You are on page 1of 59

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam era industrialisasi, bangsa Indonesia membulatkan tekadnya untuk mengembangkan budaya belajar yang menjadi prasyarat berkembangnya budaya ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Namun dalam mengembangkan budaya tersebut perlu belajar yang mana dan bagaimana itu diupayakan untuk diwujudkan. Dengan kata lain, persoalan sebagai budaya yang akan

dikembangkan, tidak bisa dipisahkan dengan pemakaian hakikat manusia baik yang belajar maupun yang membelajarkan. Secara tersirat persoalan-persoalan itu semestinya menjadi rujukan dalam membahas masalah-masalah belajar.1 Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Belajar sendiri ialah merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak bisa disangkal bahwa dalam belajar seseorang dipenuhi oleh banyak faktor. Sehingga bagi pelajar sendiri adalah penting untuk mengetahui faktorfaktor yang dimaksud. Hal ini menjadi lebih penting lagi, tidak hanya bagi pelajar, tetapi juga bagi (calon-calon) pendidik, pembimbing dan pengajar di dalam

Slamet, 1995, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta, PT. Rineka Cipta, Hlm V

mengatur

dan

mengendalikan

faktor-faktor

yang mempengaruhi

belajar

sedemikian hingga dapat terjadi proses belajar yang optimal.2 Pendidikan merupakan sarana strategis untuk meningkatkan kualitas bangsa karenanya kemajuan suatu bangsa dan kemajuan pendidikan adalah suatu determinasi. Kemajuan beberapa negara di dunia ini merupakan akibat perhatian mereka yang besar dalan mengelola sektor pendidikan. Pernyataan tersebut juga diyakini oleh bangsa ini. Itulah sebabnya begitu Indonesia berdaulat dan membentuk sebuah negara modern, prioritas utama yang harus dilakukan adalah melakukan investasi human skill dengan cara membentuk sebuah negara modern, Prioritas utama yang harus dilakukan adalah melakukan investasi human skill dengan cara membentuk silabus pendidikan secara sistematis. Begitu seterusnya hingga sekarang ini. Namun pada perkembangannya, system pendidikan Indonesia sepertinya mengalami keruwetan. Pendidikan masih belum begitu berhasil dalam menciptakan sumber daya manusia yang andal apalagi menciptakan kualitas bangsa. Sampai-sampai banyak kalangan meyakini bahwa krisis multidimensi yang berkepanjangan inipun mengakibatkan gagalnya system pendidikan di Indonesia. Belum ada formula yang berhasil diciptakan untuk mengatasi keruwetan tersebut, karena banyak yang tidak menyadari bahwa untuk mengurangi keruwetan itu sendiri harus menemukan ujung pangkalnya. Maka jadilah persoalan dalam dunia pendidikan kita semakin menyerupai jalinan benang-benang kusut. Menurut Nurhadi dan Agus Senduk ada tiga mainstream yang perlu

disoroti, yaitu pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran, dan

Ibid

efektifitas pembelajaran. Kurikulum pendidikan harus komprehensif terhadap dinamika social, relevan, tidak overload, dan mampu mengakomodasikan keberagaman keperluan dan kemajuan teknologi. Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan untuk memperbaiki kualitas hasil pendidikan. Secara mikro harus ditemukan strategi atau pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas, yang lebih memberdayakan potensi siswa. Ketiga hal ini harus diterapkan secara stimultan dan seimbang jika ingin SDM kita kedepan lebih baik.3 Dalam hal ini penulis lebih cenderung menyoroti pada aspek yang ketiga, yakni efektifitas metode pembelajaran, karena jika dilihat dari kenyataan oleh para praktisi pendidikan sampai hari ini sangat berpengaruh kualitas anak didik. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa ternyata potensi yang terhadap output dan

dimiliki oleh otak manusia itu sungguh luar biasa. Tetapi sayangnya potensi itu hanya tinggal potensi. Sebagian besar manusia masih belum bisa

menggunakannya dan memanfaatkan kehebatan potensi otak yang dimilikinya. Sebagian kita tidak mengetahui dan tidak mengerti cara memotivasi potensi yang terkandung di otak. Fatalnya lagi potensi tersebut tidak termotivasi melainkan malah di tutup rapat sehingga potensi tersebut tidak mengaktual.4 Sebagian besar metode dan suasana pengajaran disekolah-sekolah yang digunakan para guru tampaknya lebih banyak menghambat daripada memotivasi potensi otak, misalnya, seorang peserta didiki hanya disiapkan sebagai seorang anak yang mau mendengarkan, mau menerima seluruh informasi dan mentaati segala perlakuan gurunya.

Nurhadi. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapananya dalam KBK (Malang: Universitas Negeri Malang, 2004) hlm.2 4 Indar Jati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar (Jakarta :Logos Wacana Ilmu, 2001) hlm.24

Budaya dan mental yang seperti ini pada gilirannya membuat siswa tidak mampu mengaktivasi kemampuan otaknya. Sehingga mereka tidak memiliki keberanian menyampaikan pendapat, lemah penalaran dan tergantung pada orang lain.Budaya mental yang seperti ini menurut Indar Djati Sidi akan berdampak pada budaya mental masyarakat secara luas.Yaitu bahwa masyarakat kita yang belum bisa berfikir secara mandiri, walaupun belum bisa dipastikan budaya yang seperti ini bermula dari sekolah atau justru sekolah dipengaruhi masyarakat luar. Tetapi yang pasti semuanya saling mendukung untuk menyuburkan budaya tersebut.5 Adapun beberapa prinsip pembelajaran yang bisa meningkatkan kualitas proses pembelajaran adalah: yang berpusat pada pembelajar, yakni pengelolaan pembelajaran yang membuat siswa, belajar dengan gaya dan sesuai karakteristik yang dimilikinya, lalu belajar dengan melakukan, yaitu pembelajaran yang diupayakan bisa memberikan pengalaman nyata kepada peserta didik untuk menerapkan konsep, kaidah, rumus, hukum, dalil ke dalam dunia nyata. Tugas guru dalam rangka optimalisasi proses belajar mengajar adalah sebagai fasilitator yang mampu mengembangkan kemauan belajar anak,

mengembangkan kondisi belajar yang relevan agar tercipta suasana belajar secara wajar dengan penuh kegembiraan dan mengadakan pembatasan positif terhadap dirinya sebagai seorang pengajar.6 Untuk berhasilnya sebuah pembelajaran pendidik memiliki peran yang sangat penting. Pendidik harus memiliki berbagai macam kemampuan diantaranya, membekali diri dengan berbagai macam ilmu pengetahuan, ketrampilan, serta mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas,
5 6

Ibid, hlm 25 Supriadi Suprapto, Dasar-Dasar Metodologi Pengajaran Umum (Malang: IKIP Malang 1993)

hlm 4

penggunaan media, menguasai landasan pendidikan, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi siswa, melayani bimbingan dan penyuluhan serta memilih metode belajar mengajar yang tepat. Jadi metode pembelajaran merupakan salah satu faktor atau komponen pendidikan yang sangat menentukan berhasil tidaknya suatu pembelajaran.7 Seorang pendidik harus bisa membimbing, mengarahkan, dan menciptakan kondisi belajar siswa. Untuk mencapai hal tersebut, guru harus berusaha mengurangi metode ceramah dan mulai mengembangkan metode lain yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan pelajar itu sendiri. Kegiatan belajar akan aktif apabila peserta didik melakukan kegiatan belajar yang harus dilakukan. Mereka menggunakan otak mereka untuk mempelajari gagasan-gagasan memecahkan berbagai masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif dapat dilihat dari dua segi, yakni dari segi siswa yang berarti bahwa belajar aktif merupakan proses kegiatan yang dilakukan siswa dalam rangka belajar. Aktifitas ini dapat berupa aktifitas fisik, mental, maupun keduanya. Ada juga yang lebih menekankan pada keaktifan mental, meskipun untuk mencapai maksud ini dipersyaratkan keterlibatan langsung berbagai keaktifan fisik.8 Guru adalah variabel bebas yang diduga mempengaruhi kualitas pengajaran. Cukup beralasan mengapa guru mempunyai pengaruh dominan terhadap kualitas pembelajaran, sebab guru adalah sutradara dan sekaligus aktor dalam proses pengajaran. Kompetensi profesional yang dimiliki guru sangat

Tayar Yusuf & syaiful Anwar, Metodologi Pembelajaran Agama dan Bahasa Arab (Jakarta : PT Raja Gravindo Persada ) hlm. 2 8 Abu Ahmadi & Joko Tri Prasetyo, Strategi Belajar Mengajar (Bandung : Pustaka Setia,2005), hlm 120

dominan mempengaruhi kualitas pembelajaran. Kompetensi dimaksud adalah kemampuan dasar yang dimiliki oleh guru, baik bidang kognitif (intelektual) seperti penguasaan bahan, bidang sikap seperti mencintai profesinya, dan bidang perilaku seperti ketrampilan mengajar, penggunaan metode-metode pembelajaran, menilai hasil belajar pelajar dan lain-lain.9 Oleh karena itu, guru disini berperan sebagai motivator harus dapat memberikan apa yang terbaik bagi siswanya. Guru harus dapat menyajikan pembelajaran dengan baik dan dapat dimengerti oleh siswanya. Pemberian materi di kelas sebisa mungkin dapat menyenangkan siswa.Pembelajaran yang baik adalah dimana guru dapat menjadikan murid menerima pelajaran dengan baik . Dapat dilihat bahwa dari pernyataan di atas, Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran adalah penggunaan metode pengajaran. Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Mengajar itu sendiri menurut Ign. S. Ulih Bukit Karo Karo adalah menyajikan bahan pelajaran oleh orang kepada orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai dan mengembangkannya. Di dalam lembaga pendidikan, orang lain yang disebut di atas disebut sebagai murid/siswa dan mahasiswa, yang dalam proses belajar agar dapat menerima, menguasai dan lebih-lebih mengembangkan bahan pelajaran itu, maka cara-cara mengajar serta cara mengajar haruslah setepat-tepatnya dan seefisien serta seefektif mungkin.10 Dari uraian di atas jelaslah bahwa metode mengajar itu mempengaruhi kualitas pembelajaran. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi

