You are on page 1of 131

Kata Pengantar

Sejalan dengan ikhtiar kita untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui kegiatan pembangunan di segala bidang, sudah sepantasnya kita senantiasa memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta'ala, atas semua limpahan Rahmat dan Karunia-Nya yang tidak terhingga bagi bangsa dan negara tercinta ini. Tanpa terasa, masa pengabdian Kabinet Indonesia Bersatu II dalam upaya untuk mewujudkan Indonesia yang semakin adil, aman, makmur dan sejahtera telah memasuki tahun ke-3 (tiga). Dalam rentang waktu tersebut, telah banyak capaian strategis yang berhasil kita lakukan dengan semangat dan kerja keras di tengah kondisi bangsa yang sedang mengalami cobaan, tantangan dan ujian yang tidak ringan. Gerak langkah pelaksanaan reformasi birokrasi yang kreatif dan inovatif dalam berbagai aspek semakin nyata baik di pusat maupun di daerah, hendaknya tetap kita jaga dan pertahankan, bahkan harus terus ditingkatkan di masa mendatang. Saya menyampaikan apresiasi yang mendalam terhadap segenap tingkatan aparatur negara/birokrasi yang telah melakukan berbagai langkah terobosan untuk kemajuan dan pelaksanaan peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Pada 5 (lima) bulan awal pengabdian saya selaku Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, saya terus mengharapkan dukungan dan kebersamaan dari segenap tingkatan aparatur negara/birokrasi untuk mewujudkan hasil nyata sebagai terobosan dalam rangka percepatan reformasi birokrasi. Tugas kita 2 (dua) tahun kedepan akan semakin berat dalam mengawal jalannya pemerintahan. Kita akan dihadapkan dengan tahun dengan situasi sosial dan politik yang dinamis menyongsong pemilu tahun 2014. Untuk itu, peran aparatur negara menjadi unsur yang sangat penting dalam mendinamisir jalannya keberlangsungan pemerintahan dan pembangunan di seluruh tanah air. Pelaksanaan reformasi birokrasi diharapkan mampu mengubah wajah birokrasi menjadi birokrasi bersih, mumpuni dan melayani sebagaimana harapan masyarakat. Ini adalah pekerjaan besar bagi kita jajaran Kementerian PAN dan RB yang diserahi tugas untuk mengkoordinasikan dan merumuskan kebijakan di bidang pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Kita harus mampu secara konsisten terus menegakkan dan meningkatkan komitmen disertai produktivitas kinerja yang optimal dalam setiap pelaksanaan kinerja peran dan tugas ini. Pelaksanaan 9 (sembilan) program percepatan reformasi birokrasi elaksanaan sebagai ekstraksi dari berbagai kebijakan PAN dan RB yang telah kita canangkan harus dapat dilakukan secara efektif dan efisien yaitu : efisien, 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) Penataan Struktur Birokrasi; Penataan Jumlah dan distribusi PNS; Sistem Seleksi CPNS dan Promosi secara Terbuka; Profesionalisasi PNS; Pengembangan Sistem Elektronik Pemerintah (E-Government); Government); Penyederhanaan Perizinan Usaha; Peningkatan Transpar Transparansi dan Akuntabilitas Aparatur; Peningkatan Kesejahteraan Pegawai Negeri; Efisiensi Penggunaan Fasilitas, Sarana dan Prasarana Kerja Pegawai Negeri. Fasilitas,

Terkait dengan pelaksanaan pencapaian kinerja kebijakan PAN dan RB tahun 2011, kita menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 1, Akuntabilitas (LAKIP) Kementerian PAN dan RB Tahun 2011. Hal ini semata ementerian semata-mata kita tunjukkan kepada masyarakat bahwa Kementerian PAN dan RB mempunyai komitmen dan tekad yang kuat untuk melaksanakan kinerja organisasi yang berorientasi pada hasil, baik berupa output maupun outcomes. Di sisi yang lain, penyusunan LAKIP Kementerian PAN dan RB juga dimaksudkan sebagai pengejawantahan prinsip transparansi dan akuntabilitas yang merupakan pilar penting pelaksanaan tata kelola pemerintahan ya baik. yang Mudah-mudahan, penyajian LAKIP Kementerian PAN dan RB ini menjadi mudahan, cermin bagi kita semua untuk mengevaluasi kinerja organisasi selama satu tahun agar dapat melaksanakan kinerja ke depan secara lebih produktif, efektif dan efisien, baik dari aspek perencanaan, pengorganisasian, manajemen keuangan maupun koordinasi pelaksana pelaksanaannya. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi,

Azwar Abubakar

ii

Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Kementerian PAN dan RB Tahun 201 2011

Daftar Isi
Kata Pengantar Daftar Isi Ringkasan Eksekutif I Pendahuluan A. B. C. D. E. II A. B. C. A. B. C. IV A. B. Latar Belakang Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Aspek Strategis Struktur Organisasi Sistematika Penyajian RPJMN 2010-2014 Rencana Strategi Tahun 2010-2014 Penetapan Kinerja Tahun 2011 Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2011 Analisis Capaian Kinerja Akuntabilitas Keuangan Simpulan Saran i iii iv 1 1 2 3 4 5 6 6 10 16 22 22 27 101 105 105 106

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

III Akuntabilitas Kinerja Tahun 2011

Penutup

Lampiran 1. 2. Struktur Organisasi Kementerian PAN dan RB Pengukuran Kinerja Tahun 2011

iii

Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Ringkasan Eksekutif
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi mempunyai kedudukan dan peran strategis dalam melaksanakan prioritas pertama RPJMN 2010-2014 yaitu reformasi birokrasi dan tatakelola. Untuk itu, seluruh program kerja Kementerian PAN dan RB didasarkan pada tujuan, sasaran strategis dan target kinerja yang telah ditetapkan baik pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014, Rencana Kerja Pemerintah (RKP), Kontrak Kinerja Menteri PAN dan RB dengan Presiden, serta Rencana Strategis (Renstra) Kementerian PAN dan RB Tahun 2010-2014 secara konsisten, terus menerus dan berkesinambungan. Kementerian PAN dan RB telah menetapkan 7 (tujuh) sasaran strategis yang akan dicapai dalam tahun 2011. Ke tujuh sasaran strategis tersebut selanjutnya diukur dengan mengaplikasikan 47 indikator kinerja dan 63 target kinerja. Secara umum dapat disimpulkan bahwa dari tujuh sasaran strategis yang ditetapkan dalam Penetapan/Perjanjian Kinerja Tahun 2011, terdapat 4 sasaran strategis yang berhasil dilaksanakan dengan baik (100% atau lebih), yaitu Sasaran Strategis 3, 5, 6 dan 7. Sedangkan 3 Sasaran Strategis lainnya belum sepenuhnya dilaksanakan dengan baik, yaitu Sasaran Strategis 1, 2 dan 4. Meskipun begitu tingkat pencapaian 3 sasaran strategis tersebut diatas 80%. Secara keseluruhan, tingkat pencapaian kinerja Kementerian PAN dan RB adalah sebesar 105,22%. Rincian capaian kinerja masing-masing indikator tiap sasaran strategis tersebut dapat diilustrasikan dalam tabel berikut :

Sasaran Strategis I
Terwujudnya kualitas pelayanan publik prima, cepat, pasti, murah, transparan, adil, patut dan memuaskan
Indikator Kinerja
Jumlah peraturan/kebijakan di bidang pelayanan publik (PP, PerPres, Inpres, dan Per Men. PAN dan RB)

Target
1 PP, 1 Perpres, 1 Inpres, 2 Per. Men. PAN dan RB

Realisasi
1 Draft RPP 1 Draft Perpres 1 Draft Inpres 2 Draft Per.Men.PAN-RB

%
90 80 80 90

iv

Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Persentase Provinsi yang diberi sosialisasi Undang-Undang ttg Pelayanan Publik Persentase Instansi Pusat yang diberi sosialisasi Undang-Undang ttg Pelayanan Publik Terlaksananya implementasi Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 ttg Pelayanan Publik pada K/L Terlaksananya implementasi Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 ttg Pelayanan Publik pada Provinsi Jumlah Kabupaten/ Kota yang mempresentasikan kepuasan pelanggan berdasarkan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Skor IKM unit pelayanan Persentase Pemerintah Daerah yang menerapkan OSS (pelayanan terpadu) Jumlah Kabupaten/Kota yang dilakukan evaluasi dampak Pemberian Penghargaan Citra Bahkti Abdi Negara (CBAN) Jumlah Kab/Kota yang menerapkan pedoman peningkatan kualitas pelayanan publik berbasis partisipasi masyarakat Jumlah unit pelayanan publik yang menerapkan pedoman peningkatan kualitas pelayanan publik berbasis partisipasi masyarakat Jumlah Kabupaten/Kota yang dinilai Berdasarkan usulan instansi/Pemerintah Provinsi Persentase Pemda yang berkategori baik sesuai penilaian Persentase Pemda yang berkategori terbaik sesuai penilaian

70 % Provinsi

30 %

42,86

100 %

100 %

100

11 K/L

0 K/L

7 Pemda Provinsi

0 Pemda Provinsi

33 Kab/kota

28 Kab/kota

85

65 75 %

76,57 79 %

117,58 105,33

26 Kab/kota

0 Kab/kota

5 Kab/kota

5 Kab/Kota

100

15 unit

80 unit

533,33

105 Kab/Kota

73 Kab/Kota

69,52

60 %

0%

60 %

0%

0 87,86

Rata-rata capaian kinerja pada Sasaran Strategis I

Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Sasaran Strategis II
Terwujudnya organisasi pemerintah yang proporsional, efektif dan efisien
Indikator Kinerja
Jumlah peraturan/kebijakan di bidang Kelembagaan (Perpres, Per. Men. PAN dan RB)

Target

Realisasi
3 Draft Perpres

%
85 90

4 PerMen.PAN dan RB, 6 Per.Men.PAN dan RB 2 Draft PerMen.PAN dan RB 3 Perpres, 100 % 80 %

Persentase penyelesaian konsolidasi struktural dan peningkatan kapasitas Kementerian PAN dan RB, BKN dan LAN Persentase Kementerian Negara yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya Persentase LPNK yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya Persentase LNS yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya Persentase Perwakilan RI di Luar Negeri yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya Persentase Sekretariat Lembaga Negara yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya Persentase instansi pemerintah (PPKBLU) yang telah tertata kelembagaannya Persentase Pemda yang dievaluasi organisasi dan tatakerjanya

80

30 %

29,41 %

98,04

30 % 30 %

28,57 % 23,26 %

95,24 77,52

30 %

0%

30 %

28,57 %

95,24

30 %

25 % 30,30% Provinsi 33,33% Kab/Kota

83,33 101 111,1 83,31

30 %

Rata-rata capaian kinerja pada Sasaran Strategis II

Sasaran Strategis III


Terwujudnya SDM Aparatur yang profesional, berkinerja, akuntabel dan sejahtera
Indikator Kinerja
Jumlah peraturan/kebijakan di Bidang SDM Aparatur (UU, PP, Perpres, Per. 1 RUU 9 RPP

Target

Realisasi
1 RUU 9 RPP

%
100 100

vi

Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Men. PAN dan RB)

3 PP 10 Per. Men.PAN dan RB

12 PP 8 Per.Men.PAN dan RB 95 % IP Pusat 92 % IP Daerah 5%

400 80

Persentase instansi pemerintah yang mengirimkan data usulan formasi PNS secara akurat dan benar sesuai aturan Persentase instansi yang menerapkan kebijakan pemantapan pengembangan pegawai Persentase peningkatan penghasilan PNS Persentase instansi yang menyusun informasi jabatan dalam rangka penyusunan sistem remunerasi berdasarkan merit system

80 % IP Pusat 80 % IP Daerah 5%

119 115 100

5%

10 %

200

20 %

30 %

150

Rata-rata capaian kinerja pada Sasaran Strategis III

151,55

Sasaran Strategis IV
Terwujudnya penyelenggaraan tata laksana pemerintah yang efisien, efektif dan akuntabel
Indikator Kinerja
Jumlah peraturan/kebijakan di bidang Tata Laksana (UU, PP, Per. Men. PAN dan RB) 2 UU 2 RUU 1 PP 5 Per. Men. PAN dan RB

Target

Realisasi
2 RUU 2 RUU 1 RPP 2 Per. Men. PAN dan RB, 3 Draft Per.Men.PAN dan RB 59,46 %

%
80 62,5 70

88

Persentase instansi pemerintah pusat yang melakukan penataan ketatalaksanaan dengan baik

35 %

169

Rata-rata capaian kinerja pada Sasaran Strategis IV

93,90

Sasaran Strategis V
Terwujudnya pelaksanaan reformasi birokrasi nasional secara terencana, sistematis, dan komprehensif
Indikator Kinerja
Jumlah kebijakan pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang diterbitkan
vii

Target
7 kebijakan

Realisasi
10 kebijakan

%
143

Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Jumlah K/L yang telah melaksanakan reformasi birokrasi sesuai kebijakan RB Nasional Jumlah K/L yang telah melaksanakan reformasi birokrasi Tingkat kualitas pelaksanaan RB yang terukur sesuai dengan kebijakan RB Nasional Jumlah instansi yang menerima sosialisasi Jumlah asistensi reformasi birokrasi kepada instansi pusat dan daerah

12 K/L

20 K/L

167

30 %

47 %

156

80 % 100 % K/L 30 % Pemda 100 % K/L 10 % Pemda

81 % 100 % K/L 100 % Prov. 62 % -

101 100 333 62 132,75

Rata-rata capaian kinerja pada Sasaran Strategis V

Sasaran Strategis VI
Terwujudnya instansi pemerintah yang akuntabel dan berkinerja tinggi
Indikator Kinerja
Jumlah peraturan/kebijakan di bidang Akuntabilitas Kinerja (RUU, Per. Men. PAN dan RB) Persentase instansi pemerintah yang menerapkan Sistem Akuntabilitas Kinerja sesuai aturan Persentase instansi pemerintah yang akuntabilitas kinerjanya baik Persentase instansi pemerintah yang menyusun Indikator Kinerja Utama (IKU) Persentase LAKIP yang diterima 1 RUU 3 Per. Men. PAN dan RB 50 %

Target

Realisasi
1 RUU 3 Per. Men. PAN dan RB 50,34 %

%
100 100

100,68

44 %

48,72 %

121,81

22 % (Pusat dan Daerah) 87 % (Pusat dan Daerah) 55 % (Pusat dan Daerah) 32 %

20,10 %

91,36

87,42 % 60,29 % 30,77 %

100,48 109,62 76,92 100,10

Persentase PK yang diterima Persentase instansi peserta model Island of Integrity yang berhasil

Rata-rata capaian kinerja pada Sasaran Strategis VI

viii

Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Sasaran Strategis VII


Terwujudnya penyelenggaraan pengawasan intern pemerintah yang terintegrasi, efisien dan efektif
Indikator Kinerja
Jumlah peraturan/kebijakan di bidang Pengawasan (RUU, Per. Men. PAN dan RB)

Target
1 RUU 2 Per. Men. PAN dan RB

Realisasi
1 Draft RUU 2 Draft Per.Men. PAN dan RB

%
95

98

Persentase instansi pemerintah yang melaksanakan SPI sesuai dengan ketentuan Persentase laporan dumas yang disalurkan dan telah ditindaklanjuti oleh instansi pemerintah Persentase instansi pemerintah yang melaksanakan dan melaporkan Inpres Percepatan Pemberantasan Korupsi yang dievaluasi sesuai pedoman

50 %

62,55 %

125,30

65 %

81 %

124,61

65 %

51,88 %

79,81

Rata-rata capaian kinerja pada Sasaran Strategis VII

104,54

Rata-rata capaian kinerja keseluruhan

105,22

ix

Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Bab I Pendahuluan
Latar Belakang Keberadaan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, tidak terlepas dari perjalanan panjang sejarah aparatur negara dalam mengawal perjuangan bangsa Indonesia untuk mewujudkan cita-cita luhur sebagaimana ditegaskan dalam Alinea IV Pembukaan UUD 1945 yaitu membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sejak awal terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), aparatur negara telah menyertai dan menjaga perjalanan sejarah bangsa Indonesia agar tidak tercabik-cabik dalam keterpurukan dan tetap utuh dalam kerangka NKRI. Dengan memberikan arah kebijakan strategis yang menjadikan aparatur negara di pusat dan daerah dapat berperan aktif menyelenggarakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan sehingga tetap berjalan sebagaimana mestinya. Meskipun gelombang pasang surut terjadi dalam dinamika sejarah perjuangan bangsa dan diwarnai pergolakan sosial yang kuat, berkat komitmen dan kinerja aparatur negara yang netral, profesional dan beretika, pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan Indonesia yang aman, adil, sejahtera dan bermartabat tetap berjalan sampai dengan yang diharapkan. Ketika reformasi bergelora di Indonesia, segenap komponen bangsa terpacu untuk memperbaiki dan mengembangkan sistem, tata kerja dan upaya-upaya lainnya ke arah kemajuan. Semangat itu pula yang memberikan dorongan betapa pentingnya melakukan upaya-upaya sistematis untuk mendayagunakan aparatur negara guna mewujudkan masyarakat madani yang dicita-citakan. Tidak dapat dipungkiri pula bahwa aparatur negara yang ideal merupakan suatu keniscayaan hakiki bagi keberlangsungan pembangunan nasional. Pada era penyelenggaraan pemerintahan 2010-2014, telah ditetapkan 11 prioritas pembangunan nasional yang menempatkan Reformasi Birokrasi dan tata kelola sebagai prioritas pertama untuk dilaksanakan
1
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

A.

sebagaimana ditegaskan dalam Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014. Untuk melaksanakan amanat strategis tersebut, Presiden Republik Indonesia telah memberikan tugas pokok kepada Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 untuk menyelenggarakan urusan di bidang pendayagunaan aparatur negara dan Reformasi Birokrasi untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Tugas tersebut harus senantiasa dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab, efektif, efisien dan akuntabel. Sesuai dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Nomor: XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme serta Undang-undang (UU) Nomor 28 Tahun 1999 tentang hal yang sama telah diterbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Instruksi Presiden tersebut mewajibkan setiap Instansi Pemerintah sebagai unsur penyelenggara negara untuk mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi, serta peranannya dalam pengelolaan sumber daya dan kebijakan yang dipercayakan kepadanya berdasarkan perencanaan strategis yang ditetapkan. B. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, maka kedudukan, tugas, fungsi, susunan organisasi dan tata kerja Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi adalah sebagai berikut: 1. Kedudukan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dipimpin oleh Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. 2. Tugas Pokok Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi diberikan tugas untuk menyelenggarakan urusan di bidang pendayagunaan aparatur negara dan Reformasi Birokrasi dalam

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. 3. Fungsi Dalam melaksanakan tugas tersebut, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi menyelenggarakan fungsi: 1) Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi; 2) Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi; 3) Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggungjawab Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi; 4) Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
C. ASPEK STRATEGIS

Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 telah menetapkan 11 prioritas nasional yaitu : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) reformasi birokrasi dan tata kelola; pendidikan; kesehatan; penanggulangan kemiskinan; ketahanan pangan; infrastruktur; iklim investasi dan usaha; energi; lingkungan hidup dan penanganan bencana; daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan paska konflik; serta kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi.

Prioritas yang terkait tugas dan fungsi Kementerian PAN dan RB adalah prioritas pertama yaitu reformasi birokrasi dan tata kelola. Selain itu, Kementerian PAN dan RB juga mendukung keseluruhan kegiatan prioritas lainnya dalam upaya peningkatan pelayan di berbagai sektor. Berkaitan dengan pencapaian target RPJMN Tahun 2010-2014, ditetapkan Pokok-pokok strategi dan kebijakan Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi tahun 2010-2014 yang difokuskan pada 3 (tiga) aspek utama, sebagai berikut :
3
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

1) Penyelesaian peraturan perundang-undangan/kebijakan sebagai landasan hukum yang memperkuat arah Reformasi Birokrasi; 2) Peningkatan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat sehingga secara maksimal memenuhi asas-asas pelayanan prima yaitu cepat, tepat, murah, transparan, akuntabel dan tidak diskriminatif. Hal ini dilakukan dalam rangka menumbuhkan kepercayaan masyarakat dan memperbaiki iklim investasi sehingga multiplier efeknya terjadi pengurangan pengangguran, peningkatan pertumbuhan ekonomi, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat; dan pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang 3) Pemantapan menyeluruh, mencakup : (a) penyusunan dan penyempurnaan berbagai peraturan perundang-undangan dan petunjuk implementasi pelaksanaan Reformasi Birokrasi guna memberikan landasan dan arah pelaksaan yang sistemik, komprehensif, lintas sektoral, berkelanjutan pada konteks good governance ; (b) pembenahan sistem kelembagaan, ketatalaksanaan dan manajemen pemerintah di pusat dan daerah agar semakin efektif, efisien dan responsif serta berorientasi pada peningkatan kinerja SDM Aparatur dan instansi; (c) peningkatan profesionalisme SDM Aparatur melalui pembenahan manajemen kepegawaian yang mencakup seluruh aspek pembinaan mulai dari perencanaan, penetapan formasi, rekruitmen/seleksi, penempatan, diklat, promosi, remunerasi, penegakan disiplin serta peningkatan tertib administrasi kepegawaian; (d) perbaikan pelaksanaan pengawasan dan akuntabilitas aparatur melalui peningkatan efektivitas, efisiensi dan kapasitas pengawasan aparatur pemerintah terhadap seluruh aspek manajemen pemerintahan dan kenegaraan. D. Struktur Organisasi Untuk melaksanakan tugas pokok, fungsi, susunan organisasi dan tata kerja tersebut, sesuai Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dibantu oleh: 1. Sekretariat Kementerian; 2. Deputi Bidang Program dan Reformasi Birokrasi; 3. Deputi Bidang Kelembagaan; 4. Deputi Bidang SDM Aparatur; 5. Deputi Bidang Tata Laksana; 6. Deputi Bidang Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur;
4
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

7. 8. 9. 10. 11.

Deputi Bidang Pelayanan Publik; Staf Ahli Bidang Hukum; Staf Ahli Bidang Kebijakan Publik; Staf Ahli Bidang Sistem Manajemen; Staf Ahli Bidang Otonomi Daerah; 12. Staf Ahli Bidang Budaya Kerja Aparatur. Secara rinci struktur organisasi Kementerian PAN dan RB terdapat pada lampiran 1. E. Sistematika Penyajian Pada dasarnya Laporan Akuntabilitas Kinerja ini memberikan penjelasan mengenai pencapaian kinerja Kementerian PAN dan RB selama Tahun 2011. Capaian kinerja (performance results) Tahun 2010 tersebut diperbandingkan dengan Penetapan Kinerja (performance agreement) Tahun 2011 sebagai tolok ukur keberhasilan Tahunan organisasi. Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana kinerja ini akan memungkinkan diidentifikasikannya sejumlah celah kinerja (performance gap) bagi perbaikan kinerja di masa datang. Sistematika penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kementerian PAN dan RB Tahun 2011 berpedoman pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, sebagai berikut : Bab I Pendahuluan, menjelaskan secara ringkas latar belakang, aspek strategis Kementerian PAN dan RB, serta struktur organisasi; Bab II Perencanaan dan Penetapan Kinerja, menjelaskan secara ringkas dokumen perencanaan yang menjadi dasar pelaksanan program, kegiatan dan anggaran Kementerian PAN dan RB Tahun 2011 meliputi RPJMN 2010-2014, Rencana Strategis Kementerian PAN dan RB Tahun 2010 - 2014 dan Penetapan Kinerja Tahun 2011. Bab III Akuntabilitas Kinerja Tahun 2011, menjelaskan analisis pencapaian kinerja Kementerian PAN dan RB dikaitkan dengan pertanggungjawaban publik terhadap pencapaian sasaran strategis untuk Tahun 2011. Bab IV Penutup, menjelaskan simpulan menyeluruh dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011 dan menguraikan rekomendasi yang diperlukan bagi perbaikan kinerja di masa datang.
5
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Bab II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja


Sebagaimana disebutkan di atas bahwa berdasarkan Pasal 612 Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010, Kementerian PAN dan RB diberikan tugas untuk menyelenggarakan urusan di bidang pendayagunaan aparatur negara dan Reformasi Birokrasi dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Kementerian PAN dan RB menyelenggarakan fungsi : 1. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi; 2. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi; 3. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggungjawab Kementerian PAN dan RB; 4. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian PAN dan RB. Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya agar efektif, efisien dan akuntabel, Kementerian PAN dan RB berpedoman pada dokumen perencanaan yang terdapat pada : 1. 2. 3. RPJMN 2010-2014; Renstra Kementerian PAN dan RB 2010-2014; Penetapan Kinerja Tahun 2011.

A.

RPJMN 2010-2014 RPJM 2010-2014 ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian. Berkaitan dengan ini telah di tetapkan kerangka Visi Indonesia 2014 adalah: Terwujudnya Indonesia Yang Sejahtera, Demokratis, Dan Berkeadilan, dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Kesejahteraan Rakyat. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat, melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada
6
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa. Tujuan penting ini dikelola melalui kemajuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi; 2. Demokrasi. Terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis, berbudaya, bermartabat dan menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung jawab serta hak asasi manusia; 3. Keadilan. Terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia. Visi Indonesia 2014 kemudian dijabarkan di dalam Misi pembangunan 2010-2014. Misi ini adalah rumusan dari usaha-usaha yang diperlukan untuk mencapai visi Indonesia 2014 yaitu terwujudnya Indonesia Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Misi pemerintah dalam periode 2009-2014 diarahkan untuk mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera, aman dan damai dan meletakkan fondasi yang lebih kuat bagi Indonesia yang adil dan demokratis. Misi tersebut adalah : 1) Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera; 2) Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi; dan 3) Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang. Dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional 2010-2014, pemerintah menetapkan lima agenda utama pembangunan nasional tahun 2010-2014, yaitu: Agenda I : Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat; Agenda II : Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan; Agenda III : Penegakan Pilar Demokrasi; Agenda IV: Penegakkan Hukum Dan Pemberantasan Korupsi; dan Agenda V: Pembangunan Yang Inklusif dan Berkeadilan. Ke lima agenda tersebut memiliki prioritaskan yang dirumuskan dalam bentuk sasaran pembangunan nasional 2010-2014, yaitu : 1) Sasaran Pembangunan Ekonomi dan Kesejahteraan; 2) Sasaran Perkuatan Pembangunan Demokrasi; dan 3) Sasaran Program Penegakan Hukum. Selanjutnya berdasarkan visi, misi, agenda, sasaran pembangunan dan arah kebijakan umum pemerintah tersebut, pemerintah menetapkan Sebelas (11) Program Prioritas Nasional yaitu: (1) reformasi birokrasi dan tata kelola; (2) pendidikan; (3) kesehatan; (4) penanggulangan kemiskinan; (5) ketahanan pangan; (6) infrastruktur; (7) iklim investasi dan usaha; (8) energi; (9)
7
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

lingkungan hidup dan bencana; (10) daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan paska konflik; serta (11) kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi. Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2010-2014 ini juga diarahkan untuk menjadi sebuah rencana kerja jangka menengah yang bersifat menyeluruh. Persoalan yang bersifat lintas sektor harus ditangani secara holistik dan tidak terfragmentasi sehingga dapat menyelesaikan persoalan yang sebenarnya. Pencapaian kinerja pembangunan tersebut menjadi komitmen semua pihak khususnya instansi pemerintah untuk dapat merealisasikannya secara sungguh-sungguh untuk kepentingan rakyat dan bangsa Indonesia. Oleh karena itu disusun pula rencana kerja yang bersifat lintas bidang. Kebijakan lintas bidang ini akan menjadi sebuah rangkaian kebijakan antar bidang yang terpadu meliputi prioritas, fokus prioritas serta kegiatan prioritas lintas bidang untuk menyelesaikan permasalahan pembangunan yang semakin kompleks. Berkaitan dengan hal ini telah ditetapkan 9 (sembilan) bidang pembangunan yaitu: 1) Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama; 2) Bidang Ekonomi; 3) Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; 4) Bidang Sarana dan Prasarana; 5) Bidang Politik; 6) Bidang Pertahanan dan Keamanan; 7) Bidang Hukum dan Aparatur; 8) Bidang Wilayah dan Tataruang; dan 10) Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup. Dari 9 (sembilan) bidang pembangunan terdapat 1 (satu) bidang yang sangat terkait dengan tugas dan fungsi Kementerian Negara PAN dan Reformasi Birokrasi yaitu bidang (7) Bidang Hukum dan Aparatur dengan sasaran yang akan dicapai, yaitu : terwujudnya peningkatan penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik yang mencerminkan supremasi hukum dan penegakan hak asasi manusia yang didukung oleh aparatur negara yang bersih, berwibawa, bertanggung jawab serta profesional melalui: a. Tercapainya tertib peraturan perundang-undangan dengan indikator berkurangnya jumlah peraturan perundang-undangan yang bermasalah, meningkatnya kualitas peraturan perundang-undangan sesuai dengan kebutuhan pembangunan dan aspirasi masyarakat; b. Terwujudnya lembaga peradilan yang bersih dan berwibawa yang ditandai dengan diterapkannya sistem peradilan yang sederhana, cepat, transparan dan akuntabel; c. Terwujudnya pemenuhan, perlindungan, pemajuan dan penegakan HAM, dengan indikator tersedianya kerangka regulasi yang
8
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

berperspektif HAM, terbentuk dan terlaksananya pedoman dan mekanisme pemajuan HAM, jumlah penanganan kasus-kasus HAM, termasuk perlindungan dan bantuan hukum bagi masyarakat miskin dan terpinggirkan; d. Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, ditandai dengan meningkatkan Indeks Persepsi Korupsi menjadi 5 dan membaiknya opini BPK atas LKKL dan LKPD. Untuk LKKL diharapkan pada tahun 2014 seluruh KL (100%) mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), sedangkan opini atas LKPD pada tahun 2014 diharapkan yang mendapatkan opini WTP sebanyak 60% dan opini WDP sebanyak 40%; e. Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik kepada penduduk dan masyarakat, yang ditandai dengan meningkatnya skor Integritas Pelayanan Publik dan peringkat Kemudahan Berusaha. Skor Integritas Pelayanan Publik pada unit layanan di instansi pusat, bila pada tahun 2008 adalah 6,84 diharapkan pada tahun 2014 menjadi 8. Sedangkan untuk daerah ditandai meningkatnya skor Integritas Pelayanan Publik dari 6,69 pada tahun 2008 menjadi 8 pada tahun 2014. Skor Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) pada unit pelayanan diharapkan tahun 2014 skornya mencapai 85. Di samping itu, peringkat Kemudahan Berusaha diharapkan terus membaik dari peringkat 122 pada tahun 2009 naik menjadi peringkat 75 pada tahun 2014; f. Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi yang ditandai dengan meningkatnya skor Indeks Efektivitas Pemerintahan dari 47,4 pada tahun 2008 menjadi 60 pada tahun 2014. Di samping itu, pada tahun 2014 ditargetkan seluruh instansi pemerintah telah menerapkan SAKIP, dan persentasi instansi yang dinilai akuntabel mencapai 80%. Untuk mencapai sasaran pembangunan bidang hukum dan aparatur, prioritas bidang hukum dan aparatur adalah Peningkatan Penyelenggaraan Tatakelola Pemerintahan yang Baik, dengan fokus prioritas pada: (1) Peningkatan Efektifitas Peraturan Perundang-Undangan; (2) Peningkatan Kinerja Lembaga di Bidang Hukum; (3) Peningkatan Penghormatan, Pemajuan, dan Penegakan HAM; (4) Peningkatan Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN); (5) Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik; (6) Peningkatan Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi; dan (7) Pemantapan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Instansi.
9
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

B.

