You are on page 1of 14

UJIAN TENGAH SEMESTER

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Al-islam II

Oleh Euis Encar NIM : 41032151 11 1016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG 2012

1.

Sebutkan sepuluh macam yang akhlak terpuji dan akhlak tercela? Jelaskan! Jawab: Akhlak Terpuji (al-mahmudah) atau akhlak al-karimah artinya sikap dan sifat yang mulia atau terpuji, yang terkadang disebut dengan budi pekerti yang luhur. Akhlak Tercela (al-mazmumah)adalah suatu perbuatan yang tidak sesuai dengan hati nurani dan norma-norma serta aturan yang telah Allah tetapkan. Yakni bertentangan dengan Al-Quran wa Sunnah. Macam-macam Akhlak Terpuji 1. Sabar Secara terminologi, sabar adalah menahan diri untuk melakukan keinginan dan meninggalkan larangan Allah swt, sabar juga berarti sikaf tegar dan kukuh dalam menjalankan ajaran Islam ketika muncul dorongan nafsu, ketegaran yang dibangun diatas landasan Al-Quran dan As-sunnah. Sabar dapat juga berarti puncak sesuatu, orang yang memiliki kesabaran, akan sampai pada puncak kemuliaan. Allah SWT telah memuji orang-orang yang bersabar dan menyebutkan mereka dalam firman-Nya :

Artinya: Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (QS. Az-Zumar : 10). 2. Syukur Definisi ini ditulis oleh Ibnu Quddamah dalam bukunya minhajul qashidin. Bersyukur pada tataran menjadi pribadi unggul berlaku pada dua keadaan yaitu sebagai tanda kerendahan hati terhadap segala nikmat yang diberikan oleh Sang Pencipta adalah sama, baik sedikit atau banyak dan sebagai ketetapan daripada Allah, supaya kebajikan senantiasa dibalas dengan kebajikan. Allah SWT berfirman:

Artinya: Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni'mat)-Ku. (QS. Al-Baqarah : 152) 3. Ikhlas Ikhlas sesungguhnya berarti segala perbuatan kita di dunia ini seharusnya kita niatkan betul-betul Karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Allah SWT berfirman:

Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus (1596), dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah : 5) 4. Takut Kepada Allah Takut kepada Allah adalah takut kepada murka, siksa dan azab-Nya. Ada banyak ayat yang membicarakan tentang takut kepada Allah dan perintah Allah kepada kita untuk memilih sifat tersebut, satu diataranya ayat itu adalah firman Allah SWT:

Artinya: (yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan. (QS. Al-Ahzab : 39) 5. Mengharap rahmat Allah Ar-roja adalah berbaik sangka kepada Allah. Di antara tanda berbaik sangka kepada Allah adalah mengharapkan rahmat, jalan keluar, ampunan, dan pertolongan dari-Nya. Allah Swt. Allah SWT berfirman:

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah : 218) 6. Ridho Ridho adalah sikap menerima segala takdir/ketetapan dari Allah SWT dengan senang hati. Ciri orang yang ridho kepada keputusan Allah adalah tidak pernah berkeluh-kesah saat ditimpa musibah, dan tidak menyesali nasibnya sekalipun kurang beruntung. Tentu saja yang dimaksud rela di sini bukan menyerah begitu saja, melainkan wajib berusaha semaksimal mungkin memperbaiki nasib dengan menempuh cara yang dibenarkan agama. Allah SWT berfirman:

Artinya: Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buahbuahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun (QS. AlBaqarah : 155-156) 7. Zuhud (tidak terpancang dunia) Zuhud adalah meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat di akhirat. Hakikat zuhud yang ada di dalam hati adalah dengan mengeluarkan kecintaan dan semangat terhadap dunia dari hati seorang hamba, sehingga jadilah dunia itu hanya di tangannya sedangkan kecintaan Allah dan negeri akhirat ada di dalam hatinya. Allah SWT berfirman:

Artinya: Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegahmegah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Al-Hadiid : 20) 8. Taqwa Taqwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja. Adapun arti lain dari taqwa adalah: Melaksanakan segala perintah Allah Menjauhkan diri dari segala yang dilarang Allah (haram) Ridho (menerima dan ikhlas) dengan hukum-hukum dan ketentuan Allah