Departemen Agama RI,2002, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta, Direktorat Pendidikan Keagamaan, halm 80 10 Drs. Slameto, 1995, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta, PT. Rineka Cipta, halm 65

misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar. Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti meeka mereka mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana yang lebih menyenagkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.11 Kebanyakan guru biasa mengajar dengan metode ceramah saja, siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja. Guru yang baik adalah guru yang berani mencoba metode-metode yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan pembelajaran dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa belajar dengan aktif, maka meode yang digunakan harus tepat dan seefisien mungkin. Salah satu metode yang diperkenalkan pada dunia pendidikan adalah metode pemecahan masalah (Probelem Solving) . Metode pemecahan masalah adalah suatu cara yang menyajikan pelajaran dengan mendorong peserta didik untuk mencari dan memecahkan suatu masalah/ persoalan dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran. Metode ini diciptakan oleh seoang ahli didik

11

Hisyam Zaini,2006, Strategi Pembelajaran Aktif,Yogyakarta,Islam Madani,hlm xiv

berkebangsaan Amerika yang bernama Jhon Dewey. Metode ini dinamakan Problem Method . Sedangkan Crow &Crow dalam bukunya Human Development and Learning, mengemukakan nama metode ini dengan Problem Solving Method.12 Sebagai prinsip dasar dalam metode ini adalah perlunya aktifitas dalam mempelajari sesuatu. Timbulnya aktifitas peserta didik kalau sekiranya guru menjelaskan manfaat bahan pelajaran bagi peserta didik dan masyarakat.13 Dalam pembelajaran Matematika, tidak semua materi pelajaran khususnya materi pelajaran tentang geometri, pembelajaran matematika pada sifat-sifat kubus dan balok pada umumnya hanya dicatat, atau didengar saja oleh siswa.Jika pembelajaran sifat-sifat kubus dan balok hanya didengar kemudian dicatat oleh siswa,maka hal tersebut akan mudah hilang dalam benak pikiran. Untuk lebih membelajarkan siswa secara aktif, siswa diajak untuk mengamati sendiri balok dan kubus secara nyata.Guru hanya memberikan gambaran secara umum tentang bagian-bagian dari kubus, kemudian siswa disuruh mencari sendiri sifat-sifat yang dimiliki oleh kubus dan balok. Dengan demikian siswa akan mengetahui sendiri sifat-sifat balok dan kubus berdasarkan pengamatannya masing-msing. Oleh karena itulah dasar dari adanya penggunaan metode Pemecahan Masalah (Problem Solving) pada pembelajaran Geometri khususnya sifat-sifat kubus dan balok agar siswa untuk mencari dan memecahkan sesuatu masalah untuk mencapai tujuan pengajaran yang diinginkan.

Departemen Agama RI, 2002, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Jakarta hlm 289 13 Ibid

12

B. Rumusan Masalah
Bagaimana proses penerapan strategi Active Learning melalui metode Problem Solving untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran matematika di MI Raudlatul Falah Talok Turen? Dari rumusan masalah umum di atas, dapat dijabarkan rumusan masalah khususnya adalah sebagai bberikut : 1. Bagaimana penerapan strategi Active Learning melalui metode Problem Solving untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran matematika di MI Raudlatul Falah Talok Turen? 2. Apakah penerapan strategi Active Learning melalui metode Problem

Solving dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran matematika di MI Raudlatul Falah Talok Turen?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penelitaian ini adalah sebagai berikut : Dari tujuan umum diatas, dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Untuk mendeskripsikan penerapan strategi Active Learning melalui metode Problem Solving untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran matematika di MI Raudlatul Falah Talok. 2. Untuk menjelaskan penerapan strategi Active Learning melalui metode

Problem Solving dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran matematika di MI Raudlatul Falah Talok Turen

Malang.

D. Manfaat Penelitian

1.

Manfaat Praktis a. Bagi Guru Untuk memperoleh gambaran mengenai strategi dan metode

pembelajaran bagi siswa terhadap prestasi belajar yang dicapai. Sehingga guru dapat membangkitkan belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran. b. Bagi Siswa Membantu siswa dalam pembelajaran. Dengan adanya pendekatan Active Learning, Metode Problem Solving maka siswa diharapkan mampu memahami materi sifat-sifat balok dan kubus dengan mudah, karena mereka bisa langsung mengamati sendiri sifat-sifatnya c. Bagi Peneliti d. Mengetahui strategi atau media pembelajaran yang sesuai dnegan tujuan dapat menyadari bahwa dalam penciptaan kondisi pembelajaran selain menggunakan pendekatan dan metode juga diperlukan

kreatifitas dalam pengelolaan kompetensi dasar yang ada. e. Secara khusus dapat mengetahui hasil yang maksimal dalam menerapkan strategi Active Learning, Metode Problem Solving dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran Matematika di MI Raudlatul Falah Talok Turen Malang. f. Bagi Sekolah 1. Menghasilkan calon-calon guru yang profesional di masa depan. Dengan demikian, hasilnya dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam mempersiapkan calon guru yang akan datang. Jika penelitian berhasil, sekolah mampu menghasilkan output yang maksimal.

10

2. Untuk mengetahui bahwa strategi Active Learning, Metode Problem Solving merupakan strategi dan metode yang tepat diterapkan dalam pembelajaran matematika khususnya materi sifat-sifat balok dan kubus. 3.Manfaat Teoritis Sebagai kontribusu khasanah ilmu pengetahuan dan untuk diteliti pada penelitian selanjutnya. E. Ruang lingkup Dan Keterbatasan Penelitian 1.Ruang Linglup Penelitian Sesuai dengan judul dan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka yang menjadi ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Penggunaan strategi Active Learning b. Penggunaan metode problem solving c. Prestasi belajar. Pengukuran prestasi belajar siswa diperoleh dari keaktifan siswa dalam memecahkan masalah, keaktifan siswa dalam bertanya, dari hasil latihanlatihan soal, ulangan harian siswa serta lembar nilai prestasi belajar setiap siklusnya. 2. Keterbatasan Penelitian Untuk menghindari pembahasan yang melebar, maka peneliti memfokuskan masalah ini pada penggunaan strategi Active Learning melalui metode Problem Solving dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran matematika dengan pokok bahasan sifat-sifat kubus dan balok di MI Raudlatul Falah Talok Turen. F. Penegasan Istilah atau Definisi Operasional

11

1. Strategi adalah proses penyajian isi pembelajaran kepada siswa untuk mencapai kompetensi tertentu dengan satu metode atau beberapa metode pilihan. 2. Strategi Active Learning adalah salah satu cara atau strategi belajar mengajar yang menuntut keaktifan serta partisipasi peserta didik dalam setiap kegiatan belajar seoptimal mungkin, sehingga peserta didik mampu mengubah tingkah lakunya secara efektif dan efisien. 3. Metode Problem Solving adalah suatu cara menyajikan pelajaran dengan mendorong peserta didik untuk mencari dan memecahkan suatu masalah/persoalan dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran. 4. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar.

G. Sistematika Pembahasan Dalam pembahasan suatu permasalahan harus disadari oleh kerangka berpikir yang jelas dan teratur. Yang mana rumusan dalam rumusan masalah peneliti secara umum merumuskan proses pengefektifan pembelajaran matematika khususnya mengenai masalah sifat-sifat kubus dan balok dengan menggunakan meode Active Learning melalui metode Probelem Solving pada siswa kelas IV di MI Raudlatul Falah Talok Turen. Maka untuk mencapai pengefektifan ini bagaimana caranya peneliti untuk mencapai masalah yang sudah dirumuskan tersebut sehingga mencapai tujuan yang diharapkan dan mencapai tujuan yang maksimal.

12

Pada skripsi ini dijadikan bab pembahasan sebagai kerangka yang dijadikan acuan dalam berpikir secara sistematis. Adapun sistematika pembahasan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, penegasan istilah dan definisi operasional dan sistematika pembahasan. BAB II KAJIAN TEORI Dalam bab kajian teori ini pembahasan meliputi pengertian, prinsipprinsip, komponen dan pendukung strategi Active Learning dalam pembelajaran matematika. Pembahasan metode pembelajaran yang meliputi pengertian, ketetapan penggunaan metode pembelajaran, dan macam-macam metode pembelajaran. Pembahasan mengenai metode Problem Solving adalah tentang pengertian,langkah-langkah

pelaksanaan,

keuntungan,

dan kelemahan penggunaan metode prestasi belajar adalah

problem solving. Pembahasan mengenai

mengenai pengertian,faktor-faktor yang mempengaruhi, dan batas minimal prestasi belajar. Dan yang terakhir pada bab ini adalah membahas tentang penerapan pendekatan Active learning melalui metode pemecahan masalah pada sifat balok dan kubus. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahann temuan, dan tahap-tahap penelitian.

13

BAB IV HASIL PENELITIAN Memaparkan deskripsi tentang lokasi penelitian yang meliputi sejarah MI Raudlatul Falah, Visi dan misi madrasah, deskripsi kelas IV, pretest, rencana tindakan, observasi, refleksi dan revisi perencaan. BAB V ANALISA PEMBAHASAN Penjelasan dan analisis hasil penelitian dan kaitannya dengan teori akan dibahas dalam bab ini. BAB VI Sebabgai penutup dari laporan penelitian maka pada bab ini meliputi kesimpulan dan saran-saran sebagai bahan pertimbangan.