Rencana Strategis Tahun 2010 2014 Rencana Strategis (Renstra) Kementerian PAN dan RB 2010-2014 merupakan perencanaan jangka menengah Kementerian PAN dan RB yang berisi tentang gambaran sasaran atau kondisi hasil yang akan dicapai dalam kurun waktu lima tahun oleh Kementerian PAN dan RB beserta strategi yang akan dilakukan untuk mencapai sasaran sesuai dengan tugas, fungsi dan peran yang diamanahkan. Penyusunan Renstra Kementerian PAN dan RB telah mengacu pada RPJM Nasional tahun 2010-2014 yang telah ditetapkan pemerintah, khususnya terkait dengan prioritas pembangunan bidang Hukum dan Aparatur. Proses penyusunan juga telah dilakukan secara partisipatif antara unit-unit di bawah Kementerian PAN dan RB maupun stakeholder eksternal. Secara ringkas subtansi Renstra Kementerian PAN dan RB dapat diilustrasikan sebagai berikut : a. Visi Visi Kementerian PAN dan RB adalah : Terwujudnya aparatur negara yang profesional, efektif, efisien dan akuntabel dalam pelaksanaan Reformasi Birokrasi Menuju Kepemerintahan Yang Baik Kelas Dunia 2025. b. Misi Dalam rangka untuk mewujudkan Visi tersebut, Kementerian PAN dan RB menetapkan 7 ( tujuh) misi yang akan dilakukan secara konsisten, yaitu: 1) Meningkatkan kualitas pelayanan publik; 2) Meningkatkan pelaksanaan reformasi birokrasi: 3) Meningkatkan akuntabilitas kinerja aparatur; 4) Meningkatkan koordinasi pengawasan; 5) Terwujudnya kelembagaan yang efektif dan efisien; 6) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi ketatalaksanaan; 7) Meningkatkan profesionalitas SDM aparatur. c. Tujuan Berdasarkan visi dan misi yang telah ditetapkan, Kementerian PAN dan RB menetapkan empat (4) tujuan yang akan dicapai oleh organisasi dalam jangka waktu sampai tahun 2014, yaitu: 1) Meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat;
10
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

2) Terwujudnya aparatur negara yang profesional, efektif, efisien dan akuntabel dalam rangka percepatan reformasi birokrasi; 3) Meningkatnya pengawasan intern pemerintah percepatan pemberantasan korupsi yang efektif; dalam rangka

4) Meningkatnya sumber daya Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi. d. Sasaran Berdasarkan atas tujuan, selanjutnya Kementerian PAN dan RB menjabarkan dalam sasaran-sasaran strategis yang akan dicapai secara tahunan selama periode Renstra. Sasaran strategis dan indikator kinerja sebagai alat ukur keberhasilan sasaran strategis selama tahun 2010-2014 adalah sebagai berikut :
Sasaran Indikator Kinerja Utama

Tujuan 1 : Meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat Sasaran Strategis 1 : 1) Jumlah peraturan/kebijakan dibidang pelayanan publik;

Terwujudnya kualitas pelayanan publik prima, cepat, pasti, murah, 2) Persentase Instansi yang skor IKM baik; transparan, adil, patut dan 3) Persentase Pemerintah Daerah yang memuaskan menerapkan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP); 4) Persentase instansi yang berkategori baik sesuai penilaian; 5) Persentase unit pelayanan yang berkategori baik sesuai penilaian; 6) Jumlah instansi yang menerapkan pedoman peningkatan kualitas pelayanan publik berbasis partisipasi masyarakat; 7) Jumlah instansi yang menerapkan UU Nomor 25/2009 tentang pelayanan publik; 8) Jumlah Pemda yang melakukan peningkatan kualitas pelayanan publik berbasis Sistem Manajemen Mutu (SMM) yang diakui secara internasional.

11

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Sasaran

Indikator Kinerja Utama

Tujuan 2 : Terwujudnya aparatur negara yang profesional, efektif, efisien dan akuntabel dalam rangka percepatan Reformasi Birokrasi Sasaran Strategis 2 : Terwujudnya pelaksanaan reformasi birokrasi nasional secara terencana, sistematis, dan komprehensif 1) Jumlah kebijakan pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang diterbitkan; 2) Jumlah K/L yang telah melaksanakan reformasi birokrasi sesuai kebijakan RB Nasional; 3) Jumlah Pemda yang telah melaksanakan reformasi birokrasi sesuai kebijakan RB Nasional; 4) Tingkat kualitas pelaksanaan RB yang terukur sesuai dengan kebijakan RB Nasional. Sasaran Strategis 3 : Terwujudnya organisasi pemerintah yang proporsional, efektif dan efisien 1) Jumlah Peraturan Kebijakan dibidang kelembagaan (UU, PP, Perpres, Per. Men. PAN dan RB); 2) Persentase unit organisasi di lingkungan Kementerian/Lembaga yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya; 3) Jumlah kelembagaan Pemda yang telah dipantau dan dievaluasi organisasi dan tata kerjanya. Sasaran Strategis 4 : Terwujudnya SDM Aparatur yang profesional, berkinerja,akuntabel dan sejahtera 1) Jumlah Peraturan Kebijakan dibidang SDM Aparatur (UU, PP, Perpres, Per. Men. PAN dan RB); 2) Persentase peningkatan penghasilan PNS berdasarkan hasil analisis dikaitkan dengan tingkat inflasi; 3) Jumlah instansi pemerintah yang menyusun perencanaan kebutuhan pegawai dan penataan PNS sesuai aturan; 4) Persentase instansi yang menegakkan disiplin sesuai aturan; 5) Persentase instansi pemerintah yang melakukan penataan jabatan PNS; 6) Jumlah instansi pemerintah yang telah melakukan pemeringkatan jabatan.
12
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Sasaran Sasaran Strategis 5 : Terwujudnya penyelenggaraan tata laksana pemerintah yang efisien, efektif dan akuntabel

Indikator Kinerja Utama 1) Jumlah peraturan/kebijakan dibidang ketatalaksanaan; 2) Persentase instansi pemerintah pusat yang melakukan penataan ketatalaksanaan dengan baik; 3) Persentase instansi pemerintah daerah yang melakukan penataan ketatalaksanaan dengan baik.

Sasaran Strategis 6 : Terwujudnya instansi pemerintah yang akuntabel dan berkinerja tinggi

1) Jumlah peraturan/kebijakan di bidang pengawasan dan akuntabilitas; 2) Persentase instansi pemerintah yang menerapkan Sistem Akuntabilitas Kinerja sesuai aturan; 3) Persentase instansi pemerintah yang akuntabilitas kinerjanya baik; 4) Persentase instansi peserta model Island of Integrity yang berhasil; 5) Persentase instansi pemerintah yang menyusun Indikator Kinerja Utama (IKU); 6) Persentase LAKIP yang diterima; 7) Persentase PK yang diterima.

Tujuan 3 : Meningkatnya pengawasan intern pemerintah dalam rangka percepatan pemberantasan korupsi yang efektif; Sasaran Strategis 7 : Terwujudnya penyelenggaraan pengawasan intern pemerintah yang terintegrasi, efisien dan efektif 1) Persentase instansi pemerintah yang melaksanakan SPI sesuai dengan ketentuan; 2) Persentase jumlah temuan yang ditindaklanjuti dalam waktu satu tahun; 3) Persentase laporan dumas yang disalurkan dan telah ditindaklanjuti oleh instansi pemerintah; 4) Persentase instansi pemerintah yang melaksanakan dan melaporkan Inpres Percepatan Pemberantasan Korupsi yang dievaluasi sesuai pedoman.

13

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Sasaran

Indikator Kinerja Utama

Tujuan 4 : Mewujudkan peningkatan kapasitas aparatur negara Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi Sasaran Strategis 8 : Terwujudnya peningkatan kinerja manajemen internal dalam rangka pelaksanaan tugas Kementerian 1) Persentase dokumen administrasi keuangan yang diselesaikan tepat waktu; 2) Persentase barang milik negara yang tercatat/ terinventarisasi sesuai kaidah pencatatan BMN; 3) Opini BPK terhadap laporan keuangan KemPAN dan RB; 4) Persentase pejabat yang telah melaporkan LHKPN; 5) Rasio sarana dan prasarana yang tersedia dengan kebutuhan pegawai sesuai standar kualitas pelayanan yang baik; 6) Persentase dokumen program dan anggaran yang diselesaikan tepat waktu; 7) Persentase dokumen pelaporan yang diselesaikan tepat waktu; 8) Persentase kegiatan yang dilaksanakan sesuai dokumen perencanaan; 9) Persentase publikasi/ pemberitaan tentang kebijakan PAN yang dilaksanakan; 10) Persentase proses penyusunan peraturan perundang-undangan yang dilaksanakan sesuai prosedur.

e. Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian PAN dan RB juga telah menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) secara berjenjang, sebagai ukuran keberhasilan organisasi secara dalam mencapai sasaran strategis organisasi. Penetapan IKU telah mengacu pada Renstra Kementerian PAN dan RB serta RPJMN tahun 2010-2011. Indikator kinerja utama ditetapkan dengan memilih indikator-indikator kinerja yang ada dalam Renstra Kementerian PAN dan RB tahun 2010-2014 yang memiliki fokus pada perspektif stakeholder, sedangkan yang fokusnya pada internal bussines proses
14
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

(peningkatan kapasitas internal organisasi) tidak dijadikan sebagai Indikator Kinerja Utama. Indikator kinerja utama Kementerian Negara PAN dan Reformasi Birokrasi yang akan digunakan untuk periode waktu tahun 2010-2014 sesuai periode Renstra telah ditetapkan dengan Peraturan Menteri Negara PAN dan RB Nomor 47 Tahun 2010, sebagai berikut : No. I. Sasaran Strategis Terwujudnya kualitas pelayanan publik prima, cepat, pasti, murah, transparan, adil, patut dan memuaskan Indikator Kinerja Utama 1. Persentase instansi yang skor IKM baik; 2. Persentase Pemerintah Daerah yang menerapkan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP); 3. Persentase Instansi yang berkategori baik sesuai penilaian; 1. Persentase Kementerian/ Lembaga yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya; 2. Persentase kelembagaan Pemda yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya. 1. Persentase peningkatan penghasilan PNS; 2. Persentase instansi pemerintah yang menyusun perencanaan kebutuhan SDM aparatur sesuai aturan; 3. Persentase instansi yang menegakkan disiplin sesuai aturan; 4. Persentase instansi pemerintah yang melakukan penataan jabatan PNS.

II.

Terwujudnya organisasi pemerintah yang proporsional, efektif dan efisien

III.

Terwujudnya SDM Aparatur yang profesional, berkinerja,akuntabel dan sejahtera

IV.

Terwujudnya penyelenggaraan 1. Persentase instansi pemerintah pusat yang melakukan penataan tata laksana pemerintah yang ketatalaksanaan dengan baik; efisien, efektif dan akuntabel 2. Persentase instansi pemerintah daerah yang melakukan penataan ketatalaksanaan dengan baik.

15

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

No. V.

Sasaran Strategis Terwujudnya pelaksanaan reformasi birokrasi nasional secara terencana, sistematis, dan komprehensif

Indikator Kinerja Utama 1. Tingkat kualitas pelaksanaan RB yang terukur sesuai dengan kebijakan RB Nasional; 2. Jumlah K/L yang telah melaksanakan reformasi birokrasi sesuai kebijakan RB Nasional. 1. Persentase instansi pemerintah yang menerapkan Sistem Akuntabilitas Kinerja sesuai aturan; 2. Persentase instansi pemerintah yang akuntabilitas kinerjanya baik; 3. Persentase instansi peserta model Island of Integrity yang berhasil. 1. Persentase instansi pemerintah yang melaksanakan SPI sesuai dengan ketentuan; 2. Persentase laporan dumas yang disalurkan dan telah ditindaklanjuti oleh instansi pemerintah; 3. Persentase instansi pemerintah yang melaksanakan dan melaporkan Inpres Percepatan Pemberantasan Korupsi yang dievaluasi sesuai pedoman.

VI.

Terwujudnya instansi pemerintah yang akuntabel dan berkinerja tinggi

VII.

Terwujudnya penyelenggaraan pengawasan intern pemerintah yang terintegrasi, efisien dan efektif

C.

Penetapan Kinerja Tahun 2011 Penetapan Kinerja merupakan amanat Inpres Nomor 5 Tahun 2004 dan Surat Edaran Menteri Negara PAN Nomor: SE/31/M.PAN/12/2004 tentang Penetapan Kinerja. Penetapan kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu Tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya. Tujuan khusus penetapan kinerja antara lain adalah untuk: meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur; sebagai wujud nyata komitmen antara
16
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

penerima amanah dengan pemberi amanah; sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi; menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur; dan sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan sanksi. Kementerian PAN dan RB telah membuat penetapan kinerja tahun 2010 secara berjenjang sesuai dengan kedudukan, tugas, dan fungsi yang ada. Penetapan kinerja ini telah mengacu pada Renstra Kementerian PAN dan RB serta RPJMN tahun 2010-2014. Oleh karena itu Indikator indikator kinerja dan target tahunan yang digunakan dalam penetapan kinerja ini adalah indikator kinerja utama tingkat kementerian yang telah ditetapkan dan telah diintegrasikan dalam Renstra Kementerian PAN dan RB tahun 2010-2014. Penetapan Kinerja tingkat Kementerian PAN dan RB Tahun 2011 yang telah ditandatangani pada bulan Maret 2011 adalah sebagai berikut :

Sasaran Strategis I
Terwujudnya kualitas pelayanan publik prima, cepat, pasti, murah, transparan, adil, patut dan memuaskan
Indikator Kinerja Target

Jumlah peraturan/kebijakan di bidang pelayanan 1 PP, 1 Perpres, 1 Inpres, publik (PP, PerPres, Inpres, dan Per Men. PAN dan 2 Per. Men. PAN dan RB RB) Persentase Provinsi yang diberi sosialisasi Undang-Undang ttg Pelayanan Publik Persentase Instansi Pusat yang diberi sosialisasi Undang-Undang ttg Pelayanan Publik Terlaksananya implementasi Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 ttg Pelayanan Publik pada K/L Terlaksananya implementasi Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 ttg Pelayanan Publik pada Provinsi Jumlah Kabupaten/ Kota yang mempresentasikan kepuasan pelanggan berdasarkan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Skor IKM unit pelayanan
17
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

70 % Provinsi

100 %

11 K/L

7 Pemda Provinsi

33 Kab/kota

65

Persentase Pemerintah Daerah yang menerapkan OSS (pelayanan terpadu) Jumlah Kabupaten/Kota yang dilakukan evaluasi dampak Pemberian Penghargaan Citra Bahkti Abdi Negara (CBAN) Jumlah Kab/Kota yang menerapkan pedoman peningkatan kualitas pelayanan publik berbasis partisipasi masyarakat Jumlah unit pelayanan publik yang menerapkan pedoman peningkatan kualitas pelayanan publik berbasis partisipasi masyarakat Jumlah Kabupaten/Kota yang dinilai Berdasarkan usulan instansi/Pemerintah Provinsi Persentase Pemda yang berkategori baik sesuai penilaian Persentase Pemda yang berkategori terbaik sesuai penilaian

75 %

26 Kab/kota

5 Kab/kota

15 unit

105 Kab/Kota 60 %

60 %

Sasaran Strategis II
Terwujudnya organisasi pemerintah yang proporsional, efektif dan efisien
Indikator Kinerja Jumlah peraturan/kebijakan di bidang Kelembagaan (Perpres, Per. Men. PAN dan RB) Persentase penyelesaian konsolidasi struktural dan peningkatan kapasitas Kementerian PAN dan RB, BKN dan LAN Persentase Kementerian Negara yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya Persentase LPNK yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya Persentase LNS yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya Persentase Perwakilan RI di Luar Negeri yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya Persentase Sekretariat Lembaga Negara yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya
18
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Target 3 Perpres, 6 Per. Men. PAN dan RB

100 %

30 %

30 %

30 %

30 % 30 %

Persentase instansi pemerintah (PPK-BLU) yang telah tertata kelembagaannya Persentase Pemda yang dievaluasi organisasi dan tatakerjanya

30 %

30 %

Sasaran Strategis III Terwujudnya SDM Aparatur yang profesional, berkinerja, akuntabel dan sejahtera
Indikator Kinerja Target

Jumlah peraturan/kebijakan di Bidang SDM 1 RUU, 9 RPP, 3 PP, Aparatur (UU, PP, Perpres, Per. Men. PAN dan RB) 10 Per. Men PAN dan RB Persentase insansi pemerintah yang mengirimkan data usulan formasi PNS secara akurat dan benar sesuai aturan Persentase instansi yang menerapkan kebijakan pemantapan pengembangan pegawai Persentase peningkatan penghasilan PNS Persentase instansi yang menyusun informasi jabatan dalam rangka penyusunan sistem remunerasi berdasarkan merit system

80 %

5%

5%

20 %

Sasaran Strategis IV
Terwujudnya penyelenggaraan tata laksana pemerintah yang efisien, efektif dan akuntabel
Indikator Kinerja Jumlah peraturan/kebijakan di bidang Tata Laksana (UU, PP, Per. Men. PAN dan RB) Persentase instansi pemerintah pusat yang melakukan penataan ketatalaksanaan dengan baik Target 2 UU, 2 RUU, 1 PP, 5 Per. Men. PAN dan RB 35 %

19

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Sasaran Strategis V
Terwujudnya pelaksanaan reformasi birokrasi nasional secara terencana, sistematis, dan komprehensif
Indikator Kinerja Jumlah kebijakan pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang diterbitkan Jumlah K/L yang telah melaksanakan reformasi birokrasi sesuai kebijakan RB Nasional Jumlah K/L yang telah melaksanakan reformasi birokrasi Tingkat kualitas pelaksanaan RB yang terukur sesuai dengan kebijakan RB Nasional Jumlah instansi yang menerima sosialisasi Target 7 kebijakan 12 K/L

30 %

80 % 100 % K/L 30 % Pemda 100 % K/L 10 % Pemda

Jumlah asistensi reformasi birokrasi kepada instansi pusat dan daerah

Sasaran Strategis VI
Terwujudnya instansi pemerintah yang akuntabel dan berkinerja tinggi
Indikator Kinerja Jumlah peraturan/kebijakan di bidang Akuntabilitas Kinerja (RUU, Per. Men. PAN dan RB) Persentase instansi pemerintah yang menerapkan Sistem Akuntabilitas Kinerja sesuai aturan Persentase instansi pemerintah yang akuntabilitas kinerjanya baik Persentase instansi pemerintah yang menyusun Indikator Kinerja Utama (IKU) Persentase LAKIP yang diterima Persentase PK yang diterima Persentase instansi peserta model Island of Integrity yang berhasil Target 1 RUU, 3 Per. Men. PAN dan RB 50 % 44 % 22 % (Pusat dan Daerah) 87 % (Pusat dan Daerah) 55 % (Pusat dan Daerah) 32 %

20

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Sasaran Strategis VII


Terwujudnya penyelenggaraan pengawasan intern pemerintah yang terintegrasi, efisien dan efektif
Indikator Kinerja Jumlah peraturan/kebijakan di bidang Pengawasan (RUU, Per. Men. PAN dan RB) Persentase instansi pemerintah yang melaksanakan SPI sesuai dengan ketentuan Persentase laporan dumas yang disalurkan dan telah ditindaklanjuti oleh instansi pemerintah Persentase instansi pemerintah yang melaksanakan dan melaporkan Inpres Percepatan Pemberantasan Korupsi yang dievaluasi sesuai pedoman Target 1 RUU, 2 Per. Men. PAN dan RB 50 %

65 %

65 %

Terdapat perbedaan indikator kinerja antara PK (Penetapan Kinerja) dan IKU (Indikator Kinerja Utama) dikarenakan : 1. PK Tahun 2011 telah ditetapkan pada bulan Maret tahun 2011; sedangkan 2. IKU Tahun 2011 baru ditetapkan pada bulan Oktober 2011; dikarenakan menyesuaikan dengan kondisi aktual bidang PAN dan RB saat ini. Indikator Kinerja yang dipergunakan dalam pengukuran kinerja (LAKIP Kementerian PAN dan RB) tahun 2011 adalah indikator kinerja yang terdapat pada PK tahun 2011.

21

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Bab III Akuntabilitas Kinerja Tahun 2011


A. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2011 Pengukuran tingkat capaian kinerja Kementerian PAN dan RB tahun 2011 dilakukan dengan cara membandingkan antara target pencapaian indikator sasaran yang telah ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Kementerian PAN dan RB tahun 2011 dengan realisasinya. Tingkat capaian kinerja Kementeraian PAN dan RB tahun 2011 berdasarkan hasil pengukurannya dapat diilustrasikan dalam tabel sebagai berikut :

Sasaran Strategis I
Terwujudnya kualitas pelayanan publik prima, cepat, pasti, murah, transparan, adil, patut dan memuaskan
Indikator Kinerja
Jumlah peraturan/kebijakan di bidang pelayanan publik (PP, PerPres, Inpres, dan Per Men. PAN dan RB)

Target
1 PP, 1 Perpres, 1 Inpres, 2 Per. Men. PAN dan RB

Realisasi
1 Draft RPP 1 Draft Perpres 1 Draft Inpres 2 Draft PerMenPAN-RB

%
90 80 80 90

Persentase Provinsi yang diberi sosialisasi Undang-Undang ttg Pelayanan Publik Persentase Instansi Pusat yang diberi sosialisasi Undang-Undang ttg Pelayanan Publik Terlaksananya implementasi Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 ttg Pelayanan Publik pada K/L Terlaksananya implementasi Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 ttg Pelayanan Publik pada Provinsi Jumlah Kabupaten/ Kota yang mempresentasikan kepuasan pelanggan berdasarkan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
22

70 % Provinsi

30 %

42,86

100 %

100 %

100

11 K/L

0 K/L

7 Pemda Provinsi

0 Pemda Provinsi

33 Kab/kota

28 Kab/kota

85

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Skor IKM unit pelayanan Persentase Pemerintah Daerah yang menerapkan OSS (pelayanan terpadu) Jumlah Kabupaten/Kota yang dilakukan evaluasi dampak Pemberian Penghargaan Citra Bahkti Abdi Negara (CBAN) Jumlah Kab/Kota yang menerapkan pedoman peningkatan kualitas pelayanan publik berbasis partisipasi masyarakat Jumlah unit pelayanan publik yang menerapkan pedoman peningkatan kualitas pelayanan publik berbasis partisipasi masyarakat Jumlah Kabupaten/Kota yang dinilai Berdasarkan usulan instansi/Pemerintah Provinsi Persentase Pemda yang berkategori baik sesuai penilaian Persentase Pemda yang berkategori terbaik sesuai penilaian

65

76,57

117,58

75 %

79 %

105,33

26 Kab/kota

0 Kab/kota

5 Kab/kota

5 Kab/Kota

100

15 unit

80 unit

533,33

105 Kab/Kota

73 Kab/Kota

69,52

60 %

0%

60 %

0%

Sasaran Strategis II
Terwujudnya organisasi pemerintah yang proporsional, efektif dan efisien
Indikator Kinerja
Jumlah peraturan/kebijakan di bidang Kelembagaan (Perpres, Per. Men. PAN dan RB)

Target

Realisasi
3 Draft Perpres

%
85 90

4 PerMen.PAN dan RB, 6 Per.Men.PAN dan RB 2 Draft PerMen.PAN dan RB 3 Perpres,

Persentase penyelesaian konsolidasi struktural dan peningkatan kapasitas Kementerian PAN dan RB, BKN dan LAN

100 %

80 %

80

23

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Persentase Kementerian Negara yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya Persentase LPNK yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya Persentase LNS yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya Persentase Perwakilan RI di Luar Negeri yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya Persentase Sekretariat Lembaga Negara yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya Persentase instansi pemerintah (PPK-BLU) yang telah tertata kelembagaannya Persentase Pemda yang dievaluasi organisasi dan tatakerjanya

30 %

29,41 %

98,04

30 %

28,57 %

95,24

30 %

23,26 %

77,52

30 %

0%

30 %

28,57 %

95,24

30 %

25 %

83,33

30 %

30,30 % Provinsi 33,33 % Kab/Kota

101 111,1

Sasaran Strategis III


Terwujudnya SDM Aparatur yang profesional, berkinerja, akuntabel dan sejahtera
Indikator Kinerja
Jumlah peraturan/kebijakan di Bidang SDM Aparatur (UU, PP, Perpres, Per. Men. PAN dan RB) 1 RUU 9 RPP 3 PP 10 Per. Men.PAN dan RB Persentase instansi pemerintah yang mengirimkan data usulan formasi PNS secara akurat dan benar sesuai aturan Persentase instansi yang menerapkan kebijakan pemantapan pengembangan pegawai Persentase peningkatan penghasilan PNS

Target

Realisasi
1RUU 9 RPP 12 PP 8 Per. Men.PAN dan RB

%
100 100 400 80

80 % IP Pusat 80 % IP Daerah

95 % IP Pusat 92 % IP Daerah

119 115

5%

5%

100

5%

10 %

200

24

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Persentase instansi yang menyusun informasi jabatan dalam rangka penyusunan sistem remunerasi berdasarkan merit system

20 %

30 %

150

Sasaran Strategis IV
Terwujudnya penyelenggaraan tata laksana pemerintah yang efisien, efektif dan akuntabel
Indikator Kinerja
Jumlah peraturan/kebijakan di bidang Tata Laksana (UU, PP, Per. Men. PAN dan RB) 2 UU 2 RUU 1 PP 5 Per. Men. PAN dan RB

Target

Realisasi
2 RUU 2 RUU 1 RPP 2 Per. Men. PAN dan RB, 3 Draft Per.Men.PAN dan RB

%
80 62,5 70

88

Persentase instansi pemerintah pusat yang melakukan penataan ketatalaksanaan dengan baik

35 %

59,46 %

169

Sasaran Strategis V
Terwujudnya pelaksanaan reformasi birokrasi nasional secara terencana, sistematis, dan komprehensif
Indikator Kinerja
Jumlah kebijakan pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang diterbitkan Jumlah K/L yang telah melaksanakan reformasi birokrasi sesuai kebijakan RB Nasional Jumlah K/L yang telah melaksanakan reformasi birokrasi Tingkat kualitas pelaksanaan RB yang terukur sesuai dengan kebijakan RB Nasional

Target
7 kebijakan

Realisasi
10 kebijakan

%
143

12 K/L

20 K/L

167

30 %

47 %

156

80 %

81 %

101

25

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Jumlah instansi yang menerima sosialisasi Jumlah asistensi reformasi birokrasi kepada instansi pusat dan daerah

100 % K/L 30 % Pemda

100 % K/L 100 % Prov.

