You are on page 1of 4

GAMBAR 8-30 > Inversi kaki Letakkan jari tangan yang lain pada jari kaki klien, kemudian

n tekuk jari kaki tersebut ke arah bawah ( Gambar 8-31)

GAMBAR 8-31 > Fleksi jari kaki Ekstensi jari kaki (RPS : 35-60 derajat) Letakkan satu tangan pada lengkung kaki. Letakkan jari tangan yang lain di bawah jari kaki klien, kemudian tekuk jari kaki tersebut ke arah atas (Gambar 8-32). Abduksi jari kaki (RPS : 0-15 derajat) Regangkan jari kaki Adduksi jari kaki (RPS : 0-15 derajat) Rapatkan jari kaki

17. Pindah ke sisi tempat tidur yang lain dan ulangi latihan ini untuk kaki dan tangan di sisi tersebut. GAMBAR 8-32 > Ekstensi jari kaki Variasi : Gerakan Hiperekstensi Atur klien pada posisi prone atau posisi lateral di sisi tempat tidur yang paling dekat dengan anda, namun klien membelakangi anda. Hiperekstensi bahu. Letakkan satu tangan pada bahu agar bahu tersebut tidak terangkat dari tempat tidur dan tangan yang lain diletakkan di bawah siku. Tarik lengan atas ke atas dan ke belakang ( Gambar 8-33 ).

GAMBAR 8-33 > Hiperekstensi bahu Hiperekstensi pinggul Letakkan salah satu tangan pada pinggul agar pinggul tersebut tidak terangkat dari tempat tidur. Tangan dan lengan anda yang lain memegang tungkai yang bawah seperti memegang bayi pada lengan bawah dan menutup sendi lutut dengan tangan yang dibentuk seperti mangkuk. Gerakan tungkai ke belakang dari sendi pinggul ( Gambar 8-34 ).

GAMBAR 8-34 > Hiperekstensi pinggul Hiperekstensi leher. Angkat bantal. Wajah klien menghadap ke bawah, letakkan satu tangan pada dahi dan tangan lainnya pada bagian belakang tengkorak. Gerakkan kepala ke arah belakang ( Gambar 8-35 ) Hindari melakukan hiperekstensi leher pada klien lansia yang imobilisasi, karena gerakan ini dapat menyebabkan kerusakan saraf yang menyakitkan.

GAMBAR 8-35 > Hiperekstensi leher

18. Dokumentasikan Tipe latihan RPS (misal aktif, pasif, dan aktif asistif) Latihan sendi dan derajat gerakan sendi tersebut Durasi latihan Tingkat toleransi klien terhadap aktivitas Hal-hal lain yang abnormal KONDISI RAWAT JALAN DAN KOMUNITAS Rentang Pergerakan Sendi Ajarkan pemberi asuhan klien tentang : Tujuan dan pentingnya melakukan latihan RPS di rumah Melakukan latihan minimal dua kali sehari Cara menggunakan mekanika tubuh yang baik untuk menghindari terjadinya ketegangan otot pada saat melakukan latihan PERTIMBANGAN SESUAI USIA Rentang Pergerakan Sendi Lansia Hindari hiperekstensi sendi pada klien lansia. Gerakan tersebut dapat menyebabkan rasa nyeri atau kerusakan saraf karena sendi menjadi kurang fleksibel seiring usia. Lakukan gerakan secara perlahan-lahan dan kaji adanya nyeri saat bekerja bersama lansia, terutama pada lansia yang memiliki artritis. Perubahan karena artritis dapat menyebabkan kontraktur dan pembengkakan sendi yang nyeri. Kaji adanya kerusakan kulit atau area kulit yang kemerahan selama pelaksanaan prosedur RPS. Klien lansia beresiko mengalami kerusakan kulit karena berkurangnya lemak subcutan dan bertambahnya penipisan kulit.

EVALUASI Hubungkan data RPS saat ini dengan data RPS awal: Apakah ada pola peningkatan? Tentukan denyut nadi dan daya tahan klien ketika melakukan latihan. Apakah klien mengalami kemajuan dari latihan pasif ke latihan aktif? Jika ada kemajuan, mintalah klien untuk mendemonstrasikan latihan aktif. Observasi UAP ketika melakukan latihan RPS pasif. Berikan umpan balik yang sesuai. Laporkan perubahan yang terlihat atau tidak diharapkan (misal, klien menolak melakukan latihan RPS, nyeri, kemerahan, pembengkakan pada sendi, rigiditas, kontraktur) kepada dokter. ALAT GERAK PASIF KONTINU (CONTINOUS PASSIVE MOTION DEVICES) Gerak pasif kontinu (GPK) merupakan metode perawatan pasca operasi yang digunakan untuk meningkatkan pemulihan setelah pembedahan sendi. Alat GPK tersedia untuk bahu, siku, pergelangan tangan, tangan, lutut, pergelangan kaki, dan jari kaki. Alat GPK paling sering digunakan oleh klien yang menjalani penggantian lutut secara total.