14

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1. Strategi Active Learning a. Pengertian Active Learning Strategi Active Learning adalah suatu istilah dalam dunia pendidikan yaitu sebagai strategi belajar mengajar yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dan untuk mencapai keterlibatan siswa agar efektif dan efisien dalam belajar membutuhkan berbagai pendukung dalam proses belajar mengajar. Misalnya dari sudut siswa, guru, situasi belajar, program belajar dan dari sarana belajar. Metode Active Learning menurut Ujang Sukanda, "Cara pandang yang menganggap belajar sebagai kegiatan membangun makna atau pengertian terhadap pengalaman dan informasi yang dilakukan oleh si pembelajar, bukan oleh si pengajar, serta menganggap mengajar sebagai kegiatan menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar si pembelajar sehingga berkeinginan terus untuk belajar selama hidupnya, dan tidak tergantung kepada guru atau orang lain bila mereka mempelajari hal-hal yang baru."14 Menurut Melvin L. Silberman, strategi Active Learning merupakan sebuah kesatuan sumber kumpulan strategi-strategi pembelajaran yang komprehensif, yang meliputi berbagai cara untuk membuat peserta didik menjadi aktif.15

Ujang Sukanda, Belajar Aktif dan Terpadu (Surabaya: Duta Graha Pustaka,2003) hlm 9
Ujang Sukanda, Melvin L. Silberman , Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nusamedia,2006), hlm.16
15

14

15

Memang strategi Active Learning merupakan konsep yang sukar didefinisikan secara tegas, sebab semua cara belajar itu mengandung unsur keaktifan dari peserta didik, meskipun kadar keaktifannya itu berbeda. Keaktifan dapat muncul dalam berbagai bentuk sebagaimana yang telah dikemukakan di atas. Akan tetapi, kesemuanya itu harus dikembalikan kepada satu karakteristik keaktifan dalam rangka Active Learning Strategy yaitu keterlibatan intelektual, emosional dalam kegiatan belajar mengajar yang bersangkutan, asimilasi akomodasi kognitif dalam pencapaian pengetahuan, perbuatan serta pengalaman langsung terhadap baliknya (Feed Back) dalam pembentukan keterampilan dan penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap. Bertitik tolak dari uraian di atas, maka diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan strategi Active Learning adalah salah satu cara atau strategi belajar mengajar yang menuntut keaktifan serta partisipasi peserta didik dalam setiap kegiatan belajar seoptimal mungkin, sehingga peserta didik mampu mengubah tingkah lakunya secara efektif dan efisien. Untuk dapat menerapkan strategi Active Learning dalam proses belajar mengajar, maka hakekat dari strategi Active Learning perlu dijabarkan ke dalam prinsip-prinsip yang dapat diamati berupa tingkah laku. Jadi dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip strategi Active Learning adalah tingkah laku yang mendasar yang selalu nampak dan

menggambarkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar baik keterlibatan mental, intelektual maupun emosional yang dalam banyak hal dapat diisyaratkan keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk keaktifan fisik.

16

b.Prinsip-Prinsip Strategi Active Learning a. b. c. d. e. f. g. h. Prinsip motivasi Prinsip latar kontek Prinsip keterarahan kepada titik pusat atau fokus tertentu Prinsip hubungan sosial Prinsip belajar sambil bekerja Prinsip perbedaan perseorangan Prinsip menemukan Prinsip pemecahan masalah16

Pada hakekatnya anak telah memiliki potensi dalam dirinya untuk itu para pendidik memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari dan menemukan informasi sendiri. Proses belajar mengajar yang dapat memungkinkan peserta didik belajar aktif harus direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis. Dalam pelaksanaan mengajar hendaknya diperhatikan beberapa prinsip belajar mengajar pada waktu proses belajar mengajar siswa melakukan kegiatan secara optimal. Oleh karena itu, prinsip-prinsip di atas bukan hanya untuk diketahui, melainkan yang lebih penting dilaksanakan pada waktu mengajar sehingga mendorong kegiatan belajar siswa seoptimal mungkin

16

Ujang Sukanda, Belajar Aktif dan Terpadu (Surabaya: Duta Graha Pustaka,2003) hlm 12

17

c. Komponen Strategi Active Learning dan Pendukungnya. Komponen strategi Active Learning dan pendukungnya dapat digambarkan dengan diagram sebagai berikut:

Sikap Guru

Pengalaman

Interaksi

Belajar Akhir

Komunikasi

Refleksi

Ruang Kelas Sumber : (Ujang Sukanda, 2003 :10) Gambar 1.1 : Komponen Active Learning Strategy dan pendukung Komponen17

Komponen-komponen pendekatan Active Learning terdiri dari: a. Pengalaman Anak akan belajar banyak melalui berbuat. Pengalaman langsung mengaktifkan lebih banyak indra dari pada hanya melalui mendengarkan. Mengenal ada benda tenggelam dan terapung dalam air lebih mantap apabila mencobanya sendiri dari pada hanya menerima penjelasan guru. b. Interaksi
Ujang Sukanda, Belajar Aktif dan Terpadu : Apa, Mengapa, Bagaimana (Surabaya:Duta Graha Pustaka,2003)hlm.10
17

18

Belajar akan terjadi dan meningkat kualitasnya apabila berlangsung suasana diskusi dengan orang lain, berdiskusi, saling bertanya dan mempertanyakan, dan atau saling menjelaskan. Pada saat orang lain mempertanyakan pendapat kita atau apa yang kita kerjakan, maka kita terpacu untuk berfikir menguraikan lebih jelas lagi sehingga kualitas pendapat itu menjadi lebih baik. Diskusi, dialog dan tukar gagasan akan membantu anak mengenal hubungan-hubungan baru tentang sesuatu dan membantu memiliki pemahaman yang lebih baik. Anak perlu berbicara secara bebas dan tidak terbayang-bayangi dengan rasa takut sekalipun dengan pertanyaan yang menuntut alasan atau argument. Argument dapat membantu mengoreksi pendapat asal didasarkan pada bukti. c. Komunikasi Pengungkapan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tulisan, merupakan kebutuhan setiap manusia dalam rangka

mengungkapkan dirinya untuk mencapai kepuasan. Pengungkapan pikiran, baik dalam rangka mengemukakan gagasan sendiri maupun menilai gagasan orang lain, akan memantapkan pemahaman seseorang tentang apa yang sedang dipikirkan atau dipelajari. d. Refleksi Bila seseorang mengungkapkan gagasannya kepada orang lain dan mendapat tanggapan, maka orang itu akan merenungkan kembali gagasannya, kemudian melakukan perbaikan sehingga memiliki gagasan yang lebih mantap. Refleksi dapat terjadi sebagai akibat dari interaksi dan komunikasi. Umpan balik dari guru atau siswa lain terhadap hasil kerja

19

seorang siswa, yang berupa pertanyaan yang matang (membuat siswa berpikir) dapat merupakan pemicu bagi sisa untuk melakukan refleksi tentang apa yang sedang dipikirkan atau dipelajari.18 Sedangkan pendukung dari komponen pendekatan Active Learning adalah: e. Sikap dan prilaku guru Sesuai dengan pengertian mengajar yaitu menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar siswa maka sikap dan prilaku guru hendaknya: 1) 2) Terbuka, mau mendengarkan pendapat siswa Membiasakan siswa untuk mendengarkan bila guru atau siswa lain berbicara 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) Menghargai perbedaan pendapat Mentoleril salah dan mendorong untuk memperbaiki Menunbuhkan rasa percaya diri siswa Memberi umpan balik terhadap hasil kerja siswa Tidak terlalu cepat untuk membantu siswa Tidak kikir untuk memuji dan menghargai Tidak menertawakan pendapat atau hasil karya siswa sekalipun kurang berkualitas 10) Mendorong siswa untuk tidak takut salah dan berani menanggung resiko. f. Ruang kelas yang menunjang aktif 1) Berisikan banyak sumber belajar, seperti buku dan benda nyata

18

Ujang Sukanda, Op Cit. hlm. 10-11

20

2) Berisi banyak alat bantu belajar, seperti media atau alat peraga 3) Berisi banyak hasil karya siswa, seperti lukisan, laporan percobaan, dan alat hasil percobaan 4) Letak bangku dan meja diatur sedemikian rupa sehingga siswa leluasa untuk bergerak. Komponen belajar aktif dan pendukungnya di atas menunjukkan saling mempengaruhi dan saling mendukung antara satu dengan yang lainnya: tampilan siswa (pengalaman, interaksi, komunikasi dan refleksi), tampilan guru (sikap dan prilaku guru) dan tampilan ruang kelas. Jelas sekali, guru merupakan aktor intelektual perekayasa tampilan siswa dan tampilan ruang kelas. Gurulah sebagai fasilitator terciptanya kedua tampilan tersebut. Dengan perkataan lain, suasana belajar aktif hanya mungkin terjadi bila gurunya aktif pula: aktif sebagai fasilitator. Sehingga tidaklah benar pendapat yang menganggap bahwa dalam kegiatan belajar mengajar yang bernuansa belajar aktif (BA), hanya siswalah yang aktif sedangkan gurunya tidak. Keduanya aktif tetapi dalam peran masing-masing: siswa aktif dalam belajar dan guru aktif dalam mengolah kegiatan belajar mengajar (KBM).