100 333 62 -

100 % K/L 10 % Pemda

62 % -

Sasaran Strategis VI
Terwujudnya instansi pemerintah yang akuntabel dan berkinerja tinggi
Indikator Kinerja Target Realisasi
1 RUU 3 Per. Men. PAN dan RB

%
100 100

Jumlah peraturan/kebijakan di 1 RUU bidang Akuntabilitas Kinerja 3 Per. Men. PAN dan (RUU, Per. Men. PAN dan RB) RB Persentase instansi pemerintah yang menerapkan Sistem Akuntabilitas Kinerja sesuai aturan Persentase instansi pemerintah yang akuntabilitas kinerjanya baik Persentase instansi pemerintah yang menyusun Indikator Kinerja Utama (IKU) Persentase LAKIP yang diterima Persentase PK yang diterima Persentase instansi peserta model Island of Integrity yang berhasil

50 %

50,34 %

100,68

44 %

48,72 %

121,81

22 % (Pusat dan Daerah) 87 % (Pusat dan Daerah) 55 % (Pusat dan Daerah)

20,10 %

91,36

87,42 % 60,29 %

100,48 109,62

32 %

30,77 %

76,92

Sasaran Strategis VII


Terwujudnya penyelenggaraan pengawasan intern pemerintah yang terintegrasi, efisien dan efektif
Indikator Kinerja
Jumlah peraturan/kebijakan di bidang Pengawasan (RUU, Per. Men. PAN dan RB)

Target
1 RUU 2 Per. Men. PAN dan RB

Realisasi
1 Draft RUU 2 Draft Permen. PAN-RB

%
95 98

26

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Persentase instansi pemerintah yang melaksanakan SPI sesuai dengan ketentuan Persentase laporan dumas yang disalurkan dan telah ditindaklanjuti oleh instansi pemerintah Persentase instansi pemerintah yang melaksanakan dan melaporkan Inpres Percepatan Pemberantasan Korupsi yang dievaluasi sesuai pedoman

50 %

62,55 %

125,30

65 %

81 %

124,61

65 %

51,88 %

79,81

Rata-rata capaian kinerja

105,22

B.

Analisis Capaian Kinerja Sasaran Strategis 1 : Terwujudnya kualitas pelayanan publik prima, cepat, pasti, murah,transparan Pencapaian target kinerja atas sasaran ini adalah sebagai berikut : Indikator Kinerja 1) Jumlah peraturan/kebijakan di bidang pelayanan publik (PP, PerPres, Inpres, dan Per. Men.PAN dan RB) 2) Persentase Provinsi yang diberi sosialisasi Undang-Undang ttg Pelayanan Publik 3) Persentase Instansi Pusat yang diberi sosialisasi UndangUndang ttg Pelayanan Publik 1 PP 1 Perpres 1 Inpres 2 Per. Men. PAN dan RB Target Realisasi 1 Draft RPP 1 Draft Perpres 1 Draft Inpres 2 Draft PerMenPAN-RB % 90 80 80 90

70 %

30 %

42,86

100 %

100 %

100

27

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Indikator Kinerja 4) Terlaksananya implementasi Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 ttg Pelayanan Publik pada K/L 5) Terlaksananya implementasi Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 ttg Pelayanan Publik pada Provinsi 6) Jumlah Kabupaten/ Kota yang mempresentasikan kepuasan pelanggan berdasarkan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) 7) Skor IKM unit pelayanan 8) Persentase Pemerintah Daerah yang menerapkan OSS (pelayanan terpadu) 9) Jumlah Kabupaten/Kota yang dilakukan evaluasi dampak Pemberian Penghargaan Citra Bahkti Abdi Negara (CBAN)

Target

Realisasi

11 K/L

0 K/L

7 Pemda Provinsi

0 Pemda Provinsi

33 Kab/kota

28 Kab/kota

85

65

76,57

117,58

75 %

79 %

105,33

26 Kab/kota

0 kab/kota

28

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Indikator Kinerja 10) Jumlah Kab/Kota yang menerapkan pedoman peningkatan kualitas pelayanan publik berbasis partisipasi masyarakat 11) Jumlah unit pelayanan publik yang menerapkan pedoman peningkatan kualitas pelayanan publik berbasis partisipasi masyarakat 12) Jumlah Kabupaten/Kota yang dinilai Berdasarkan usulan instansi/Pemerintah Provinsi 13) Persentase Pemda yang berkategori baik sesuai penilaian 14) Persentase Pemda yang berkategori terbaik sesuai penilaian

Target

Realisasi

5 Kab/kota

5 Kab/Kota

100

15 unit

80 unit

533,33

105 Kab/Kota

73 Kab/Kota

69,52

60%

0%

60%

0%

Analisis atas capaian indikator-indikator kinerja sasaran ini adalah sebagai berikut :

29

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Jumlah peraturan/kebijakan di bidang pelayanan publik

1. Perkembangan Rancangan PP
a.

Melalui Surat Sekretaris Kabinet Nomor: B.758/Sesneg/D4/PU.02/06/2011 tanggal 9 Juni 2011 yang ditujukan kepada Menterui terkait perihal Permohonan Paraf Naskah Asli Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, telah dimintakan paraf terhadap konsep RPP dan telah diparaf oleh 3 Menteri yaitu Menteri PAN dan RB, Menteri BUMN, dan Menteri Dalam Negeri. Ketika meminta paraf ke Menteri Keuangan, ada masukan masalah Tarif/Biaya PNBP sehingga perlu merubah pasal 29 sehingga RPP di perbaiki kembali. Melalui Surat Menteri PAN dan RB Nomor S-703/MK.02/2011 tanggal 7 November 2011 perbaikan RPP dikembalikan kembali ke Setneg untuk dimintakan kembali paraf ulang Menteri yang terkait. Saat ini RPP telah di paraf ulang oleh Menteri PAN dan RB dan Menteri Keuangan. Sementara ini posisi RPP sedang berada di Kementerian Dalam Negeri untuk dimintakan paraf Menteri Dalam Negeri.

b.

c.

d.

e.

2. R-Perpres tentang Ganti Rugi a. Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik sesuai dengan ketentuan Pasal 40 dan Pasal 42 ayat (4) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, masyarakat penerima layanan berhak mengadukan penyelenggara pelayanan dan atau pelaksana pelayanan yang dalam memberikan pelayanan tidak sesuai dengan standar pelayanan. Dalam surat pengaduan dimaksud masyarakat yang dirugikan oleh penyelenggara atau pelaksana pelayanan dapat mengajukan tuntutan ganti rugi. b. Untuk membayar ganti rugi dimaksud, didalam Pasal 50 ayat (4) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik menyatakan bahwa penyelenggara pelayanan wajib menyediakan anggaran guna membayar ganti rugi dan Pasal 50 ayat (8) disebutkan bahwa mekanisme dan ketentuan pembayaran ganti rugi dimaksud diatur lebih lanjut dengan Peraturan Presiden. c. Kementerian PAN dan RB saat ini telah menyusun dan merumuskan Rancangan Perpres tentang Mekanisme dan Ketentuan Pembayaran Ganti Rugi sebagai pedoman bagi

30

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

penyelenggara dan penerima pelayanan publik dalam pemberian ganti rugi. R-Perpres ini telah dibahas dengan beberapa instansi terkait untuk memperoleh masukan penyempurnaan. d. Mengingat pembayaran ganti rugi ini berkaitan erat dengan keuangan Negara, Rancangan Perpres perlu dibahas atau diharmonisasikan terlebih dahulu di internal Kementerian Keuangan guna disepakati bagaimana sistem penganggaran dalam pembayaran ganti rugi. Hasil pembahasan atau harmonisasi tersebut kiranya dapat disampaikan kepada kami sebagai bahan masukan penyempurnaan Rancangan Perpres dimaksud. e. Kementerian Keuangan telah menaggapi R-Perpres dimaksud dan telah dikirim kembali ke Kementerian PAN dan RB untuk ditindak lanjuti. Namun mengingat R-Perpres ini berkaitan dengan anggaran maka perlu pemikiran yang mendalam untuk segera ditetapkan oleh Presiden. f. Posisi Rancangan R-Perpres yang sudah dibahas dan disetujui oleh instansi terkait, akan dikirim kepada Presiden menunggu PP Pelaksaan UU Pelayanan Publik ditetapkan.

3. R-Inpres Percepatan Peningkatan Kualitas Pelayan Rancangan Inpres sudah disusun dan dirumuskan oleh internal Kedeputian Pelayanan Publik Kementerian PAN dan RB.
Persentase Provinsi Pelayanan Publik yang diberi sosialisasi Undang-Undang ttg

Target awal adalah sebanyak 70% dari 33 provinsi, yaitu sejumlah 23 Provinsi. Capaian pada tahun 2011 sebanyak 11 Provinsi yang tersosialisasi, diakumulasikan dengan capaian pada tahun 2010 sehingga jumlah Provinsi yang tersosialisasi mencapai target sebanyak 23 Provinsi. Adapun Provinsi yang telah diberikan sosialisasi pada Tahun 2011 adalah : 1. Provinsi Kepulauan Riau 2. Provinsi Lampung 3. Provinsi Papua 4. Provinsi Jawa Tengah 5. Provinsi Sulawesi Utara 6. Provinsi Jawa Barat 7. Provinsi Sulawesi Selatan 8. Provinsi Maluku Utara 9. Provinsi NTT 10. Provinsi Sumatera Selatan 11. Provinsi Jawa Timur
31
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Persentase Instansi Pusat yang diberi sosialisasi Undang-Undang ttg Pelayanan Publik

Target awal sosialisasi dilaksanakan pada 34 K/L dan pada pelaksanaannya sosialisasi telah sesuai dengan target, yaitu sebanyak 34 K/L. Sosialisasi dilaksanakan di Kementerian PAN dan RB yang dibagi dalam 2 tahap. Adapun K/L yang telah diberikan sosialisasi pada tahap I adalah : 1. Menko Perekonomian 2. Menko Politik Hukum dan Keamanan 3. Menko Kesejahteraan Rakyat 4. Sekretariat Negara 5. Kementerian Perhubungan 6. Kementerian Dalam Negeri 7. Kementerian Luar Negeri 8. Kementerian Pertahanan 9. Kementerian Keuangan 10. Kementerian Hukum dan HAM 11. Kementerian ESDM 12. Kementerian Prindustrian 13. Kementerian Perdagangan 14. Kementerian Pertanian 15. Kementerian Kehutanan 16. Kementerian Kelautan dan Perikanan 17. Kementerian Tenaga Kerja Sedangkan pada Tahap II, yaitu : 1. Kementerian Pekerjaan Umum 2. Kementerian Kesehatan 3. Kementerian Pendidikan Nasional 4. Kementerian Sosial 5. Kementerian Agama 6. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata 7. Kementerian Komunikasi dan Informasi 8. Kementerian Riset dan Teknologi 9. Kementerian Koperasi dan UKM 10. Kementerian Lingkungan Hidup 11. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 12. Kementerian Pendaygunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 13. Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal 14. Kementerian PPN/Bappenas 15. Kementerian BUMN 16. Kementerian Perumahan Rakyat 17. Kementerian Pemuda dan Olah Raga
32
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Terlaksananya implementasi Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 ttg Pelayanan Publik pada K/L

Implementasi UU Nomor 25 Tahun 2009 pada 11 K/L belum dilaksanakan karena pedoman monev implementasi belum disusun. Rencana Monev implementasi akan dilaksanakan di Tahun 2012, menunggu pedoman monitoring dan evaluasi ditetapkan.

Terlaksananya implementasi Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 ttg Pelayanan Publik pada Provinsi

Implementasi UU Nomor 25 Tahun 2009 pada 7 Pemda Provinsi, Kab/Kota belum dilaksanakan karena pedoman monev implementasi belum disusun. Rencana Monitoring dan evaluasi implementasi akan dilaksanakan di Tahun 2012, menunggu pedoman monitoring dan evaluasi ditetapkan.

Jumlah Kabupaten/Kota yang mempresentasikan kepuasan pelanggan berdasarkan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)

Perkembangan terkini menunjukan bahwa daerah yang telah melaksanakan survei IKM tahun 2011 adalah 28 Provinsi/Kab/Kota, daerah-daerah yang telah mempresentasikan hasil survei IKM antara lain : Kota Solok, Kab.Tanah Datar, Kota Padang, Kota Malang, Kota Surabaya, Kab. Semarang, Prov. NAD, Kab. Aceh Barat, Kota Banda Aceh, Kota Bekasi, Prov. Kalimantan Barat, Kota Pontianak, Kab. Kubu Raya, Prov. Bengkulu, Kota Bengkulu, Kab. Kepahiang, Prov. Jawa Barat, Kota Cimahi, Kota Bandung, Prov. Riau, Kota Pekan Baru, Prov. DIY, Kota Yogyakarta, Kab. Bantul, Kab. Kudus, Kab. Jepara, Prov. Bali, Kota Denpasar. Adapun target yang akan dilakukan survei IKM adalah 33 Kabupaten/Kota, namun dari target tersebut baru dapat dilaksanakan pada 28 Kabupaten/kota, jadi capaian target yaitu sekitar 85% (delapan puluh lima persen).

Skor IKM unit pelayanan

Setelah melalui survei Skor IKM dilapangan maupun data yang diterima dari daerah yang telah melakukan survei IKM secara mandiri maka dapat diketahui bahwa Skor IKM rata-rata nasional adalah 76,6 dari 467 unit pelayanan yang telah melaksanakan survei IKM. Adapun dari target yang telah ditetapkan nilai indeks sebesar 65 dan pada kenyataannya rata-rata indeks yang dicapai adalah sebesar 76,6 maka prosentase pencapaian
33
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

melebihi target 117,81 (seratus tujuhbelas koma delapan puluh satu persen). Hasil survei di dapat melalui pilihan pendapat publik atas 14 unsur pertanyaan menyangkut pelayanan, dengan melingkari kode huruf oleh 150 responden yang kemudian menghasilkan 4 tingkat kinerja unit pelayanan yaitu: (1) Berkinerja sangat baik dengan skor 81,26 100; (2) Berkinerja baik dengan skor 62,51 81,25; (3) kurang baik dengan skor 43,76 62,50; (4) tidak baik dengan skor 25 43,75. Dari hasil penilaian Tim ke Provinsi/Kabupaten/Kota yang pernah mensosialisaikan Indeks Kepuasan Masyarakat kurang lebih 20 Provinsi/Kabupaten/Kota yang sudah tersosialisasi, sedangkan penilaian di Pusat (Kementerian/Lembaga) belum dilaksanakan, direncanakan akan dilaksanakan di Tahun 2012 ini. Dalam monitoring atas 467 kabupaten/kota tahun 2011 terjaring 50 kabupaten/kota yang melaksanakan survei IKM dengan nilai rata-rata IKM secara Nasional 76,6 (117,81% diatas target rata-rata tahun 2011 yaitu 65). Survei IKM ini pada akhirnya bermanfaat sebagai bahan evaluasi penataan sistem pelayanan, mekanisme dan prosedur pelayanan, referensi perumusan kebijakan pelayanan, perencanaan pembangunan dan anggaran pelayanan, serta sebagai pemacu persaingan kinerja antar unit pelayanan itu sendiri. Sedikitnya kabupaten/kota yang melaksanakan survei IKM, disebabkan antara lain : 1. Kebijakan pimpinan daerah yang sering melakukan mutasi pejabat pelayanan publik dalam kurun waktu kurang dari satu tahun; 2. Banyak pejabat yang menangani koordinasi pelayanan publik (Kabag Otala maupun pimpinan SKPD) yang masih belum memahami pentingnya survey IKM dan juga ada yang sama sekali tidak mengerti; 3. Kurangnya komitmen para kepala SKPD dan kepala unit pelayanan untuk sunguh-sungguh menindaklanjuti pelaksanaan survey IKM (upaya memperbaiki unsur yang rendah atau lemah dan meningkatkan yang baik serta mempertahankan yang sangat baik); 4. Tidak dilakukan survey secara berkala sehingga skor tidak diketahui perkembangannya; 5. Upaya peningkatan kualitas unit pelayanan (meningkatkan skor IKM) sulit terlaksana, karena tindaklanjutnya membutuhkan anggaran, sarana dan prasarana, SDM yang kompeten, sistem manajemen dan sebagainya; 6. Rendahnya kepatuhan menindaklanjuti peraturan perundangundangan.
34
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Langkah-langkah untuk mengatasinya, dilakukan koordinasi intensif dengan segenap unsur pejabat dan pimpinan daerah terkait, serta monitoring, evaluasi, bimbingan dan supervisi. Tingkat pencapaian skor IKM tahun 2011 pada unit pelayanan publik dari hasil evaluasi yang telah dilakukan telah mencapai skor rata-rata di atas 76,6. Dengan demikian target skor IKM unit pelayanan pada tahun 2011 telah terlampaui. Sesuai dengan renstra untuk kegiatan dimaksud pada Tahun 2011 adalah dengan target 33 Kabupaten/Kota. Realisasi Monev Survey IKM : 1. Kota Solok 2. Kabupaten Tanah Datar 3. Kota Padang 4. Kabupaten Bekasi 5. Kota Yogyakarta 6. Kota Malang 7. Kota Surabaya 8. Kabupaten Kubu Raya 9. Kota Pontianak 10. Provinsi Kalimantan Barat 11. Provinsi Aceh 12. Kabupaten Aceh Barat 13. Provinsi Bengkulu 14. Kota Bengkulu 15. Kabupaten Kepahiang 16. Provinsi Riau 17. Kota Pakan Baru 18. Provinsi Jawa Barat 19. Kota Cimahi 20. Provinsi Irian Jaya
DATA SURVEI IKM DI PROVINSI KABUPATEN/KOTA TAHUN 2011
Jumlah Kab/ Kota 23 28 10 10 11 19 15 Data IKM Provinsi Kabupaten/Kota Tahun 2011 Mengirim 3 2 4 0 4 8 0 Tidak Mengirim 20 26 6 10 7 11 15 Banyakny a Unit Yang di survei 3 10 10 0 21 83 0 77.5 75.3 Rata - Rata IKM PerProvinsi 78.7 85.3 77.7

No.

Provinsi

1 2 3 4 5 6 7 35

NANGGROE ACEH DARUSSALAM SUMATERA UTARA BENGKULU JAMBI RIAU SUMATERA BARAT SUMATERA SELATAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33

LAMPUNG KEP. BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU BANTEN JAWA BARAT DKI JAKARTA JAWA TENGAH JAWA TIMUR D.I YOGYAKARTA BALI NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN TIMUR GORONTALO SULAWESI SELATAN SULAWESI TENGGARA SULAWESI TENGAH SULAWESI UTARA SULAWESI BARAT MALUKU MALUKU UTARA PAPUA BARAT P AP U A

11 7 6 8 26 6 35 38 5 9 9 20 14 13 14 14 6 23 12 10 13 5 9 8 9 21 467 100%

0 0 1 1 6 1 1 1 2 2 0 1 4 3 0 0 0 4 0 1 1 0 1 0 0 0 51 11%

11 7 5 7 20 5 34 37 3 7 9 19 10 10 14 14 6 19 12 9 12 5 8 8 9 21 416 89%

0 0 40 5 170 1 43 102 11 11 0 5 95 32 0 0 0 74 0 13 2 0 10 0 0 0 65.9 77.2 81.3 76.8 79.0 76.6 74.7 78.8 61.6 78.1 72.0 74.0 77.5 77.6 86.0

Total

741

Jumlah IKM Provinsi Kabupaten/Kota Total IKM Provinsi Kabupaten/Kota

20 1531.5

NILAI IKM RATA - RATA PROVINSI/NASIONAL


Catatan : Nilai IKM Rata-rata Nasional Target Rata-rata Tahun 2011 Persentase Nilai rata-rata IKM nasional = = = 76.6 65 117.81%

76.6

36

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Persentase Pemerintah Daerah yang menerapkan OSS (pelayanan terpadu)

Perkembangan Pemerintah Daerah yang menerapkan OSS (One Stop Service) menunjukkan hasil dengan terus meningkatnya jumlah daerah yang mereplikasinya. Tahun 2006 jumlah OSS menjadi 95 Kabupaten/Kota, Tahun 2007 menjadi 286 Kabupaten/Kota, Tahun 2008 menjadi 329 Kabupaten/Kota, Tahun 2009 menjadi 358 Kabupaten/Kota dan 2 Provinsi, pada Tahun 2010 menjadi 379 Kabupaten/Kota dengan 15 Provinsi, dan best practice sebanyak 10 Kabupaten/Kota dengan 2 Provinsi, pada Tahun 2010 jumlah keseluruhan 394 OSS pada Provinsi/Kabupaten/Kota. Dari 530 Kab/Kota dan Provinsi, pada Tahun 2011 telah terbentuk sebanyak 420 OSS/PTSP di Provinsi/Kabupaten/Kota dengan presentase pembentukan PTSP telah mencapai 79% (tujuh puluh sembilan persen). Adapun target penetapan kinerja yang diamanatkan dalam rencana kerja pemerintah Tahun 2011 adalah sebesar 75% (tujuh puluh lima persen). Fokus kegiatan dalam upaya mendukung penerapan OSS di Provinsi dan Kabupaten/Kota dilakukan dalam dua fokus kegiatan, yaitu: (a) Koordinasi dan Fasilitasi Penyelenggaraan PTSP/OSS dan Pengelolaan Pengaduan Masyarakat (Help Desk) terkait bidang perizinan dan investasi; (b) Koordinasi dan fasilitasi penyelesaian kasus pada lembaga PTSP yang meliputi beberapa hal, sebagai berikut: 1) Koordinasi dilakukan secara parsial terhadap beberapa daerah dengan melibatkan sektor terkait dalam bentuk rapat koordinasi fasilitasi penyelenggaraan PTSP dengan menargetkan sepuluh provinsi, namun terimplementasi pada 9 provinsi; 2) Target prosentase pembentukan PTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam RPJM, sebesar 75%. Hingga saat ini dari 530 Kabupaten/Kota dan Provinsi, telah terbentuk sebanyak 420 PTSP yang berarti tercapai 97% dari indikator target utama yang ditetapkan sebesar 75% (pencapaian melebihi target, yaitu sebesar 105%); 3) Rapat koordinasi yang dilaksanakan di tiap provinsi telah menghasilkan rekomendasi yang terangkum dalam berita acara rapat koordinasi dan kemudian ditindaklanjuti pada tingkat pusat dengan mengadakan rapat koordinasi lintas sektor untuk melakukan pembahasan hasil rapat koordinasi tersebut. 4) Disamping itu telah dilakukan verifikasi terhadap penyelenggaraan PTSP di beberapa daerah untuk melihat secara langsung proses penyelenggaraan lembaga PTSP yang meliputi dasar hukum
37
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

pembentukan, aspek kelembagaan dan struktur, mekanisme penyelenggaraan serta penerapan standar operasional dan prosedur dalam rangka peningkatan kualitas penyelenggaraan PTSP; 5) Telah dilakukan penyempurnaan terhadap kebijakan untuk optimalisasi penyelenggaraan PTSP di daerah termasuk bagaimana mengukur keberhasilan penyelenggaraannya yang ditinjau dari semua aspek termasuk kompetensi aparatur penyelenggaranya. Dalam hal ini Kementerian PAN-RB diminta berpartisipasi dalam menyusun indikatorindikator dalam Peraturan Kepala BKPM Nomor 6 Tahun 2011 tersebut, terutama pada komponen sarana pengaduan (Help Desk), implementasi survei IKM dan indikator prasarana lainnya untuk digunakan dalam penentuan kualifikasi secara proporsional bagi penyelenggara PTSP yang dituangkan dalam Perka BKPM Nomor 6 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pembinaan dan Pelaporan PTSP Bidang Penanaman Modal (sebagai pengganti Perka BKPM No. 11 Tahun 2009). Sebagai tindak lanjutnya, instrumen tersebut digunakan untuk melakukan penilaian dan menginisiasi penetapan kualifikasi kepada 256 penyelenggara PTSP di Kabupaten/Kota dalam bidang Penanaman Modal sesuai Keputusan Kepala BKPM Nomor 58 tentang Penetapan Kualifikasi Terhadap 256 Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal Kabupaten dan Kota Tahun 2011; 6) Ringkasan data perkembangan lembaga PTSP adalah sebagai berikut: a. Jumlah Administrasi Wilayah : - Provinsi : 33 - Kabupaten : 399 - Kota : 98 Jumlah seluruhnya : 530 Prov/Kab/Kota b. Jumlah Pemerintah Daerah yang telah membentuk/menerapkan PTSP hingga Desember 2011 : - Provinsi : 16 - Kabupaten : 317 - Kota : 87 Jumlah seluruhnya : 420 Prov/Kab/Kota c. Jumlah Pemerintah Daerah yang telah melaksanakan secara efektif Pelayanan Publik dalam PTSP hingga akhir Desember 2011: - Provinsi : 6 : 90 - Kabupaten - Kota : 22 Jumlah seluruhnya : 118 Prov/Kab/Kota

38

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

d. Tabulasi target Pembentukan PTSP :


WILAYAH PEMBENTUKAN Tahun 2010 Prov 15 Jumlah 394 Persentase 74 % 420 79 % Kab 292 Kota 87 Prov 16 Tahun 2011 Kab 317 Kota 87

Target Th. 2011:75 %


(pencapaian melebihi target, yaitu : 105%)

PEMBENTUKAN PTSP SELAMA TAHUN 2011 NO. 1 2 1 1 2 3 4 5 6 7 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 PROVINSI/KABUPATEN/KOTA DKI Jakarta Kota Tual Kota Batam Kotamadya Jakarta Pusat Kotamadya Jakarta Timur Kotamadya Jakarta Selatan Kotamadya Jakarta Utara Kotamadya Jakarta Barat Kab. Pidie Jaya Kab. Aceh Tamiang Kab. Humbang Hasundutan Kab. Labuhan Batu Kab. Batubara Kab. Dairi Kab. Kepulauan Meranti Kab. Indragiri Hilir Kab. Bengkulu Tengah Kab. Bangka Tengah Kab. Demak Kab. Tana Toraja Kab. Minahasa Tengah DALAM PROVINSI DKI Jakarta Maluku Kepulauan Riau DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta Aceh Aceh Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Riau Riau Bengkulu Kepulauan Bangka Belitung Jawa Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Utara

39

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

14 15 16 17 18

Kab. Siau Tagulandang Biaro Kab. Donggala Kab. Parigi Moutong Kab. Kupang Kab. Sumba Barat

Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur

Jumlah Kabupaten/Kota yang dilakukan evaluasi dampak Pemberian Penghargaan Citra Bahkti Abdi Negara (CBAN)

Penyusunan Kuesioner Evaluasi Dampak CBAN sudah selesai dilaksanakan namun terkendala dengan kegiatan yang lebih prioritas. Penyelesaian penyusunan kuesioner sudah mendekati waktu dengan pelaksanaan penilaian CBAN sehingga lebih prioritas pada penilaian CBAN.

Jumlah Kab/Kota yang menerapkan pedoman peningkatan kualitas pelayanan publik berbasis partisipasi masyarakat

Target awal 5 kabupaten/kota yang menerapkan pedoman peningkatan kualitas pelayanan publik berbasis partisipasi masyarakat, yaitu : 1) Kota Pekalongan; 2) Kab. Jombang; 3) Kab. Wonosobo; 4) Kota Cimahi; dan 5 ) Kab. Bantul; yang capaiannya mencapai 100%. Untuk mencapai target tersebut dilakukan beberapa kegiatan, yaitu: a) Rapat penyusunan draft rancangan Permen PAN-RB tentang Penyusunan, Penetapan, dan Penerapan Standar Pelayanan dengan melibatkan beberapa pakar, akademisi, birokrat, Kementerian dan Lembaga yang memiliki keterkaitan di bidang pelayanan publik; b) Beberapa kali pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan akademisi/pakar dari UNS dan UGM, birokrat, Polri, Kementerian dan Lembaga, dan unit layanan terpadu dari Cimahi dan Yogyakarta. Dalam pelaksanaan FGD tersebut disampaikan beberapa pengalaman dari unit layanan yang telah memiliki standar pelayanan; c) Telah dilakukan lokakarya di beberapa tempat untuk mengevaluasi draft rancangan sekaligus juga melakukan perbaikan draft rancangan berdasarkan masukan dari para pakar; d) Telah di lakukan Uji Coba di dua daerah yaitu: Kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur dan Kota Batu Provinsi Jawa Timur. Dari ujicoba tersebut didapatkan hasil yang cukup baik, yaitu:

40

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

1) Masih banyak daerah yang belum mengetahui apa itu standar pelayanan 2) Adanya persepsi bahwa standar yang terdiri dari SPM, SOP, dan SPP adalah hal yang sama 3) Adanya keinginan peserta uji coba untuk mengetahui bagaimana cara melakukan penyusunan standar pelayanan namun tidak mengetahui cara menyusunnya e) Capaian kinerja pada kegiatan ini hampir memenuhi target sasaran. Saat ini sedang menunggu terbitnya PP tentang Pelaksanaan UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

Jumlah unit pelayanan publik yang menerapkan pedoman peningkatan kualitas pelayanan publik berbasis partisipasi masyarakat

Pada tahun 2011 target 15 unit, sedangkan realisasinya mencapai 80 UPTD, yang seluruhnya memberikan pelayanan, sesuai persyaratan SNI ISO 9001:2008, proses pelayanannya diformalkan dalam manual mutu berikut turunan SOPnya. Dengan demikian proses replikasi metoda kerja best practice tersebut ke unit kerja lainnya menjadi dimudahkan. Adapun ke 80 UPTD tersebut adalah : 1) 12 Puskesmas di Kota Pekalongan 2) 34 Puskesmas di Kabupaten Jombang 3) 21 Puskesmas di Kab. Wonosobo 4) 13 Puskesmas di Kota Cimahi
Jumlah Kabupaten/Kota instansi/Pemerintah Provinsi yang dinilai Berdasarkan usulan

Pada tahun 2011 target 105 kabupaten/kota tidak berhasil diwujudkan, dikarenakan Instansi/Pemerintah Provinsi hanya mengusulkan 75 kabupaten/kota yang memenuhi persyaratan. Kabupaten/Kota yang tidak memenuhi persyaratan di-drop dari daftar jumlah kabupaten/kota. Dari 75 yang memenuhi persyaratan pada tahun 2011 berhasil dinilai 73 kabupaten/kota, atau 97,3%. Proses penilaian kabupaten/kota sudah selesai pada tahun 2011, dan saat sekarang sedang dalam tahap evaluasi akhir untuk ditetapkan Pemda yang berkategori terbaik, dan berkategori baik.