Allah SWT berfirman:

Artinya: Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orangorang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang

mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan. (QS. Ali Imran : 186) 9. Qona'ah(merasa cukup) Sikap qanaah didefinisikan sebagai sikap merasa cukup, ridha atau puas atas karunia dan rezeki yang diberikan Allah SWT Qanaah ialah kepuasan hati dengan rezeki yang ditentukan Allah. Rasulullah SAW bersabda: " Abdullah bin Amru r.a. berkata : Bersabda Rasulullah SAW, sesungguhnya beruntung orang yang masuk Islam dan rizqinya cukup dan merasa cukup dengan apa-apa yang telah Allah berikan kepadanya. (H.R.Muslim) 10. Jujur Jujur bermakna keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada. Jadi, kalau suatu berita sesuai dengan keadaan yang ada, maka dikatakan benar/jujur. Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagaimana seorang yang melakukan suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yang ada pada batinnya. Allah SWT berfirman:

Artinya: Ini adalah suatu hari yang bermanfa'at bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selamalamanya; Allah ridha terhadapNya. Itulah keberuntungan yang paling besar." (QS. Al-Maidah : 119) Macam-macam Akhlak Tercela 1. Dengki Menurut Imam Ghozali, dengki adalah membenci kenikmatan yang Allah berikan kepada orang lain dan berharap kenikmatan tersebut hilang dari pemiliknya. Kebencian tersebut timbul karena kecintaan pada dunia (hubb ad-dunya). Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:

Artinya: Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya). (QS. An-Naazi'aat : 37-41) 2. Tamak Orang yang tidak puas dengan yang sedikit niscaya tidak akan puas dengan yang banyak kerana dunia ini ibarat meminum air laut walau berapa banyak yg diminum tetap tak abis juga. Dikatakan harta atau rezeki kita bila ia dipakai atau digunakan oleh kita. Selagi tidak diguna ia itu disimpan, itu belum boleh dikatakan rezeki kita. (mungkin ada hak orang lain di situ). Rezeki itu sedikit tetapi mendapat keberkatan iaitu dapat dimanfaatkan 3. Curang Curang pada dasarnya hilangnya kejujuran dan ketulusan seseorang demi mencapai kelebihan kebutuhan materiil atau demi tercapainya kebutuhan-kebutuhan jangka pendek. Allah SWT berfirman: Artinya: Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (QS. AlMuthaffif : 1) 4. Egois Egois adalah tidak memperhatikan kepentingan orang lain. Manusia sebagai makhluk pribadi dan sekaligus makhluk sosial. Allah SWT berfirman:

Artinya: Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal. (QS. Al-Isra : 29) 5. Marah Marah adalah keputusan yang di ambil tanpa adanya pemahaman yang kurang cukup,hasil dari ketidak puasan atau kecewa di saat kenyataan menunjuk kepadanya. 6. Berbuat Aniaya

Dzalim atau aniaya adalah lawannya dari adil. Orang yang aniaya baik terhadap dirinya maupun terhadap orang lain, akan menimbulkan perbuatan fasik, karena ia tidak mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya, yang akhirnya dapat menimbulkan kehancuran. Allah SWT berfirman:

Artinya: Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu dari langit, karena mereka berbuat fasik. (QS. Al-Baqarah : 59) 7. Menggunjing Menggunjing adalah mengatakan keadaan orang lain dibelakangnya dengan celaan kepada orang-orang yang ada dimukanya, dengan tujuan untuk menjatuhkan nama orang tersebut atau tujuan lain, meskipun memang sebenarnya keburukan itu ada pada orang yang digunjingnya. Bila tidak ada, hal itu merupakan fitnah. Allah SWT berfirman:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purbasangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada

Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.(Al-Hujuraat : 12) 8. Sombong Sombong adalah perasaan menganggap diri lebih (lebih baik, lebih istimewa, lebih cerdas, lebih kaya, lebih tampan, lebih cantik, dsb.) atas orang lain, dan memandang orang lain lebih rendah dan lebih hina. Allah SWT berfirman:

Artinya: Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. Luqman : 18) 9. Pengecut Orang pengecut penuh dengan rasa takut, yang menyebabkan dirinya menjadi hina, sebab sudah mundur sebelum dicoba, tidak berani berjalan untuk mendapatkan kemenangan. Ia selalu iri terhadap keuntungan atau hasil yang dicapai orang lain. Allah SWT berfirman:

Artinya: Dan sesungguhnya di antara kamu ada orang yang sangat berlambat-lambat (ke medan pertempuran) [315]. Maka jika kamu ditimpa musibah ia berkata : "Sesungguhnya Tuhan telah menganugerahkan ni'mat kepada saya karena saya tidak ikut berperang bersama mereka. (QS. An-Nisa : 72) 10. Khianat Khianat, yaitu tidak menempati janji. Khianat ini lawan dari amanat, apabila amanat dapat melapangkan rezeki, maka khianat akan dapat menimbulkan kefakiran. Sifat khianat ini seringkali tidak nampak, sehingga kadang-kadang ada orang yang membela orang yang khianat karena ia tidak mengetahuinya. Allah SWT berfirman:

Artinya: Dan janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang yang mengkhianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang selalu berkhianat lagi bergelimang dosa.(QS.An-Nisa : 107) 2. Bagaimana cara membentuk dan membangun karakter generasi muslim yang islami Jawab: a. Salimul Aqidah (Aqidah yang bersih) Salimul aqidah merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah SWT. Dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah. Sebagaimana firman Allah SWT

Artinya: Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (QS. AlAnam : 162) b. Shahihul Ibadah (ibadah yang benar) Shahihul ibadah merupakan salah satu perintah Rasulullah SAW yang penting. Dalam satu haditsnya, beliau bersabda: Shalatlah kamu sebagaimana melihat aku shalat. Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul SAW yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.

c. Matinul Khuluq (akhlak yang kokoh) Matinul khuluq merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah SWT maupun dengan makhluk-makhlukNya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Rasulullah SAW diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah SWT di dalam Al Quran. Allah berfirman:

Artinya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. Al-Qalam : 4) d. Qowiyyul Jismi (kekuatan jasmani). Qowiyyul jismi merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya. Karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk hal yang penting, maka Rasulullah SAW bersabda yang artinya: Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah. (HR. Muslim) e. Mutsaqqoful Fikri (intelek dalam berfikir). Mutsaqqoful fikri merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang juga penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas). Al Quran juga banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berfikir, misalnya firman Allah surat Al-Baqarah ayat 219:

Artinya:Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfa'atnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " Yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfiki. (QS. Al-Baqarah : 219) f. Mujahadatul Linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu) Mujahadatul linafsihi merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan. Kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam) (HR. Hakim) g. Harishun Ala Waqtihi (pandai menjaga waktu) Harishun ala waqtihi merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan RasulNya. Allah SWT banyak bersumpah di dalam Al Quran dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal ashri, wallaili dan seterusnya. Allah SWT memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi.

Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk pandai mengelola waktunya dengan baik sehingga waktu berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi SAW adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum datang sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin. h. Munazhzhamun fi Syuunihi (teratur dalam suatu urusan) Munazhzhamun fi syuunihi termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al Quran maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya. Dengan kata lain, suatu urusan mesti dikerjakan secara profesional. Apapun yang dikerjakan, profesionalisme selalu diperhatikan. Bersungguhsungguh, bersemangat, berkorban, berkelanjutan dan berbasis ilmu pengetahuan merupakan hal-hal yang mesti mendapat perhatian serius dalam penunaian tugas-tugas. i. Qodirun Alal Kasbi (memiliki kemampuan usaha sendiri/mandiri) Qodirun alal kasbi merupakan ciri lain yang harus ada pada diri seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena, pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan ibadah haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al Quran maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi. Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik. Keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah SWT. Rezeki yang telah Allah sediakan harus diambil dan untuk mengambilnya diperlukan skill atau ketrampilan.

j. Nafiun Lighoirihi (bermanfaat bagi orang lain) Nafiun lighoirihi merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaan. Jangan sampai keberadaan seorang muslim tidak menggenapkan dan ketiadaannya tidak mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berfikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dan mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan ini, Rasulullah SAW bersabda yang artinya: Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Qudhy dari Jabir).

You might also like