21

Kegiatan-kegiatan Dalam Belajar Aktif

No 1

Komponen Pengalaman

Kegiatan Siswa - Melakukan pengamatan - Melakukan percobaan - Membaca - Melakukan wawancara - Membuat sesuatu

Kegiatan guru - Menciptakan beragam - Mengamati siswa bekerja dan sesekali mengajukan pertanyaan yang menantang - Mendengarkan, menertawakan, kesempatan kepada dan terlebih lain tidak memberi dahulu untuk kegiatan yang

Interaksi

- Mengajukan pertanyaan

siswa

menjawabnya - Meminta pendapat orang lain - Mendengarkan - Meminta pendapat siswa lainnya - Memberi komentar - Mendengarkan, Mengajukan Menantang. - Memberi kesempatan kepada Sesekali Yang

Pertanyaan

siswa lainnya untuk memberi pendapat tersebut - Bekerja dalam kelompok - Berkeliling ke kelompok sesekali duduk bersama kelompok, perbincangan tentang komentar

mendengarkan

kelompok, dan sesekali memberi komentar atau pertenyaan yang menantang 3 Komunikasi - Mendemonstrasikan/mem- Memperhatikan/memberi

22

pertunjukkan/menjelaskan

komentar/pertanyaan menantang

yang

- Berbicara/ menceritakan - Melaporkan - Mengemukakan pikiran (lisan/tulisan)

bercerita/

- Mendengarkan/

memberi

komentar/ mempertanyakan - Tidak mentertawakan pendapat/

- Memajangkan Hasil karya

- Membantu

agar

letak

pajang

dalam jangkauan siswa 4 Refleksi - Memikirkan kembali hasil - Mempertanyakan - Meminta siswa lain untuk

kerja/ pikiran sendiri

memberikan komentar

Gambar 1.2: Kegiatan dalam belajar aktif (hugungan timbal balik antara guru dan siswa) Sumber : ( Ujang Sukanda, 2003:15)

2. Metode Pembelajaran a. Pengertian Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan pelajaran kepada peserta didik. Karena penyampaian itu berlangsung dalam interaksi edukatif, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan pelajar pada saat berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian, metode pembelajaran merupakan alat untuk menciptakan proses belajarmengajar.19
19

Departemen Agama RI, 2002, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, halm 88

23

Mengingat mengajar pada hakekatnya merupakan upaya guru dalam menciptakan situasi belajar, metode yang digunakan oleh guru diharapkan mampu menumbuhkan berbagai kegiatan belajar bagi pelajar sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan perkataan lain, proses belajarmengajar merupakan proses interaksi edukatif antara guru yang menciptakan suasana belajar dan pelajar yang memberi respon terhadap usaha guru tersebut. Oleh sebab itu, metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar bagi pelajar, dan upaya guru dalam memilih metode yang baik merupakan upaya mempertinggi mutu pengajaran atau pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.20 Metode pembelajaran yang ditetapkan guru banyak memungkinkan siswa belajar proses (learning by process), bukan hanya belajarproduk (learning by product). Belajar produk pada umumnya hanya menekankan pada segi kognitif. Sedangkan belajar proses dapat memungkinkan tercapainya tujuan belajar dari segi kognitif, afektif (sikap) maupun psikomotor (ketrampilan). Oleh karena itu pembelajaran diarahkan untuk mencapai sasaran tersebut, yaitu lebih banya menekankan pembelajaran melalui proses. Gagne dan riggs dalam hal ini melihat pentingnya proses belajar siswa secara aktif dalam pembelajaran. Jadi yang penting dalam mengajar bukan upaya guru menyampaikan materipembelajaran, tetapi bagaimana siswa dapat mempelajari materi pembelajaran sesuai dengan tujuan. Upaya guru merupakan serangkaian perosetowa yang dapat mempengaruhi siswa belajar. Hal ini berarti peranan guru berubah, dari yang semula sebagai penyaji materi

20

Ibid

24

pembelajaran, menjadi pengaruh dan pemberi kemudahan untuk terjadinya proses belajar siswa. 21 Proses pembelajran menuntut guru dalam merancang berbagai metode pembelajaran yang memungkinkann terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa. Rancangan ini merupakan acuan dan panduan, baik bagi guru itu sendiri maupun bagi siswa. Keaktifan dalam pembelajaran tercermin dari kegiatan baik yang dilakukan guru maupun siswa dengan menggunakan ciri-ciri sebagai berikut: 2. Adanya keterlibatan suswa dalam menyusun atau membuat perencanaan, proses pembelajaran, dan evaluasi. 3. Adanya keterlibatan intelektual-emosional siswa baik melalui kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat dan pembentukan sikap. 4. Adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi yang cocok untuk berlansingnya proses pembelajran. 5. Guru bertindak sebagai fasilitator pemberi kemudahan) dan koordinator kegiatan belajar siswa, bukan sebagai pengajar (instruktur) yang mendominasi kegiatan kelas. 6. Biasanya menggunakan berbagai metode, media dan alat secara bervariasi.

b. Ketepatan (Efektifitas) Penggunaan Metode Pembelajaran Untuk melaksanakan proses pembelajaran yang aktif itu perlu menentukan metode pembelajaran yang tepat. Pertimbangan pokok dalam menentukan metode pembelajaran trletak pada keefektifan proses

pembelajaran. Tentu saja orientsinya kepada siswabelajar. Jadi, metode

21

Dra Sumiati, 2008, Metode Pembelajaran, CV Wacana Prima, Bandung, hlm 91

25

pembelajaran yang digunakan pada dasarnya hanya

berfungsi sebagai

bimbingan agar siswa belajar. Metode pembelajaran pada umumnya ditujukan untuk bimingan belajar dan memungkinkan setiap individu siswa dapat belajar sesuai dnegan bakat dan kemampuan masing-masing.22 Metode pembelajaran menekankan pada proses belajar siswa secara aktif dalam upaya mempeoleh kemampuan hasil belajar. Metode pembelajaran yang dipilih tentunya menghindari upaya penuangan ide kepada siswa. Guru seharusnya memikirkan bagaimana cara (metode) yang membuat siswa dapat belajar secara optimal. Dalam arti sesuai dnegan tingkat kemampuan masingmasing. Elajar secara optimal dapat dicapai jika siswa aktif di bawah bimbingan guru yang aktif pula.23 Setiap metode pembelajaran mempunyai keunggulan dan kelemahan dibangdingkan dengan yang lain. Tidaka da suatu metode pembelajaran pun dianggap ampuh untuk segala situsi. Suatu metode pembelajaran pun dianggap ampuh untuk segala situasi. Suatu metode pembelajaran dapat dipandang ampuh untuk suatu situasi, namun ampuh untuk situasilain. Seringkali terjadi pembelajaran dilakukan dengan menggunakan bernagai metode pembelajaran secara bervariasi. Dapat pula suatu metode pembelajaran dilaksanakan secara berdiri sendiri. Ia tergantug pada pertimangan didasarkan situasi belajar mengajar yang relevan. Agar dapat menerapakan suatu metode pembelajaran yang relevandengan situasi tertentu perlu diapahami keadaan metode pembelajaran tersebut, baik keampuhan maupun tata caranya. 24 Untuk melaksanakan proses pembelajaran suatu materi pembelajaran perlu dipikirkan metode pembelajaran yang tepat. Ketepatan efektifiatas)
22 23

Ibid, hlm 92 Ibid 24 Ibid

26

penggunaan metode pembelajran tergantung pada kesesuaian metode pembelajaran dengan beberapa faktor, yaitu tujuan pembelajran, materi pembelajaran, kemampuan guru, kondisi siswa, sumber atau fasilitas, situasi kondisi dan waktu.25 a. Macam-Macam Metode Pembelajaran Macam-macam metode pembelajaran yang ada diantaranya adalah: 1) Ceramah 2) Tanya jawab 3) Diskusi (diskusi kelompok) 4) Demonstrasi dan eksperimen 5) Tugas belajar dan resitasi 6) Kerja kelompok 7) Sosiodrama (role playing) 8) Pemecahan masalah (problem solving) 9) Sistem regu 10) Karyawisata (field-trip) 11) Manusia sumber (resource person) 12) Survei masyarakat 13) Simulasi 14) Studi kasus 15) Tutorial 16) Curah gagasan 17) Studi bebas 18) Kelompok tanpa pemimpin

25

Ibid

27

19) Latihan (drill) 20) Latihan kepekaan 26 Dari macam-macam metode diatas peneliti memilih metode pembelajaran problem solving, dengan alasan : a. Dengan menggunakan metode problem solving siswa akan belajar lebih aktif b. Siswa tidak bergantung pada apa yang disampaikan oleh guru saja, melainkan dapat memecahkannya sendiri. c. Metode problem solving dianggap dapat memberikan ingatan yang lebih kepada siswa dari pada menggunakan metode ceramah dan tanya jawab d. Siswa dapat mempertanggung jawabkan apa yang telah dipelajari. 3. Metode Pembelajaran Pemecahan Masalah (Problem Solving) a. Pengertian Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving) Metode pemecahan masalah adalah suatu cara menyajikan pelajaran dengan mendorong peserta didik untuk mencari dan memecahkan suatu masalah/persoalan dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran. Metode ini diciptakan seorang ahli didik berkebangsaan Amerika yang bernama Jhon Dewey. Metode ini dinamakan Problem Mothod. Sedangkan Crow&Crow dalam bukunya Human Development and Learning, mengemukakan nama metode ini dengan Problem solving Method.27 Sebagai prinsip dasar dalam metode ini adalah perlunya aktifitas dalam mempelajari sesuatu. Timbulnya aktifitas peserta didik kalau sekiranya guru menjelaskan manfaat bahan pelajaran bagi peserta didik dan masyarakat.28

Departemen Agama RI, 2002, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Jakarta hlm 103 27 ibid,hlm 289 28 Ibid

26

28

Dalam bukunya school and society John Dewey mengemukakan bahwa keaktifan peserta didik di sekolah harus bermakna artinya keaktifan yang disesuaikan dengan pekerjaan yang biasa dilakukan dalam

masyarakat.Alasan penggunaan metode problem solving bagi peneliti adalah dengan penggunaan metode problem solving siswa dapat bekerja dan berpikir sendiri dengan demikian siswa akan dapat mengingat pelajarannya dari pada hanya mendengarkan saja. Untuk memecahkan suatu masalah John Dewey mengemukakan sebagai berikut : 1. Mengemukakan persoalan/masakah. Guru menghadapkan masalah yang akan dipecahkan kepada peserta didik. 2. Memperjelas persoalan/masalah. Masalah tersebut dirumuskan oleh guru bersama peserta didiknya. 3. Melihat kemungkinan jawaban peserra didik bersama guru mencari kemungkinankemungkinan yang akan dilaksanakan dalam pecahan persoalan. 4. Mencobakan kemungkinan yang dianggap menguntungkan. Guru menetapkan cara pemecahan masalah yang dianggap paling tepat. 5. Penilaian cara yang ditempuh dinilai, apakah dapat mendatangkan hasil yang diharapkan atau tidak. b.Langkah-langkah pelaksanaan metode pemecahan Masalah (Problem Solving) 1. Persiapan a. Bahan-bahan yang akan dibahas terlebih dahulu disiapkan oleh guru. b. Guru menyiapkan alat-alat yang diutuhkan sebagai bahan pembantu dalam memecahkan persoalan.