41

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

73 Kabupaten/Kota yang telah dinilai


Prov. NAD : 1. Kab. Aceh Tengah 2. Kab. Aceh Barat 3. Kab. Nagan Raya 4. Kab. Aceh Tenggara 5. Kab Tamiang Prov. Sumatera Utara : 6. Kab. Deli Serdang 7. Kab. Batu Bara 8. Kab. Pak-Pak Barat 9. Kab. Dairi Prov. Sumatera Barat : 10. Kab. Padang Panjang 11. Kab. Pasaman 12. Kab. Dharmasraya 13. Kab. Tanah Datar Prov. Riau : 14. Kab. Pelelawan 15. Kab. Rokan Hulu Prov. Jambi : 16. Kab. Kerinci 17. Kab. Bungo Prov. Bengkulu : 18. Kab. Muko-Muko 19. Kab. Rejang Lebong Prov. Sumatera Selatan : 20. Kab. Musi Rawas 21. Kab. Banyuasin 22. Kab. Ogan Komering Ulu Prov. Lampung : 23. Kab. Lampung Barat 24. Kota Metro 25. Kab. Lampung Selatan Prov. Banten : 26. Kab. Serang 27. Kab. Tangerang Prov. DKI Jakarta : 28. Jakarta Barat Prov. Jawa Barat : 29. Kab. Majalengka 30. Kota Cirebon 31. Kota Banjar 32. Kota Depok 33. Kab. Bogor Prov. Jawa Tengah : 34. Kota Pekalongan 35. Kota Surakarta 36. Kab. Wonogiri 37. Kab. Boyolali 38. Kota Magelang 39. Kab. Demak 39. Kab. Demak 40. Kab. Kudus Prov. D.I. Yogyakarta : 41. Kab. Sleman Prov. Jawa Timur : 42. Kab. Blitar 43. Kab. Situbondo 44. Kab. Bondowoso 45. Kab. Bojonegoro Prov. Bali : 46. Kota Denpasar 47. Kab. Badung Prov. NTB : 48. Kab. Sumbawa 49. Kab. Lombok Timur Prov. Kalimantan Barat : 50. Kota Pontianak Prov. Kalimantan Timur : 51. Kota Samarinda 52. Kab. Kutai Timur 53. Kab. Berau Prov. Kalimantan Selatan : 57. Kab. Hulu Sungai Utara 58. Kab. Hulu Sungai Selatan 59. Kab. Barito Kuala Prov. Sulawesi Selatan : 60. Kab. Pinrang 61. Kab. Luwu timur 62. Kab. Pangkep 63. Kab. Selayar Prov. Sulawesi Tengah : 64. Kab. Toli Toli 65. Kab. Parigi Montong Prov. Sulawesi Barat : 66. Kab. Mamuju Prov. Sulawesi Tenggara : 67. Kab. Kendari 68. Kab. Kolaka Prov. Sulawesi Utara : 69. Kota Bitung 70. Kab. Bolmut 71. Kab. Sitaro

Prov. Gorontalo : Prov. Kalimantan Tengah : 72. Kota Gorontalo 54. Kab. Barito Utara 73. Kab. Gorontalo 55. Kab. Kapuas 56. Kab. Katingan

Persentase Pemda yang berkategori baik sesuai penilaian

Sehubungan dengan proses penilaian kabupaten/kota sedang dalam tahap evaluasi akhir untuk ditetapkan Pemda yang berkategori terbaik, dan berkategori baik maka perhitungan pencapaian target 60% Pemda berkategori baik belum dapat dilakukan pada tahun 2011.
Persentase Pemda yang berkategori terbaik sesuai penilaian

Sehubungan dengan proses penilaian kabupaten/kota sedang dalam tahap evaluasi akhir untuk ditetapkan Pemda yang berkategori terbaik, dan

42

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

berkategori baik maka perhitungan pencapaian target 60% Pemda berkategori terbaik belum dapat dilakukan pada tahun 2011.

Sasaran Strategis 2 : Terwujudnya organisasi pemerintah yang proporsional, efektif dan efisien

Pencapaian target kinerja atas sasaran ini adalah sebagai berikut : Indikator Kinerja 1) Jumlah peraturan/kebijakan di bidang Kelembagaan (Perpres, Per. Men. PAN dan RB) 2) Persentase penyelesaian konsolidasi struktural dan peningkatan kapasitas Kementerian PAN dan RB, BKN dan LAN 3) Persentase Kementerian Negara yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya 4) Persentase LPNK yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya 5) Persentase LNS yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya 6) Persentase Perwakilan RI di Luar Negeri yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya 7) Persentase Sekretariat Lembaga Negara yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya
43

Target 3 Perpres 6 Per. Men.PAN dan RB

Realisasi 3 Draft Perpres


4 PerMen.PAN dan RB, 2 Draft PerMen.PAN dan RB

% 85 90

100 %

80 %

80

30 %

29,41 %

98,04

30 %

28,57 %

95,24

30 %

23,26 %

77,52

30 %

0%

30 %

28,57 %

95,24

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Indikator Kinerja 8) Persentase instansi pemerintah (PPK-BLU) yang telah tertata kelembagaannya 9) Persentase Pemda yang dievaluasi organisasi dan tatakerjanya

Target

Realisasi

30 %

25 %

83,33

30 % Prov 30 % kab/Kota

30,30 % Prov 33,33 % Kab/Kota

101 111,1

Analisis atas capaian indikator-indikator kinerja sasaran ini adalah sebagai berikut :
Jumlah peraturan/kebijakan di bidang kelembagaan

Dari 3 (tiga) Peraturan Presiden yang ditargetkan belum terealisasi 100% karena sampai dengan akhir tahun 2011 baru dapat direalisasikan dalam bentuk Rancangan Peraturan Presiden dan belum ditetapkan menjadi Peraturan Presiden. Adapun 3 (tiga) Rancangan Peraturan Presiden tersebut adalah: 1. Rancangan Peraturan Presiden tentang Pemerintah Non Kementerian (LPNK); Kelembagaan Lembaga

2. Rancangan Peraturan Presiden tentang Kelembagaan Sekretariat Lembaga Negara; dan 3. Rancangan Peraturan Presiden tentang Sekretariat Lembaga Non Struktural. Kondisi tersebut terjadi karena penyusunan Peraturan Presiden memerlukan proses administrasi yang cukup kompleks. Selain itu, penyusunan Peraturan Presiden juga melibatkan instansi lain yang terkait. Sedangkan Peraturan/kebijakan dalam bentuk Peraturan Menteri, dari 6 (enam) peraturan/kebijakan telah terealisasikan 4 (empat) Peraturan Menteri PAN dan RB masing-masing: 1. Peraturan Menteri PAN dan RB tentang Kelembagaan Instansi Pemerintah yang menerapkan PPK-BLU; 2. Peraturan Menteri PAN dan Kelembagaan Pemerintah; RB tentang Pedoman Evaluasi

44

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

3. Peraturan Menteri PAN dan RB tentang SOP Penataan Kelembagaan Pemerintah; 4. Peraturan Menteri Pemerintah. PAN dan RB tentang Sistem Kelembagaan

Selain 4 (empat) Peraturan Menteri sebagaimana tersebut di atas, juga diterbitkan 1 (satu) Surat Edaran Menteri mengenai konsolidasi struktural antara Kementerian PAN dan RB, BKN, LAN, BPKP, dan ANRI, yang telah ditetapkan. Sedangkan 1 (satu) peraturan/kebijakan yaitu mengenai tugas, fungsi, dan struktur organisasi eselon II ke bawah pada Kementerian PAN dan RB, BKN, dan LAN yang efektif, efisien dan strategis, belum dapat ditetapkan karena menunggu implementasi dari Surat Edaran yang baru saja ditetapkan.

Persentase penyelesaian konsolidasi struktural kapasitas Kementerian PAN dan RB, BKN dan LAN

dan

peningkatan

Pada kegiatan ini telah dihasilkan 1 (satu) hasil reviu terhadap penyelesaian konsolidasi struktural dan peningkatan kapasitas kelembagaan Kementerian PAN dan RB, BKN, dan LAN. Materi yang dimuat dalam reviu tersebut adalah konsolidasi dan sinergitas pelaksanaan tugas antara Kementerian PAN dan RB, BKN, dan LAN. Dalam materi reviu dimuat pembagian peran dan tugas yang jelas antara tiga instansi tersebut agar dapat diwujudkan sinergitas dalam pelaksanaan tugas dan fungsi yang pada akhirnya dapat mendorong pada terwujudnya koherensi dalam perumusan kebijakan di bidang pendayagunaan aparatur negara.

Persentase Kementerian Negara yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya

Untuk indikator kinerja Persentase Kementerian Negara yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya, target 30% dari 34 Kementerian. Dari target yang ditetapkan dapat terealisasi sebanyak 10 Kementerian atau sebesar 29,41%. Dengan demikian capaian kinerjanya adalah 98,04 %. Penataan yang dilakukan meliputi pemrosesan usulan penataan organisasi Kementerian Negara, pembahasan usulan dan penyampaian rekomendasi kebijakan penataan. Adapun Kementerian Negara yang ditata organisasi dan tata kerjanya meliputi:

45

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Kementerian Luar Negeri; Kementerian Pertahanan; Kementerian Perumahan rakyat; Kementerian Kehutanan; Kementerian Koperasi dan UKM; Kementerian Perindustrian; Kementerian Perhubungan; Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; Kementerian Kesehatan; dan Kementerian Pendidikan Nasional (sebelum resuffle).

Persentase LPNK yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya

Sedangkan untuk kelembagaan LPNK, target 30% dari 28 LPNK, realisasinya sebanyak 8 LPNK atau sebesar 28,57 % yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya. Dengan demikian capaian kinerjanya adalah 95,24%. Adapun LPNK yang ditata meliputi: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Badan Narkotika Nasional; Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; Lembaga Administrasi Negara; Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional; Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional; Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan; Badan Pengawas Obat dan Makanan; Perpustakaan Nasional.

Persentase LNS yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya

Pada tahun 2011 LNS yang ditargetkan untuk ditata adalah LNS yang dibentuk berdasarkan PP dan Perpres. Adapun jumlah LNS yang pembentukannya dilakukan dengan PP dan Perpres adalah sebanyak 43 LNS. Kelembagaan LNS yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya, target 30% dari 43 LNS, terealisasi sebanyak 10 LNS atau sebesar 23,25%. Dengan demikian capaian kinerjanya adalah sebesar 77,52%. Hasil penataan kelembagaan LNS yang diperoleh adalah berupa analisis beserta Rancangan keputusan Presiden tentang Rekomendasi Penghapusan 10 (sepuluh) LNS yang hingga saat ini belum ditetapkan menjadi Keputusan Presiden. Adapun 10 LNS yang direkomendasikan untuk ditata adalah:
46
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Komisi Hukum Nasional; Dewan Gula Indonesia; Dewan Buku Nasional; Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional; Dewan Pengembangan KAPET; Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia; Badan Kebijaksanaan dan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Nasional; 8. Lembaga Koordinasi dan Pengendalian Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat; 9. Komite Aksi Nasional Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak; dan 10. Komite Antar Departemen Bidang Kehutanan.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Perwakilan RI di Luar Negeri yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya

Pada Indikator Persentase Perwakilan RI di Luar Negeri yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya, dari 30% target yang ditetapkan tidak dapat direalisasikan karena terdapat kebijakan pemerintah berupa pembatasan perjalanan dinas ke luar negeri dan kebijakan efisiensi anggaran tahun 2011 sehingga kegiatan penataan Perwakilan RI di Luar Negeri tidak dilaksanakan.
Persentase Sekretariat lembaga Negara yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya

Saat ini terdapat 7 (tujuh) Sekretariat Lembaga Negara. Indikator kinerja persentase Sekretariat lembaga Negara yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya target 30% dari 7 Sekretariat Lembaga Negara, terealisasi sejumlah 2 (dua) Sekretariat Lembaga Negara atau sebesar 28,57%. Dengan demikian capaian kinerjanya adalah sebesar 95,24 %. Prosedur yang dilakukan dalam proses penataan adalah sama seperti yang dijelaskan di atas yaitu dimulai dari pemrosesan usulan yang dilengkapi dokumen, selanjutnya dilakukan pembahasan terhadap usulan penataan. Tahap selanjutnya adalah disampaikan rekomendasi kebijakan berdasarkan usul yang disampaikan. Adapun Sekretariat Lembaga Negara yang telah ditata organisasi dan tata kerjanya adalah: 1. Sekretariat Jenderal DPD; 2. Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi.
47
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Persentase instansi kelembagaannya

pemerintah

(PPK-BLU)

yang

telah

tertata

Terdapat 12 (dua belas) Instansi yang telah menerapkan PPK-BLU. Dengan demikian total target yang akan ditata adalah sebanyak 12 (dua belas) instansi. Indikator kinerja persentase Instansi Pemerintah yang menerapkan PPK-BLU yang Telah Tertata Organisasi dan Tata Kerjanya target 30% dari 12 Instansi, terealisasi sebanyak 3 (tiga) instansi atau sebesar 25%. Dengan demikian capaian kinerjanya adalah sebesar 83,33%. Seperti halnya penataan Sekretariat Lembaga Negara, bahwa proses penataan organisasi dimulai dari pemrosesan usulan yang dilengkapi dokumen, selanjutnya dilakukan pembahasan terhadap usulan penataan. Tahap selanjutnya adalah disampaikan rekomendasi kebijakan berdasarkan usul yang disampaikan. Adapun instansi pemerintah (PPKBLU) yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya adalah: 1. PPK-BLU di lingkungan Kementerian Keuangan; 2. Lembaga Pelayanan Dana Bergulir di Kementerian Koperasi dan UKM; 3. Pusat Pembiayaan Perumahan di Kementerian Perumahan Rakyat.

Persentase Pemda yang dievaluasi organisasi dan tatakerjanya

Target yang ditetapkan untuk Pemda yang akan dievaluasi organisasi dan tata kerjanya adalah sejumlah 33 (tiga puluh tiga) Provinsi dan 45 (empat puluh lima) Kabupaten/Kota. Pemilihan tersebut dengan tetap mempertimbangkan keterwakilan seluruh wilayah yaitu wilayah Barat, tengah dan Timur. Indikator kinerja persentase Instansi Pemda Provinsi yang dievaluasi organisasi dan tata kerjanya target 30% dari 33 Provinsi, terealisasi sebesar 10 (sepuluh) provinsi atau sebesar 30,30%. Sedangkan untuk Kabupaten/Kota, target 30% dari 45 (empat puluh lima) kabupaten/kota terealisasi sebanyak 15 (lima belas) kabupaten/kota atau sebesar 33,33%. Dengan demikian capaian kinerja melebihi target yang ditetapkan yaitu 101% untuk daerah Provinsi dan 111,1% untuk kabupaten/kota. Adapun Provinsi yang telah dievaluasi organisasi dan tata kerjanya meliputi: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
48

Provinsi Nusa Tenggara Barat; Provinsi Sumatera Selatan; Provinsi Lampung; Provinsi Kepulauan Riau; Provinsi Jawa Tengah; Provinsi Nusa Tenggara Barat;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

7. Provinsi Bali; 8. Provinsi Jambi; dan 9. Provinsi Kalimantan Tengah. Sedangkan Kabupaten/Kota yang telah dilakukan evaluasi adalah: 1. Kabupaten Aceh Utara; 2. Kabupaten Simalungun; 3. Kabupaten Kampar; 4. Kabupaten Muara Enim; 5. Kabupaten Jembrana; 6. Kabupaten Bengkulu Utara; 7. Kabupaten Lampung Tengah; 8. Kabupaten Bangka Tengah; 9. Kabupaten lombok Utara; 10. Kabupaten Padang Pariaman; 11. Kota Bandung; 12. Kota Batam; 13. Kota Surakarta; 14. Kota Kupang; dan 15. Kota Padang Panjang.

Sasaran Strategis 3 : Terwujudnya SDM Aparatur yang profesional, berkinerja, akuntabel dan sejahtera

Pencapaian target kinerja atas sasaran ini adalah sebagai berikut : Indikator Kinerja 1) Jumlah peraturan/kebijakan di Bidang SDM Aparatur (UU, PP, Perpres, Per. Men. PAN dan RB) Target 1 RUU 9 RPP 3 PP 10 Per. Men PAN dan RB 2) Persentase instansi pemerintah yang mengirimkan data usulan formasi PNS secara akurat dan benar sesuai aturan
49

Realisasi 1 RUU 9 RPP 12 PP 8 Per.Men PAN dan RB 95 % IP Pusat 92 % IP Daerah

% 100 100 400 80

80 % IP Pusat 80% IP Daerah

119 115

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Indikator Kinerja 3) Persentase instansi yang menerapkan kebijakan pemantapan pengembangan pegawai 4) Persentase peningkatan penghasilan PNS 5) Persentase instansi yang menyusun informasi jabatan dalam rangka penyusunan sistem remunerasi berdasarkan merit system

Target

Realisasi

5%

5%

100

5%

10 %

200

20 %

30 %

150

Analisis atas capaian indikator-indikator kinerja sasaran ini adalah sebagai berikut :
Jumlah peraturan/kebijakan di Bidang SDM Aparatur

Untuk memenuhi target Jumlah kebijakan bidang SDM Aparatur yang diterbitkan yang ditetapkan sebanyak 9 Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang gaji PNS/TNI dan POLRI dan peraturan pemerintah tentang sasaran kinerja pegawai dan pemberhentian pegawai, secara terinci kebijakan bidang SDM Aparatur yang dicapai pada tahun 2011 meliputi : a. Finalisasi RUU ASN dan DIM RUU ASN sudah selesai dibuat terkait dengan usulan DPR-RI terhadap RUU Aparatur Sipil Negara (ASN), yang sebelumnya yang diusulkan adalah RUU kebijakan tentang kepegawaian negara (SDM Aparatur). b. Penetapan Peraturan Pemerintah (PP), terdiri dari: 1) 2) 3) 4) PP No. 11 Tahun 2011 Tentang Gaji PNS; PP No. 12 Tahun 2011 Tentang Gaji TNI; PP No. 13 Tahun 2011 Tentang Gaji Polri; PP No. 14 Tahun 2011 Tentang Penetapan Pensiun Pokok Pensiunan PNS dan Janda Dudanya; 5) PP No. 15 Tahun 2011 Tentang Penetapan Pensiun Pokok Pensiunan TNI dan Janda Dudanya; 6) PP No. 16 Tahun 2011 Tentang Penetapan Pensiun Pokok Pensiunan Polri dan Janda Dudanya;

50

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

7) PP No. 17 Tahun 2011 Tentang Pemberian Tunjangan Kehormatan Kepada Bekas Anggota Komite Nasional Indonesia Pusat dan Janda/Dudanya; 8) PP No. 18 Tahun 2011 Tentang Pemberian Tunjangan Perintis Pergerakan Kebangsaan/Kemerdekaan; 9) PP No. 19 Tahun 2011 Tentang Pemberian Tunjangan Veteran Kepada Veteran Republik Indonesia; 10) Perpres No. 27 Tahun 2011 Tentang Penyesuaian Gaji Pokok PNS; 11) Penetapan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2011 Tentang Pemberhentian Wakil Menteri; 12) Penetapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 Tentang Sasaran Kinerja Pegawai. c. Rencangan Peraturan Pemerintah (RPP)/R-Perpres, terdiri dari: 1) RPP tentang Pegawai Tidak Tetap; 2) RPP tentang Pengadaan PNS; 3) Penyempurnaan PP tentang Pengangkatan PNS Dalam Jabatan Struktural; 4) RPP tentang Pemberian Cuti PNS; 5) RPP tentang Wewenang Pengangkatan Pemindahan dan Pemberhentian PNS; 6) RPP tentang Analisis Kebutuhan dan Pengembangan Sistem Diklat; 7) RPP tentang Sistem Remunerasi SDM Aparatur Negara; 8) RPP tentang Dana Pensiun PNS dan Tabungan Hari Tua PNS; 9) Perpres tentang Pedoman Pola Dasar Karir (Sistem Penempatan, Promosi, dan Mutasi). d. Peraturan Menteri PAN & RB, terdiri dari: 1) Per.MenPAN-RB No. 26 Tahun 2011 tentang Pedoman Perhitungan Jumlah Kebutuhan PNS; 2) Per.MenPAN-RB No. 33 Tahun 2011 tentang Pedoman Evaluasi Jabatan; 3) Per.MenPAN-RB No. 34 Tahun 2011 tentang Pedoman Analisis Jabatan; 4) Peraturan Bersama Men.PAN-RB, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan Tahun 2011 Tentang Moratorium Penerimaan CPNS; 5) Per.MenPAN-RB tentang Pedoman Penataan Sistem Tunjangan Kinerja Pegawai (80%).

51

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Peraturan Kepala BKN: 1) Peraturan Kepala BKN No. 13 Tahun 2011 tentang Pedoman Standar kompetensi Jabatan; 2) Peraturan Kepala BKN No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengembangan Database SDM Aparatur Negara; 3) Peraturan Kepala BKN No. 15 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengendalian Kepegawaian/Audit Kepegawaian. Terkait tiga peraturan Kepala BKN tersebut diatas, dimasukkan dalam lingkup Peraturan Menteri PAN & RB karena pembahasannya dikoordinasi oleh Kementerian PAN & RB.

Persentase instansi pemerintah yang mengirimkan data usulan formasi PNS secara akurat dan benar sesuai aturan

Untuk memenuhi target instansi pemerintah yang mengirimkan data usulan formasi PNS secara akurat dan benar sesuai aturan sebesar 80% dari 600 Instansi Pemerintah Pusat/Daerah atau sebanyak 480 Instansi Pemerintah Pusat/Daerah dilakukan dengan cara mengadakan sosialisasi Per.MENPANRB No. 26 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Kebutuhan Pegawai (formasi) secara nasional sehingga penyampaian formasi dari instansi pusat dan daerah tersebut dapat akurat dan benar. Pada tahun 2011 usulan dari instansi adalah sebagai berikut: a. Dari 76 Instansi Pusat yang mengirimkan data usulan sejumlah 72 sehingga persentase instansi yang mengirimkan adalah 95% total usulannya adalah 147.463 b. Dari 524 Instansi Daerah yang mengirimkan data usulan sejumlah 484 sehingga persentase instansi yang mengirimkan adalah 92% total usulannya adalah 717.178 Dikarenakan ada kebijakan moratorium Penerimaan CPNS, maka untuk tahun 2011 instansi pemerintah diminta menghitung kebutuhan PNS di masing-masing instansi dan tidak ada tambahan formasi.

Persentase instansi yang pengembangan pegawai

menerapkan

kebijakan

pemantapan

Untuk mencapai indikator kinerja dari jumlah instansi yang menerapkan kebijakan pemantapan pengembangan pegawai salah satunya yang dilakukan adalah dengan melakukan penambahan jabatan fungsional
52
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

tertentu. Dengan adanya penambahan jabatan fungsional yang baru tersebut maka akan memberi dampak pada pengembangan pegawai terkait dengan kompetensinya untuk masuk ke dalam jabatan fungsional baru yang dibentuk. Instansi yang ditargetkan menerapkan kebijakan pemantapan pengembangan pegawai pada tahun 2011 sebesar 5% dari 75 Instansi Pemerintah Pusat atau sebanyak 4 Instansi Pemerintah Pusat ternyata realisasinya telah tercapai 100% yaitu sebanyak 4 Instansi Pemerintah Pusat. Nama Instansi dan jabatan fungsional baru yang sudah dilakukan pembahasan pada tahun 2011 yaitu:
No 1. 2. LAN BKN Instansi Jabatan fungsional baru Analis Kebijakan Auditor Kepegawaian Assesor Kepegawaian 3. 4. LKPP Setjen DPR-RI Pengadaan Barang dan Jasa Transkriptor Keterangan dilakukan pembahasan uji petik beban kerja Penyiapan peraturan Menteri PAN & RB Pemaparan naskah akademik di BKN Validasi (penetapan) besaran angka kredit dilakukan pembahasan uji petik beban kerja

Persentase peningkatan penghasilan PNS

Target awal peningkatan penghasilan PNS adalah 5% ternyata pada tahun 2011 pemerintah telah mengeluarkan kebijakan yang meningkatkan penghasilan PNS rata-rata sebesar 10% dari gaji pokok PNS, sehingga target peningkatan penghasilan PNS sebesar 5% telah melebihi target yang ditetapkan. Pada tahun 2011, kebijakan kesejahteraan meliputi: a. b. c. d. yang dihasilkan terkait peningkatan

PP No. 11 Tahun 2011 tentang PP No. 12 Tahun 2011 tentang PP No. 13 Tahun 2011 tentang PP No. 14 Tahun 2011 tentang PNS dan Janda Dudanya;

Gaji PNS; Gaji TNI; Gaji Polri; Penetapan Pensiun Pokok Pensiunan

53

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

e. f. g.

h. i. j.

PP No. 15 Tahun 2011 tentang Penetapan Pensiun Pokok Pensiunan TNI dan Janda Dudanya; PP No. 16 Tahun 2011 tentang Penetapan Pensiun Pokok Pensiunan Polri dan Janda Dudanya; PP No. 17 Tahun 2011 tentang Pemberian Tunjangan Kehormatan Kepada Bekas Anggota Komite Nasional Indonesia Pusat dan Janda/Dudanya; PP No. 18 Tahun 2011 tentang Pemberian Tunjangan Perintis Pergerakan Kebangsaan/Kemerdekaan; PP No. 19 Tahun 2011 tentang Pemberian Tunjangan Veteran Kepada Veteran Republik Indonesia; Perpres No. 27 Tahun 2011 tentang Penyesuaian Gaji Pokok PNS.

