You are on page 1of 89

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Awal Penelitian Data awal penelitian dijadikan acuan dalam penelitian ini yaitu pembelajaran dan nilai Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran keterampilan menulis karangan narasi dan hasil pengamatan selama mengajar di kelas IV SD Negeri 1 Kayuambon, Lembang masih rendah berdasarkan acuan pada KKM mata pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu 6,5. Untuk mengukur sejauh mana keterampilan menulis karangan narasi di kelas IV SD Negeri 1 Kayuambon, maka peneliti mengadakan observasi awal atau studi pendahuluan. Studi pendahuluan dilakukan sebagai kegiatan awal untuk mengetahui kondisi awal yang akan dijadikan bahan untuk merencanakan tindakan. Pada saat melakukan studi pendahuluan, peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas IV SD Negeri 1 Kayuambon. Wawancara dilakukan secara non formal kepada guru kelas IV SD Negeri 1 Kayuambon. Peneliti melakukan wawancara seputar pembelajaran Bahasa Indonesia dengan guru kelas IV, yaitu Ibu Cicih Suryati, S.Pd. Peneliti menanyakan masalah yang sering dihadapi oleh siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya materi menulis karangan narasi. Guru kelas IV tersebut mengatakan bahwa siswa memiliki minat yang rendah terhadap pembelajaran menulis karangan narasi, itu berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam menuangkan gagasan atau imajinasinya ke dalam tulisan. Berdasarkan hasil observasi awal

76

77

dengan mitra peneliti, buku sumber yang dipergunakan, yaitu buku paket Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Kelas IV SD/MI, Pusat Perbukuan, Depdiknas. Pembelajaran berlangsung sesuai materi yang terdapat dalam buku paket tersebut. Setelah itu, siswa mengerjakan latihan yang terdapat dalam buku paket yang sama. Selama siswa mengerjakan tugas atau latihan, guru kurang memeriksa aktivitas siswa selama proses kegiatan tersebut berlangsung, guru pun tidak pernah melakukan feed back mengenai kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengerjakan tugas. Guru hanya membahasnya secara sepintas karena terbatasnya waktu dan banyaknya materi yang harus disampaikan. Dalam satu pertemuan terkadang guru harus menyampaikan dua materi agar semua materi dapat tersampaikan kepada siswa sehingga guru jarang memberikan motivasi kepada siswa untuk mengajukan pendapat dan melakukan refleksi terhadap materi yang telah diberikan. Variasi pembelajaran pun masih kurang dilakukan, baik dalam

penggunaan metode maupun penggunaan media. Metode yang sering digunakan, yaitu metode ceramah dan penugasan. Pembelajaran yang terkesan monoton ini membuat siswa jenuh. Dalam pembelajaran menulis karangan narasi, guru bersangkutan pun belum pernah menggunakan media apa pun. Evaluasi pembelajaran lebih menitik beratkan pada hasil belajar siswa saja, sedangkan penilaian terhadap proses belajar selama kegiatan belajar mengajar berlangsung tidak pernah dilakukan. Oleh karena itu, guru menyambut baik alternatif pemecahan masalah yang diajukan peneliti berkaitan dengan

78

peningkatan keterampilan menulis karangan narasi. Alternatif pemecahan masalah tersebut berupa upaya peningkatan keterampilan menulis karangan narasi melalui pendekatan kontekstual. Kaitan antara pembelajaran menulis dengan pendekatan ini adalah terdapat pada langkah pembelajarannya. Langkah yang pertama yang dilakukan oleh guru adalah memberikan contoh sebuah karangan narasi dengan membawa siswa ke alam terbuka, atau mengingat suatu peristiwa yang menjadi pengalaman mereka, atau berdasarkan hasil wawancara sesama teman sebaya dijadikan inspirasi untuk menuangkan gagasan, diharapkan siswa mampu mengembangkan sebuah paragraf karena mereka mengalami sendiri apa yang akan ditulis ke dalam sebuah karangan narasi .