29

c. Guru

memberikan

gambaran

secara

umum

tentang

cara-cara

pelaksanaannya. d. Problem yang disajikan hendaknya jelas dapat merangsang peserta didik untuk berpikir. e. Problema haalarus bersifat praktis dan sesuai dnegan kemampuan peserta didik 2. Pelaskanaan a. Guru menjelaskan secara umum tentang masalah yang dipecahkan. b. Guru meminta kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan tentang tugas yang akan dilaksanakan. c. Peserta didik dapat bekerja secara individual atau berkelompok. d. Mungkin peserra didik dapat menemukan pemecahannya dan mungkin pula tidak. e. Kalau pemecahannya tidak ditemukan oleh peserta duduk kemudian didiskusikan mengapa pemecahannya tak ditemui. f. Pemecahan masalah dapat dilaksanakan denan ; pikiran. g. Data diusahakan mengumpulkan seanyak-anyaknya untuk analisa sehingga dijadikan fakta. h. Membuat kesimpulan. 3. Keuntungan Metode Pemecahan Masalah (problem Solving) a. Melatih peserta didik untuk menghadapi problema-prolema atau situasi yang timbul secara spontan. b. Peserta didik menjadi aktif dan berinisiatif sendiri serta bertanggung jawa sendiri. c. Pendidikan disekolah relevan dengan kehidupan.

30

d. Sukar sekali menentukan masalah yang benar-benar cocok dengan tingkat kemampuan peserta didik 4. kelemahan Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving) a. Memerlukan waktu yang lama b. Murid yang pasif dan malas akan tertinggal c. sukar sekali untuk mengorganisasikan bahan pelajaran.

4. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseoramg tidak melakukan suatu kegiatan. Dalam kenyataan, untuk mendaopatkan prestasi tidak semudah yang dibayangkan, tetapi penuh perjuangan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi untuk dicapainya.29 WJS. Purwadarmana berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilalkukan, dikerjakam, dan sebagainya). Sedangkan menurut Qohar dalam Jamarah mengatakan prestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkanhati yang diperolah dengan jalan keuletan. Sedangkan Harahap memberikan batasan, bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang

perkembangan dan kemajuan murid yang berkenan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulu.30 Prestasi adalah hasil yang telah dicapau seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne (1985: 40) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek,

Syaiful Bahi Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya : Usaha Nasional 1994), hlm 19-20 30 Ibid

29

31

yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan ketrampilan. Menurut bloom dalam Suharsimi Arikunto (1990:110) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif,afektif, dan psikomotorik .31 Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut Arif Gunarso (193 :77) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.32 Prestasi belajar dibidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotorik setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dam psikomotorik setelahm mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen yang relevan.33 Setelah menelusuri uraian diatas, maka dapat dipahami mengenai makna kata prestasi dan belajar. Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktifitas. Sedangkan belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu, yakni perubahan tingkah laku. Dengan demikian, dapat diambil pengertian yang cukup sederhana mengenai hal ini.Prestasi belajar

31 32

Ibid. Ibid. 33 Ibid.

32

adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar.34 b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar adalaj suatu hasil yang dicapai oleh siswa selama mengikuti proses belajar mengajar. Setiap individu dalam meningkatkan prestasi belajarnya, banyak faktor yang mempengaruhinya. Tetapi pada dasarnya faktorfaktor ini dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari liar (ekstern). a. Faktor Internal Faktor internal yaitu faktor yang belrasal dari siswa, faktor ini antara lain : 1. Faktor Jasmaniah atau faktor Fisiologis Kondisi jasmaniah atau fisiologis pada umumnya sangat berpenaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Uzer dan Lilis mengatakan bahwa termasuk dalam faktor jasmaniah yaitu panca indra yang tidak berfungsi sebagai mana mestinaya seperti mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar yang membawa kelainan tingkah laku.35 2. Faktor Psikologis meliputi : 1) Intelejensi Intelejensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi intelejensi sebenarnya bukan

34

Ibid.

35 Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 1993) hlm. 10

33

persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya.36 Tingkat intejensi sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siwa. Dimana semakin tinggi intelejensiseorang siswa maka semakin tinggi pula peluang untuk meraih prestasi yang tinggi. 2) Sikap Sikap yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang atau benda dengan suka, tidak suka atau acuh tak acuh. Terjadi sikap seseorang itu dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan dan keyakinan.37 Di dalam diri siswa harus ada sikap yang positif (menerima) kepada siswa yang disiswai atau kepada gurunya. Karena siswa yang sikapnya negatif (menolak) kepada siswaan atau gurunya maka tidak akan punya kemauan untuk belajar, sebaiknya siswa yang sikapnya positif akan digerakkan oeleh sikapnya yang positif itu untuk belajar. 3) Minat Adapun yang dimaksud minat menurut para ahli psikologi adalah suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus. Minat ini erat kaitannya dengan perasaan terutama perasaan senang. Karena itu dapat dikatakan minat itu terjadi karena perasaan senang kepada sesuatu. Minat besar pengarunya terhadadap pembelajaran. Jika siswa menyukai suatu mata pelajaran yang diminatinya maka siswa tersebut akan belajar drntga senang hati tanpa rasa beban. 4) Bakat
36 37

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta, PT Raja Grasindo Persada 2002 ) hlm 133 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996) hlm 83

34

Secara umum bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki sesorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian sebetulnya setiap orang pasti memilikibakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.38 5) Motivasi Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.39 Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan, sehingga makin besar kesuksesan belajarnya. Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar.kaena itu motivasibelajar perlu diusahankan, terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara senantisa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mecapai cita-cita. Senantiasa memasang tekat bulat untuk selalu optimis bahwa cita cita dapat dicapai dengan belajar. 2 Faktor Eksternal Adapun faktor eksternal juga terdieia tas dua macam yaitu lingkungan sosial dan lingkungan non sosial. Yang termasuk dalam lingkungan sosial adalah guru, kepala sekolah, staf administrasi dan teman-teman sekelas, rumah tempat tinggal siswa, alat-alat belajat dan lain-lain. Dan yang termasuk dalam lingkungan non sosialadalah gedung sekolah tempat tinggal dan waktu belajar.40 Jadi prestsi belajar dapat dikemukakan sebagai hasil usaha kegiatan belajar yang dalam hal ini dinyatakn dalam bentuk simbol,
38 39

Muhibbin Syah, Op. cit, hlm 135 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (andung, remaja karya, 1998) hlm 69 40 Muhibbin Syah, Opt. cit., hlm 132

35

angka, huruf maupun suatu kalimat yang dapat tercermin dari usaha yang telah dicapai oleh siswa pada periode tertentu. c. Batas Minimal Prestasi Belajar Menetapkan batas minimal keberhasilan belajar siswa selalu berkaitan dengan upaya peningkatan hasil belajar. Ada beberapa alternatid norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti prosese belajar mengajar. Diantara norma-norma pengukuran terseut adalah : 1. norma skala angak dari 0-10; 2. norma skala angka dari 0-100 41 Angka terendah menyatakan kelulusan/ keberhasilan belajar (passing grade) skala 0-10 adalah 5,5 atau , sedangkan untuk skala 0-100 adalah 55 aatau 60. al hasil pada prinsipnya jika seseorang siswa dapat menyelesaikan lebih dari separuh tugas atau dapat menjawab lebih dari setengah instrumen evaluasi dengan benar, ia dianggao telah memenuhi targer minimal keberhasilan belajar.42 5. Matematika (Kubus dan Balok) Kubus (cube) adalah bangun ruang yang memiliki 6 bidang sisi yang berbentuk persegi. 43 Bentuk kubus rusuk

titik sudut Sisi

41 42

Ibid hlm 219 Ibid hlm 220

43

David Glover, A-Z Matematika (Bandung, Grafindo Media Pratama,2004) hlm 16

36

Bentuk Balok

Titik sudut rusuk Sisi Dalam bangun ruang dikenal istilah sisi, rusuk, dan titik sudut.

Pada penelitian ini peneliti ingin menerapkan sifat-sifat balok dan kubus melalui strategi Active Learning melalui metode problem solving kepada obyek peneliti.

6. Penerapan

Penggunaan

Pendekatan

Active

Learning

Melalui

Metode

Pemecahan Masalah Pada Mata pelajaran Matematika. Sesuai dengan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, bahwa Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan Tujuan pendidikan dasar

adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Peneliti menggunakan strategi Active Learning melalui metode Problem Solving dengan harapan penelitian agar para siswa nantinya dapat belajar dengan active dengan cara memecahkan masalah dalam pelajarannya sendiri, peneliti hanya sebagai instruktur untuk memecahkan masalah sehingga tercipta meletakka dasar kecerdasan,pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri.
Terutama pada mata pelajaran matematikan. Pelajaran matematika seringkali dirasakan sulit oleh siswa sehingga cenderung tidak disenangi anak. bahkan tidak jarang anak yang memandang pelajaran matematika sebagai momok