Persentase instansi yang menyusun informasi jabatan dalam rangka penyusunan sistem remunerasi berdasarkan merit system

Untuk mencapai indikator kinerja persentase instansi yang menyusun informasi jabatan dalam rangka penyusunan sistem remunerasi berdasarkan merit system ditetapkan target 20% instansi Pemerintah Pusat

dari 75 instansi Pemerintah Pusat yaitu sebanyak 15 instansi Pemerintah Pusat. Capaian pada tahun 2011 sebanyak 23 Instansi Pemerintah Pusat (30%) yang dianggap telah menyusun informasi jabatan dalam rangka penyusunan sistem remunerasi berdasarkan merit system.
Adapun Instansi Pemerintah Pusat yang telah menyusun informasi jabatan dalam rangka penyusunan sistem remunerasi berdasarkan merit system pada tahun 2011 adalah sebagai berikut : No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
54

Instansi Pemerintah Kementerian Riset dan Teknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Badan Narkotika Nasional (BNN) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Lembaga Ketahanan Nasional (LEMHANAS) Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Kementerian Perindustrian Badan POM RI

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

No. 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Instansi Pemerintah Badan Kepegawaian Negara (BKN) Lembaga Administrasi Negara (LAN) Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) Kementerian Perdagangan Arsip Nasional Republik Indonesia Badan Pengawas Tenaga Nuklir Kementerian Pertanian Badan Pusat Statistik Badan Nasional Penanggulangan Teroris Kementerian Perumahan Rakyat Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Sasaran Strategis 4 : Terwujudnya penyelenggaraan tata laksana pemerintah yang efisien, efektif dan akuntabel

Pencapaian target kinerja atas sasaran ini adalah sebagai berikut : Indikator Kinerja 1) Jumlah peraturan/kebijakan di bidang Tata Laksana (UU, PP, Per. Men. PAN dan RB) 2 RUU 1 PP 5 Per. Men. PAN dan RB 2 RUU 1 RPP 2 Per.Men.PAN dan RB, 3 Draft Final Per.Men.PAN dan RB 62,5 70 88 Target 2 UU Realisasi 2 RUU % 80

2) Persentase instansi pemerintah pusat yang melakukan penataan ketatalaksanaan dengan baik 35 % 59,46 % 169

55

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Analisis atas capaian indikator-indikator kinerja sasaran ini adalah sebagai berikut :
Jumlah peraturan/kebijakan di bidang Tata Laksana

2 kebijakan di bidang Tata Laksana yang ditargetkan capaian kinerjanya menjadi Undang-Undang, adalah: 1) Undang-undang tentang Administrasi Pemerintahan; dan 2) Undang-undang tentang Etika Penyelenggara Negara. Kedua Rancangan Undang-undang tersebut sejak tahun 2009 telah disampaikan kepada Presiden untuk diterbitkan surat yang akan mengantarkannya kepada Pimpinan DPR RI, dan telah masuk dalam program legislasi nasional (PROLEGNAS) tahun 2010-2014 dengan nomor urut 36 untuk RUU Administrasi Pemerintahan dan nomor urut 67 untuk RUU Etika Penyelenggara Negara. 1) Penyusunan RUU Administrasi Pemerintahan pada tahun 2010, menghasilkan rumusan RUU AP yang telah disempurnakan dan telah kembali disampaikan kepada Presiden. Bersamaan dengan itu telah pula dilakukan sosialisasi melalui kegiatan simulasi di berbagai daerah untuk memperkuat pendalaman substansi RUU ini. Pada tahun 2010 ditargetkan terbit surat Presiden yang mengantarkan RUU AP kepada Pimpinan DPR RI, namun hingga berakhirnya tahun 2010 posisi RUU Administrasi Pemerintahan masih berada di Kantor Sekretariat Negara untuk dibicarakan kembali dalam rapat terbatas, sehingga pada tahun 2011 kembali masuk dalam proses penerbitan surat Presiden yang akan mengantarkan RUU tersebut kepada Pimpinan DPR untuk dapat dilakukan pembahasan bersama antara Panitia Khusus RUU DPR RI dan pihak Pemerintah. Kendala yang dihadapi terkait dengan pencapaian target RUU Administrasi Pemerintahan adalah: 1) Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, bahwa proses pembahasan RUU dengan DPR RI baru akan dapat dilakukan bila telah disampaikan oleh Presiden. Proses mendapatkan surat Presiden yang mengantarkan RUU kepada Pimpinan DPR ternyata memerlukan berkali-kali pembahasan dalam rangka penyempurnaan RUU yang akan diajukan, dan ini semua di luar kendali kegiatan dari instansi pengusul/inisiator yang dalam hal ini adalah Kementerian PAN dan RB; 2) Tidak tercapainya target/sasaran kegiatan lebih disebabkan faktor di luar kendali instansi pemegang kegiatan disamping masih
56
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

kurangnya dukungan SDM pengelola kegiatan baik dari sisi jumlah maupun kapasitas/kompetensinya. 2) Penyusunan RUU Etika Penyelenggara Negara (EPN) Secara umum dapat digambarkan bahwa capaian sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Kinerja Tahun 2011 dalam rangka mengkongkritkan RUU EPN dapat diwujudkan berupa penyusunanan kembali naskah RUU EPN dengan perubahan substansi menjadi hukum acara dan dilakukan perbaikan naskah akademiknya. Dengan demikian maka nilai capaian kinerja kegiatan ini adalah sebesar 70%. Kegiatan Penyusunan RUU tentang Etika Penyelenggara Negara perlu ditindak lanjuti sesuai prosedur teknik penyusunan perundangundangan sampai menjadi sebuah Undang-undang, melalui pembahasan RUU EPN tingkat interdep (antar-instansi) yang masih perlu dilakukan untuk menyempurnakan RUU EPN ini pada tahapan harmonisasi sebelum diajukan ke Presiden. Kendala utama dalam pelaksanaan kegiatan RUU EPN adalah pengaturan jadual pada pakar/narasumber dalam pembahasan RUU EPN. Disamping kurangnya SDM baik dalam jumlah maupun kompetensinya. 2 kebijakan bidang Tata Laksana yang ditargetkan menjadi Rancangan Undang-undang adalah : 1) Penyusunan RUU Tata Hubungan Kewenangan Pemerintah Pusat dan Daerah Pada tahun 2011 ini, target kinerja kegiatan penyusunan RUU Tata Hubungan Kewenangan Pemerintah Pusat dan Daerah adalah Tersusunnya RUU yang telah mendapatkan surat presiden untuk disampaikan kepada DPR RI guna dilakukan pembahasan lebih lanjut. Sedangkan realisasi capaian kinerja saat ini adalah telah tersusunnya naskah akademik dan Draft RUU yang telah siap untuk dilakukan sinkronisasi antar instansi terkait. Dengn demikian nilai pencapaian kinerja adalah sebesar 65% dari target yang telah ditetapkan. 2) Penyusunan RUU tentang Badan Layanan Umum (BLU) Dalam pelaksanan kegiatan Sinronisasi dan Harmonisasi RUU BLU pada tahun 2011, kegiatan Sinkronisasi dan Harmonisasi pada Kementerian Hukum dan HAM belum dapat dilaksanakan oleh karena Penyempurnaan Naskah Akademik tidak dapat dilakukan karena membutuhkan biaya yang cukup besar dan tidak tersedia
57
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

dalam RKA-KL serta waktu yang tidak mencukupi. Target Capaian kegiatan sebesar 60%. 1 kebijakan di bidang Tata Laksana yang ditargetkan capaian kinerjanya menjadi Peraturan Pemerintah, adalah: Kebijakan Tata Laksana Perizinan. Target kinerja pelaksanaan kegiatan ini pada tahun 2011 adalah tersusunnya Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Tata Laksana Perizinan tetapi karena adanya perubahan pada dasar hukum dan isi kebijakan ini maka targetnya direvisi menjadi tersusunnya Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pedoman Umum Tatalaksana Izin, Dispensasi dan Konsesi. Capaian kinerja pada tahun 2011 adalah tersusunnya Revisi Naskah Akademik dan Revisi Draft Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pedoman Umum Tatalaksana Izin, Dispensasi dan Konsesi. Dengan demikian nilai capaian kinerja kegiatan ini adalah sebesar 70%. Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah belum ditetapkannya RUU tentang Administrasi Pemerintahan telah menimbulkan ketidaktuntasan dalam penyelesaian Draft Rancangan Peraturan Pemerintah ini, disamping masih adanya kemungkinankemungkinan berubahan dalam RUU tersebut. 5 kebijakan di bidang Tata Laksana yang ditargetkan selesai pada tahun 2011 adalah: 1. Pedoman Umum Pemetaan Pemangku Kepentingan Pada tahun 2011, target penyusunan pedoman ini adalah tersedianya Pedoman yang dalam bentuk Peraturan Menteri. Sedangkan capaian kinerja yang dapat direalisasi adalah Pedoman Umum Pemetaan Pemangku Kepentingan ini telah selesai dan telah ditetapkan dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan dan Reformasi Birokrasi Nomor 54 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Pemetaan Pemangku Kepentingan di Lingkungan Instansi Pemerintah. Dengan demikian nilai capaian kinerja kegiatan ini adalah 100%. 2. Pedoman Umum Hubungan Media Pada tahun 2011 ditargetkan bahwa Pedoman Umum Hubungan Media dapat terselesaikan dengan baik dan telah ditetapkan dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Sampai akhir tahun 2011, target yang telah direncanakan tercapai dengan baik, yaitu tersedianya satu Pedoman Umum Hubungan Media yang telah dilengkapi dengan Peraturan Menteri
58
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 55 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Hubungan Media di Lingkungan Instansi Pemerintah. Dengan demikian nilai capaian kinerja kegiatan ini adalah 100%. Permasalahan yang dihadapi pada saat penyusunan pedoman ini tidak jauh berbeda dengan penyusunan Pedoman Umum Pemetaan Pemangku Kepentingan. 3. Penyusunan Pedoman Umum Standarisasi Tata Laksana Sarana dan Prasarana Kerja Aparatur di Lingkungan Instansi Pemerintah yang berupa tanah dan bangunan Target kinerja Tahun 2011 untuk kegiatan ini adalah tersedianya Pedoman Umum Standarisasi Tata Laksana Sarana dan Prasarana Kerja Aparatur di Lingkungan Instansi Pemerintah yang berupa Tanah dan Bangunan yang berbentuk Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Sedangkan capaian kinerja yang dapat terealisasi pada tahun ini adalah berupa draft final Pedoman Umum Standarisasi Tata Laksana Sarana dan Prasarana Kerja Aparatur di Lingkungan Instansi Pemerintah yang berupa Tanah dan Bangunan yang telah siap untuk ditetapkan menjadi Peraturan Menteri. Dengan demikian nilai capaian kinerja kegiatan ini adalah sebesar 80%. Besarnya capaian kinerja ini dipengaruhi oleh permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan ini yaitu kurangnya tenaga pelaksana dari jumlah maupun kompetensinya. 4. Penyusunan Pedoman Umum Standarisasi Pakaian Kerja/Dinas Pegawai Negeri Sipil Rencana kinerja yang ingin dicapai pada tahun 2011 untuk kegiatan ini adalah tersedianya Pedoman Umum Standarisasi Pakaian Kerja/Dinas Pegawai Negeri Sipil yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Adapun realisasi dari kegiatan ini adalah draft final pedoman umum yang telah siap untuk ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Dengan demikian nilai capaian kinerja kegiatan ini adalah sebesar 80%. Capaian kinerja ini salah satunya disebabkan oleh kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan ini yaitu kurangnya sumberdaya pelaksana kegiatan baik dalam segi jumlah maupun kompetensi.

59

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

5. Penyusunan Tata Cara Penataan Tata Laksana Pada Instansi Pemerintah Target Kinerja kegiatan tahun 2011 ini adalah tersusunnya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang Tata Cara Penataan Tata Laksana Pada Instansi Pemerintah. Capaian kinerja yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah tersusunnya draft final Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang Tata Cara Penataan Tata Laksana Pada Instansi Pemerintah. Dengan demikian nilai capaian kinerja kegiatan ini adalah sebesar 80% dari target yang telah ditentukan. Pencapaian target ini dipengaruhi oleh kendala yang dihadapi dalam pelaksaaan kegiatan ini yaitu kurangnya sumber daya pelaksana kegiatan baik dalam segi jumlah maupun kompetensinya disamping konsep penataan tata laksana (business process) yang dianggap masih relatif baru bagi instansi pemerintah.

Persentase instansi pemerintah pusat yang melakukan penataan ketatalaksanaan dengan baik

Instansi pemerintah pusat yang telah melakukan penataan ketatalaksanaan dengan baik yang secara minimal dicirikan dengan adanya standar operasional prosedur (SOP) dan telah melaksanakan e-government secara minimal (e-office) pada instansi yang bersangkutan. Setiap instansi pemerintah yang telah mengajukan Dokumen Usulan Reformasi Birokrasi kepada Tim Pengelola Reformasi Birokrasi Nasional melalui Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi telah menyertakan dokumen SOP dan dokumen pelaksanaan e-governnment sebagai salah satu kelengkapannya. Dengan demikian maka setiap instansi pemerintah pusat yang telah mengajukan Dokumen Usulan Reformasi Birokrasi telah memiliki Dokumen SOP dan melaksanakan e-government yang berarti telah melakukan penataan ketatalaksanaan dengan baik. Sampai awal tahun 2012 ini, dari 74 (tujuh puluh empat) instansi pemerintah pusat terdapat 30 (tiga puluh) instansi (40,54%) yang telah mengajukan Dokumen Usulan Reformasi Birokrasi dan telah dilengkapi dengan Dokumen SOP dan dokumen e-government, disamping 14 (empat belas) instansi pemerintah pusat (18,92%) yang telah menerima tunjangan kinerja sebagai konsekuensi dari upayanya melaksanakan kebijakan Reformasi Birokrasi di Instransinya. Dengan demikian maka prosentase instansi pemerintah pusat yang telah melakukan penataan ketatalaksanaan
60
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

dengan baik adalah sebesar 59,46%. Dengan data ini maka dapat diketahui bahwa capaian kinerja instansi pemerintah pusat yang telah melakukan penataan ketatalaksanaan dengan baik adalah sebesar 169,88%. Angka ini tidak termasuk instansi pemerintah yang telah melaksanakan penyusunan SOP dan melaksanakan e-government tetapi belum mengajukan Dokumen Usulan Reformasi Birokrasi kepada Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi. Hasil pemantauan ketatalaksanaan Pemerintah yang dilakukan pada Pemerintah Daerah dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Perlu penguatan kapasitas kelembagaan Kementerian PAN dan RB, khususnya terkait fungsi internalisasi kebijakan-kebijakan Menteri PAN dan RB, baik untuk internal organisasi Kementerian PAN dan RB, maupun untuk pihak eksternal (stakeholder), yaitu instansi pemerintah pusat dan daerah; 2. Perlu dibangun operasionalisasi kebijakan-kebijakan Menteri PAN dan RB dengan strategi yang tepat dalam rangka penerapan keijakan-kebijakan tersebut; 3. Aspek substansi kebijakan harus menjadi perhatian, terutama dalam hal penegasan isi beserta perangkat sanksi yang dibutuhkan untuk lebih memperkuat sifat mengikatnya; 4. Perlu disusun kebijakan Menteri PAN dan RB mengenai Pedoman Umum Evaluasi Ketatalaksanaan Instansi Pemerintah; 5. Ruang lingkup tata laksana dalam instansi pemerintah perlu diberikan batasan yang jelas.

Sasaran Strategis 5 : Terwujudnya pelaksanaan reformasi birokrasi nasional secara terencana, sistematis, dan komprehensif

Pencapaian target kinerja atas sasaran ini adalah sebagai berikut : Indikator Kinerja 1) Jumlah kebijakan pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang diterbitkan 2) Jumlah K/L yang telah melaksanakan reformasi birokrasi sesuai kebijakan RB Nasional
61

Target 7 kebijakan

Realisasi 10 kebijakan

% 143

12 K/L

20 K/L

167

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Indikator Kinerja 3) Jumlah K/L yang telah melaksanakan reformasi birokrasi 4) Tingkat kualitas pelaksanaan RB yang terukur sesuai dengan kebijakan RB Nasional 5) Jumlah instansi yang menerima sosialisasi 6) Jumlah asistensi reformasi birokrasi kepada instansi pusat dan daerah

Target 30 %

Realisasi 47 %

% 156

80 %

81 %

101

100 % K/L 30 % Pemda 100 % K/L 10 % Pemda

100 % K/L 100 % Prov. 62 % -

100 333 62 -

Analisis atas capaian indikator-indikator kinerja sasaran ini adalah sebagai berikut :

Jumlah kebijakan pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang diterbitkan

Untuk memenuhi target Jumlah kebijakan pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang diterbitkan yang ditetapkan sebanyak 7 kebijakan, telah dilakukan kegiatan Penyusunan Kebijakan Reformasi Birokrasi. Dari hasil kegiatan ini telah berhasil ditetapkan 10 Peraturan Menteri PAN dan RB, sebagai pedoman pelaksanaan reformasi birokrasi. Pedoman-pedoman tersebut ditetapkan melalui Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor : 7 sampai dengan Nomor 15 Tahun 2011 dan Nomor 53 Tahun 2011, yang meliputi : Pengguna Utama K/L UPRBN

Pedoman 1. Pedoman Pengajuan Dokumen Usulan Reformasi Birokrasi Kementerian/Lembaga (PerMenPANRB No. 7/2011) 2. Pedoman Penilaian Dokumen Usulan dan Road Map Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian/Lembaga (PerMenPANRB No. 8/2011)

Isi Pokok Proses pelaksanaan reformasi birokrasi dan langkah-langkah menyusun dokumen usulan. Penilaian dokumen usulan dan road map, penilaian dokumen pelaksanaan, dan verifikasi pelaksanaan reformasi birokrasi di lapangan.

UPRBN

62

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Pedoman

Isi Pokok

Pengguna Utama K/L dan PEMDA

3. Pedoman Penyusunan Road Map Pengertian dasar road map, Reformasi Birokrasi dan langkah-langkah Kementerian/Lembaga dan menyusun road map. Pemerintah Daerah (PerMenPANRB No. 9/2011) 4. Pedoman Pelaksanaan Program Manajemen Perubahan (PerMenPANRB No. 10/2011) Elemen dan tahapan manajemen perubahan; perumusan rencana manajemen perubahan; pengelolaan perubahan; penguatan hasil perubahan.

K/L dan PEMDA

5. Kriteria dan Ukuran Keberhasilan Penilaian keberhasilan Reformasi Birokrasi pelaksanaan reformasi birokrasi; (PerMenPANRB No. 11/2011) Indikator keberhasilan reformasi birokrasi nasional; dan kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. 6. Pedoman Penataan Tatalaksana (Business Process) (PerMenPANRB No. 12/2011) Pendekatan penataan tatalaksana; proses penataan tatalaksana; kaidah penggambaran tatalaksana; dan Standard operating procedures. Perumusan dan penetapan quick wins; dan langkahlangkah dalam pelaksanaan quick wins.

K/L dan PEMDA UPRBN TI TQA

K/L dan PEMDA

7. Pedoman Pelaksanaan Quick Wins (PerMenPANRB No. 13/2011) 8. Pedoman Pelaksanaan Program Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management) (PerMenPANRB No. 14/2011)

K/L dan PEMDA

Elemen dan tahapan UPRBN implementasi manajemen pengetahuan; Merencanakan implementasi manajemen pengetahuan; mengimplementasikan manajemen pengetahuan; dan Evaluasi dan monitoring implementasi manajemen pengetahuan.

63

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Pedoman 9. Mekanisme Persetujuan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi dan Tunjangan Kinerja Bagi Kementerian/Lembaga (PerMenPANRB No. 15/2011)

Isi Pokok Mekanisme pelaksanaan reformasi birokrasi; mekanisme persetujuan pelaksanaan reformasi birokrasi dan tunjangan kinerja bagi kementerian/lembaga.

Pengguna Utama K/L UPRBN TI TQA

10. Pedoman Penjamin Kualitas (Quality Assurance) dan Pedoman Monitoring Evaluasi Reformasi Birokrasi (PerMenPANRB No. 53/2011)

Aturan untuk melakukan TQA penjaminan kualitas, monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan reformasi birokrasi dilingkungan K/L.

Jumlah K/L yang telah melaksanakan reformasi birokrasi sesuai kebijakan RB Nasional

Untuk memenuhi target Jumlah K/L yang telah melaksanakan reformasi birokrasi sesuai kebijakan RB Nasional, telah dilakukan kegiatan Implementasi Reformasi Birokrasi. Pada awal tahun 2011 ditargetkan 12 K/L, ternyata dari pelaksanaan kegiatan ini berhasil diajukan 20 K/L. Pada tahun 2011 terdapat 30 K/L yang telah mengajukan usulan kepada Kementerian PAN dan RB sebagaimana tabel di bawah ini: 1. BPPT 2. Lemhannas 3. LAN 4. Kem. PU 5. Kem. LH 6. BKKBN 7. LKPP 8. ANRI 9. Kemristek 10. KemPerind 11. BATAN 12. BPOM 13. KemPPA 14. KemPerhub 15. BKN 16. BKPM 17. BPS 18. KemPeRa 19. Lemsaneg 20. BNN 21. Kemdikbud 22. Kemparekk 23. Kemtan 24. Kemenpora 25. BNPT 26. KemKP 27. LAPAN 28. Bapeten 29. Kemdag 30. LIPI

Dari 30 K/L tersebut 24 diantaranya telah berhasil dinilai, baik dari sisi Dokumen Usulan dan Road Map masing-masing maupun verifikasi lapangan, sebagai berikut:

64

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

1. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 2. Lembaga Ketahanan Nasional 3. Lembaga Administrasi Negara 4. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

5. 6. 7. 8.

Kementerian Riset dan Teknologi Kementerian Perindustrian Badan Tenaga Nuklir Badan Pengawas Obat dan Makanan

9. Badan Kepegawaian Negara 10. Badan Koordinasi Penanaman Modal 11. Kementerian Lingkungan Hidup 12. Kementerian Pekerjaan Umum

13. Kementerian Perhubungan 14. Badan Pusat Statistik 15. BKKBN 16. Arsip Nasional Republik Indonesia 17. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 18. Kementerian Perumahan Rakyat 19. Lembaga Sandi Negara 20. Badan Narkotika Nasional 21. Kementerian Pertanian 22. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme 23. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 24. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

dari 24 K/L yang sudah diverifikasi, 20 diantaranya sudah diproses lebih lanjut untuk diajukan tunjangan kinerjanya masing-masing. Pengajuan kepada Menteri Keuangan melalui : Surat No. MenPANRB telah menyampaikan surat kpd Menkeu, Hal : penetapan Usulan TK Tanggal 15 Nop 2011 No: B/2747/M.PAN-RB/11/2011 K/L yang diajukan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. BPPT Lemhannas LAN LKPP KemPerind Kemristek BATAN BPOM BKN BKPM BPS BKKBN ANRI KemPPA KemPeRA Lemsaneg BNN Kemtan

MenPANRB telah menyampaikan surat kpd Menkeu, Hal: penetapan Usulan TK Tanggal 21 Nop 2011 No: B/2808/M.PAN-RB/11/2011

65

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Surat No. MenPANRB telah menyampaikan surat kpd Menkeu, Hal: penetapan Usulan TK Tanggal 28 Nop 2011 No: B/2879/M.PAN-RB/11/2011 MenPANRB telah menyampaikan surat kpd Menkeu, Hal: penetapan Usulan TK Tanggal 12 Desember 2011 No: B/3019/M.PAN-RB/12/2011

K/L yang diajukan 19. BNPT

20. LIPI

Jumlah K/L yang telah melaksanakan reformasi birokrasi

Untuk Indikator Kinerja Jumlah K/L yang telah melaksanakan reformasi birokrasi yang ditargetkan 30% dari jumlah K/L seluruhnya. Dengan penyelesaian sebanyak 20 K/L yaitu : 1. BPPT 2. Lemhannas 3. LAN 4. LKPP 5. KemPerind 6. Kemristek 7. BATAN 8. BPOM 9. BKN 10. BKPM 11. BPS 12. BKKBN 13. ANRI 14. KemPPA 15. KemPeRA 16. Lemsaneg 17. BNN 18. Kemtan 19. BNPT 20. LIPI

maka realisasi Jumlah K/L yang telah melaksanakan reformasi birokrasi nasional secara kumulatif adalah 47%. Dengan demikian pencapaian ini sudah melebihi target 30%.

Tingkat kualitas pelaksanaan RB yang terukur sesuai dengan kebijakan RB Nasional

Untuk memenuhi target Tingkat kualitas pelaksanaan RB yang terukur sesuai dengan kebijakan RB Nasional sebesar 80% telah dilakukan pelaksanaan kegiatan Penjaminan Kualitas Pelaksanaan Reformasi Birokrasi oleh Tim Quality Assurance.

66

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Untuk menjamin kualitas pelaksanaan reformasi birokrasi, selain telah dibentuk Tim Quality Assurance, juga telah dirancang instrumen penjaminan kualitas. Instrumen penjaminan kualitas dimaksud sudah diujicobakan di lima instansi pemerintah, yaitu di Sekretariat Negara, Sekretariat Wakil Presiden, Kementerian PAN dan RB, Kementerian Keuangan (Ditjen Bea dan Cukai) dan BPK. Adapun hasil dari penjaminan kualitas tersebut adalah sebagai berikut: Instansi Sekretariat Negara Sekretariat Wakil Presiden Kementerian PAN dan RB Kementerian Keuangan (Ditjen Bea dan Cukai) BPK Rata-rata Nilai 82% 81% 65% 91% 86% 81%

Instrumen tersebut telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor: 53 Tahun 2010 tentang Pedoman Penjaminan Kualitas (Quality Assurance) dan Pedoman Monitoring dan Evaluasi Reformasi Birokrasi.

Jumlah instansi yang menerima sosialisasi

Untuk memenuhi target Jumlah instansi yang menerima sosialisasi, telah dilakukan kegiatan Sosialisasi Grand Design dan Road Map Reformasi Birokrasi pada K/L dan Pemda. Dalam pelaksanaannya kegiatan sosialisasi di bagi ke dalam dua pelaksanaan sosialisasi, yaitu pelaksanaan sosialisasi untuk kementerian/lembaga dan sosialisasi untuk pemerintah provinsi. Sementara pada tahun 2011 tidak dilakukan sosialisasi untuk pemerintah kabupaten/kota. Pelaksanaan sosialisasi untuk kementerian/lembaga yang dihadiri oleh seluruh Kementerian/Lembaga dilaksanakan pada tanggal 5 April 2011, dengan pokok bahasan:
67

Kebijakan Reformasi Birokrasi Perkembangan Pengelolaan RB Review Hasil Penilaian Langkah yang diperlukan Organisasi Pelaksana RB Mekanisme
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Dalam sosialisasi tersebut ditetapkan beberapa hal sebagai berikut: 1) K/L yang sudah dan belum mengajukan dokumen usulan agar menyesuaikan dan menyusun serta menyampaikan kembali dokumen usulan mengikuti kebijakan baru; 2) K/L yang sudah menerima tunjangan kinerja akan segera dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi; 3) Dokumen usulan yang diajukan akan segera dinilai oleh UPRBN dan dilanjutkan dengan verifikasi lapangan; 4) Penyampaian dokumen usulan harus dilengkapi dengan Berita Acara validasi peringkat jabatan (job grading) yang ditanda-tangani oleh Kementerian PAN dan RB, BKN, dan K/L yang bersangkutan; 5) Hasil penilaian akan disampaikan kepada Komite Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional untuk proses penetapan lebih lanjut. Sosialisasi diikuti oleh 200 orang peserta dari seluruh provinsi, yaitu: 1) Pejabat Pemerintah Provinsi sebanyak 165 orang peserta dari 33 provinsi, yang terdiri dari: (a) Sekretaris Daerah (b) Inspektur Povinsi (c) Kepala BAPPEDA Provinsi (d) Kepala BKD Provinsi (e) Kepala Biro Organsiasi Setda Provinsi 2) Pejabat pemerintah pusat sebanyak 35 orang yang terdiri dari: (a) Anggota Tim Independen (b) Anggita Tim Quality Assurance (c) Anggota UPRBN

Jumlah asistensi reformasi birokrasi kepada instansi pusat dan daerah

Untuk memenuhi target Jumlah asistensi reformasi birokrasi kepada instansi pusat dan daerah telah dilakukan kegiatan workshop dan kegiatan capacity building lainnya dalam rangka mempercepat proses pelaksanaan reformasi birokrasi. Learning dan Capacity Building dilakukan melalui asistensi/workshop (lokakarya) atau seminar yang diikuti oleh para peserta dari kementerian/lembaga. Beberapa workshop yang dilakukan adalah sebagai berikut :

68

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Workshop Workshop untuk Fasilator Sosialisasi kebijakan RB Workshop Pelaksanaan Reformasi Birokrasi

Peserta UPRBN Seluruh K/L 48 K/L 192 peserta (masing-masing K/L mengirimkan 4 orang peserta) Seluruh provinsi Seluruh K/L 5 K/L

Frekuensi penyelenggaraan 1 kali 1 kali 3 Angkatan

Sosialisasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi untuk Pemerintah Provinsi Forum Knowledge Management Workshop Change Management

1 kali 1 kali 1 kali

Jika dilihat dari sisi capaian K/L yang sudah memperoleh asistensi, maka dari 76 K/L yang ada baru 48 diantaranya yang sudah memperoleh asistensi. Ini berarti bahwa capaian untuk target ini sebesar 62%. Namun demikian jika dilihat dari sisi percepatan reformasi birokrasi di K/L, workshop berhasil mendorong K/L untuk segera mengajukan usulannya. Jika dilihat pada semester pertama, hanya terdapat beberapa K/L yang mengajukan usulan, namun setelah dilakukan workshop, jumlah itu meningkat hingga 30 K/L. Sementara asistensi untuk pemda tidak dapat dilakukan, karena terdapat perubahan kebijakan KPRBN yang menyatakan bahwa pada tahun 2011 reformasi birokrasi lebih menekankan fokus pada instansi pemerintah pusat, maka belum dilakukan asistensi terhadap pemerintah daerah. Sehingga capaian untuk asistensi pemerintah daerah masih belum dapat ditentukan.

Sasaran 6 : Terwujudnya instansi pemerintah yang akuntabel dan berkinerja tinggi

Pencapaian target kinerja atas sasaran ini adalah sebagai berikut : Indikator Kinerja 1) Jumlah peraturan/kebijakan di bidang Akuntabilitas Kinerja (RUU, Per.Men.PAN dan RB) Target Realisasi %

1 RUU

1 RUU

100

69

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Indikator Kinerja

Target 3 Per. Men. PAN dan RB

Realisasi 3 Per. Men. PAN dan RB 50,34 %

100

2) Persentase instansi pemerintah yang menerapkan SAKIP sesuai aturan 3) Persentase instansi pemerintah yang akuntabilitas kinerjanya baik 4) Persentase instansi pemerintah yang menyusun Indikator Kinerja Utama (IKU) 5) Persentase LAKIP yang diterima

50 %

100,68

44 %

48,72 %

121,81

22 % (Pusat dan Daerah)

20,10 %

91,36

87 % (Pusat dan Daerah) 55 % (Pusat dan Daerah) 32 %

87,42 %

100,48

6) Persentase PK yang diterima

60,29 %

109,62

7) Persentase instansi peserta model Island of Integrity yang berhasil

30,77 %

76,92

Analisis atas capaian indikator-indikator kinerja sasaran ini adalah sebagai berikut :
Jumlah peraturan/kebijakan di bidang akuntabilitas kinerja

Perumusan dan penyusunan peraturan/kebijakan di bidang akuntabilitas kinerja dalam tahun 2011, telah dihasilkan 1 buah Per.Men.PAN dan RB, yaitu Per.Men.PAN dan RB Nomor 35 Tahun 2011 tanggal 25 Juli 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011, serta 2 buah Surat Edaran yaitu SE Nomor 03 Tahun 2011 tanggal 15 April 2011 tentang Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Internal; dan SE Nomor 11 Tahun 2011 tanggal 23 November 2011 tentang Penyampaian Dokumen Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011 dan Dokumen Penetapan Kinerja Tahun 2012.

