd_setting: TSpeedButton; cmd_connect: TSpeedButton; BClose: TButton; lbl_tdiv: TLabel; scr_samplingrate: TScrollBar; lbl_timer: TLabel; BBTData: TBitBtn; Edit1: TEdit; Edit2: TEdit; lbl_wkt: TLabel; lbl_tgl: TLabel; Label1: TLabel; Edit3: TEdit; scr_tdiv: TScrollBar; procedure tmr_grafik_animeTimer(Sender: TObject); procedure FormCreate(Sender: TObject); procedure cmd_settingClick(Sender: TObject); procedure cmd_connectClick(Sender: TObject); procedure ComPort1RxChar(Sender: TObject; Count: Integer); procedure FormClose(Sender: TObject; var Action: TCloseAction);

procedure BCloseClick(Sender: TObject); procedure scr_samplingrateChange(Sender: TObject); procedure scr_tdivChange(Sender: TObject); procedure BBTDataClick(Sender: TObject);

private { Private declarations } public { Public declarations } end; var Form1: TForm1; klik: integer; TperDiv:integer; buffer:byte ;data:variant; i:integer; implementation {$R *.dfm}

procedure TForm1.FormCreate(Sender: TObject); var i:integer; begin Edit1.Clear; Edit2.Clear; klik:=0; TperDiv := 1; for i:= 1 to 27 do begin series1.AddXY(i,StrToInt(txt_data.Text),'',clTeeColor); end; end;

procedure TForm1.tmr_grafik_animeTimer(Sender: TObject); var data_x: variant; begin klik:= klik+1; data_x:=klik; with Series1 do

begin data_x:=XValues[1] - XValues[0]; Delete(0); AddXY(XValues.Last+data_x,StrToInt(txt_data.Text),'',clTeeColor); end; Edit1.Text:= TimeToStr(Now); Edit2.Text:= DateToStr(Now); end;

procedure TForm1.cmd_settingClick(Sender: TObject); begin ComPort1.ShowSetupDialog; end;

procedure TForm1.cmd_connectClick(Sender: TObject); begin if cmd_connect.Caption = '&Connect' then begin cmd_connect.Caption := '&Disconnect'; tmr_grafik_anime.Enabled:=true; ComPort1.Open; if not ComPort1.Connected then form1.Close; ComPort1.Connected:=True; end else begin cmd_connect.Caption := '&Connect'; tmr_grafik_anime.Enabled:=false; ComPort1.close; ComPort1.Connected:=false; end; end;

procedure TForm1.ComPort1RxChar(Sender: TObject; Count: Integer); begin if Count=1 then begin comport1.Read(buffer,1) ; data:=buffer;

if data> 5 then

txt_data.Text:= data+51

else txt_data.Text:= data; end else begin comport1.ClearBuffer(true,true); end; end;

procedure TForm1.FormClose(Sender: TObject; var Action: TCloseAction); begin ComPort1.Close; end;

procedure TForm1.BCloseClick(Sender: TObject); begin Application.Terminate; end;

procedure TForm1.scr_samplingrateChange(Sender: TObject); begin if scr_samplingrate.Position = 0 then begin TperDiv := 1; lbl_timer.Caption := 'Sampling Rate : '+inttostr(TperDiv)+' ms'; end else begin TperDiv := scr_samplingrate.Position; lbl_timer.Caption := 'Sampling Rate : '+inttostr(50*TperDiv) + ' ms'; end; tmr_grafik_anime.Interval := TperDiv; Edit3.Text:=IntToStr(scr_samplingrate.Position); end;

procedure TForm1.scr_tdivChange(Sender: TObject); begin chart1.MaxPointsPerPage := 27-scr_tdiv.Position end;

procedure TForm1.BBTDataClick(Sender: TObject);

var Trans_Excel : variant; new_name : variant; cnt_trans : integer; begin Trans_Excel:= CreateOleObject('Excel.Application'); Trans_Excel.Visible:= True; Trans_Excel.Workbooks.Add; Trans_Excel.Workbooks[1].Worksheets[1].name:='backup_data_ekg'; New_Name:= Trans_Excel.Workbooks[1].Worksheets['backup_data_ekg']; New_Name.Cells[1,1]:= 'Data Input'; New_Name.Cells[1,2]:= 'Waktu'; New_Name.Cells[1,3]:= 'Tanggal';

for cnt_trans:= 2 to (klik+1) do begin New_name.cells[cnt_trans,1]:= txt_data.Text; New_name.cells[]:= Edit1.Text ; New_name.cells[]:= Edit2.Text ; end; end;

end.

LAMPIRAN C
(Daftar Harga)

No 1 2 3 4 5 6

Keterangan Xbee Pro Module 2,4 Ghz+Ongkos kirim Cardi clip Fukuda 4's Converter RS232+Kabel Max232+soket DB 9 + Cover Regulator AIC 1722-33

Harga satuan Rp Rp Rp Rp Rp Rp 660.000 800.000 125.000 10.000 3.000 5.000

Jumlah 4 1 1 1 1

Total Rp 2.640.000 Rp Rp Rp Rp Rp 800.000 125.000 10.000 3.000 5.000

1 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Regulator 7805 Xtall 11,0592 ATMega 8535+Soket IC AD 620 N IC OP 07 VR 10k multi turn VR 20k multi turn Kabel Video Pin Header Female Elco/Capacitor/Resistor/Dioda PCB Matriks PCB Polos Black Housing Batterai Biaya Sablon (Ferrit clorida+Amplas) Total Biaya Rp Rp Rp Rp Rp 2.500 2.500 500 7.500 5.000 2 1 10 8 1 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 5.000 7.500 50.000 50.000 5.500 5.000 5.000 60.000 3.000 1 1 1 1 10 2 2 1 12 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 5.000 7.500 50.000 50.000 55.000 10.000 10.000 60.000 36.000 35.000 5.000 2.500 5.000 60.000 5.000

Rp 3.979.000

LAMPIRAN D
(Dokumentasi)

LAMPIRAN D
(Data Sheet xbee pro module)

LAMPIRAN E
(Data Sheet AT MEGA 8535)

LAMPIRAN F
(Data Sheet aic 1722)

LAMPIRAN G
(Data Sheet aic 1722)

You might also like