37

yang menakutkan. Meskipun ada seagian siswa yang menyenanginya atau bahkan justru jagoan dibidang matematika, tetapi selalu saja ada siswa yang menganggap matematika itu ibarat monster yang menakutkan. Akibatnya tidak sedikit siswa yang malas mempelajari matematika dan akhirnya siwa yang mengalami ksulitan belajar matematika. Kesulitan belajar matematika ini sringkali disebut dengan istlah diskalkua. Pertanyaan penting yang harus dicari jawabannya adalah apa sajakah tehnik untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika? Berikut ini adalah beberapa pemikiran untuk mengurangi ketakutan atau persepsi negatif terhadap matematika. 1. Buatlah Pembelajaran Matematika yang Berorientasi Dunia Sekitar Siswa Tehnik ini sering dikenal dengan isltialh Realistic Mathematich Education (RME). RME dilakukan dengan mengaitkan dan melibatkan lingkungan sekitar siswa, pengalaman nyata yang pernah dialami siswa dalam kehidupan seari-hari, menjadikan matematika sebagai aktifitas siswa. Dengan pendekatan RME siswa tidak hanya dibawa ke dunia nyata melainkan juga berhuungan langsung dengan masalah situasi nyata yang ada dalam pikiran siswa. Jadi siswa diajak berpikir bagaimana menyelesaikan masalah yang sering dialami dalam kehidupan seharihari.Dengan cara demikian, matematika bukanlah sesuatu yang abstrak, melainkan menjadi sesuatu yang nyata sehingga dapat memudahkan siwa untuk memecahkannya. 1. Berikan Siswa Kebebasan Bergerak Kalau pembelajaran matematika selama ini selalu dilaksanakan di ruang kelas sehingga siswa kurang bebas bergerak, cobalah strategi pembelajaran yang memungkainkan siswa berhubungan langsung dengan kehidupan dan lingkungan sekitar sekolah dan sekaligus menggunakannya sebagai umber belajar. Strategi

38

pembelajran semacam ini denkenal dengan istilah out door Mathematics . Sesungguhnya banyak hal di luar sekolah yang dapat dijadikan sumber belajar matematika. Pilihlah topik yang sesuai dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari, misalnya mengukur tinggi pohon, mengukurlebar pohon, atau mengukur tinggi layang-layang.Dengan cara seperti ini matematika akan menjadi lebih menarik bagi siswa. 2. Tuntaskan dalam Mengajar Sesungguhnya leih baik siswa mempelajari sedikit demi sedikit materi sampai tuntas dari pada elajar banyak namun dangkal.Seringkali guru dihadapkan pada sejumlah besar tuntutan pencapaian target kurikulum dan tuntutan targer daya serap, namun dengan alokasi waktu yang terbatas. Oleh karena itu, guru harus memberanikan diri menuntaskan siswa dalam belajar sebelum melanjutkan kepada materi berikutnya. Ini dimaksudkan agar tidak terjadi keskalahan konsepsipada materi yang dipelajari yang akan berakibat pada kesulitan siswa untuk mempelajari konsep-konsep materi berikutnya. Jika kesalahan konsep ini terjadi, akan berakibat siswa mengalami kesulitan secata berkelanjutan sehingga membuat persepsi atau bahkan keyakinan bahwa matematika memang sesuatu yang sulilt,menakutkan dan harus dihauhi. 3. Belajar sambil bermain Gejala umum selama ini, kebanyakan siswa merasakan bahwa belajar matematika merupakan beban berat dan membosankan. Akibatnya siswa kurang termotivasi, cepat bosan, cepat lelah, dan bahkan malas belajar matematika. Untuk itu ciptakanlah salah satu cara belajar sambil bermain, misalnya

memberikan kuis atau teka-teki yang harus ditiebaksecara kelompok atau individu, membuat puisi matematika dan mempresentasikan di depan kelas secara bergantian. Memang cara ini sangat menuntun kreatifitas guru untuk menciptakan

39

permainan yang menyenangkan. Jangan sampai tugas permainan matematika yang tujuannya membuat siswa senang, tetapi akhirnya justru membebani siswa lagi. Kalau ini yang terjadi, maka bukan permainan yang berkembang, tetapi tugas yang memberatkan siswa. 6. Harmonisasi Hubungan Guru, Siswa dan Orang Tua Tuntutan orang tua agar anak merasa mendapat nilai yangmemuaskan jika trjadi diimbangi dengan pengertian dan bimbingan akan menjadi beban tersendiri. Diakui atau tidak, tidak sedikit orang tua yang kurang memperhatikan perkembangan dan kesulitan belajar anaknya disekolah. Orang tua tidak mau tahu perkembangan belajar anaj-anaknya, yang penting nilainya bagus. Seringkali orang tua menyerahkan sepenuhnya mengenai kemajuan belajar anaknya itu kepada sekolah. Apa;lagi bagi orang tua yang sangat sibuk dan kemudian menyekolahkan anaknya di sekolah faforit dengan biaya yang mahal. Seringkali terdenganr kata-kata : Saya menyekolahkana anak saya disini dengan membayar mahal itukan supaya saya tidak lagi repot repot mengurusi belajar anak saya. Untuk apa saya bayarmahal-mahal kalau saya masih harus memperhatikan belajar anak saya?Keadaan seperti ini dan keinginan orang tua seperti itu sebenarnya disadaria tau tidak telah memperberat siswa dalam belajar. Oleh sebab itu harmonisasi hubungan guru dengan siswa disekolah, orang tua dengan anak dirumah, dan orang tua dengan guru harus diciptakan dengan baik. Orang tua secara kedinasan maupun proiadi. Sebaiknya guru menginformasikan

perkembangan siswa yang sebenarnya kepada orang tua. Dengan cara ini masalah kesulitan belajar matematika pada anak menjadi kerja bersama dan tanggung jawab bersama antara anakanak, guru dan orang tua.44

44 Prof. Dr. Muhammad Asrori, M.Pd, Psikologi Pembelajaran (Bandung: CV Wacana Prima 2007)hlm 243

40

Dalam pembelajaran sifat-sfat balok dan kubus juga demikian jika pembelajaran yang dilakukan hanya dengan ceramah saja, pembelajaran sifat-sifat kubus dan balok akan sulit dicerna oleh siswa, dan pembelajaran yang

disampaikan akan cepat hilang dalam ingatan siswa. Guru dituntut untuk aktif dalam memberikan pembelajaran disekolah agar bagaimana siswa dapat menyerap pelajaran dengan baik, tidak banyak membebankan siswa, dan yang lebih penting adalah bagaimana pembelajaran itu bisa terserap dengan baik agar pembelajarannya menempel di dalam ingatannya. Merujuk pada permasalahan diatas, sesuai dengan cara-cara mengatasi masalah dalam pembelajaran matematika diatas, Pembelajaran sifat-sifat balok dan kubus yaitu pada point yang keempat mengenai belajar sambil bermain. Dengan belajar sambil bermain, siswa secara tidak langsung akan belajar secara aktif (Active Learning), kemudian siswa tidak bosan karena siswa tidak hanya mendengarkan saja. Dengan siswa diberikan balok dan kubus kemudian siswa diberi tahu mengenai pengertian-pengertian sisi, luas, rusuk, dan kubus, siswa diberikan tugas dengan mencari sifat-sifat dari kubus dan balok. Kemudian siswa mencatatnya. Setelah hal tersebut selesai siswa disuruh untuk menyebutkannya. Setelah hal tersebut selesai siswa disruh untuk membuka balok dan kubus tersebut dengan demikian siswa akan tahu jaring-jaring balok dan kubus seperti apa. Guru disini sifatnya hanya sebagai instruktur saja dan memberikan materi pada permulaan saja yaitu mengenai pengerian rusuk, pengertian sisi dan pengertian titik sudut. Setelah siswa dianggap mengerti maka siswa disuruh untuk mencari sifat balik dan kubus dengan melihat media yang ada. Dalam penelitian ini, peneliti hanya difokuskan pada pencapaian kompetensi dasar yang kedelapan yaitu memahami sifat-sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun ruang.yaitu dengan cara memecahkan

41

masalah sifat-sifat bangun ruang dengan harapan agar siswa dapat lebih termotivasi untuk belajar sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya khususnya pada pelajaran matematika. Secara garis besar materi yang disajikan dapat diringkas sebagai berikut : memahami tentang sifat-sifat balok dan kubus singkat, mudah dipahami dan pemahamannya tidak mudah untuk dilupakan sehingga siswa lebih jelas tentang materi tersebut.

42

BAB III METODE PENELITIAN

a. Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis peneliatain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan jenis kolaboratifpartisipaoris, yaitu kerjasama antara peneliti dengan praktisi di lapangan (guru). Dalam hal ini peneliti terlibat langsung dalam merencanakan tindakan, melakukan tindakan observasi, refleksi dan lain-lain. Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih berkualitas sehingga siswa memperoleh hasil belajar yang baik.45 Penelitian tindakan kelas memiliki beberapa karakteristik, antara lain : 1. Situasional, praktis, secara langsung dalam situasi nyata dalam dunia kerja. 2. Memberikan kerangka kerja yang teratur kepada pemecahan masalah, action research juga bersifat empiris dalam hal mengadakan observasi nyata dan perilaku. 3. Fleksibel dan adaptif, memungkinkan adanya perubahan selama masa percobaan dan pembaharuan di tempat kejadian. 4. Partisipatori, dimana peneliti atau anggota tim penelitan sendiri ambil bagian secara langsung maupun tidak langsung dalam pelaksanaan penelitiannya bersama khalayak ramai.

45

Mohammad Asrori, Penelitian Tindakan Kelas (Bandung : CV Wacana Prima,2007) hlm 6

43

5. Self- evaluation, yaitu modifikasi secara kontinue dalam situasi yang ada, dimana tujuan akhirnya untuk meningkatkan praktek dalam acara tertentu bersama khalayak sasaran. 6. Dalam hal temuan peneliti memiliki validitas eksternal yang leah. 7. Penelitian dan pengambilan keputusan selalu dikelola secara desentralisasi dan diregulasi. 8. kooperatif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi atas aksi antara peneliti, praktisi dan khalayak sasaran. 9. Action research mengembangkan suatu model, baik sebagian maupun menyeluruh (Mulyasa,2005:153-154). Untuk melaksanakan Penelitian tindakan kelas ini, sebaiknya harus mengacu pada prosedur penelitian yang ada. Dengan mengacu pada prosedur yang ada maka penelitian mempunyai patokan dan hasil penggunaan pendekatan active learnig melalui metode problem solving dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV di MI Raudlatul Falah Talok Turen.

b. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara partisipatori dan refleksi, dimana prosese pelaksanaannya dilakukan secara bersiklus. Mngacu pada model Elliot maka prosedur penelitian tindakan kelas dilakukan dengan mengidentifikasi masalah, memeriksa lapangan, perencanaanm pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi dan revisi perencanaan.46

1. Identifikasi masalah
Pada tahap awal peneliti mendatangi lokasi penelitian yaitu MI Raudlatul Falah Talok Turen. Peneliti meninjau lokasi penelitian. Peneliti menemui kepala sekolah dengan menyampaikan surat penelitian dari
Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas (Bandung :Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 64
46

44

kampus. Kemudian peneliti berbicara mengenai tujuannya ke lokasi penelian. Kemudian setelah berbincang-bincang dengan kepala sekolah kemudian peneliti menuju ruang guru dengan bericara masalah ringan untuk menambah keakraban. Kemudian peneliti meneruskan pembicaraan dengan guru mata pelajaran matematika kelas IV dan mengutarakan tujuannya, dan menanyakan strategi apa yang digunakan pada saat pembelajaran Matematika yang selama ini diterapkan.