B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian 1. a. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus I Perencanaan Tindakan I Berdasarkan data awal yang diperoleh peneliti melalui kegiatan wawancara; wawancara ini dilakukan pada wali kelas IV yaitu Ibu Cicih Suryati, S.Pd. dan beberapa orang siswa. Selain itu, data pun dilakukan melalui kegiatan observasi dari pembelajaran menulis karangan yang pernah dilakukan di kelas IV selama peneliti berada di lingkungan penelitian. Hasil pembelajaran di kelas telah menghasilkan sebuah karya tulis kemudian peneliti membaca sekilas beberapa karangan yang pernah ditulis siswa. Dari rangkaian proses yang telah dilalui peneliti ditemukan beberapa hambatan yang dialami siswa dalam menulis karangan narasi, diantaranya:

79

1). Rendahnya motivasi untuk menulis karena merasa tidak memiliki alasan yang kuat untuk menulis karangan narasi; 2). Belum mampu berekspresi setelah berapresiasi; 3). Perasaan tidak percaya diri membaca karya yang telah ditulis; 4). Kesulitan menentukan ide cerita. 5). Kesulitan mengawali cerita; 6). Belum bisa mengembangkan kerangka dengan baik sehingga cerita terkesan bertele-tele; 7). Mengalami kebuntuan jalan cerita; 8). Sulit mengerem cerita ketika sudah mulai asyik menulis; 9). Belum dapat mengeksplorasi unsur-unsur pembangun cerita dengan optimal; 10). Kesulitan untuk menciptakan sebuah ending yang menarik. Itulah gambaran umum permasalahan siswa ketika menulis karangan narasi. Berdasarkan identifikasi di atas, peneliti merencanakan pembelajaran yang bisa menumbuhkan motivasi baru bagi siswa untuk menulis sebuah karangan narasi. Tindakan pertama ini dirancang dengan porsi yang tidak terkesan memberatkan siswa. Dengan demikian, tindakan pertama yang dipilih adalah mengembangkan imajinasi siswa melalui rangsangan yang muncul dari dalam diri siswa. Berikut ini prosedur tindakan yang dilaksanakan pada siklus I.

80

Tabel. 4.1. Prosedur Tindakan Siklus I Siklus Tindakan I a. Menceritakan pengalaman pribadi. b. Menuliskan langkah-langkah membuat kerangka karangan. c. Menyusun karangan narasi berdasarkan pengalaman/peristi wa yang dialami, dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dll). Tujuan Siswa dapat membuat/menyusun karangan berdasarkan pengalaman/peristiwa yang dialami, dengan menggunakan pilihan kata dan ejaan yang tepat. Materi Menulis Karangan Media - Angklung sebagai media riil. - Cerita bergambar tentang bermain yang di tampilkan pada layar proyektor.

Berdasarkan indikator-indikator yang dipaparkan di atas, peneliti menganggap perlu menyusun rencana pembelajaran menulis karangan narasi menggunakan pendekatan kontekstual yang berfokus pada pengalaman belajar siswa. Pendekatan ini diharapkan dapat menstimulus siswa untuk meningkatkan minat dan kemampuan mereka dalam menulis karangan narasi. Penelitian dilakukan terhadap 32 orang siswa kelas IV di SD Negeri 1 Kayuambon. Kedudukan guru dan peneliti dalam proses pembelajaran menulis karangan narasi ini yaitu, peneliti bertindak sebagai guru yang akan menyampaikan pembelajaran, sedangkan guru kelas bersangkutan bertindak sebagai observer untuk menilai dan mengamati proses pembelajaran.

81

Pada siklus pertama ini, peneliti menggunakan media angklung, dan karangan bergambar. Penggunaan media baru dilakukan sebatas sarana untuk menyampaikan materi pada siswa yaitu berupa contoh karangan dan kerangka karangan yang ditampilkan dengan display LCD. Metode yang dipilih untuk tindakan I ini adalah metode inkuiri. Adapun langkah-langkah kegiatan inkuri adalah sebagai berikut. Siswa diajak untuk menemukan atau mengingat kembali pengalaman yang paling berkesan yang siswa alami. Jika siswa diberikan suasana berbeda dalam pembelajaran, secara psikologis hal ini akan berpengaruh pada suasana hatinya untuk mengikuti pembelajaran. Langkah selanjutnya adalah bertukar pengalaman dengan

menceritakannya kepada teman sekelompoknya. Metode tanya jawab dilakukan untuk merangsang pemahaman siswa tentang langkah-langkah membuat karangan narasi. Metode penugasan diterapkan untuk merangasang kreativitas mereka dalam menulis karangan narasi

berdasarkan apa yang telah disampaikan. Fokus pembelajaran siklus ini adalah tentang langkah-langkah menulis karangan narasi berdasarkan pengalaman siswa yang paling berkesan dengan memperhatikan penggunaan ejaan. Proses evaluasi yang dilaksanakan pada setiap siklus yaitu, evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses ini dilakukan pasca pembelajaran melalui lembar observasi guru dan juga diskusi yang dilakukan antar observer dan peneliti. Sedangkan evaluasi hasil akan dilakukan terhadap hasill karya tulis siswa berupa