70

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Sejak diberlakukannya Inpres Nomor 7 Tahun 1999 dan selanjutnya diikuti dengan peraturan-peraturan lainnya yang dimaksudkan untuk mempercepat penerapan Sistem AKIP secara lebih konsisten, arah perkembangan sistem manajemen kinerja ini dirasakan masih kurang terfokus pada peraturan dan ketentuan yang ada. Berdasarkan hasil evaluasi dan bimbingan teknis yang dilakukan di beberapa instansi pemerintah, baik di instansi pemerintah pusat maupun daerah, SDM penanggung jawab dan pengelola Sistem AKIP mengalami kesulitan dalam menyusun perencanaan kinerja tahunan, menetapkan indikator yang baik, mengukur hasil-hasil yang diperolehnya, dan melaporkannya dalam LAKIP. Sebagai akibatnya, hampir sepanjang tahun instansi pemerintah tersebut masih memerlukan pembimbingan/asistensi dalam menyusun dokumendokumen manajemen kinerjanya. Materi yang menjadi bahan bimbingan penyusunan perencanaan kinerja tahunan, penetapan kinerja, dan pelaporan (LAKIP) selalu sama dari satu kegiatan pembimbingan ke kegiatan pembimbingan berikutnya. Sebagai akibatnya, penerapan Sistem AKIP seolah-olah hanya berjalan di tempat (stagnasi) dan tidak terlihat adanya peningkatan di instansi pemerintah. Dengan kondisi yang demikian, diputuskan pada tahun 2011 disusun kembali modul yang substansinya lebih mudah dan sederhana untuk dipahami dan diterapkan oleh instansi pemerintah dalam mengelola kinerjanya, yaitu Modul tentang Penerapan PK. Pada tahun 2011 ini, memang direncanakan baru sampai pada tahap penyempurnaan draft RUU Akuntabilitas Kinerja Penyelenggara Negara (AKPN) yang ada. Untuk tahapan berikutnya seperti harmonisasi RUU, terbitnya Amanat Presiden dan proses legislasi serta terbitnya UU AKPN baru akan dilaksanakan pada tahun-tahun berikutnya. Dengan demikian dalam tahun 2011 memang tidak direncanakan untuk menghasilkan outcome apapun tetapi hanya sampai output saja, yakni draft RUU AKPN yang disempurnakan. Penyempurnaan RUU Tentang AKPN memang harus dilakukan berkaitan dengan perkembangan yang ada dan saran yang diterima melalui proses focus group discussion (FGD) maupun semiloka di Daerah dan Pusat. Konsekuensi logis dari terbitnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang diundangkan tanggal 12 Agustus 2011, maka RUU tentang AKPN maupun Naskah Akademisnya mesti disesuaikan dengan ketentuan Undang-Undang dimaksud.

71

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Proses penyempurnaan RUU tentang AKPN yang telah dilalui selama Tahun 2011 antara lain dengan telah terbentuknya Panitia Antarkementerian yang keanggotaannya terdiri atas unsur Kementerian dan LPNK yang terkait dengan substansi RUU, Kementerian PAN dan RB serta Kementerian Hukum dan HAM, focus group discussion kelompok kerja panitia antarkementerian sebanyak dua kali, Semiloka di Pontianak, Palangka Raya, dan Jakarta, penyempurnaan Naskah Akademis dan RUU tentang AKPN. Dengan demikian untuk Tahun Anggaran 2011, baru sampai penyempurnaan RUU Tentang AKPN yang mengakomodasikan masukan dan saran yang diperoleh selama Tahun 2011 dari focus group discussion dan Semiloka. Untuk Tahun 2012 diharapkan sudah memasuki proses harmonisasi, yang akan dikoordinasikan oleh Direktorat Harmonisasi pada Direktorat Jenderal Perundang-undangan, Kementerian Hukum dan HAM. Proses harmonisasi RUU tersebut diharapkan selesai dalam tahun 2012, agar segera dikirimkan ke Sekretariat Negara untuk mendapat persetujuan Presiden dalam bentuk Amanat Presiden. Faktor penyebab capaian kinerja yang belum memuaskan tersebut antara lain lamanya proses penyempurnaan naskah akademis RUU tentang AKPN. Semula penyempurnaan naskah akademis tersebut akan dilaksanakan melalui Swakelola yang dikerjasamakan dengan Perguruan Tinggi Negeri. Namun sesuai dengan kebijakan Kementerian PAN dan RB terkait dengan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, maka polanya diubah menjadi swakelola murni. Konsekuensinya adalah perlu dilakukan revisi anggaran, sehingga kegiatan penyempurnaaan naskah akademis tersebut menunggu selesainya revisi anggaran tersebut. Dengan terlambatnya penyempurnaan naskah akademis, maka proses selanjutnya, seperti harmonisasi dan Amanat Presiden terhadap RUU tersebut, juga menjadi terhambat dan baru akan dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2012.

Persentase instansi pemerintah yang menerapkan SAKIP sesuai aturan

Efektivitas penerapan SAKIP dapat dilihat mulai dari segi formalitas, substansi maupun pemanfaatannya. Formalitas penerapan SAKIP dapat dilihat dari tingkat kepatuhan instansi pemerintah dalam menyampaikan dokumen-dokumen yang terkait dengan Sistem AKIP seperti dokumen Penetapan Kinerja dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) serta yang telah menyusun Indikator Kinerja Utama (IKU).
72
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Dari segi substansi, efektivitas penerapan Sistem AKIP dapat dilihat dari seberapa banyak instansi pemerintah yang telah menerapkan Sistem AKIP yang baik. Saat ini, sesuai dengan kondisi yang ada, instansi pemerintah yang dikategorikan telah menerapkan Sistem AKIP yang baik adalah instansi yang berhasil dalam usaha-usaha penguatan akuntabilitas kinerja dilingkungannya seperti yang telah menyusun perencanaan kinerja yang baik, melakukan pengukuran kinerja secara memadai, melaporkan capaian kinerja secara tepat waktu serta telah melakukan evaluasi kinerja internal secara memadai. Efektivitas penerapan Sistem AKIP akan terlihat jika seluruh komponen sistem tersebut diterapkan atau dimanfaatkan, baik dari segi formal maupun substansial. Realisasi instansi pemerintah yang telah mampu menerapkan Inpres Nomor 7 Tahun 1999 dan Inpres Nomor 5 Tahun 2004, berdasarkan hasil evaluasi adalah sebanyak 50,34%. Dengan demikian, capaian kinerja indikator ini adalah sebesar 100,68%.
PERKEMBANGAN PENERAPAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INDIKATOR % IP yang menerapkan Sistem AKIP yang baik Target Realisasi % Capaian 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

15% 8.62% 57%

30% 20% 67%

40% 24% 60%

na na na

40% 41% 102%

45% 49% 109%

50% 50% 100%

Jika dikaitkan dengan tujuan yang ditetapkan dalam rencana strategis yaitu Terwujudnya Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang efektif, harus diakui bahwa capaian yang diperoleh belumlah memuaskan, namun demikian perlu juga diakui bahwa apa yang telah dilakukan berada pada jalur yang benar (on the right track) dan perlu upaya yang sungguhsungguh untuk mewujudkan tujuan tersebut. Tabel diatas juga menunjukkan masih perlunya upaya untuk meningkatkan konsistensi dalam penetapan indikator kinerja dan penjelasan yang logis terhadap penetapan target kinerja. Sejak mulai diterbitkannya Inpres Nomor 7 Tahun 1999 dan selanjutnya diikuti dengan berbagai peraturan lain, sampai dengan saat ini masih banyak instansi pemerintah yang belum secara utuh menerapkan ketentuan-ketentuan tersebut diatas sebagaimana yang diharapkan. Mulai dari ketepatan waktu penyampaian dokumen-dokumen yang diwajibkan sampai kepada kualitas substansi penerapan Sistem AKIP, berdasarkan hasil

73

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

evaluasi, sebagian besar instansi pemerintah memperoleh hasil penilaian yang masih belum memuaskan.

Persentase instansi pemerintah yang akuntabilitas kinerjanya baik

Sebagaimana diketahui penerapan manajemen kinerja di instansi pemerintah dilakukan secara bertahap dimulai sejak diterbitkannya Inpres 7 Tahun 1999 yang mewajibkan instansi pemerintah menerapkan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Dengan diterbitkannya Inpres tersebut, instansi pemerintah didorong untuk lebih akuntabel dan lebih bertanggung jawab terhadap kinerja atau hasil yang telah dicapai. Akuntabilitas kinerja adalah suatu kondisi dimana instansi pemerintah telah merubah orientasinya dari yang biasanya berorientasi kepada anggaran (input) atau kegiatan (output) semata menjadi berorientasi kepada hasil atau outcome. Sebelum diterapkannya SAKIP, instansi pemerintah bekerja berdasarkan perencanaan yang ukuran keberhasilannya kurang memadai. Banyak instansi pemerintah yang mengklaim keberhasilannya semata-mata berdasarkan persentase (banyaknya) anggaran yang diserap atau banyaknya program dan kegiatan yang telah dilaksanakan. Mereka merasa berhasil jika telah sukses menyerap anggaran lebih dari 95% atau pekerjaan fisik bangunan dan sarana prasarana selesai 100% tanpa mengaitkannya dengan manfaat yang (seharusnya) diperoleh atau dirasakan masyarakat atau stakeholdersnya. Saat ini pola pikir seperti itu harus segera diubah dan diarahkan agar instansi pemerintah mulai merencanakan hasil atau outcome yang memberikan manfaat nyata bagi masyarakat dan mengukur capaian serta melaporkannya kinerjanya secara periodik. Sikap akuntabel tersebut diwujudkan dalam menyusun rencana strategis yang memuat kondisi ideal yang ingin diwujudkan dalam jangka menengah dan tahunan, menetapkan indikator (ukuran) keberhasilannya serta target kinerja yang akan dicapai. Rencana tersebut diikuti dengan penyusunan anggaran yang dibutuhkan dalam rangka mewujudkan target kinerja yang dimaksud. Kemudian dalam rangka memperkuat komitmen untuk berkinerja disusunlah semacam perjanjian kinerja yang menggambarkan kesepakatan atau kebulatan tekad untuk menghasilkan kinerja tertentu berdasarkan anggaran yang tersedia dan pada akhir periode melaporkannya dalam laporan kinerja atau LAKIP. Dari rangkaian alur tersebut dapat disimpulkan bahwa instansi pemerintah yang akuntabel adalah instansi yang menunjukkan komitmen kuat untuk menghasilkan kinerja tertentu dengan ukuran keberhasilan yang

74

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

pantas. Mereka tidak lagi merasa cukup dengan hanya berhasil menyerap anggaran atau telah melakukan kegiatan tertentu setiap tahunnya. Untuk mengetahui tingkat akuntabilitas instansi pemerintah terhadap kinerjanya, setiap tahun Kementerian PAN dan RB melakukan evaluasi atas akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, baik di tingkat Pusat maupun Daerah. Berdasarkan Peraturan MenPAN dan RB No 13 Tahun 2010, terdapat beberapa predikat penilaian akuntabilitas kinerja mulai dari yang paling rendah yaitu kategori D sampai dengan yang tertinggi yaitu kategori AA. Pengelompokkan predikat tersebut dilakukan berdasarkan hasil penilaian yang direpresentasikan dengan nilai (score) tertentu yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian, reviu, pembuktian, konfirmasi dan wawancara selama proses evaluasi serta mereviu capaian kinerja instansi. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing predikat serta karakteristiknya:
NO. 1. PREDIKAT AA NILAI ABSOLUT >85-100 INTERPRETASI Memuaskan KARAKTERISTIK AKUNTABILITAS INSTANSI Memimpin perubahan, berbudaya kinerja, berkinerja tinggi, dan sangat akuntabel Akuntabel, berkinerja baik, memiliki sistem manajemen kinerja yang andal. Akuntabilitas kinerjanya sudah baik, memiliki sistem yang dapat digunakan untuk manajemen kinerja, dan perlu sedikit perbaikan. Akuntabilitas kinerjanya cukup baik, taat kebijakan, memiliki sistem yang dapat digunakan untuk memproduksi informasi kinerja untuk pertanggung jawaban, perlu beberapa perbaikan tidak mendasar. Sistem dan tatanan kurang dapat diandalkan, memiliki sistem untuk manajemen kinerja tapi perlu banyak perbaikan minor dan perbaikan yang mendasar. Sistem dan tatanan tidak dapat diandalkan untuk manajemen kinerja, perlu banyak perbaikan, sebagian perubahan yang sangat mendasar.

2.

>75-85

Sangat Baik Baik, dan perlu sedikit perbaikan

3.

>65-75

4.

CC

>50-65

Cukup baik (memadai), perlu banyak perbaikan yang tidak mendasar

5.

>30-50

Agak kurang, perlu banyak perbaikan, termasuk perubahan yang mendasar Kurang, perlu banyak sekali perbaikan & perubahan yang sangat

6.

0-30

75

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

NO.

PREDIKAT

NILAI ABSOLUT

INTERPRETASI mendasar

KARAKTERISTIK AKUNTABILITAS INSTANSI

Instansi pemerintah yang dinilai akuntabel atau yang akuntabilitas kinerjanya baik adalah instansi yang berdasarkan hasil evaluasi Kementerian PAN dan RB memperoleh predikat minimal CC atau Cukup Baik. Untuk Tahun 2010 Kedeputian Pengawasan dan Akuntabilitas menargetkan 44% instansi pemerintah yang dievaluasi oleh Kementerian PAN dan RB meraih predikat minimal CC. Hasil evaluasi Tahun 2010, terdapat 48,72% instansi pemerintah yang dievaluasi, telah memperoleh predikat CC ke atas. Perkembangan hasil evaluasi instansi pusat (Kementerian/ Lembaga), sebagaimana tabel berikut : PERKEMBANGAN HASIL EVALUASI ATAS AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA
NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. KATEGORI AA A B CC C D 2008 0 0 2 2,70% 21 28,38% 39 52,70% 12 16,22% 74 100% 2009 0 0 7 9,21% 29 38,16% 33 43,42% 7 9,21% 76 100% 2010 0 0 11 13,92% 39 49,37% 27 34,18% 2 2,53% 79 100% 2011 0 0 14 17,07% 42 51,22% 26 31,71% 0 0,00% 82 100%

Total Instansi Yang Dievaluasi

Pada tahun 2008, evaluasi implementasi Sistem AKIP dilakukan terhadap 74 instansi pemerintah pusat. Sebanyak 23 instansi atau 31,08% akuntabilitas kinerjanya dinilai baik/akuntabel. Kemudian tahun 2009 instansi pusat yang akuntabilitas kinerjanya baik meningkat menjadi 36 instansi atau 47,36% dari 76 instansi dan pada tahun 2010 naik lagi menjadi 50 instansi atau 63,29% dari 79 instansi. Pada tahun 2011, dari 82 instansi pusat yang dievaluasi, 56 instansi atau 68,29% akuntabilitas kinerjanya dinilai baik. Perkembangan instansi pusat yang akuntabilitas kinerjanya baik, dapat dilihat pada grafik berikut:

76

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Perkembangan hasil evaluasi pemerintah provinsi, dapat dilihat sebagaimana tabel berikut : PERKEMBANGAN HASIL EVALUASI ATAS AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI
NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. KATEGORI AA A B CC C D 2008 0 0 0 0 18 66,67% 9 33,33% 27 100% 2009 0 0 0 1 3,70% 20 74,07% 6 22,22% 27 100% 2010 0 0 0 9 31,03% 18 62,07% 2 6,90% 29 100% 2011 0 0 1 3,33% 16 53,33% 13 43,33% 0 30 100%

Total Instansi Yang Dievaluasi

Pada tahun 2008, evaluasi implementasi Sistem AKIP dilakukan terhadap 27 pemerintah provinsi, namun dari 27 pemerintah provinsi masih belum ada yang mencapai akuntabilitas kinerjanya baik. Kemudian pada tahun 2009 pemerintah provinsi yang akuntabilitas kinerjanya baik baru mencapai 1 instansi atau 3,76% dari 27 pemerintah provinsi yang dievaluasi. Sedangkan pada tahun 2010 terjadi kenaikan yang cukup berarti, yakni a menjadi 9 instansi atau 31,03% dari 29 pemerintah provinsi yang dievaluasi. Pada tahun 2011 kenaikannya kembali signifikan, yaitu menjadi 17 instansi atau 56,67% dari 30 pemerintah provinsi yang dieva dievaluasi. Perkembangan pemerintah provinsi yang akuntabilitas kinerjanya baik, dapat dilihat pada grafik berikut:

77

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 201 2011

Perkembangan hasil evaluasi pemerintah kabupaten/kota, dapat dilihat sebagaimana tabel berikut: PERKEMBANGAN HASIL EVALUASI ATAS AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. KATEGORI AA A B CC C D 2009 0 0 0 3 5,08% 29 49,15% 27 45,76% 59 100% 2010 0 0 1 1,75% 4 7,02% 46 80,70% 6 10,53% 57 100% 2011 0 0 1 3,03% 6 18,18% 20 60,61% 6 18,18% 33 100%

Total Instansi Yang Dievaluasi

Pada tahun 2009, evaluasi terhadap implementasi sistem AKIP di perluas pada pemerintah Kabupaten/Kota. Pada tahun 2009 pemerintah kabupaten/kota yang akuntabilitas kinerjanya baik mencapai 3 instansi atau 5,08% dari 59 pemerintah kabupaten/kota yang dievaluasi. Sedangkan pada tahun 2010 pemerintah kabupaten/kota yang akuntabilitas kinerjanya baik, naik menjadi 5 instansi atau 8,77% dari 57 pemerintah kabupaten/kota yang dievaluasi. Pada tahun 2011, dari 33 pemerintah kabupaten/kota yang dari dievaluasi, 7 instansi atau 21,21% akuntabilitas kinerjanya baik. Perkembangan pemerintah kabupaten/kota yang akuntabilitas kinerjanya baik, dapat dilihat pada grafik berikut:

78

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 201 2011

Persentase instansi pemerintah yang menyusun IKU

Perkembangan penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja yang mengarah kepada manajemen kinerja masih dipengaruhi oleh orientasi kegiatan dengan indikator indikator kegiatan. Perhatian yang terlampau indikator-indikator berlebihan pada indikator kegiatan menyebabkan instansi pemerintah kurang berfokus pada keberhasilan organisasi. Dengan diterbitkannya Peraturan MenPAN Nomor 09/M.PAN/5/2007, tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah, setiap instansi pemerintah diwajibkan untuk menyusun IKU. Indikator Kinerja Utama (IKU) adalah seperangkat indikator yang menggambarkan keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran sasaran-sasaran strategisnya. PERKEMBANGAN PENYUSUNAN IKU INDIKATOR % IP yang menyusun IKU Target Realisasi % Capaian 2010 20% 15% 75% 2011 22% 20% 91%

Realisasi instansi pemerintah yang menyusun IKU selama tahun 201 2011 adalah sebesar 20.10%, sehingga capaian kinerja yang diperoleh indikator ini adalah sebesar 91.36%. INSTANSI PEMERINTAH YANG MENYUSUN IKU
Populasi 81 33 497 611 2010 Menyusun 42 19 36 97 % Populasi 51.85% 82 57.57% 33 7.24% 497 15.88% 612 2011 Menyusun 49 20 54 123 % 59.76% 60.61% 10.87% 20.10%

Instansi Pusat Provinsi Kab/Kota Jumlah


79

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 201 2011

Dari tabel terlihat bahwa belum seluruh instansi pemerintah pusat dan daerah menaati ketentuan tentang penyusunan IKU. Hal ini mengindikasikan belum efektifnya pengukuran atas pencapaian kinerja instansi pemerintah. Untuk mencapai sasaran ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan telah selama tahun 2011 adalah : a. Bimbingan teknis penerapan akuntabilitas kinerja Bimbingan teknis direncanakan dilaksanakan pada 15 (lima belas) Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota. Pemilihan Pemerintah Daerah yang akan diberikan sosialisasi dan bimbingan teknis penerapan akuntabilitas kinerja ditentukan berdasarkan beberapa kriteria, antara lain: Pemerataan wilayah barat, tengah dan timur; termasuk Pemerintah Daerah yang memerlukan bimbingan teknis, seperti Kabupaten/Kota yang baru terbentuk sebagai hasil pemekaran wilayah. Jumlah Daerah yang diberikan Sosialisasi penerapan SAKIP dan capaian terhadap output jumlah sosialisasi yang dilakukan di pemerintah daerah sampai 31 Desember 2011, mencapai 80% dari 15 Provinsi Kabupaten/Kota yang ditetapkan, yaitu: Pemerintah Kabupaten Belitung Timur, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Pemerintah Provinsi Papua, Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Pemerintah Provinsi Papua Barat, Pemerintah Kabupaten Kupang, Pemerintah Kabupaten Belitung Barat, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, Pemerintah Kabupaten Muara Enim, Pemerintah Kabupaten Sumba Timur. b. Pelaksanaan diseminasi SDM Pelaksanaan diseminasi di Bidang Akuntabilitas Kinerja untuk Instansi Pemerintah Daerah dan diseminasi Evaluator Akuntabilitas Kinerja untuk Instansi Pemerintah Daerah, dilaksanakan selama 2 (dua) hari pada 3 (tiga) regional/provinsi dengan jumlah peserta sebanyak 60 orang untuk setiap kali penyelenggaraan diseminasi. Pemilihan regional ataupun provinsi sebagai tempat penyelenggaraan diseminasi akan ditentukan kemudian berdasarkan beberapa kriteria, antara lain: Pemerataan wilayah barat, tengah dan timur; Pemerintah Daerah yang berdasarkan hasil evaluasi, penerapan Sistem AKIP-nya masih kurang baik, serta Kesediaan Pemerintah Daerah yang bersangkutan untuk menjadi mitra penyelenggaraan diseminasi. Peserta yang diundang adalah pejabat/pegawai Pemerintah Daerah yang menangani/bertanggung
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

80

jawab dalam penerapan Sistem AKIP di instansi masing-masing. Materi diseminasi ditekankan pada praktik penerapan Sistem AKIP yang mengacu pada Peraturan Presiden tentang Sistem AKIP yang baru. Realisasi kegiatan diseminasi SAKIP dan Evaluasi AKIP sampai 31 Desember 2011, mencapai 100% dari 3 daerah regional yang ditetapkan, yaitu di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan Provinsi Papua Barat. Pelaksanaan diseminasi di Bidang Akuntabilitas Kinerja untuk Instansi Pemerintah Pusat dan diseminasi Evaluator Akuntabilitas Kinerja untuk Instansi Pemerintah Pusat dilaksanakan pada tanggal 22 s.d 23 November 2011 di Hotel Ambhara Jakarta dengan jumlah peserta 160 orang. Pemilihan kementerian/lembaga yang mengikuti diseminasi yaitu berdasarkan hasil evaluasi Sistem AKIP kementerian/lembaga tahun 2010 yang nilai akuntabilitas kinerjanya masih belum baik.
Persentase LAKIP yang diterima

LAKIP merupakan produk dari proses perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, dan pertanggungjawaban kinerja dalam Sistem AKIP. Oleh karena itu, setiap instansi pemerintah yang menyusun perencanaan kinerja dan selanjutnya melaksanakan rencana-rencana kinerjanya tersebut (yang berarti menggunakan sumber-sumber daya untuk melaksanakannya) wajib untuk mempertanggung-jawabkan hasilnya, baik berupa keberhasilan maupun kegagalan.
PERKEMBANGAN PENYAMPAIAN LAKIP
INDIKATOR % IP yang menyampaikan LAKIP Target Realisasi % Capaian 90% 74.17% 82.42% 90% 87.03% 96.70% 90% 86.24% 95.82% 90% 82.27% 91.41% 90% 87.46% 97.17% 87% 87.07% 100.08% 87% 87.42% 100.48% 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Realisasi instansi pemerintah yang menyerahkan LAKIP-nya selama tahun 2010 adalah sebesar 87,42%, sehingga capaian kinerja yang diperoleh indikator ini adalah sebesar 100,48%. Hal ini menunjukkan terdapat kecenderungan adanya peningkatan ketaatan dalam penyampaian LAKIP. Demikian pula halnya dalam ketepatan waktu penyampaian LAKIP, terdapat kecenderungan adanya peningkatan kesadaran instansi pemerintah untuk menyampaikan LAKIP secara tepat waktu.
81
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

INSTANSI PEMERINTAH YANG MENYAMPAIKAN LAKIP


2007 2008 2009 2010 P M % P M % P M % P M % 72 70 97% 76 75 99% 77 76 99% 81 79 98% 33 31 94% 33 29 86% 33 30 91% 33 31 94% P 82 33 2011 M % 81 99% 32 97% 85% 87%

Instansi Pusat Provinsi Kab/Kota

440 369 84% 472 363 77% 472 403 85% 497 422 85% 497 422 Jumlah 545 217 86% 581 467 80% 582 509 87% 611 532 87% 612 535

*) P= populasi, M= menyampaikan

Pada tahun 2009 realisasi instansi pemerintah yang menyampaikan LAKIP secara tepat waktu adalah sebanyak 292 IP Pusat dan Daerah dengan capaian 50,17% dari jumlah populasi 582 IP. Sedangkan pada tahun 2010 realisasi instansi pemerintah yang menyampaikan LAKIP secara tepat waktu adalah sebanyak 372 IP Pusat dan Daerah atau sebesar 60,88% dari jumlah populasi IP Pusat dan Daerah yang wajib menyampaikan LAKIP yaitu 611 IP. Sedangkan pada tahun 2011 realisasi instansi pemerintah yang menyampaikan LAKIP secara tepat waktu adalah sebanyak 412 IP Pusat dan Daerah atau sebesar 67,32% dari jumlah populasi IP Pusat dan Daerah yang wajib menyampaikan LAKIP yaitu 612 IP. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak instansi pemerintah, terutama yang telah menerapkan Sistem AKIP secara baik, telah menaati ketentuan batas waktu penyampaian LAKIP. Indikator ini ditetapkan untuk mengukur ketaatan instansi pemerintah dalam menyampaikan LAKIP-nya secara tepat waktu sesuai ketentuan, yaitu selambat-lambatnya tanggal 31 Maret. Peraturan MenPAN dan RB terakhir meminta instansi pemerintah pusat untuk menyerahkan LAKIP selambat-lambatnya 2,5 bulan sejak tahun anggaran berakhir.
Persentase PK yang diterima

Penetapan kinerja (PK) merupakan pernyataan janji instansi pemerintah untuk mencapai suatu kinerja tertentu dengan menggunakan indikator-indikator kinerja yang menggambarkan keberhasilan pencapaiannya, yaitu berupa hasil atau manfaat. Kewajiban untuk menyusun penetapan kinerja ini diatur dalam Inpres Nomor 5 Tahun 2004 butir ketiga dan selanjutnya ditindaklanjuti dengan SE MenPAN Nomor 31 Tahun 2004 dan terakhir telah diperbarui dengan Peraturan MENPAN dan RB Nomor 29 Tahun 2010. Dalam ketentuan tersebut diatur bahwa penetapan kinerja dibuat secara berjenjang mulai dari tingkat eselon II atau SKPD sampai ke pimpinan instansi atau kepala daerah. Batas waktu penyampaian PK paling lambat adalah tanggal 31 Maret setiap tahunnya. Dengan adanya kebijakan tersebut, indikator ini ditetapkan untuk menilai
82
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

keefektifan pencapaian sasaran-sasaran instansi pemerintah memberikan hasil dan manfaat terutama bagi masyarakat.
PERKEMBANGAN PENYAMPAIAN PENETAPAN KINERJA INDIKATOR
% IP yang menyampaikan Penetapan Kinerja Target Realisasi % Capaian 50% 21.36% 42.72% 50% 41.17% 82.33% 60% 40.37% 67.28% 50% 37.18% 74.35% 60% 47.25% 78.75% 45% 56.30% 125.11%

dalam

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

55% 60.29% 109.18%

Sampai dengan tahun 2011, jumlah instansi pemerintah yang wajib menyampaikan PK adalah sebanyak 612 instansi, yang terdiri dari 82 instansi pusat, 33 pemerintah provinsi dan 497 pemerintah kabupaten/kota. Dengan realisasi persentase instansi pemerintah yang menyampaikan PK sebesar 60,29%, maka capaian kinerja dari indikator ini adalah sebesar 109%.
INSTANSI PEMERINTAH YANG MENYAMPAIKAN PENETAPAN KINERJA
P 72 33 440 Jumlah 2007 M % 38 58% 22 157 67% 36% 40% P 76 33 472 581 2008 2009 M % P M % P 36 47% 77 54 70% 81 20 152 61% 33 20 61% 33 2010 M % 54 67% 24 73% P 82 33 2011 M % 64 78% 22 67%

Instansi Pusat Provinsi Kab/Kota

32% 472 201 43% 497 266 54% 497 283 60%

545 217

208 36% 582 275 47% 611 344 56% 612 369 60%

*) P= populasi, M= menyampaikan

Dibandingkan dengan populasi instansi pemerintah yang harus menyerahkan PK, belum seluruh instansi pemerintah pusat dan daerah menaati ketentuan tentang penyampaian PK. Hal ini mengindikasikan belum efektifnya pengendalian atas pelaksanaan rencana-rencana instansi pemerintah.