2. Memeriksa lapangan
Setelah peneliti mengetahui model pembelajaran yang diterapkan selama ini, maka peneliti mengadakan pemeriksaan lapangan dengan melaksanakan pembelajaran dengan metode ceramah dan tanya jawab, dengan maksud ingin mengetahui situasi pembelajaran. Untuk mengetahui data dari obeservasi lapangan, maka peneliti mengadakan pre test pada pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.

3. Perencanaan tindakan
Setelah memperoleh data observasi di lapangan, peneliti

mengadakan perencanaan perbaikan pada pertemuan selanjutnya. Adapun beberapa tahap perencanaan perbaikan sebagai berikut : a) Mempersiapkan pendekatan active learning, melalui metode problem solving b) Mempersiapkan perangkat pembelajaran, yaitu :

a) Membuat modul pembelajaran b) Membuat rencana pembelajaran c) Membuat rancangan penilaian

45

c) Mempersiapkan lembar observasi untuk mengukur prestasi belajar siswa. 4. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telaj dibuat sebelumnya.

5. Observasi
Dalam melaksanakan tindakan, peneliti melakukam pengamatan dan pencatatan pada perkembangan yang terjadi. Yaitu mengamati kejadiankejadian yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan secara terstruktur, terfokus dan sistematis.47 Observasi terstruktur, yaitu melakukan pencatatan pada lembar observasi minat sikap yang telah dipersiapkan sebelumnya dengan memberi tanda silang pada item-item yang tercantum. Observasi terfokus pada penyelesaian masalah yaitu, yaitu melakukan pengamatan dan pencatatan setiap kejadian penting di kelas dan observasi sistematis dilakukan dengan merancang sokusi-solusi secara sistematis pada kolom-kolom prestasi yang telah diklarifikasi sebelumnya.

6. Analisis dan refleksi


Peneliti menganalisa dan merefleksi hasil tindakan kemudian mendiskusikannya dengan guru bidang studi mata pelajaran matematika. Kemudian peneliti permasalahan yang muncul diluar perencanaan yang dilakukan. Jika hal tersebut sudah dilakukan baru dilanjutkan pada siklus selanjutnya. Analisa dilakukan dengan mempersiapkan langkah-langkah awal antara lain memberi kode,membuat catatan pinggir dan catatan

47

Ibid hlm 12-16

46

reflektif untuk memudahkan peneliti dalam menganalisa dan merefleksi data.48 Refleksi dilakukan dengan mempertimbangkan berhasil tidaknya tindakan serta memberikan arah bagi perbaikan selanjutnya.

c. Kehadiran Peneliti Kehadiran peneliti dalam penelitian ini bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Instrumen selain manusia (seperti : angket, pedoman wawancara, pedoman observasi dan sebagainya) dapat pula digunakan, tetapi fungsinya terbatas sebagai pendukung tugas peneliti sebagai instrumen d. Lokasi Peneliti Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV MI Raudlatul Falah di Talok Turen Malang. Hal ini dikarenakan karena letak MI Raufdlatul Falah dekat dengan rumah peneliti sehingga memudahkan dalam melaksanakan penelitian. Sedangkan waktupelaksanaan penelitian ini disesesuaikan dengan jam pelajaran Matematika siswa kelas IV, yang merupakan obyek dalam penelitian ini. e. Sumber dan jenis data Penelitian ini mencari sumber darta melalui informan, kegiatan belajar mengajar dan dokumen. (1) Informan yaitu pengajar yang mengetahui tentang penggunaan strategi active learning, metode problem solving dalam proses belajar mengajar, peserta didik dan orang yang dapat memberikan informasi dalam pelaksanaan penelitian ini serta pengajar Matematika di MI Raudlatul Falah Talok Turen, khususnya pengajar kelas IV. (2) proses penggunaan strategi active learning yang berlangsung di kelas. (3) dokumen yang terkait dengan pembelajaran yang menggunakan strategi active learning dengan menggunakan

48

Ibid hlm 144

47

metode problem solving baik buku panduan pembelajaran active learning, problem solving, silaus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), pretest dan post test atau hasil silabbus, laporan tugas siswa, maupun uku-buku pendukung lainnya. Secara garis besar data penelititan ini dapat dipilah menjadi dua jenis data, yaitu data penelitian kualitatif dan data kuantitatif49. Data kualitatif terdiri dari kata-kata dan tindakan, sumber tertulis dan foto. Data kuantitatif berupa statistik. 1. Data kualitatif

b) Kata-kata dan tindakan


Pencatatan sumber data utama diambil melalui wawancara atau pengamatan berperan serta merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya50. Dalam hal ini kata-kata dan tindakan diamati dari catatam hasil observasi, foto maupun rekaman kegiatan penelitian di kelas.

c) Sumber tertulis
Suber terulis tidak bisa dipisahkan dari sumber lain. Peneliti mendapatkan data terseut dari buku pendukung, majalah, arsip sekolah, arsip sekolah berupa raport dokumen pribadi dan dokumen resmi.

d) Foto
Foto diambil sebagai salah satu bukti penelitian yang diambil di MI Raudlatul Falah Talok Turen. 2. Data Kuantitatif Data kuantitatif ini diperoleh dari sekolah berupa data yang diperoleh dari lembar observasi maupun data lain dalam membantu kelengkapan pengumpulan data yang berbentuk angka.
Lexy j. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandng : PT Remaja Rosdakarya,2002) hlm 112-116 50 Ibid hl 112
49

48

f. Instrumen penelitian Instrumen penelian adalah alat antu bagi peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Instrumen penelitian ini dikategorikan menjadi dua yaitu : a. Instrumen utama Instrumen utama pada penelitian tindakan kelas adalah peneliti sendiri. Karena peneliti yang dapat menghadapi situasi yang berubah-ubah dan tidak menentu, seperti halnya banyak terjadi dikelas. Karena peneliti adalah instrumen utama dalam penelitian, maka seseorang peneliti dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas harus : 1) Responsif, maksudnya peneliti harus tanggap terhadap berbagai petunjuk baik yang bersifat perorangan maupun yang bersifat lingkungan. 2) Adaptif, dengan mampu mengumpulkan berbagai informasi mengenai banyak faktor pada tahap yang berbeda-beda secara simultan. 3) Menekankan aspek holistik, karena manusialah yang mampu dengan segera menempatkan dan menyompulkan kejadian-kejadian. 4) Pengembangangan berbasis pengetahuan, maksudnya penelitilah yang dapat berpikir mengungkapkan, menyusun dan memahami apa yang diteliti sehingga peneliti benar-benar meyumbangkan kedalan dan kekayaan kepada penelitian. 5) Merespon dengan segera, peneliti yang mampu segera memproses data di tempat, membuat generalisasi, di dalam situasi yang sengaja diciptakan. 6) Klarifikasi dan kesimpulan, peneliti juga dapat memuat kesimpulan tempat, dan langsung meminta klarifikasi, pembetulan, atau elaborasi kepada subyek yang diteliti.

49

7) Kesempatan eksplorasi, yakni mengujivaliditas, dan memahami penelitian sengan pemahaman yang tinggi dari penelitian biasa51 b) Instrumen pendukung Instrumen ini berupa pedoman pengumpulan data, yaitu pedoman wawancara dan observasi. Pedoman observasi lapangan dibuat sebagai acuan menjawab rumusan masalah untuk mengukur keberhasilan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. g. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data merupakan salah satu hal yang penting bagi sebuah penelitian sehingga data yang diperoleh benar-benat sesuai dengan judul yang telah ditentukan seelumnya.Seperti yang dikatakan oleh Sugiono bahwa dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamata), interview (wawancara), kuesioner angket), dokumentasi dan gabungan dari keempatnya52. Berdasarkan hal terseut, agar hasil yang diperoleh dalam penelitian ini benar-benar data yang akurat, maka prosedur pengumpulan data yang penelitia gunakan adalah sebagai berikut : 1. Observasi Observasi adalah yaitu pengamatan yang dilakukan peneliti pada saat berada dikelas. Maksudnya, peneliti mengamati segala tindakan murid pada saat berada di dalam kelas IV MI Raudlatul Falah Talok Turen. 2. Wawancara

Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas (Bandung :Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 96-97
52

51

Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung :C. Alfabeta, 2005), hlm 62-63

50

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaan atas pertanyaan itu53. Dalam penelitian ini metode tak berstruktur atau bebas. Metode ini digunakan untuk mendapatkan kepastian apakah data yang dihasilkan dengan cara observasi yang dilakukan oleh peneliti valid atau tidak. Metode ini digunakan untuk mengetahui mata pelajaran matematika yang dilatar belakangi oleh pendekatan active learning melalui metode problem solving di MI Raudlatul Falah Talok Turen. 3. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara mencari data atau informasi yang sudah dicatat, dipublikasikan dalam beberapa dokumen yang adal. Dalam hal ini suharsii Arikunto berpendapat bahwametode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip buku, surat kabar, majalah, prasasti, rapat, agenda dan sebagainya54. Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai keadaan lokasi, guru dan siswa ditinjau dari segi pengalaman-pengalaman dalam penerapan pendekatan Active Learning melalui metode Proelm soving dalam mata pelajaran matematika.