82

karangan narasi. Adapun kriteria penilaian beserta pedomannya telah disampaikan secara jelas dalam Bab 3. b. Pelaksanan Tindakan Pembelajaran Siklus I Tindakan I dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 2010. Beberapa kendala ditemukan pada pertemuan ke-1 ini adalah masih sangat rendahnya antusiasme siswa untuk mengikuti pembelajaran menulis karangan narasi. Hal ini sejalan dengan kesan beberapa siswa yang menganggap bahwa menulis karangan narasi itu tidak mudah sehingga minat mereka pun rendah. Peneliti yang bertindak sekaligus sebagai praktisi menemukan beberapa hal menarik dari pelaksanaan siklus I ini, khususnya mengenai respon siswa terhadap pembelajaran. Berikut rangkaian poses pembelajaran pada siklus I. Guru menggunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai pedoman pengajaran. Skenario pembelajaran dalam RPP disesuaikan dengan kepentingan materi dan tujuan yang telah diuraikan. Pada pelaksanaannya ternyata masih terdapat beberapa kendala dan kelemahan. Misalnya, sulit untuk mengkondisikan anak. Namun hal ini bukanlah sebuah kendala berarti karena dengan kepiawaian guru mencari trik agar siswa dapat dikondisikan kembali. Sebelum memulai pelajaran, guru mengajak siswa untuk berdoa bersamasama, kemudian guru mengajak siswa untuk menerapkan 3S (Senyum, Salam, Sapa), setelah itu mengecek kehadiran siswa. Siswa yang hadir untuk pertemuan kali ini berjumlah 32 siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran agar siswa mengerti maksud dari kegiatan yang akan dilaksanakan. Selanjutnya guru melakukan apersepsi yaitu guru mengaitkan materi sebelumnya, kemudian

83

menstimulasi siswa dengan pertanyaan seputar pengalaman apa yang paling berkesan yang pernah dialami siswa dan siapa saja yang suka menulis apa yang dialaminya ke dalam diari. Kegiatan apersepsi ini bagian dari komponen pendekatan kontekstual yaitu tanya jawab (questioning). Terakhir dari kegiatan pendahuluan ini yaitu guru memotivasi siswa serta memberi acuan mengenai bahan yang akan disampaikan. Sebelum memulai materi, guru mengemukakan beberapa permasalahan siswa pada umumnya ketika menulis karangan. Kegiatan sharing tersebut direspon secara positif oleh siswa karena pada saat itu siswa bisa mengemukakan secara detil mengenai kesulitan-kesulitan mereka. Beberapa keuntungan dari kegiatan menulis pun diungkapkan oleh guru. Guru memberi keleluasaan serta menanamkan kepercayaan diri pada siswa untuk tidak usah takut apabila akan menuliskan sesuatu. Hal ini cukup menimbulkan semangat baru bagi siswa. Kegiatan inti pembelajaran yaitu, Guru bercerita tentang pengalamannya yang paling berkesan yaitu pengalaman bermain alat music angklung. Guru menghadirkan media. Siswa tampak antusias. Kemudian guru meminta mengajak siswa untuk mengingat kembali pengalaman yang paling berkesan yang pernah dialami oleh siswa. Kegiatan ini masuk ke dalam komponen penemuan (inquiri). Kemudian guru menginstruksikan siswa untuk berbagi cerita dengan temannya tentang pengalamannya yang masuk ke dalam komponen masyarakat belajar (learning community). Selanjutnya guru melakukan tanya jawab (questioning) sebagai langkah untuk mengetahui pemahaman siswa tentang langkah-langkah membuat karangan narasi. Dilanjutkan dengan guru menginstruksikan siswa

84

untuk menulis karangan tentang pengalaman mereka yang paling berkesan dengan memperhatikan ejaan dan tanda baca, termasuk ke dalam komponen

