You are on page 1of 6

I.

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Perairan Indonesia yang terletak didaerah khatulistiwa, beriklim tropis

ternyata membawa konsekuensi kaya akan jenis-jenis maupun potensi sumberdaya perikanan. Banyaknya jenis-jenis udang dan biota laut lainnya tersebut akan membawa pengaruh terhadap cara-cara pengusahaannya terutama dalam penggunaan alat tangkap dan teknologi penangkapannya. Indonesia memiliki banyak jenis alat penangkap baik untuk ikan, udang maupun biota laut lainnya. Kehadiran alat penangkapan tersebut untuk daerah perikanan tidak terjadi secara bersamaan, tetapi memakan waktu yang lama, bahkan ratusan tahun dan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan, perkembangan usaha perikanan dan menurut komoditi yang diperlukan (Damayantie, 2005). Salah satu sarana penangkapan ikan adalah alat tangkap. Jenis alat tangkap di Indonesia beraneka ragam yang disesuaikan dengan karekteristik daerah penangkapan ikan (DPI). Bahan dasar alat tangkap yang biasa digunakan untuk alat tangkap adalah serat alami dan serat sintesis. Negara-negara produsen serat sintesis yang memegang peranan penting dalam perkembangan teknik pabrikasi dan penemuan material sintesis baru adalah USA, Jepang, Belanda, Inggris dan Perancis. Serat sintesis yang biasa digunakan sebagai bahan alat tangkap adalah polyamide, polyester,

polyethylene, polyprophylene, polyvinyl dan dyneema. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam operasi penangkapan ikan adalah persediaan alat tangkap. Teknologi alat-alat penangkapan ikan, juga materialnya telah mengalami perkembangan dan menjadi penting dengan meningkatnya kegiatan dan usaha manusia didalam memajukan industri perikanan (Damayantie, 2005). Keberhasilan suatu operasi penangkapan ikan tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya ikan dan keterampilan nelayan yang mengoperasikan alat tangkap, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh bahan pembentuk alat tangkap. Bahan utama pembentuk alat penangkapan ikan terbuat dari serat alami maupun serat buatan. Dari kedua serat tersebut, nelayan cenderung memilih alat tangkap yang terbuat dari serat buatan untuk membentuk alat tangkapnya. Alasannya adalah alat penangkap ikan yang terbuat dari serat buatan memiliki sifat yang lebih menguntungkan dari serat alami, seperti lebih tahan lama, tidak mudah busuk dan sedikit menyerap air (Verianola, 2003). Menurut Subani dan Barus (1989), adanya perbedaan sumberdaya ikan, kondisi oseanografi dan topografi dasar perairan membawa dampak terhadap cara-cara penangkapan ikan terutama dalam penggunaan alat tangkap dan teknologi penangkapannya. Pemilihan alat tangkap dan teknologi

penangkapan harus disesuaikan dengan jenis ikan yang menjadi sasaran penangkapan, tingkah laku ikan dan sifat-sifat dari ikan. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan, meskipun diakui bahwa sebagian dari jenis biota lain yang tidak termasuk sasaran, kadangkala ikut tertangkap secara

kebetulan. Disamping hal-hal tersebut di atas keberhasilan suatu penangkapan ikan juga harus diimbangi dengan pemilihan bahan dan material yang sesuai. Pemilihan bahan untuk suatu alat tangkap harus disesuaikan dengan jenis alat tangkap, jenis ikan sasaran, cara operasi penangkapan, dan syarat-syarat lain yang telah ditentukan. Hampir semua alat tangkap saat ini terbuat dari serat sintesis. Pemilihan serat sintesis yang akan digunakan sebagai bahan alat tangkap disesuaikan dengan tujuan penggunaan alat tangkap tersebut. Salah satu jenis serat sintesis yaitu polyamide (PA). PA terdapat 2 jenis yaitu monofilamen dan multifilamen. PA monofilamen biasanya digunakan pada alat tangkap gill net, trammel net, long line, pole & line, dan handline. Alat tangkap handline membutuhkan serat yang memiliki ketahanan putus dan kemuluran tinggi, maka menggunakan bahan PA monofilamen. Material dari alat tangkap ikan sehubungan dengan pemakaiannya secara praktis menghendaki persyaratan tertentu. Maka perlulah untuk mengetahui apa saja yang menjadi sifat-sifat material tersebut. Sifat ini akan berbeda untuk berbagai macam atau jenis material. Setiap material akan memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri dibandingkan dengan jenis material yang lain (Murdiyanto, 1975). Penggunaan serat PA pada alat tangkap tertentu adalah hampir diseluruh bagian alat tangkap. Menurut Murdiyanto (1975),serat PA adalah yang paling cocok atau umum untuk pembuatan berbagai macam alat tangkap ikan. Hal ini karena PA lebih lentur dan lebih mulur daripada serat lainnya. Setiap benang dengan diameter sama dan merek yang berbeda-beda,

apakah Elongation dan Breaking strength dapat mempengaruhi harga yang beredar di pasaran. Dengan fenomena tersebut maka peneliti tertarik untuk menganalisa harga benang PA berdiameter 0,50 mm terhadap Breaking strength dan Elongation pada merek yang berbeda. Selain itu juga mengetahui bagaimana cara pengujian pada benang tersebut dilakukan.

1.2

Permasalahan Usaha penangkapan ikan sangat ditentukan oleh ketetapan dalam

membuat design kontruksi, pemilihan bahan, cara pengoperasian, metode penangkapan dan ketepatan dalam penentuan fishing ground. Sedangkan standar efisiensi usaha penangkapan tidak cukup hanya dengan menitik beratkan pada metode dan teknologi penangkapan saja, tetapi perlu juga diperhatikan bahan dari alat yang digunakan. Untuk setiap alat tangkap membutuhkan karakteristik bahan dan ukuran bahan yang berbeda-beda. Perbedaan ini didasarkan atas fungsi pada masing-masing bagian dari alat tersebut. Adanya perbedaan beban kerja dan fungsi pada masing-masing bagian alat tangkap mengharuskan nelayan untuk teliti memilih dan menentukan jenis bahan yang akan digunakan. Nelayan juga harus memperhatikan harga dari bahan alat tersebut, sehingga tidak akan merugikan bagi nelayan.

1.3

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui pengaruh merek terhadap Breaking strength benang

Alat Tangkap Ikan Jenis bahan: Polyamide (PA) Polyamide 0,50 mm. 2. Mengetahui pengaruh merek terhadap Elongation at break benang Polyamide 0,50 mm. 3. Mengetahui proses pengujian alat Breaking strength dan Elongation benang Polyamide 0,50 mm. 4. Mengetahui sesuai atau tidaknya kualitas benang Polyamide 0,50 mm dengan harga. INPUT

1.4

Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi masyarakat yang membutuhkan khususnya nelayan. 2. Sebagai perbandingan pengetahuan yang didapat dengan

kenyataan yang ada di lapangan sehingga mampu memberikan informasi bagi perkembangan alat penangkapan.

1.5

Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Pengembangan Penangkapan

Ikan (BBPPI) Semarang pada bulan Januari-Februari 2011.

Gambar 1. Skema Pendekatan Masalah Merek benang: Perlakuan: Damyl Basah Ikan Mas Kering Ikan Paus AN BALIK

PROSES Pengujian Laboratorium: Breaking strength Elongation at break

Analisis Data: Kruskal-Wallis ANOVA Kesimpulan

Rekomendasi

OUTPUT

You might also like