Setelah pembedahan sendi yang luas, gerakan sendi biasanya menyebabkan nyeri pada kebanyakan klien sehingga mereka tidak mau menggerakkan sendi. Akan tetapi, mesin GPK menggerakkan sendi secara pasif dan otot klien tidak berkontraksi secara aktif. Sebagai hasilnya, klien akan mengalami pengurangan edema dan nyeri, mempertahankan RPS, dan diharapkan akan mempercepat waktu pemulihan. Karena gerakan diberikan secara mekanis dan pasif, tidak akan ada faktor keletihan. Mesin akan melakukan fleksi dan ekstensi ekstrimitas secara kontinu biasanya 12-14 jam sehari. Selain untuk pascaoperasi di rumah sakit, mesin GPK juga digunakan di tempat rawat jalan dan di rumah. Mesin GPK terdiri dari dasar bermotor dengan permukaan anti selip dan pengayun (cradle) yang menggerakkan ekstrimitas sesuai gerakan RPS yang telah ditetapkan. Alat kontrol (gambar 8-36) memberikan akses bagi klien atau operator untuk menhidupkan atau mematikan mesin. Tiga tombol kontrol mengatur derajat fleksi sendi, ekstensi sendi, dan kecepatan gerakan yang diprogramkan oleh dokter. Teknik 8-2 menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan saat menggunakan alat GPK pada lutut. GAMBAR 8-36 > Alat kontrol GPK PROSES KEPERAWATAN: ALAT GERAK PASIF KONTINU (GPK) PENGKAJIAN Kaji adanya keluhan ketidaknyamanan klien. Kaji tampilan sendi klien (misal, ukuran dan warna, karakter, dan jumlah drainase). Tentukan data dasar RPS klien. Kaji kemampuan dan keinginan klien untuk belajar dan menggunakan alat GPK. Periksa tanggal uji keamanan. Perhatikan tanggal saat mesin diuji keamanan listriknya dan pastikan tanggal uji sesuai dengan pedoman yang terdapat pada institusi.

PERENCANAAN Pendelegasian Aplikasi awal dan pengaturan alat GPK tidak boleh didelegasikan kepada UAP karena memerlukan pengetahuan ilmiah dan pengetahuan keperawatan serta kemungkinan pemecahan masalah. Akan tetapi, UAP dapat membantu klien melakukan ADL (misal, mandi) ketika alat GPK digunakan. Perawat perlu berdiskusi dengan UAP tentang hasil observasi yang harus perlu dilaporkan kepada perawat (misal, keluhan klien tentang peningkatan rasa nyeri, pembengkakan, dan atau kerusakan kulit). IMPLEMENTASI: TEKNIK 8-2 MENGGUNAKAN ALAT GERAK PASIF KONTINU Perlengkapan Alat GPK Bantalan untuk cradle

Sabuk restrein Goniometer (alat ukur sudut)

Persiapan Periksa program dokter dan protokol institusi. Tentukan derajat fleksi, ekstensi, dan kecepatan seperti yang diprogramkan awal. Periksa protokol institusi dan program dokter tentang peningkatan derajat dan kecepatan untuk perawatan berikutnya. Pelaksanaan 1. Jelaskan kepada klien apa yang akan anda lakukan, mengapa hal tersebut perlu dilakukan, dan bagaimana klien dapat bekerja sama. Diskusikan bagaimana hasilnya akan digunakan untuk merencanakan perwatan selanjutnya. Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi lain yang sesuai. Berikan privasi klien. Atur mesin Letakkan mesin diatas tempat tidur. Ganti kasur egg crate jika diindikasikan. Untuk mendapatkan permukaan yang stabil. Hubungkan kotak kontrol dengan mesin GPK. Atur derajat yang dianjurkan untuk fleksi, ekstensi, dan kecepatan. Sebagian besar klien pascaoperasi memulai fleksi 10-45 derajat dan ekstensi 0-10 derajat. Atur kontrol kecepatan dari tingkat rendah sampai sedang untuk hari pertama pascaoperasi, dan kemudian tingkatkan kecepatan sesuai program dan toleransi klien. Tempatkan bantalan pada cradle GPK. Jalankan mesin hingga 1 siklus penuh. Hal ini dilakukan untuk memeriksa apakah mesin berfungsi dengan baik. Hentikan mesin pada saat ekstensi penuh. Atur posisi klien dan tempatkan tungkai klien pada mesin. Atur klien pada posisi supine dengan kepala tempat tidur agak elevasi. Sanggah tungkai dan, dengan bantuan klien, angkat tungkai dan tempatkan pada cradle yang berbantalan. Sesuaikan alat dengan ekstrimitas klien. Panjangkan atau pendekkan bagian rangka tertentu sehingga mesin sesuai untuk klien.

2. 3. 4.

5.

6.

You might also like