You are on page 1of 5

Blog Redaksi Donatur Profil Penerbit Cara Kirim Artikel Kemitraan Pembaca Menulis

Menggagas Revisi UU Nomor 30 Tahun 1999 (Bagian I) Perjanjian Internasional dalam Sistem UUD 1945 (Bagian III)

Penataan Ruang dalam Pengelolaan Hutan Lindung


Diterbitkan Desember 18, 2008 Artikel Dosen Ditutup Tag:penataan ruang, pengelolaan hutan lindung, Siti Kotijah

Oleh Siti Kotijah

Pengelolaan sumber daya hutan melibatkan dua atau lebih ekosistem sumber daya hutan dan kegiatan pemanfaatan dalam pembangunan secara terpadu dan terintergrasi Kegiatan ekspoitasi dan eksplorasi untuk pertambangan pada sektor kehutanan harus terpadu dan lestari, karena memerlukan sistem penataan ruang yang integrasi bagian wilayah yang satu dengan lainnya, memadukan antara pendekatan administrasi dan ekologi. Penataan ruang sebagai suatu sistem perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan antara yang satu dengan lainnya. Hal ini harus dilakukan sesuai dengan kaidah penataan ruang. Sehingga, pertama, dapat mewujudkan pemanfaatan ruang yang berhasil guna dan berdaya guna serta mampu mendukung pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan. Kedua, tidak terjadi pemborosan pemanfaatan ruang. Ketiga, tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas ruang. Penataan kawasan hutan, menurut pasal 5 ayat (2) UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, disebutkan bahwa:Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budi daya. Dengan demikian, penataan ruang ini mengacu pada fungsi utama kawasan. Antara lain meliputi komponen dalam penataan ruang yang berdasar pada wilayah adminitrasi, kegiatan kawasan, maupun dalam nilai strategis kawasan. Selanjutnya pada pasal 20 ayat (2), menetapkan rencana pola ruang wilayah nasional yang meliputi kawasan lindung nasional dan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional. Untuk penataan kawasan lindung terdiri atas : a) kawasan yang memberikan perlindungan kawasan dibawahnya; b) kawaaan perlindungan setempat ; c) kawasan suaka alam dan cagar alam; d) kawasan rawan bencana; dan e) kawasan hutan lindung

UU Nomor 26 Tahun 2007, sebenarnya telah mengatur kawasan lindung dan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional dalam pemanfaatan sumber daya hutan. Kawasan hutan lindung merupakan kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai pengatur sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah (pasal 1 angka 8 UU Nomor. 41 Tahun 1999 jo UU Nomor 19 Tahun 2004). Berdasarkan kepentingan hutan lindung tersebut, maka penetapan penatagunaan kawasan hutan lindung secara yuridis formal diatur dalam ketentuan pasal 8 Keputusan Presiden Nomor.32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung, dan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 837/Kpts/UM/II/1980 tentang Kreteria dan Tata Guna Penetapan Hutan Lindung, diberlakukan pada tanggal 24 November 1980. Pasal 8 Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990, menyatakan bahwa kriteria hutan lindung adalah :

1. kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah hujan yang melebihi nilai
skor 175, dan/atau;

2. kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40% atau lebih dan.atau; 3. kawasa hutan yang mempunyai ketinggihan di atas permukaaan laut 2000 meter atau lebih.
Pengelolaan untuk hutan diatur dalam pasal 1 UU Nomor.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan jo UU Nomor. 19 Tahun 2004 tentang Peraturan Pemerintah Pengganti UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas UU Nomor. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Pengelolaan hutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (2) huruf (b), meliputi a. tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan; b. pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan; c. rehabilitasi dan reklamasi hutan, dan; d. perlindungan hutan dan konservasi alam. Kemudian dalam peraturan pelaksanaan UU tersebut, pada Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 jo Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaan Hutan, dinyatakan bahwa tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan serta pemanfaatan hutan merupakan bagian dari pengelolaan hutan ; Seluruh kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari 3 (tiga) fungsi pokok hutan yaitu:

a. hutan konservasi; b. hutan lindung; dan c. hutan produksi


Dengan demikian, dalam UU Nomor.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan jo UU Nomor. 19 Tahun 2004, telah mengatur penggunaan dan pemanfaatan hutan sesuai dengan fungsi pokok hutan. Ke depan perlu adanya harmonisasi aturan yang jelas antara UU yang ada. Jangan tumpang tindih aturan yang menimbulkan konflik norma. Tentang penulis: Siti Kotijah SH, dosen Fakultas Hukum Universitas Mulawarman Samarinda, peserta Program Magister Ilmu Hukum Universitas Airlangga. Kontak person: 081 347 216635. Email: fafa_law@yahoo.com

Suka Be the first to like this post.

ISSN 1979-9373

Online Perdana 1 April 2008 Terbit Senin dan Kamis Pemimpin Redaksi

Slamet Hariyanto Redaktur

Sherly Citra Logaritma

Indeks Artikel Indeks Penulis Pustaka Hukum

KATEGORI
Advokat, Konsultan Hukum Dosen

Mahasiswa Pegiat LSM Pengamat Surat Buat Para Gubernur

WEB LINKS
Situs Slamet Hariyanto Suara Guru Fakultas Hukum LSM Lembaga Negara Ormas Partai Politik Pemerintah Propinsi Produk Hukum

ARSIP KLIK TERTINGGI


undip.ac.id gagasanhukum.files.wordpr unair.ac.id brawijaya.ac.id fafa_law@yahoo.com uns.ac.id jawatengah.go.id issn.pdii.lipi.go.id/issn ugm.ac.id ui.ac.id

KOMENTAR TERBARU

Yasmi Adriansyah pada Pembaca Menulis aNa.alfatiya pada Surat Buat Gubernur Riau Dodik Puji Basuki pada Pembaca Menulis rahimbinlasupu pada Surat Buat Gubernur Sulawesi Selatan Nur Rohman Azis pada Surat Buat Gubernur DI Jogjakarta

STATISTIK PENGUNJUNG

You might also like