constructivism. Hasil tulisan itu di silang baca dengan rekannya. Awalnya siswa agak keberatan tulisannya dibaca temannya, tetapi karena itu merupakan prosedur pembelajaran akhirnya siswa bersedia. Ternyata tulisan spontan itu benar-benar lugas, ekspresif, dan memiliki objektivitas tinggi. Kegiatan terakhir dari inti pembelajaran, yaitu guru meminta siswa mengumpulkan tugasnya untuk dikoreksi, kegiatan ini merupakan komponen dari penilaian autentik (authentic assessment) ternyata ada 50% siswa yang mengungkapkan pikiran dan perasaannya terkait dengan pembelajaran, ada pula yang menuangkan isi hatinya walaupun tidak terkait dengan pembelajaran. Ini merupakan suatu indikator dari konsentrasi siswa terhadap pembelajaran. Guru memilih karangan yang terbaik untuk dibacakan oleh siswa di depan kelas. Sebagai pemberian reward dan acuan untuk siswa lain membuat karangan narasi yang lebih baik. Kegiatan penutup dari langkah-langkah pembelajaran ini yaitu, guru melakukan refleksi dimaksud untuk mengetahui sejauh mana efektivitas pembelajaran. Refleksi ini berupa pertanyaan yang diajukan kepada siswa, yaitu hal menarik apa yang diperoleh selama mengikuti pembelajaran menulis karangan mengenai pengalaman yang paling berkesan. Kemudian guru memberikan tugas kepada siswa, yaitu mewawancarai orang tua seputar pengalaman yang paling berkesan dengan menggunakan media voice recorder pada handphone, yang

85

nantinya akan dijadikan bahan atau sumber untuk siswa dalam membuat karangan narasi. c. Observasi Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan observer terhadap guru (dalam hal ini peneliti) diperoleh beberapa data sebagai berikut. Tabel 4.2. Hasil Observasi Sikap Guru dan Respon Siswa Siklus I No. Sikap Guru Respon Siswa 1. Guru belum sepenuhnya dapat Masih terdapat beberapa siswa yang mengkondisikan siswa pada saat fokus perhatiannya terpecah. pembelajaran berlangsung. 2. Guru dapat mengelola waktu dengan Siswa menjalankan instruksi guru baik. dengan tanggap karena ada target waktu yang harus dicapai. 3. Guru terbuka dengan permasalahan Siswa dengan leluasa dan terbuka yang dikemukakan siswa. menyampaikan permasalahannya dalam menulis karangan. 4. Porsi materi terlalu padat sehingga Siswa tampaknya belum dapat alokasi waktu untuk memahami detil materi yang mengekspresikan tulisan siswa disampaikan karena waktu menjadi lebih sedikit. penyampaian yang terbatas.

d.

Analisis Hasil Penelitian Pada Siklus ini ada 32 siswa kelas IV yang memiliki kemampuan menulis

karangan narasi yang cukup beragam. Diambil beberapa siswa berdasarkan kategori, akan tetapi berdasarkan rekapitulasi data pada siklus ini, hanya terdapat empat kategori, yaitu baik, cukup, kurang, sangat kurang, dari lima kategori. Analisis karangan ini dilakukan setiap siklus dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan kemampuan menulis narasi siswa dan mengetahui letak kesalahan atau kekurangan siswa dalam menulis narasi.

86

Adapun aspek penganalisisan lebih menekankan pada aspek penilaian meliputi enam unsur, yaitu: tema, tokoh, alur, latar, sudut pandang, dan bahasa. Secara keseluruhan hasil analisis pekerjaan siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini:

87

No. Urut 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.

NAMA SISWA Vania. N Octavia. S Refandy Aldiansyah Rafly Aji Rasya Mila. J N. Aliya Devina. P Aditya Edelia. D Efrita Hanifah Rizma. S Haya Hilmi Lufi. N Silvi Tria

Tabel. 4.3. HASIL ANALISIS MENULIS KARANGAN NARASI SIKLUS I ASPEK PENILAIAN KARANGAN NARASI Tema Alur Tokoh Latar Sudut Pandang S K C B S S K C B S S K C B S S K C B S S K C K B K B K B K B K

Bahasa B S B

S K

K C B S B

88

21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.

Lulu. A Ghandira Assyifa. A Fredy Wahyu. N Indah Zidanial Hanisya Ikhsan Reisya. M Bianca. R Elvareta Jumlah %


12 37 ,5 % 16 50 % 4 12 ,5 % 4 12 ,5 % 9 28 ,1 %


12 37 ,5 % 6 18 ,7 % 1 3, 1 % 12 37 ,5 %


12 34 ,4 % 6 21 ,9 % 2 6, 2 % 2 6, 2 % 9 28 ,1 %


12 37 ,5 % 9 28 ,1 % 6 1 8, 7 %


19 59 ,4 % 7 2 1, 9 % 8 25 %


8 25 % 10 31 ,2 % 6 18 ,7 % -

89

No. Urut 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.