Persentase instansi peserta model island of integrity yang berhasil

Penerapan prinsip kepemerintahan yang baik saat ini merupakan kebutuhan nyata yang harus direalisasikan dalam upaya meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja instansi pemerintah. Pelaksanaan island of integrity merupakan program pencegahan korupsi dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang bekerja sama dengan Kementerian PAN dan RB. KPK dan Kementerian PAN dan RB telah
83
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

merencanakan untuk membentuk model-model Island of Integrity pada pemerintahan provinsi/kabupaten/kota dalam upaya pencegahan korupsi yang komprehensif dan terpadu. Island of Integrity adalah suatu pemerintah daerah/wilayah yang telah mengembangkan sistem penyelenggaraan negara dan pembangunan yang mengindahkan prinsip-prinsip good governance dalam rangka mewujudkan suatu pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN sehingga dapat dijadikan model atau percontohan bagi pemerintah daerah lainnya. Pencanangan sebagai wilayah island of integrity tersebut dilakukan dengan penandatanganan kesepakatan bersama dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik sebagai upaya pencegahan korupsi, kolusi, dan nepotisme di beberapa propinsi dan kabupaten/kota. Selanjutnya disusunlah rencana aksi yang memuat langkah-langkah kongkrit yang harus dilakukan, target, jadual dan penanggungjawabnya. Setiap periode tertentu Kementerian PAN dan RB melakukan evaluasi atas kemajuan target-target yang telah disusun. Model daerah percontohan ini diharapkan dapat mendorong terwujudnya daerah-daerah yang memiliki komitmen dan integritas dalam mencegah dan menurunkan tingkat korupsi, menerapkan prinsip kepemerintahan yang baik dan meningkatnya pelayanan kepada publik. Dalam tahun 2011, ditargetkan sebanyak 32% peserta model island of integrity dinilai dengan katagori baik atau berhasil. Suatu pemerintah daerah peserta kesepakatan bersama dapat dikatagorikan berhasil dalam pelaksanaan kesepakatan bersama ini jika dari hasil evaluasi menunjukkan pencapaian angka rata-rata minimal C atau di atas 50. Dari hasil evaluasi menunjukkan hasil sebagai berikut :
No. Nilai Capaian Rata-rata Tidak dievaluasi <25 25 50 Jumlah Pemda Keterangan Pemerintah Daerah yang masuk dalam kesepakatan namun tidak dievaluasi adalah Pemprov Sulawesi Tengah, Pemkab Donggala, Pemkot Makassar, Pemkot Kupang dan 6 Pemkab/Kota di Kalimantan Timur. Pemkab. Tana Tidung. Pemkot. Samarinda, Pemkot Bontang, Pemkab PPU, Pemkab Kutai Timur, Pemkab Sukabumi, Pemkab Kuningan, Pemkab Bandung Barat. Pemprov Kaltim, Pemprov Jabar, Pemkot Balikpapan, Pemkot Sukabumi, Pemkot Bandung, Pemkot Denpasar, Pemprov Bali.

1.

10

2. 3.

1 7

4.

50 75

84

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

No. 5.

Nilai Capaian Rata-rata 75 100 Jumlah

Jumlah Pemda 1 26

Keterangan Pemerintah Kota Yogyakarta.

Dari hasil tersebut tampak bahwa hanya 8 dari 26 entitas atau 30,77% pemerintah daerah yang telah mengikat kesepakatan bersama dengan Kementerian PAN dan RB telah berhasil menerapkan tata pemerintahan yang baik sesuai dengan kesepakatan bersama tersebut. Jika dikaitkan dengan target pencapaian di tahun 2011 ini, maka tingkat keberhasilannya hanya sebesar 75%. Jika dibandingkan pada tiga tahun terakhir, keberhasilannya dapat digambarkan sebagai berikut :
Tahun 2011 2010 2009 Pemda Yang Mengikat Kerjasama 26 90 107 Pemda Yang Berhasil 8 42 31

maka

tingkat

Tingkat Keberhasilan 30,77 46,67 29,2

Evaluasi dilakukan terhadap keseluruh materi kesepakatan yang ditetapkan sebagai aspek evaluasi. Selanjutnya setiap aspek ini akan dibagi kedalam beberapa sub aspek yang relevan serta setiap sub aspek tersebut ditetapkan kriteria penilaiannya sebagai berikut :
No. Aspek Sub Aspek Penerapan standar pelayanan 1. Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Sebaran unit pelayanan yang berstandar Pelaksanaan evaluasi pelayanan Kualitas pelayanan Perencanaan kinerja Penganggaran berbasis kinerja Pelaporan kinerja Monitoring dan evaluasi kinerja Pencatatan keuangan Kriteria Penilaian Jika setiap rincian pelayanan telah diberikan sesuai dengan standar yang ditetapkan sebelumnya. Jika semakin banyak unit pelayanan yang berstandar. Jika telah dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan standar pelayanan. Berdasarkan hasil survei IKM Berdasarkan hasil evaluasi akuntabilitas kinerja yang dilakukan MenPAN dan BPKP Opini BPK

2.

Penerapan manajemen kinerja

85

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

No.

Aspek

Sub Aspek Penilaian kinerja individu Evaluasi kelembagaan Kesesuaian organisasi dengan RPJMD Evaluasi SOP

3.

Peningkatan kapasitas organisasi

Penerapan pengendalian internal

Manajemen SDM

Penyampaian LHKPN Pelaksanaan program anti korupsi Mekanisme pencegahan korupsi Inovasi dalam pencegahan korupsi Pengadaan barang dan jasa IPK Penanganan pengaduan masyarakat Kebijakan yang mendukung

4.

Keterlibatan 5. Peran serta pimpinan Keteladanan

Pemberian informasi

Kriteria Penilaian Jika telah dilakukan penilaian kinerja individu berdasarkan kinerja organisasi. Jika telah menunjukkan efisiensi efektivitas organisasi. Tingkat kesesuaian organisasi dengan RPJMD Jika telah menunjukkan efisiensi pelaksanaan kerja dan prosedur. Jika telah tercermin adanya pengendalian internal pada berbagai SOP yang ada. Jika telah terdapat pengelolaan SDM aparatur yang memadai mulai dari rekrut, penempatan, standar kompetensi jabatan, diklat hingga pensiun. Jika semakin banyak pejabat yang menyampaikan LHKPN Pelaksanaan berbagai upaya kampanye anti korupsi. Telah terdapat berbagai upaya dan inovasi dalam rangka pencegahan korupsi. Telah dilakukan penerapan Perpres 54/2010 serta telah terlihat kehematannya. Hasil IPK Jika telah dilakukan mekanisme dan penanganan pengaduan masyarakat. Jika telah terdapat berbagai kebijakan yang mendukung pelaksanaan tata pemerintahan yang baik. Pimpinan pada berbagai tingkatan terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan kesepakaan bersama ini. Pimpinan secara nyata telah memberikan contoh baik dalam perbuatan maupun kebijakan yang dihasilkan. Telah terdapat berbagai publikasi tentang hal-hal yang telah dilaksanakan Pemda.

86

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Selanjutnya untuk setiap kriteria yang telah ditentukan tersebut akan dilakukan penilaian ketercapaiannya. Untuk menyederhanakan penilaian, maka akan digunakan predikat A, B, C, D dan E dengan kriteria sebagai berikut:
Predikat Penilaian E D C B A Nilai 0 0.25 0,50 0,75 1,00 Kondisi Jika setelah kesepakatan ditandatangani relatif tidak terdapat upaya perbaikan yang signifikan. Jika setelah kesepakatan ditandatangani telah dilakukan berbagai upaya perbaikan seperti penyusunan kebijakan, evaluasi, penyusunan pedoman dan sebagainya. Jika upaya tersebut telah ditindaklanjuti dengan hasil nyata berupa perbaikan sistem. Jika perbaikan tersebut telah memberikan manfaat berupa perbaikan pelayanan atau outcome seperti yang diharapkan. Jika perbaikan tersebut juga menggambarkan inovasi serta memberikan hasil melebihi yang diharapkan.

Untuk masa depan, Komisi Pemberantasan Korupsi dan Kementerian PAN dan RB melalui Deputi Bidang Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur telah merencanakan untuk tetap mengawal pelaksanaan penerapan kepemerintahan yang baik pada pemerintah daerah yang memiliki kepala daerah yang berkomitmen tinggi untuk melakukan perubahan dan mewujudkan kepemerintahan yang baik di wilayahnya. Dengan pemikiran tersebut dan sesuai dengan isi kesepakatan yang telah ditandatangani oleh pemerintah daerah yang menjadi wilayah percontohan maka Komisi Pemberantasan Korupsi dan Kementerian PAN dan RB akan membentuk tim terpadu di tingkat pusat untuk membangun zona integritas (wilayah berintegritas) dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik pada pemerintah daerah. Maksud dibentuknya tim terpadu tersebut adalah untuk lebih mengoptimalkan fungsi supervisi dan pemantauan dalam pelaksanaan penerapan kepemerintahan yang baik dan sekaligus memberikan bantuan teknis dan pelatihan terhadap pelaksanaan kesepakatan bersama yang telah ditandatangani.

87

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Sasaran Strategis 7: Terwujudnya penyelenggaraan pengawasan intern pemerintah yang terintegrasi, efisien dan efektif

Pencapaian target kinerja atas sasaran ini adalah sebagai berikut : Indikator Kinerja 1) Jumlah peraturan/kebijakan di bidang Pengawasan (RUU, Per. Men. PAN dan RB) Target Realisasi 1 Draft RUU 2 Draft Per.Men. PAN-RB 62,55 % %

1 RUU 2 Per. Men. PAN dan RB

95

98

2) Persentase instansi pemerintah yang melaksanakan SPI sesuai dengan ketentuan 3) Persentase laporan dumas yang disalurkan dan telah ditindaklanjuti oleh instansi pemerintah 4) Persentase instansi pemerintah yang melaksanakan dan melaporkan Inpres Percepatan Pemberantasan Korupsi yang dievaluasi sesuai pedoman

50 %

125,30

65 %

81 %

124,61

65 %

51,88 %

79,81

Analisis atas capaian indikator-indikator kinerja sasaran ini adalah sebagai berikut:
Jumlah peraturan/kebijakan di bidang pengawasan

Dalam tahun 2011, telah disusun 2 (dua) peraturan di bidang pengawasan yaitu satu PerMenPAN dan RB tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Ikhtisar LHP APIP Nomor 42 Tahun 2011. Peraturan tersebut telah ditandatangani dan diterbitkan per tanggal 29 September 2011, sehingga capaian kinerja untuk penyusunan peraturan ini adalah 100%. Peraturan ini disusun dalam rangka mewujudkan koordinasi pengawasan APIP sehingga dapat diperoleh gambaran tentang kinerja APIP secara
88
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

nasional. Dengan demikian, akan mendukung pencapaian outcome yaitu meningkatnya efisiensi dan efektivitas pengawasan intern pemerintah. Peraturan ini disusun melalui kegiatan seminar sebanyak dua kali di Banten dan Palembang serta beberapa kali konsinyasi dengan melibatkan beberapa APIP kementerian/ lembaga dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 307.142.200,- atau 85,36%. Peraturan yang kedua adalah tentang Pedoman Telaah Sejawat Hasil Audit APIP yang posisinya telah mencapai 95% yaitu setelah melalui proses/kegiatan seminar dan FGD dalam rangka mendapatkan masukan dari beberapa inspektorat/badan pengawas, baik dari kementerian/lembaga maupun pemerintah daerah. Sampai dengan akhir tahun 2011, draft Peraturan Menteri tentang Pedoman Telaah Sejawat tersebut sedang dalam proses pengusulan harmonisasi di tingkat Eselon I Kementerian PAN dan RB. Sampai dengan akhir tahun 2011, draft RUU tentang Pengendalian Penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan (RUU-PPAP) telah mencapai target 95%. Capaian ini diukur berdasarkan proses penyusunan RUU dimaksud hampir selesai, yaitu setelah melalui tahapan 2 kali uji publik dan 2 kali FGD di tahun 2011, baik di lingkungan instansi pemerintah pusat maupun instansi daerah. Kegiatan semiloka uji publik dilaksanakan di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, dan di Provinsi Sumatera Selatan serta FGD sebanyak dua kali di Jakarta dan Bogor. Selanjutnya tahap akhir yang akan dilaksanakan dalam tahun 2012 adalah melaksanakan harmonisasi dan mendapatkan amanat presiden (ampres).

Persentase instansi pemerintah yang melaksanakan SPI sesuai dengan ketentuan

Secara ringkas, peran Kementerian PAN dan RB dalam penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah sebagai perumus kebijakan yang mendorong diterapkannya SPIP oleh instansi pemerintah, baik secara mandiri maupun peningkatan peran APIP sebagai evaluator SPIP pada seluruh instansi pemerintah secara konsisten dan berkelanjutan. Oleh karenanya, kegiatan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan SPIP serta melakukan koordinasi pelaksanaan SPIP dengan pihak yang terkait dengan pembinaan dan penerapan SPIP pada instansi pemerintah. Persentase instansi pemerintah yang melaksanakan Sistem Pengendalian Intern (SPI) sesuai dengan ketentuan adalah sebesar 62,65% IP Pusat dan 8,94% IP Daerah sehingga capaian kinerjanya masing-masing adalah sebesar 125,30% IP Pusat dan 44,70% IP Daerah dari targetnya.
89
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Hasil evaluasi BPK atas implementasi SPI antara lain menunjukkan kondisi berikut ini: Hasil evaluasi menunjukkan bahwa laporan keuangan K/L yang memperoleh opini WTP dan WDP pada umumnya pengendalian intern telah memadai. Sedangkan laporan keuangan K/L yang memperoleh opini TMP memerlukan perbaikan pengendalian intern dalam hal keandalan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Selain itu, hasil evaluasi dengan menggunakan unsur-unsur pengendalian tersebut menunjukkan adanya kelemahan unsur lingkungan pengendalian dan aktivitas pengendalian yang menimbulkan kasus-kasus kelemahan SPI yang dapat dikelompokkan sebagai berikut: o Kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan o Kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja o Kelemahan struktur pengendalian intern Terkait dengan Sistem Pengawasan, secara garis besar, terdapat 2 (dua) jenis pengawasan yang diterapkan dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan tugas pemerintahan dan mengurangi peluang terjadinya penyimpangan, yaitu: 1) Sistem Pengendalian Intern yang sebelumnya dikenal dengan Pengawasan Melekat yang semula diatur dengan Keputusan Menteri Negara PAN No. : KEP/46/M.PAN/4/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Melekat dalam Penyelenggaraan Pemerintahan. Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), maka SPIP telah ditata kembali mengikuti perkembangan. 2) Pengawasan Fungsional dengan koordinasi antar APIP (Aparat Pengawasan Intern Pemerintah) pada seluruh jenjang pemerintahan, mulai Inspektur Kabupaten/Kota dan Provinsi, Inspektorat Jenderal/Inspektur Kementerian, Inspektur Utama/Inspektur pada LPNK, dan BPKP sebagai pengawas fungsional bagi Presiden. Sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, BPKP ditunjuk untuk melakukan pembinaan penyelenggaraan SPIP di setiap kementerian/lembaga maupun pemerintah provinsi/kabupaten/kota. Sampai dengan akhir tahun 2011, implementasi
90
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

atas SPI di lingkungan instansi pemerintah daerah masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan masih dalam tahap sosialisasi oleh BPKP. Lahirnya PP Nomor 60 Tahun 2008 telah merubah peran pembinaan SPIP. Hal ini secara tegas tertuang dalam Pasal 59 ayat (2) bahwa pembinaan penyelenggaraan SPIP dilakukan oleh BPKP. Namun demikian dalam konteks peran Kementerian PAN dan RB sebagai perumus kebijakan nasional di bidang pengawasan maka kegiatan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan SPIP tetap harus berada di bawah kendali Kementerian PAN dan RB. Sehubungan dengan hal ini Kementerian PAN dan RB aktif dalam Tim Koordinasi Pembinaan Penyelenggaraan SPIP sebagaimana yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 175/KMK.01/2009 tanggal 8 Mei 2009 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penyelenggaraan SPIP. Melalui Tim ini diharapkan akan diperoleh kesepahaman antara berbagai instansi mengenai posisi strategis Menteri PAN dan RB dalam melahirkan rumusan kebijakan pengawasan intern pemerintah untuk mempercepat penerapan SPIP. Dalam pelaksanaan pengawasan intern oleh Pemerintah, terdapat Kelemahan menonjol sebagai berikut: Kurangnya pemahaman sebagian besar pimpinan instansi dan staf terhadap SPIP secara keseluruhan berdampak pada tidak efektifnya sistem pengendalian intern di instansi. Diharapkan dengan sosialisasi dan asistensi secara berkesinambungan yang dilakukan oleh BPKP sesuai dengan amanah pasal 59 Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, kendala ini akan bisa diatasi. SPIP sebagai bagian dari proses manajemen yang dinamis harus direviu secara berkesinambungan. Proses reviu belum dapat berjalan dengan baik sebab umumnya SDM APIP yang berfungsi sebagai evaluator belum memiliki pengetahuan mendasar mengenai konsepsi SPIP sesuai dengan PP No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Dalam hal pengawasan fungsional, masih terdapat kendala yaitu belum sinkronnya pengaturan atas kewenangan pada masing-masing jenjang APIP. Untuk mengatasi hal ini maka langkah yang ditempuh terkait dengan aspek pengawasan, sebagai berikut:

91

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Menata kembali dan menyempurnakan kebijakan, sistem kelembagaan, prosedur, mekanisme, dan koordinasi pengawasan fungsional menuju tersusunnya Undang-undang Pengendalian Penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan (PPAP); Melakukan reformasi terhadap konsep dan implementasi Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) yaitu dengan diterbitkan Surat Edaran (SE) Menteri Kementerian PAN dan RB Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penerapan Sistem Pengendalian Intern di Lingkungan Instansi Pemerintah; Kondisi di atas menunjukkan bahwa masih diperlukan berbagai langkah oleh pemerintah untuk memperbaiki penerapan SPIP. Oleh sebab itu, Kementerian PAN selaku perumus kebijakan telah membuat Surat Edaran Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penerapan Sistem Pengendalian Intern di Lingkungan Instansi Pemerintah.

Persentase laporan Dumas yang disalurkan dan telah ditindaklanjuti oleh instansi pemerintah

Surat pengaduan masyarakat yang telah disalurkan oleh Kementerian PAN dan RB baik yang berkadar pengawasan maupun yang tidak berkadar pengawasan kepada instansi terlapor atau APIP dalam tahun 2011 sebanyak 310, sedangkan surat penyaluran tahun-tahun sebelumnya sebanyak 6.599. Jumlah surat yang disalurkan selama tahun 2011 sebanyak 6909 surat. Dari jumlah tersebut, telah ditindaklanjuti pada periode yang sama 5.637 surat. Dengan demikian capaian kinerja adalah 81% dari target yang ditentukan 65%. Dilihat dari tren perkembangan penanganan pengaduan masyarakat yang dilakukan dalam tiga tahun terakhir adalah sebagai berikut: Tahun 2008 surat 1183, disalurkan 336, ditanggapi 84, dan belum ditanggapi 252 surat. Tahun 2009 surat 1221, disalurkan 207, ditanggapi 55, dan belum ditanggapi 114 surat. Tahun 2010 surat 1623, disalurkan 509, ditanggapi 109, dan belum ditanggapi 400 surat. Tahun 2011 surat 1030, disalurkan 310, ditanggapi 81, dan belum ditanggapi 229 surat.

92

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Dari Hasil pelaksananan Kegiatan Pengembangan Kebijakan, Koordinasi dan Evaluasi Pengawasan Masyarakat dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2011, terdapat beberapa permasalahan dalam pelaksanan kegiatan penanganan pengaduan masyarakat sebagai berikut: Pengaduan masyarakat tidak semuanya ditangani oleh APIP tetapi ditangani oleh Unit Teknis atau SKPD, sedangkan hasil penanganan atas pengaduan masyarakat oleh Unit Teknis/SKPD tidak dilaporkan kepada APIP sehingga APIP tidak mengetahui perkembangan penanganannya; Lemahnya koordinasi antar pejabat yang menangani pengaduan masyarakat dengan Unit Teknis dari masing-masing Instansi; Hilangnya berkas pengaduan masyarakat karena pengarsipan yang kurang tertib; Pola penanganan pengaduan masyarakat belum efektif, karena pola penanganan pengaduan masyarakat di setiap instansi khususnya instansi pusat tersebar pada beberapa unit kerja sesuai dengan substansi pengaduannya, sedangkan unit kerja yang khusus untuk mengkoordinasikan penanganan pengaduan masyarakat pada unit kerja tersebut belum ada; Terbatasnya SDM yang menangani pengaduan masyarakat baik kwalitas maupun kwantitas; Letak geografis, khususnya untuk provinsi yang wilayahnya merupakan kepulauan yang sarana komunikasi dan transportasinya terbatas, sehingga hal ini mempengaruhi terhadap ketepatan surat pengaduan masyarakat yang diterima maupun hasil tindaklanjut yang harus disampaikan kepada instansi terkait; Kasus pengaduan sudah lama, sehingga kesulitan untuk menindaklajuti pengaduan tersebut karena terlapornya sudah meninggal, pensiun, dan telah mutasi; Perubahan organisasi, hal ini akan mempengaruhi kewenangan dari masing-masing unit organisasi. Khusus Kementerian BUMN, APIP tidak bisa melakukan pemeriksaan terhadap penyimpangan yang terjadi pada BUMN; Ada keengganan dari APIP untuk melakukan pemeriksaan terhadap kasus pengaduan masyarakat dikarenakan pemeriksaan terhadap kasus pengaduan berbeda dengan pemeriksaan regular. Pemeriksaan terhadap kasus pengaduan harus dilakukan secara tuntas dan berisiko tinggi.

93

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Dari permasalahan-permasalahan yang telah diperoleh dalam melakukan koordinasi maupun monitoring ke beberapa instansi pusat maupun daerah tersebut Kementerian PAN dan RB memberikan beberapa saran sebagai pemecahan masalah sebagai berikut: APIP masing-masing instansi agar meningkatkan koordinasi yang baik dan berkesinambungan dengan Unit Teknis/SKPD sehingga pengaduan masyarakat dapat segera diselesaikan; Terhadap pengaduan masyarakat yang dianggap bukan menjadi kewenangannya, maka instansi tersebut agar segera menyalurkan kembali kepada instansi yang mempunyai kewenangan dengan tembusan kepada Kementerian Negara dan Reformasi Birokrasi. Bagi instansi yang melimpahkan kasus pengaduan masyarakat ke instansi lain, agar tetap memonitor/memantau perkembangan penyelesaiannya; Setiap instansi agar mencari pola penanganan yang efektif, sehingga kasus pengaduan dapat segera diselesaikan; Penataan arsip yang baik, untuk menghindari hilangya berkas dan untuk mempermudah pencarian arsip surat; Terhadap kasus di Kementerian BUMN, Kementerian PAN dan RB merencanakan akan mengundang Kepala SPI pada masing - masing BUMN yang mempunyai tagihan pengaduan masyarakat. Hasil penatausahaan pengaduan masyarakat selama tahun 2011, adalah sebagai berikut : 1. Surat Masuk Surat masuk yang perlu dilakukan penatausahaan dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu surat pengaduan masyarakat dan surat tanggapan. a) Surat Pengaduan Masyarakat Surat pengaduan adalah surat yang disampaikan oleh pelapor (pengadu) kepada Kementerian PAN dan RB, berupa sumbang saran, gagasan dan keluhan yang bersifat membangun. Adapun jumlah surat masuk selama periode 1 Januari 2011 s.d. Desember 2011 sebanyak 1.030 surat. Setelah dilakukan anlisis dan telaahan, dari surat masuk tersebut dapat dibagi menjadi dua jenis surat yaitu: Surat berkadar pengawasan sebanyak 984 surat dan surat tidak berkadar pengawasan 46 surat.

94

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

b) Surat Tanggapan Surat tanggapan adalah hasil tindak lanjut pengaduan masyarakat, oleh Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP), yang telah diterima oleh Kementerian PAN dan RB. Adapun jumlah surat tanggapan yang telah diterima oleh Kementerian PAN dan RB dalam tahun 2011 sebanyak 1.076 surat. Dari jumlah surat tanggapan yang masuk tersebut sebanyak 81 surat menanggapi surat penyaluran tahun 2011. Surat tanggapan yang telah dilakukan penelaahan dan di entry kedalam sistem aplikasi TP 5000 dan di entri arsip elektronis. 2. Surat Keluar Surat keluar yang perlu dilakukan penatusahaan dikelompokan menjadi dua, yaitu surat penyaluran dan surat kepada pelapor. a) Surat Penyaluran Surat penyaluran adalah surat pengaduan masyarakat yang telah disalurkan oleh Kementerian PAN dan RB baik yang berkadar pengawasan maupun yang tidak berkadar pengawasan kepada instansi terlapor atau APIP. Surat yang telah disalurkan dalam tahun 2011, sebanyak 310 surat dengan perincian sebagai bahan penelitian 298 surat dan sebagai bahan Informasi 12 surat. Jumlah surat yang disalurkan periode sebelumya sebanyak 6.599 surat, Dengan demikian jumlah surat dumas yag telah disalurkan sampai dengan 31 Desember 2011 sebanyak 6.599 + 310 = 6909. sedangkan jumlah surat dumas yang telah ditindaklanjuti (tanggapan) yang masuk pada periode yang sama sebanyak 5.637 surat (81%), sedangkan target yang ditetapkan pada awal tahun adalah 65%. b) Surat kepada Pelapor Hak masyarakat sebagai sosial kontrol terhadap penyelenggaraan pemerintah oleh aparatur adalah informasi mengenai perkembangan atas pengaduan masyarakat yang telah disampaikan. Untuk memenuhi hak masyarakat tersebut maka Kementerian PAN dan RB maka hasil tindak lanjut pengaduan masyarakat (tanggapan surat) yang telah diterima oleh Kementerian PAN dan RB, setelah ditelaah dan dianalisis dapat disampaikan kepada pelapor. Dalam tahun 2011 Kementerian PAN dan RB telah menyampaikan hasil tindak lanjut pengaduan masyarakat kepada pelapor sebanyak 66 surat.

95

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

(1) Surat pengaduan masyarakat yang diterima oleh Kementerian PAN dan RB setelah dilakukan penelahan dan analisis, tidak seluruhnya disalurkan kepada instansi terkait, namun juga ada yang cukup dimonitor dan tidak diproses. Dari jumlah surat masuk sebanyak 1030 surat, surat yang berkadar pengawasan sejumlah 984 surat dan surat yang tidak berkadar pengawasan sejumlah 46 surat. Dari 984 surat yang berkadar pengawasan, surat yang dimonitor sebanyak 487 surat dan surat yang tidak diproses sebanyak 187 surat. (2) Surat pengaduan masyarakat Dimonitor, karena berdasarkan analisis: Alamat tujuan surat sudah tepat, Kementerian Negara PAN dan Reformasi Birokrasi hanya tembusan. Hal ini untuk menghindari duplikasi pengaduan yang sama pada instansi yang berwenang menangani; Pengaduan dengan masalah yang sama pernah diterima oleh Kementerian Negara PAN dan Reformasi Birokrasi dan telah diproses. 1. Surat pengaduan masyarakat dengan status Tidak Diproses, karena berdasarkan analisis: Sumbang saran atau keinginan pelapor yang secara normatif tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan perundang-undangan yang berlaku dan pemerintah tidak mungkin memenuhinya; Hanya berupa masukan/saran, himbauan pemberitahuan dan tujuan surat sudah tepat, sumbang saran; Surat pengaduan telah ditindaklanjuti oleh instansi lain yang berwenang menangani, dengan adanya tembusan kepada Kementerian Negara PAN dan Reformasi Birokrasi atas penanganan pengaduan tersebut; Surat pengaduan berupa pencabutan atas pengaduan yang telah disampaikan; Sanggahan, misalnya sanggahan atas pelaksanaan lelang dan tujuan surat sudah tepat kepada instansi pelaksana proses pelelangan tersebut, Kementerian Negara PAN dan Reformasi Birokrasi hanya tembusan.

96

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Persentase instansi pemerintah yang melaksanakan dan melaporkan Inpres Percepatan Pemberantasan Korupsi yang dievaluasi sesuai pedoman

Pelaksanaan pemantauan (monitoring) terhadap laporan implementasi Inpres Nomor 5 Tahun 2004 dilakukan menggunakan format laporan sebagaimana diatur di dalam Pedoman Umum Kormonev. Kegiatan ini dilaksanakan dengan melalui kegiatan Sosialisasi, dan Bimtek ke 13 Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara, Maluku Utara, Banten, Kepulauan Riau, Sulawesi Utara, Bali, Kabupaten Malang, Sumenep, Cianjur, Bogor, Bandung dan Kediri. Sedangkan untuk instansi Pemerintah Pusat Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Keuangan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Sekretariat Kabinet. Sampai dengan akhir tahun 2011, jumlah instansi yang diwajibkan menyampaikan laporan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tercatat berjumlah 613 instansi. Sampai dengan 31 Desember 2011 sebanyak 318 instansi, telah melaporkan pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tersebut, atau 51,88%, sedangkan target yang ditetapkan sebanyak 65%. Dari tren Pelaksanaan dan Pelaporan Instansi Pemerintah, dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun terjadi peningkatan persentase Pemerintah yang melaksanakan dan melaporkan pelaksanaan Inpres nomor 5 tahun 2004 yaitu : Tahun 2008 : target 50%, realisasi 43,33% atau 86,67% dari target tahun yang bersangkutan. Tahun 2009 : target 55%, realisasi 52,38% atau 95,71% dari target tahun yang bersangkutan. Tahun 2010 : target 60%, realisasi 57,26% atau 95% dari target tahun yang bersangkutan. Tahun 2011 : target 65%, realisasi 51,8% atau 79% dari target tahun yang bersangkutan. Dari data yang tercantum dalam tabel dapat dilihat bahan Laporan Kinerja Pelaksanaan dan Pelaporan Inpres nomor 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi telah mendekati sasaran yang ditetapkan. Sasaran Instansi Pemerintah yang melaksanakan dan melaporkan Pelaksanaan Inpres nomor 5 tahun 2004 pada tahun 2011 adalah 65%, sedangkan realisasinya adalah 51,8% atau 79% dari sasaran yang ditetapkan.