h. Analisis Data Analisis data pada penelitan tindakan kelas pada dasarnya dilakukan

observasi awal. Ada beberapa langkah menganalisis data, yaitu:

Lexy J Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002) hlm 135 54 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta:Bumi aksara,2007) hlm 234

53

51

1. Kode atau mengkoding Kode adalah singkatan atau simbol yang dipakai dalam klasifikasi rangkaian kata, sebuah kalimat atau alinea dari catatan lapangan sehingga mudah dibaca oleh siapapun.55 Mengkode digunakan untuk

mempermudah peneliti dalam meringkats kata sehingga lebih cepat dan efisien. 2. Membuat catatan pinggir Catatan pinggir berfungsi menambah kejelasan pada data yang diperoleh di lapangan, yang biasa ditulis atau disiapkan pada pinggirpinggir catatan sebagai pelengkap atau penjelas. 3. Membuat catatan reflektif Catatan reflektif digunakan pada waktu di lapangan dengan memberikan tanda kurang atau garis bawah atau dimasukkan pada kolom tersendiri untuk direvisi atau direkomendasi.56 Data yang bersifat kualitatif yang telah terkumpul seperti data observasu, dokumen dan wawancara dianalisis dengan analisa deskriptif kualitatif. Ada tiga tahap dalam menganalisa data pada penelitian ini yaitu reduksi data, paparan data dan menarik kesimpulan.57 1. Reduksi merupakan pemilihan data yang relevan, penting, data yang berguna dan yang tidak berguna, untuk menjelaskan tentang apa yang menjadi sasaran analisa. Langkah yang dilakukan adalah dengan menyederhanakan, membuat jalan fokus, klasifikasi dan abstraksi data kasar menjadi data yang bermakna untuk dianalisa.

Rochiati Wiriaatmadja, op.cit., hlm 140 Ibid, hlm 13-140 57 Sodarsono. F.X, Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas (Jakarata:Pusat Antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktifitasi INstruksional Dirjen Dikti Depdiknas,2001) hlm 25
56

55

52

2. Data yang telah direduksi selanjutnya dipaparkan. Pemaparan dilakukan sesuai hasil analisa (pengamatan) yang telah dilakukan untuk mengetahui implementasi penggunaan strategi active learning melalui metode problem solving untuk meningkatkan prestasi belaja siswa serta mengetahui adanya peningkatan peneliti menggunakan lembar observasi. Data yang bersifat kuantitatif dianalisis dengan menggunakan analisia deskriptif dan sajian viual. Sajian tersebut menggambarkan bahwa dengan tindakan yang dilakukan dapat menimbulkan adanya perbaikan, peningkatan, perubahan ke arah yang lebih baik jika dibandingkan dengan keadaan sebelumnya.58 Untuk mengetahui perbaikan, hasil tindakan yang dan telah dilakukan dari dapat

menimbulkan

peningkatan

perubahan

keadaan

sebelumnya maka peneliti menggunakan rumus : P = Post rate-Base rate x 100% Base rate Keterangan : P Post rate Base rate = Prosentase peningkatan = Nilai rata-rata (sesudah tindakan) = Nilai rata-rata (sebelum tindakan)

(Gugus Action Research,1999/2000:75)

i.

Pengecekan Keabsahan Temuan Pengecekan keabsahan data didasarkan atas kriteria tertentu. Kriteria itu sendiri atas derajat kepercayaan (kredibilitasi), keteralihan, kebergantungan,

58

Ibid, hlm 25

53

dan

kepastian.

Masing-masing

kriteria

tersebut

menggunakan

tehnik

pemeriksaan sendiri-sendiri. Kriteria derajat kepercayaan pemeriksaan datanya dilakukan dengan teknikperpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan anggota. Kriteria keberuntungan dan kepastian pemeriksaan dilakukan dengan teknik auditing. Masing-masing teknik tersebut diuraikan prinsip dan cara pemanfaatannya59 Pengecekan keabsahan data dalam penelitian bertujuan untuk memperoleh hasil kesahihan (validitas) dan keandalan )reabilitas), sehingga dapat dipertanggungjawabkan kepada semua pihak. Dalam penelitian ini

menggunakan pengecekan keabsahan data dengan tekning triangulasi sember dan triangulasi metode. Patton menjelaskan bahwa triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda delam penelitian kualitatif. Triangulasi metode terdapat dua strategi yaitu (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa tehnik pengumpulan data, (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. j. Tahap-Tahap Penelitain Prosedur PTK mencakup : penetapan fokus permasalahan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dibarengi observasi dan interpretasi, analisa dan refleksi, dan perencanaan tindak lanjut (bila diperlukan). Secara lebih rinci prosedur pelaksanaan PTK itu dapat digambarka sebagai berikut :

59

Lexy J Meleong, Metodologi Penellitian Kualitatif (Bandung, 2002) hlm 344

54

Adapun tahap-tahap penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut :

Permasalah an

Alternatif Pemecahan (Rencana Tindakan

Pelaksanaan Tindakan

I
Terselesaikan Refleksi Analisis Data I Observasi

Siklus 1

Belum Terselesaikan Terselesaikan Refleksi II

Aleternatif Pemecahan (Rencana Tindakan) II

Pelaksanaan tindakan II

Analisis Data II

Observasi

Belum Terselesaik an

Siklus 2

1. Siklus I a. Perencanaan Peneliti berdiskusi dengan guru mata pelajaran

Matematika kelas IV terkait dengan permasalahan yang selama ini muncul dalam kegiatan belajar mengajar di kelas IV, peneliti menanyakan kepada guru mengenai metode apa yang sering digunakan guru pada saat pelajaran matematika khususnya materi tentang sifat-sifat kubus dan balok. Kemudian guru mencatat apa yang telah didiskusikan dengan guru mata pelajaran matematika. Setelah peneliti mengetahui dengan seksama pokok permasalahan yang terjadi, peneliti merencanakan tindakan

55

dengan harapan permasalahan dapat terselesaikan. Adapun perencanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang berpacu pada silabus yang ada. b. Membuat modul pembelajaran c. Membuat pembagian kelompok d. Mempersiapkan lembar observasi b. Tindakan Guru melaksanakan RPP yang telah ditulis sebelumnya pelaksanaan dilakukan pada kelas IV . Selama pelaksanaan tindakan penelitian, peneliti bertindak sebagai guru sekaligus sebagai observer yang mencatat pada lembar pengamatan observasi. c. Observasi Observasi sebenarnya dilakukan bersamaan dengan

pelaksanaan tindakan karena observasi itu dilakukan saat tindakan sedang dilaksanakan. Pada langkah ini peneliti melakukan observasi terhadap tindakan yang telah dilakukan, mencatat hal-hal yang dianggap penting, dan hambatan-hambatan yang dialami selama melakukan tindakan60. c. Refleksi Kegiatan pada langkah ini adalah melihat hasil sementara penggunaan pendekatan Active Learning melalui metode Problem Solving untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika khususnya tentang materi sifat-sifat bangun ruang.
60

Mohammad Asrori, Penelitian Tindakan Kelas (Bandung:CV. Wacana Prima, 2007) hlm

105

56

Pada kegiatan ini langkah refleksi ini pada dasarnya meliputi pencermatan, pengkajian, analisis, sintetis, dan penilaian terhadap hasil observasi terhadap tindakan yang telah dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi, maka peneliti melakukan proses pengkajian ulang pada siklus berikutnya.61. 2. Siklus II a. Rencana Baru Setelah mengetahui perkembangan permasalahan, dalam tahap ini peneliti membuat rencana baru. Sebagai sebuah usaha dalam perbaikan pembelajaran, peneliti merencanakan tindakan dengan harapan permasalahan dapat terselesaikan. b. Tindakan Tindakan selanjutnya memperbarui pembelajaran dengan pokok bahasan selanjutnya. Pelaksanaan ini dilakukan dengan menerapkan rencana tindakan. Dalam hal ini peneliti juga membuat catatan terhadapa berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di kelas. c. Observasi Observasi pada siklus II kali ini adalah dengan mengamati kemballi tindakan yang telah direncanakan. Pengamatan dilakukan dengan cara mencatat hal-hal yang penting pada saat pelajaran berlangsung. d. Refleksi Pada siklus II ini peneliti mencatat hasil observasi untuk mengetahui kesesuaian penerapan sesuai dengan yang diharapkan.

61

Ibid hlm 106

57

Refleksi dilakukan dengan mengkaji observasi dengan mencatan tingkat keberhasilan dan kekurangan penggunaan pendekatan Active Learning melalui metode problem solving dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. 3. Siklus III a. Rencana Baru Setelah membuat revisi perencanaan, peneliti membuat rencana baru untuk menggapai permasalahan baru yang muncul sebagai sebuah usaha dalam perbaikan pembelajaran sebelumnya. Rencana tindakan diupayakan selalu terkait dengan tindakan yang telah dilakukan, sehingga ada rencana baru yang simultan, seperti mata rantai yang terus menerus bersambung. b. Pelaksanaan tindakan Rencana yang sudah matang kemudian diaplikasikan di dalam kelas sebagai bentuk tindakan yang nyata. Pelaksanaan tindakan dilakukan sesuai dengan rencana pelaksanaan

pembelajaran agar memperoleh hasil yang maksimal sesuai yang diharapkan sebelumnya. c. Observasi Peneliti melakukan pengamatan kembali dari tindakan yang telah diberikan selama kegiatan belajar berlangsung. Observasi yang terakhir adalah sangat menentukan hasil penelitian, sehingga peneliti harus teliti dan jeli dalam mengamati perkembangan di kelas. c. Refleksi Peneliti mencatat hasil Observasi untuk mengetahui hasil tindakan yang telah diterapkan. Peneliti merefleksi hasil dan

58

menyimpulkan mulai dari siklus I, siklus II dan kemudian siklus III sehingga dapat diketahui bahwa ada peningkatan dalam prestasi belajar siswa.

59

You might also like