Tabel. 4.4. REKAPITULASI NILAI KARANGAN NARASI SISWA SIKLUS I ASPEK PENILAIAN KARANGAN NAMA Tema Alur Tokoh Latar Sudut SISWA pandang Vania. N 9 16 20 9 12 Octavia. S 6 4 8 3 6 Refandy 9 8 8 6 6 Aldiansyah 9 8 8 6 9 Rafly 9 8 12 9 9 Aji 6 12 12 9 9 Rasya 9 12 12 9 9 Mila. J 9 12 12 9 9 N. Aliya 9 16 16 12 9 Devina. P 9 12 12 6 9 Aditya 6 8 8 12 9 Edelia. D 9 16 20 12 9 Efrita 9 12 16 9 12 Hanifah 9 12 16 12 12 Rizma. S 9 12 12 9 12 Haya 6 12 12 12 9 Hilmi 6 4 8 6 6 Lufi. N 9 12 12 6 9 Silvi 6 8 8 9 9 Tria 6 8 8 6 6 Lulu. A 9 12 12 12 9

Bahasa 12 3 3 6 3 3 6 9 12 6 6 12 12 9 12 12 3 6 9 9 9

NILAI 78 30 40 46 50 51 57 60 74 54 49 78 78 70 66 63 33 54 49 43 63

KATEGORI B SK SK K K K C C C K K B C C C C SK K K K C

90

22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.

Ghandira Assyifa. A Fredy Wahyu. N Indah Zidanial Hanisya Ikhsan Reisya. M Bianca. R Elvareta

9 12 6 12 6 6 6 6 9 12 12

12 16 4 8 8 12 4 8 16 16 20

12 16 8 12 8 8 8 8 16 16 16

12 12 3 9 9 6 6 6 12 12 9

9 9 6 9 9 9 6 9 12 12 12

6 9 3 12 9 6 3 3 9 6 9

60 74 30 62 49 47 33 40 74 74 78

C C SK C K K SK SK C C B

91

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil kemampuan siswa dalam menulis narasi melalui pendekatan kontekstual dengan aspek penilaian kesesuaian tema dan judul menunjukkan batas kecenderungan berkategori sangat baik sebanyak 0 siswa, baik sebanyak 4 siswa (12,5%), cukup sebanyak 16 siswa (50%), kurang sebanyak 12 siswa (37,5%), dan sangat kurang 0 siswa (0%). Aspek penilaian alur menunjukkan batas kecenderungan berkategori sangat baik sebanyak 1 siswa (3,1%), baik sebanyak 6 siswa (18,7%), cukup sebanyak 12 siswa (37,5%), kurang sebanyak 9 siswa (28,1%), sangat kurang sebanyak 4 siswa (12,5%). Aspek penilaian tokoh menunjukkan batas kecenderungan berkategori sangat baik sebanyak 2 siswa (6,2%), baik sebanyak 7 siswa (21,9%), cukup sebanyak 11 siswa (34,4%), kurang sebanyak 12 siswa (37,5%), sangat kurang sebanyak 0 siswa (0%). Aspek penilaian latar menunjukkan batas kecenderungan berkategori sangat baik sebanyak 0 siswa (0%), baik sebanyak 9 siswa (28,1%), cukup sebanyak 12 siswa (37,5%), kurang sebanyak 9 siswa (28,1%), sangat kurang sebanyak 2 siswa (6,2%). Aspek penilaian sudut pandang menunjukkan batas kecenderungan berkategori sangat baik sebanyak 0 siswa (0%), baik sebanyak 7 siswa (21,9%), cukup sebanyak 19 siswa (59,4%), kurang sebanyak 6 siswa (18,7%), sangat kurang sebanyak 0 siswa (0%). dan terakhir yaitu aspek penilaian bahasa yang di dalamnya termasuk diksi, ejaan dan tanda baca menunjukkan batas kecenderungan berkategori sangat baik sebanyak 0 siswa (0%), baik sebanyak 6 siswa (18,7%), cukup sebanyak 10 siswa (31,2%), kurang sebanyak 8 siswa (25%), sangat kurang sebanyak 8 siswa (25%).