97

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Yang dimaksud dengan Instansi Pemerintah Pelaksana Inpres nomor 5 tahun 2004 adalah Instansi Pemerintah Pusat yang terdiri atas Kementerian, Lembaga dan Sekretariat Lembaga Tinggi Negara dan Instansi Pemerintah Daerah yang terdiri atas Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota. Instansi Pemerintah yang dinyatakan telah melaksanakan dan melaporkan Pelaksanaan Inpres nomor 5 tahun 2004 adalah Instansi Pemerintah yang sekurang-kurangnya menyampaikan satu kali laporan semester dalam satu tahun kepada Presiden melalui Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Hambatan yang dialami secara umum adalah : Masih belum seluruh Pimpinan Instansi Pemerintah Daerah menunjukkan komitmen yang tinggi dalam Pemberantasan Korupsi. Adanya pertukaran formasi yang cukup cepat terutama ditingkat Kabupaten dan Kota, yang mengakibatkan sulitnya pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Inpres nomor 5 tahun 2004. Kurangnya tenaga monitoring dan evaluasi Inpres nomor 5 tahun 2004 sehingga monitoring dan evaluasi lebih bersifat desk monitoring and evaluation, sedangkan field monitoring and evaluation hanya dapat dilakukan secara sampling (tidak menyeluruh). Adanya anggapan pada sebagian Instansi Pemerintah di pusat, bahwa Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tidak berlaku lagi dengan berakhirnya Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) I. Langkah yang telah diambil terutama dalam rangka meningkatkan jumlah Instansi Pemerintah yang melaksanakan dan melaporkan pelaksanaan Inpres nomor 5 tahun 2004 adalah melaksanakan gelar monev pada tujuh lokasi. Kegiatan gelar monev apada hakekatnya adalah berupa sosialisasi dan bimbingan teknis pelaksanaan dan pelaporan Inpres Nomor 5 tahun 2004 terhadap Instansi Pemerintah yang belum sama sekali atau baru satu kali melaporkan pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004. Dari catatan yang ada, terdapat 263 Instansi Pemerintah yang belum atau memenuhi dalam pelaksanaan Inpres nomor 5 tahun 2004. Pelaksanaan gelar monev diharapkan dapat meningkatkan kepedulian Instansi Pemerintah dalam pelaksanaan Inpres nomor 5 tahun 2004. Upaya mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN telah menunjukkan hasil yang nyata. Hal ini dapat dilihat dari berbagai indikator, antara lain Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia yang diterbitkan Transparansi Internasional, telah menunjukkan peningkatan dari

98

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

tahun ke tahun, dari yang semula 1,7 pada tahun 1999 menjadi 3,0 pada tahun 2011. Upaya peningkatan peringkat IPK Indonesia merupakan tanggung jawab kolektif seluruh komponen bangsa. Upaya penghapusan pungutan liar dalam pemberian pelayanan publik di bidang perijinan, perpajakan, pengadaan barang dan jasa, penanganan barang di pelabuhan, proses pembayaran, serta termin pembayaran proyek, sangat berpengaruh terhadap keberhasilan upaya ini. Kinerja Instansi-instansi teknis yang berurusan dengan pelayanan publik berpengaruh besar terhadap peningkatan peringkat IPK Indonesia. Kenaikan skor IPK Indonesia menunjukkan bahwa telah dilakukan upaya perbaikan dalam pemberian pelayanan publik di bidang perijinan, perpajakan, pengadaan barang dan jasa, penanganan barang di pelabuhan di berbagai instansi pelayanan publik, termasuk pelaksanaan upaya penegakan hukum dan penyelesaian kasus hukum. Upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan secara bersama-sama dan komitmen yang tinggi dari semua pihak dan tidak hanya upaya yang dilakukan oleh para penegak hukum namun oleh seluruh pihak baik di instansi pemerintah dan swasta serta didukung oleh pengawasan secara eksternal dan internal dari instansi atau lembaga masing-masing termasuk sektor swasta, lembaga legislatif, lembaga yudikatif dan masyarakat diharapkan dapat menghasilkan peningkatan Indeks Persepsi Korupsi untuk tahun mendatang. Secara nasional dapat diyakini bahwa pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004, pelaksanaan pengadaan barang dan jasa secara e-procurement dan peningkatan pelayanan publik selalu berperan dalam peningkatan IPK. Peningkatan integritas birokrasi ditunjukkan pula dari semakin meningkatnya akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, yang dapat dilihat dari semakin membaiknya opini BPK atas Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga (LKKL) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Peningkatan integritas birokrasi tersebut didukung oleh adanya upaya pencegahan korupsi yang dilakukan melalui kegiatan koordinasi, pemantauan, dan evaluasi (Kormonev) atas pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi (RAN-PK) yang terdiri dari strategi pencegahan, penindakan, dan pemantauan serta evaluasinya sesuai dengan Instruksi Presiden (Inpres) No.5/2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Adapun hasil evaluasi sementara terhadap diktum-diktum Inpres Nomor 5 Tahun 2004 adalah sebagai berikut :

99

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

DIKTUM

SIMPULAN Hampir seluruh instansi melaporkan diktum I dan II ini Mayoritas telah menetapkan SK wajib lapor LHKPN Realisasi LHKPN 81% dilaporkan, tetapi belum membedakan Kewajiban Form A dan Form B NHK belum banyak dilaporkan. Mayoritas (> 90%) telah melaporkan jumlah pejabat yang telah melakukan penetapan kinerja Hasil evaluasi penetapan kinerja yg menggambarkan pencapaian hasil atau manfaat belum banyak dilaporkan. Mayoritas (> 50%) telah melaporkan indikator kinerja yang menjadi tolok ukur keberhasilan, seperti Standar Pelayanan Minimum beberapa laporan menjelaskan indikator tersebut secara rinci 18% Indikator kepuasan masyarakat dilaporkan meningkat; selebihnya belum melaporkan. Hanya beberapa instansi dan baru memulai program ini Mayoritas belum melaporkan uraian indikator, target dan capaian Pelaporan cenderung tidak jelas dalam memberikan uraian pelaksanaan atas kegiatan program diktum ini Indikator menurunnya % kegiatan PBJ tidak sesuai Keppres 80 / 2003, serta menurunnya kebocoran dan pemborosan belum banyak dilaporkan. Indikator kinerja tentang hasil evaluasi diktum ini belum banyak dilaporkan, sehingga evaluasi untuk mengetahui efektivitas diktum ini sulit dilakukan. Mayoritas sudah melakukan kegiatan program diktum ini dan melaporkan hasil kegiatannya dengan baik sekalipun terkadang belum ada kasus yang ditemukan seiring dengan berjalannya kegiatan program. Pelaporan diktum ini masih sangat jarang dilaporkan Instansi yang melaporkan juga belum jelas indikator yang digunakan Umumnya laporan hanya menyebutkan mengenai jumlah program pengawasan dalam rangka meniadakan perilaku koruptif hasil evaluasi atas pelaksanaan program dan indikator penurunan perilaku koruptif tidak ada dalam laporan.

I & II : Pelaporan HKPN

III

: Penetapan kinerja

IV

: Pelayanan publik

: Program/ wilayah bebas korupsi

VI

: Pengadaan barang dan jasa

VII

: Penerapan kesederhanaan

VIII : Dukungan kepada APH dalam penindakan korupsi

IX

: Kajian sistem timbulkan korupsi

: Peningkatan pengawasan

Sosialisasi pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 terus dilakukan dan jangkauannya semakin diperluas, tidak semata-mata kepada lingkungan eksekutif tetapi juga kepada beberapa kalangan di lingkungan legislatif dan masyarakat, baik atas prakarsa Kementerian PAN dan RB maupun atas prakarsa dari Instansi
100
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Pemerintah di luar Kementerian PAN dan RB dan dari kalangan Lembaga Swadaya Masyarakat. Metode sosialisasi juga telah diperluas dari sematamata sosialisasi yang dilaksanakan di sebuah ruangan, diperluas dengan bentuk talkshow, baik melalui radio maupun televisi, maupun konsultasi dan diskusi dari berbagai kalangan.

C.

Akuntabilitas Keuangan Realisasi anggaran dan kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011 adalah sebagai berikut : 1. Pagu Tahun 2011 adalah sebesar Rp.159.827.272.000,- (Seratus lima puluh sembilan milyar delapan ratus dua puluh tujuh juta dua ratus tujuh puluh dua ribu rupiah), dengan rincian: - Belanja pegawai Rp. 26.485.056.000,- Belanja barang/jasa Rp.124.316.653.000,(termasuk hibah Rp.7.312.500.000,-) - Belanja modal Rp.9.025.563.000,2. Realisasi anggaran pada per 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp.93.416.074.902 (Sembilan puluh tiga milyar empat ratus enam belas juta tujuh puluh empat ribu sembilan ratus dua rupiah) atau 58,45% dari pagu anggaran, dengan rincian : - Belanja pegawai Rp. 24.427.747.391,- (92,23%) - Belanja barang/jasa Rp. 60.846.349.491,- (52%) (tidak termasuk hibah, karena tidak ada realisasinya) - Belanja modal Rp. 8.141.978.020,- (90,21%). Realisasi Anggaran Per Program Tahun Anggaran 2011
No.
1.

Program
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian PAN dan RB Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian PAN dan RB Program Pendayagunaan Aparatur Negara

Anggaran
Rp. 67.039.772.000,-

Realisasi Anggaran

Rp. 50.294.704.116,-

75,14

2.

Rp.

7.287.500.000,-

Rp. 6.720.681.586,-

92,22

3.

Rp. 78.187.500.000,-

Rp. 36.400.689.200,-

47,92

Total

Rp. 152.514.772.000,-

Rp. 93.416.074.902,-

62,00

Catatan : Realisasi diatas tidak termasuk hibah sebesar Rp. 7.312.500.000,- karena tidak ada realisasinya. 101
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Realisasi Anggaran per 31 Desember 2011


No.
1.

Uraian
Realisasi Pendapatan Negara - Penerimaan Pajak - Penerimaan Negara Bukan Pajak - Penerimaan Hibah Realisasi Belanja Negara A. Rupiah Murni - Belanja Pegawai - Belanja Barang - Belanja Modal B. Pinjaman dan Hibah - Belanja Barang Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.

Anggaran
Rp. Rp.

Realisasi Anggaran 908.353.046,-

% 58,45 92,23 52,00 90,21 0,00

2.

Rp. 159.827.272.000,- Rp. 93.416.074.902,Rp. 26.485.056.000,Rp. 117.004.153.000,Rp. 9.025.563.000,7.312.500.000,Rp. 24.427.747.391,Rp. 60.846.349.491,Rp. 8.141.978.020,Rp. -

Adapun penjelasan per pos dari realisasi anggaran adalah sebagai berikut : 1. Realisasi Pendapatan Negara Pendapatan Negara dan Hibah Realisasi Pendapatan Negara Kementerian PAN dan RB per 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp. 908.353.046,- yang merupakan Pendapatan Negara Bukan Pajak yang berasal dari pendapatan denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan pemerintah, penerimaan kembali belanja lainnya rupiah murni tahun anggaran yang lalu. Kementerian PAN dan RB tidak memiliki pendapatan hibah. Penerimaan Negara Bukan Pajak Kementerian PAN dan RB tidak memiliki Bendahara Penerimaan, karena itu tidak ada alokasi anggaran penerimaan negara bukan pajak. Pencatatan PNBP yang ada di Kementerian PAN dan RB bukan berasal dari hasil penerimaan kas/bendahara penerimaan tetapi merupakan PNBP yang berasal dari pendapatan denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan pemerintah, penerimaan kembali belanja pegawai pusat tahun anggaran yang lalu dan pendapatan dari penerimaan kembali belanja lainya rupiah murni tahun anggaran yang lalu. Realisasi PNBP tahun per 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp. 908.353.046,-.

102

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

2. Realisasi Belanja Negara Realisasi belanja negara Kementerian PAN dan RB per 31 Desember 2011 setelah dikurangi dengan pengembalian belanja adalah sebesar Rp. 93.416.074.902,-. Realisasi belanja Kementerian PAN dan RB mengalami penurunan sebesar 6% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan pagu yang dianggarkan tahun anggaran 2011 lebih besar dari pagu tahun anggaran 2010, tetapi penyerapannya lebih rendah dibandingkan dengan tahun anggaran yang lalu jika dilihat dari perbandingan pagu anggaran dengan realisasinya. Belanja Pegawai Pagu Anggaran Belanja Pegawai Kementerian PAN dan RB tahun anggaran 2011 adalah sebesar Rp. 26.485.056.000,- dengan nilai realisasi belanja pegawai sebesar Rp. 24.427.747.391,- atau sebesar 92.23% dari pagu anggaran Belanja Pegawai Kementerian PAN dan RB. Belanja Barang Pagu Anggaran Belanja Barang Kementerian PAN dan RB tahun anggaran 2011 adalah sebesar Rp. 124.316.653.000,-(termasuk dana hibah sebesar Rp. 7.312.500.000,-) dengan nilai realisasi belanja barang sebesar Rp. 60.846.349.491,- (tidak termasuk realisasi dana hibah) atau sebesar 52,00%. Belanja Modal Pagu Anggaran Belanja Modal Kementerian PAN dan RB tahun anggaran 2011 adalah sebesar Rp. 9.025.563.000,- dengan nilai realisasi belanja modal sebesar Rp. 8.141.978.020,- atau sebesar 90,21%. Beberapa faktor penyebab rendahnya penyerapan Kementerian PAN dan RB adalah sebagai berikut : anggaran di

Beberapa usulan revisi DIPA dari berbagai unit kerjahingga akhir semester I, sebagian besar belum mendapat persetujuan dari Ditjen Anggaran, sehingga menghambat pelaksanaan anggaran; Dengan semakin ditertibkannya persyaratan perlaksanaan pekerjaan terutama yang akan dilaksanakan secara swakelola, maka sampai dengan akhir semester I jumlah usulan untuk pekerjaan yang akan diswakelola masih sangat sedikit;

103

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Pekerjaan sarana dan prasarana fisik sampai dengan semester I baru pada tahap penentuan pemenang tender; Ada akun belanja yang dapat dilaksanakan kegiatannya dengan mekanisme pembayaran LS akan tetapi sampai dengan akhir triwulan ketiga kegiatannya baru sebagian dilaksanakan, sehingga mendekati ahir tahun anggaran 2011 terjadi penumpukan SPM (Surat Perintah Membayar); Kegiatan yang melibatkan pihak ketiga (rekanan) yang mendapat alokasi pagu kegiatan yang cukup besar tidak di dorong sebagai prioritas utama. 3. Catatan Penting Lainnya 1) Pada Tahun Anggaran 2011 dalam DIPA Kementerian PAN dan RB tercatat ada pagu dana Hibah dari Pemerintah Jerman sebesar Rp. 7.312.500.000,- yang dalam hal ini dikelola oleh (GIZ). Namun sampai dengan akhir tahun anggaran 2011 dana tersebut tetap dalam posisi dibintangi oleh Kementerian Keuangan R.I., sehingga tidak ada realisasinya. 2) Terhitung mulai triwulan IV, alokasi Tunjangan Kinerja Pegawai Negeri (Remunerasi) Kementerian PAN dan RB telah masuk kedalam DIPA BA.048 yang selama ini dialokasi pada DIPA BA.999.08 (BUN).

104

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Bab IV Penutup
A. Simpulan 1. Kementerian PAN dan RB merupakan instansi Pemerintah yang diberikan tugas, tanggungjawab dan amanah untuk melakukan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan bidang pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 612 Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010. Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian PAN dan RB berlandaskan pada tujuan, sasaran dan program kerja yang ditetapkan baik dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014, Rencana Kerja Pemerintah (RKP), Kontrak Kinerja Menteri PAN dan RB dengan Presiden, Road Map Reformasi Birokrasi 20102014, maupun Rencana Strategis (Renstra) Kementerian PAN dan RB Tahun 2010-2014. 2. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kementerian PAN dan RB Tahun 2011 ini menyajikan berbagai keberhasilan maupun kegagalan capaian strategis yang ditunjukkan oleh Kementerian PAN dan RB pada Tahun anggaran 2011. Berbagai capaian strategis tersebut tercermin dalam capaian Indikator Kinerja Utama (IKU), maupun analisis kinerja berdasarkan tujuan dan sasaran. 3. Hasil capaian kinerja sasaran yang ditetapkan secara umum dapat memenuhi target dan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Meskipun demikian, berbagai pencapaian target indikator kinerja Kementerian PAN dan RB memberikan gambaran bahwa keberhasilan dalam pelaksanaan pendayagunaan aparatur negara, pelaksanaan Reformasi Birokrasi serta pemberantasan korupsi secara keseluruhan sangat ditentukan oleh komitmen, keterlibatan dan dukungan aktif segenap komponen aparatur negara, masyarakat, dunia usaha dan civil society sebagai bagian integral dari pembaharuan sistem administrasi negara.

105

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

B.

Saran 1. Dalam rangka mempertegas fungsi koordinasi pelaksanaan tugas di bidang pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi yang diemban oleh Kementerian PAN dan RB, perlu kiranya memperkuat peran kelembagaan Kementerian PAN dan RB sehingga dapat lebih efektif mengendalikan pelaksanaan reformasi birokrasi di seluruh instansi pemerintah sebagai bentuk memenuhi tuntutan berbagai kalangan. 2. Diperlukan komitmen dan dukungan semua pihak untuk memperteguh pelaksanaan reformasi birokrasi sehingga tidak hanya menjadi wacana dan pergulatan pemikiran semata-mata, namun benar-benar dapat diaplikasikan dalam penyelenggaraan sistem pemerintahan yang berorientasi pada hasil, berbasis kinerja dan bertujuan melayani serta memberdayakan masyarakat. 3. Diperlukan terobosan baru agar pelaksanaan program kerja dan anggaran menjadi lebih efektif berupa perubahan mekanisme penyusunan program kerja/anggaran dari pola top down menjadi bottom up sehingga mencerminkan kebutuhan organisasi. 4. Penyusunan rencana pelaksanaan program dan kegiatan guna pencapaian target indikator kinerja yang telah ditetapkan akan dilakukan secara lebih cermat dengan mempertimbangkan tujuan organisasi secara tepat dan kemampuan sumber daya yang tersedia serta kemampuan yang ada termasuk berbagai faktor yang mempengaruhi perubahan alokasi anggaran tahun berjalan, langkah percepatan pelaksanaan kegiatan pada awal tahun anggaran dan perkembangan masalah-masalah aktual di bidang pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi. 5. Agar pelaksanaan program dan kegiatan dapat dilaksanakan secara optimal sesuai dengan target indikator kinerja yang telah ditetapkan, maka optimalisasi mekanisme manajemen internal organisasi di lingkungan Kementerian PAN dan RB akan ditingkatkan untuk secara pro aktif memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan berbagai kegiatan yang dilaksanakan. 6. Upaya koordinasi dan peningkatan kerjasama dengan berbagai instansi terkait baik di pusat maupun daerah akan dilakukan dengan lebih intensif, mengingat berbagai pencapaian target indikator yang telah ditetapkan hanya dapat dilakukan dengan melibatkan segenap instansi

106

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

pemerintah pusat dan daerah, masyarakat, dunia usaha dan civil

society.
7. Agar implementasi Sistem AKIP benar-benar efektif, perlu segera direalisasikan sinergitas antara laporan kinerja dan laporan keuangan sebagai satu kesatuan, sehingga realisasi anggaran yang digunakan untuk melakukan kegiatan berbanding lurus dengan out put maupun out comes kegiatan yang bersangkutan. Dengan sinergitas tersebut, kinerja organisasi dari setiap lembaga pemerintah yang dibiayai oleh APBN/APBD benar-benar terukur, bermanfaat dan akuntabel. 8. Menjadikan SAKIP sebagai ukuran kinerja organisasi pemerintah secara nyata dan akuntabel, dengan menerapkan fungsi reward and punishment yang tegas dan ketat.

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

107

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

Lampiran
1. 2. Struktur Organisasi Kementerian PAN dan RB Pengukuran Kinerja Tahun 2011

108

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian PAN dan RB Tahun 2011

PENGUKURAN KINERJA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI 2011 TAHUN ANGGARAN 2011
Anggaran Pagu 14.975.000.000,Realisasi 6.781.121.000,% 45,28

Sasaran Strategis Terwujudnya kualitas pelayanan publik prima, cepat, pasti, murah, transparan, adil, patut dan memuaskan

Indikator Kinerja Jumlah peraturan/ kebijakan di bidang pelayanan publik (PP, PerPres, Inpres, dan Per Men. PAN dan RB)

Target 1 PP

Realisasi 1 Draft RPP

% 90

Program/ Kegiatan Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

1 Perpres

1 Draft Perpres 1 Draft Inpres

80

1 Inpres

80

2 Per. Men. PAN dan RB Persentase Provinsi yang diberi sosialisasi Undang-Undang ttg Pelayanan Publik

2 Draft Per.Men. PAN dan RB

90

70%

30 %

42,86

Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Persentase Instansi Pusat yang diberi sosialisasi UndangUndang ttg Pelayanan Publik Terlaksananya implementasi UndangUndang No. 25 Tahun 2009 ttg Pelayanan Publik pada K/L Terlaksananya implementasi UndangUndang No. 25 Tahun 2009 ttg Pelayanan Publik pada Provinsi Jumlah Kabupaten/ Kota yang mempresentasikan kepuasan pelanggan berdasarkan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)

Target

Realisasi

Program/ Kegiatan

Anggaran Pagu Realisasi %

100 %

100 %

100

11 K/L

0 K/L

7 Pemda Provinsi

0 Pemda Provinsi

33 Kab/kota

28 Kab/kota

85

Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Skor IKM unit pelayanan Persentase Pemerintah Daerah yang menerapkan OSS (pelayanan terpadu) Jumlah Kabupaten/Kota yang dilakukan evaluasi dampak Pemberian Penghargaan Citra Bahkti Abdi Negara (CBAN) Jumlah Kab/Kota yang menerapkan pedoman peningkatan kualitas pelayanan publik berbasis partisipasi masyarakat Jumlah unit pelayanan publik yang menerapkan pedoman peningkatan kualitas pelayanan publik berbasis partisipasi masyarakat

Target 65

Realisasi 76,57

% 117,58

Program/ Kegiatan

Anggaran Pagu Realisasi %

75 %

79 %

105,33

26 Kab/kota

0 Kab/kota

5 Kab/kota

5 Kab/Kota

100

15 unit

80 unit

533,33

Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Jumlah Kabupaten/ Kota yang dinilai Berdasarkan usulan instansi/ Pemerintah Provinsi Persentase Pemda yang berkategori baik sesuai penilaian Persentase Pemda yang berkategori terbaik sesuai penilaian

Target

Realisasi

Program/ Kegiatan

Anggaran Pagu Realisasi %

105 Kab/Kota

73 Kab/Kota

69,52

60 %

0%

60 %

0%

Terwujudnya organisasi pemerintah yang proporsional, efektif dan efisien

Jumlah peraturan/ kebijakan di bidang Kelembagaan (Perpres, Per. Men. PAN dan RB)

3 Perpres,

3 Draft Perpres 4 Per.Men. PAN dan RB 2 Draft PerMen.PAN dan RB

85

6.742.000.000,-

2.857.743.000,-

42,39

6 Per. Men. PAN dan RB

90

Persentase penyelesaian konsolidasi struktural dan peningkatan kapasitas Kementerian PAN dan RB, BKN dan LAN

100 %

80 %

80

Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Persentase Kementerian Negara yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya Persentase LPNK yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya Persentase LNS yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya Persentase Perwakilan RI di Luar Negeri yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya Persentase Sekretariat Lembaga Negara yang telah tertata organisasi dan tata kerjanya Persentase instansi pemerintah (PPK-BLU) yang telah tertata kelembagaannya

Target

Realisasi

Program/ Kegiatan

Anggaran Pagu Realisasi %

30 %

29,41 %

98,04

30 %

28,57 %

95,24

30 %

23,26 %

77,52

30 %

0%

30 %

28, 57 %

95,24

30 %

25 %

83,33

Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Persentase Pemda yang dievaluasi organisasi dan tatakerjanya

Target

Realisasi

Program/ Kegiatan

Anggaran Pagu Realisasi %

30,30 % Prov

30 %

33,33 % Kab/ Kota

83,33

Terwujudnya SDM Aparatur yang profesional, berkinerja, akuntabel dan sejahtera

Jumlah peraturan/ kebijakan di Bidang SDM Aparatur (UU, PP, Perpres, Per. Men. PAN dan RB)

1 RUU 9 RPP 3 PP 10 Per. Men.PAN dan RB

1RUU 9 RPP 12 PP 8 Per. Men. PAN dan RB

100 100 400 80

13.799.850.000,-

5.265.879.000,-

38,16

Persentase insansi pemerintah yang mengirimkan data usulan formasi PNS secara akurat dan benar sesuai aturan Persentase instansi yang menerapkan kebijakan pemantapan pengembangan pegawai Persentase peningkatan

80 % IP Pusat 80 % IP Daerah

95 % IP Pusat 92 % IP Daerah

119 115

5%

5%

80

5%

10 %

200 6

Sasaran Strategis

Indikator Kinerja penghasilan PNS Persentase instansi yang menyusun informasi jabatan dalam rangka penyusunan sistem remunerasi berdasarkan merit system

Target

Realisasi

Program/ Kegiatan

Anggaran Pagu Realisasi %

20 %

30 %

150

Terwujudnya penyelenggaraan tata laksana pemerintah yang efisien, efektif dan akuntabel

Jumlah peraturan/ kebijakan di bidang Tata Laksana (UU, PP, Per. Men. PAN dan RB)

2 UU 2 RUU 1 PP 5 Per. Men. PAN dan RB

2 RUU 2 RUU 1 RPP 2 Per. Men. PAN dan RB, 3 Draft Per.Men.PAN dan RB

80 62,5 70

9.168.520.000,-

3.779.411.000,-

41,22

88

Persentase instansi pemerintah pusat yang melakukan penataan ketatalaksanaan dengan baik

35 %

59,46 %

169

Sasaran Strategis Terwujudnya pelaksanaan reformasi birokrasi nasional secara terencana, sistematis, dan komprehensif

Indikator Kinerja Jumlah kebijakan pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang diterbitkan Jumlah K/L yang telah melaksanakan reformasi birokrasi sesuai kebijakan RB Nasional Jumlah K/L yang telah melaksanakan reformasi birokrasi Tingkat kualitas pelaksanaan RB yang terukur sesuai dengan kebijakan RB Nasional Jumlah instansi yang menerima sosialisasi

Target

Realisasi

Program/ Kegiatan

Anggaran Pagu 17.567.110.000,Realisasi 9.869.953.000,% 56,18

7 kebijakan

10 kebijakan

143

12 K/L

20 K/L

167

30 %

47 %

156

80 %

81 %

101

100 % K/L 100 % K/L 30 % Pemda 100% K/L 10% Pemda 100 % Prov. 62 % -

100 333 62 -

Jumlah asistensi reformasi birokrasi kepada instansi pusat dan daerah

Sasaran Strategis Terwujudnya instansi pemerintah yang akuntabel dan berkinerja tinggi

Indikator Kinerja Jumlah peraturan/ kebijakan di bidang Akuntabilitas Kinerja (RUU, Per. Men. PAN dan RB) Persentase instansi pemerintah yang menerapkan Sistem Akuntabilitas Kinerja sesuai aturan Persentase instansi pemerintah yang akuntabilitas kinerjanya baik Persentase instansi pemerintah yang menyusun Indikator Kinerja Utama (IKU) Persentase LAKIP yang diterima

Target 1 RUU 3 Per. Men. PAN dan RB

Realisasi 1 RUU 3 Per. Men. PAN dan RB

% 100 100

Program/ Kegiatan

Anggaran Pagu 15.935.020.000,Realisasi 10.110.998.000,% 63,45

50 %

50,34 %

100,68

44 %

48,72 %

121,81

22 % (Pusat dan daerah) 87 % (Pusat dan daerah)

20,10 %

91,36

87,42 %

100,48

Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Persentase PK yang diterima

Target 55 % (Pusat dan daerah) 32 %

Realisasi

Program/ Kegiatan

Anggaran Pagu Realisasi %

60,29 %

109,62

Persentase instansi peserta model Island of Integrity yang berhasil Terwujudnya penyelenggaraan pengawasan intern pemerintah yang terintegrasi, efisien dan efektif Jumlah peraturan/ kebijakan di bidang Pengawasan (RUU, Per. Men. PAN dan RB) Persentase instansi pemerintah yang melaksanakan SPI sesuai dengan ketentuan Persentase laporan dumas yang disalurkan dan telah ditindaklanjuti oleh instansi pemerintah Persentase instansi pemerintah yang melaksanakan dan

30,77 %

76,92

1 RUU 2 Per. Men. PAN dan RB

1 draft RUU 2 draft Permen. PAN-RB

95

98

50 %

62,55 %

125,30

65 %

81 %

124,61

65 %

51,88 %

79,81

10

Sasaran Strategis

Indikator Kinerja melaporkan Inpres Percepatan Pemberantasan Korupsi yang dievaluasi sesuai pedoman

Target

Realisasi

Program/ Kegiatan

Anggaran Pagu Realisasi %

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi

11

You might also like