92

Berikut adalah deskripsi analisis karangan narasi empat orang siswa yang masuk ketiga kategori baik, cukup, kurang, sangat kurang. Analisis Karangan Narasi dengan Tema Pengalaman Berkesan Siswa Kelas IV pada Siklus I Subjek 1 Judul Karangan Skor Kategori : Edelia Daradinanti : Lomba Mewarnai : 78 : Baik

Karangan ini menceritakan kegigihan sekumpulan anak dalam berlatih untuk mengikuti lomba mewarnai. Penilaian Karangan Narasi Komponen yang dinilai 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tema Alur Tokoh Latar Sudut Pandang Bahasa (diksi, ejaan dan tanda baca) Jumlah 1 Skala Nilai 2 3 4 5 Bobot 3 4 4 3 3 3 78 Skor 3 4 5 4 3 4

93

Analisis: Dari isi karangan yang telah diuraikan di atas, dilihat dari Jenisnya karangan tersebut merupakan karangan sugestif. Karangan narasi yang disusun dan disajikan sekian macam, sehingga mampu menimbulkan daya khayal pembaca. Ia berusaha menyampaikan sebuah makna kepada para pembaca melalui daya khayal yang dimilikinya. Dari segi tema dan judul karangan, sangat umum dan jelas namun judul kurang mengundang rasa ingin tau pembaca.

94

Alur karangan termasuk alur maju. Alur disusun secara berhubungan, dan logis, namun belum mengundang sesuatu yang mengejutkan pembaca agar tertarik untuk terus membacanya. Gambaran tokoh dalam karangan tersebut sudah sangat jelas, pengarang menghadirkan beberapa tokoh yaitu seorang anak, guru, dan teman-temannya. Tokoh yang sederhana, namun penulis mampu mengembangkan cerita dengan keberadaan tokoh tersebut. Ini tergambar dalam skor 20 untuk tokoh. Pendeskripsian latar tidak begitu menonjol, karena sangat sedikit deskripsi latar yang mendukung suasana cerita dan kurang menarik. Dapat dilihat pada kutipan berikut. Saat pulang mereka berkata pada orang tua mereka masing-masing mah, kata bu guru tiga hari lagi TK kita akan mengikuti lomba mewarnai. Saat mereka sampai di rumah mereka langsung menyiapkan alat-alat untuk menggambar. Mereka terus berlatih untuk persiapan lomba nanti. Mereka tidak pernah mengeluh, walaupun mereka sering salah, mereka tidak pernah putus asa. Tiga hari kemudian mereka berkumpul di sekolah untuk pergi ke tempat lomba. Ada seorang anak yang berkata, bu guru kapan kita ke tempat lomba?. Setelah sampai di tempat lomba mereka langsung mewarnai sampai selesai. Seandainya pengarang bisa mendeskripsikan suasana rumah dan suasana tempat perlombaan yang begitu ramai, mungkin cerita akan lebih hidup dan pembaca bisa merasakan suasana cerita dari latar yang dideskripsikan. Sudut pandang yang dipakai oleh pengarang yaitu sudut pandang orang ketiga, pengarang disini sebagai pengamat. Bisa jadi pengarang mengalaminya

95

langsung tapi dia menempatkan dirinya sebagai sudut pandang orang ketiga. Namun kurang menarik. Bahasa, termasuk kedalam diksi, ejaan dan tanda baca. Penggunaan diksi sangat variatif, kemudian penggunaan ejaan dan tanda baca sudah mulai tepat.

Subjek 2 Judul Karangan Skor Kategori

: Rizma Salzabila P : Asyiknya Bertamasya ke Jakarta : 66 : Cukup

Karangan ini menceritakan kesenangan bertamasya ke Jakarta yaitu ke Dunia Fantasi. Berikut ini adalah karangannya.

96

Penilaian Karangan Narasi Komponen yang dinilai 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tema Alur Tokoh Latar Sudut Pandang Bahasa (diksi, ejaan dan tanda baca) Jumlah 1 Skala Nilai 2 3 4 5 Bobot 3 4 4 3 3 3 66 Skor 3 3 3 3 4 4

Analisis: Pemilihan tema yang dipilih sudah jelas yaitu bertamasya, namun penggunaan judul masih sangat luas dan tidak mengundang rasa ingin tahu pembaca. Setelah dibaca secara keseluruhan, karangan dari Rizma di atas tidak tergambarkan alur yang jelas, dan membosankan pembaca. Cerita berkembang pada saat tokoh di perjalanan, ide cerita tidak dikembangkan pada saat bagaimana tokoh ketika di tempat wisata, terpotong dengan kalimat singkat bahwa cerita selesai, yang padahal cerita tersebut masih dapat dikembangkan. Tidak terdapat bagian penutup. Aku cape sekali setelah bermain di Dufan aku langsung pulang. Diperjalanan lama sekali. Aku sampai di rumah jam 08.00 malam. Tokoh dalam cerita dilukiskan secara wajar, bahwa tokoh dalam cerita adalah pengarang. Tapi tidak dikembangkan, bahwa tamasya itu tokoh bersama siapa saja, tidak mungkin sendiri.

97

Latar dilukiskan masih jelas namun pengembangannya tidak seimbang, latar yang seharusnya dikembangkan menarik pada bagian cerita ketika tokoh sampai di Dunia Fantasi, terlewat dan amat singkat. Sehingga hal yang menarik ketika bertamasya itu tidak diungkapkan. Sudut pandang orang pertama digunakan oleh pengarang dalam cerita, yaitu orang pertama tunggal. Namun tidak dikembangkan dan tidak menarik pembaca. Sehingga memberikan kesan bahwa dalam cerita tokoh saya itu tidak berinteraksi dengan yang lain. Bahasa, dalam hal penggunaan diksi, ejaan sudah baik namun tidak ada pilihan kata yang membuat pembaca tertarik, penasaran, atau terkejut. Diksi yang digunakan sangat umum, dan orisinal. Ejaan cukup baik, contohnya dalam penulisan kata depan, dan penempatan huruf kapital, hanya saja masih ada kesalahan-kesalahan yang tidak begitu berarti, pengarang sudah sangat memahami akan penggunaan ejaan dan tanda baca.

Subjek 3 Judul Karangan Skor Kategori

: Devina Putri Rahayu : Asyiknya Bertamasya ke Jakarta : 54 : Kurang

Berikut ini adalah karangan yang dibuat oleh Devina yang berisikan kegembiraan pengarang bertamasya dengan keluarga ke Dunia Fantasi dan Sea World. Karangan berikut ini ditulis apa adanya, tanpa ada pengubahan apapun.

98

Penilaian Karangan Narasi Komponen yang dinilai 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tema Alur Tokoh Latar Sudut Pandang Bahasa (diksi, ejaan dan tanda baca) Jumlah 1 Skala Nilai 2 3 4 5 Bobot 3 4 4 3 3 3 54 Skor 3 3 3 2 3 2

99

Analisis: Berdasarkan hasil analisis terhadap kaarangan di atas, penulis menemukan beberapa kelebihan dan kekurangan dari enam aspek kriteria penilaian. Dari segi tema dan judul, sangat umum, dan tidak mengundang rasa ingin tahu pembaca. Alur yang digunakan yaitu alur maju, akan tetapi masih sangat belum jelas setiap ide pokok yang dikembangkan tidak terstruktur. Sehingga pada paragraf 1 terlihat uraian ceritanya tidak jelas, begitu pun paragraf selanjutnya. Berikut adalah penggalan paragraf 2. aku pergi hari Minggu, karena hari minggu itu banyak yang berlibur tapi waktu itu sedang tidak macet, jadi cepat sampainya. aku sangat senang bisa bermain, berlibur bersama keluarga. aku bermain di Sea World dan masih banyak lagi, yang aku ingat hanya bermain Sea World. aku tidak lama di sana. aku makan dulu dan bermain lagi. Tokoh di dalam cerita kurang dikembangkan, padahal pengarang menceritakan kunjungannya kerumah saudara. Sehingga hanya satu tokoh yang dilukiskan. Latar yang dideskripsikan sudah jelas, pengarang identik mendetailkan cerita tersebut dengan penulisan waktu, sedangkan deskripsi suasana tempat yang dikunjungi masih sangat kurang. Sudut pandang yang digunakan oleh pengarang adalah sudut pandang orang pertama tunggal. Pengarang menempatkan dirinya sebagai tokoh utama dalam cerita mengenai pengalaman siswa yang berkesan.

100

Analisis dalam aspek bahasa yang di dalamnya terdapat diksi, ejaan dan tanda baca. Ditemukan bahwa penggunaan diksi sangat sederhana, tidak memberikan kesan apapun di dalamnya. Terdapat beberapa kekeliruan seperti pada penggalan kalimat berikut. aku bermain di Sea World dan masih banyak lagi, yang aku ingat hanya bermain Sea World. Kemudian penggunaan ejaan masih terdapat kesalahan, salah satunya yaitu pada penggalan frase banyak sekali orang-orang. Ketidak konsistenan penggunaan kata yang menerangkan subjek, yaitu kata saya dan aku. Sudah dijelaskan banyak sekali, tetapi masih dituliskan orang-orang yang masih menyatakan banyak. penggunaan huruf kapital setelah tanda titik, dan pemisahan kata depan. Sedangkan dalam penggunaan tanda baca masih sangat jelas terlihat pada fungsi tanda titik, dan koma pada karangan di atas pengarang masih belum memahami. Tergambar dalam skor yang sudah dikalikan dengan bobot yaitu 6. Itu menandakan bahwa dalam aspek bahasa pengarang masih sangat kurang memahami.

101

Subjek 4 Judul Karangan Skor Kategori

: M. Hilmy Syahrul : Berenang Di Laut : 33 : Sangat Kurang

Penilaian Karangan Narasi Komponen yang dinilai 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tema Alur Tokoh Latar Sudut Pandang Bahasa (diksi, ejaan dan tanda baca) Jumlah 1 Skala Nilai 2 3 4 5 Bobot 3 4 4 3 3 3 33 Skor 2 1 2 2 2 1

102

Analisis: Berdasarkan karangan narasi di atas yang telah di analisis penulis mencoba menguraikan enam aspek yang dianalisis dalam karangan yang dibuat oleh Hilmy. Dalam segi tema masih tetap sama bertamasya. Tema yang umum namun jelas. Karangan di atas berjudul Berenang Di laut. Terlihat orisinal pada judul. Tergambar keasyikan bermain dan berenang sambil diterpa ombak. Akan tetapi ketika setelah penulis membaca isi karangan tersebut. Tergambar berbeda dengan judul dan tema. Alur tidak jelas, tidak terdapat pengembangan apapun yang membuat pembaca tertarik, dan membayangkan bagaimana bermain di pantai dan berenang di pantai. Seakan-akan cerita terpisah-pisah tidak utuh dan tidak saling berhubungan satu sama lain. Sehingga alurnya pun membingungkan. Ada pembuka, namun isi tidak jelas, juga tidak terdapat penutup. Sehingga sama sekali tidak terdapat kesan dalam karangan tersebut di atas. Dalam cerita terdapat dua tokoh yaitu, Aku dan Ibu. Namun peran tokoh Ibu dalam cerita tidak jelas, tokoh utama pun tidak mencoba berinteraksi dengan tokoh lain agar cerita menjadi hidup. Latar sudah jelas terlihat pada kutipan sedang libur panjang, dan pergi ke pantai. Namun sudah dijelaskan di atas pada analisis alur cerita bahwa ketika pengarang menceritakan pantai, cerita malah berfokus pada rumah saudaranya. Latar tempat dilukiskan tidak jelas. Sudut pandang yang digunakan yaitu pengarang sebagai orang kesatu, dan orang ketiga. Namun ketika pengarang menjadi orang ketiga, pengarang tidak

103

mampu melukiskan apa yang dilihat dan didengarnya. Sehingga karangan nampak kehabisan cerita, dan hubungannya hal ini dengan penguasaan bahasa. Bahasa menjadi sangat berperan penting dalam menuangkan ide, gagasan, imajinasi melalui tulisan. Nampak jelas pengarang tidak memiliki banyak kosakata, sehingga isi karangan kurang memadai sebagai jenis karangan narasi. Pemborosan kata terlihat jelas. Ketidaktahuan penggunaan tanda baca, misalnya tidak ada tanda titik atau koma di akhir kalimat. Penggunaan tanda petik tidak sesuai

fungsinya untuk menyatakan kalimat langsung.

Tabel 4.5. Prosentase Hasil Kemampuan Siswa dalam Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Pendekatan Kontekstual Siklus I Kategori Jumlah Prosentase Tafsiran SB 0% Tidak seorang pun B 3 9,4% Setengah kecil C 13 40,6% Hampir setengahnya K 10 31,2% Hampir setengahnya SK 6 18,8% Setengah kecil

Berdasarkan tabel 4.5. di atas dapat dilihat bahwa persentase hasil kemampuan siswa dalam meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi melalui pendekatan kontekstual pada siklus I dengan kualifikasi sangat baik (SB) 0%, baik (B) 9,4%, cukup (C) 40,6%, kurang (K) 31,2%, sangat kurang (SK) 18,8%.

104

e.

Refleksi Pada siklus I ini, setelah rangkaian kegiatan dari perencanaan, pelaksanaan

hingga penilaian hasil karangan siswa, pada kenyataannya masih terdapat kekurangan. Kekurangan tersebut ditemukan ketika pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu dibutuhkan perbaikan perencanaan, dan pelaksanaan dengan tujuan agar siklus berikutnya pada proses dan hasil dari pembelajaran karangan narasi cukup optimal. Berikut ini adalah beberapa hal masih perlu adanya peningkatan dikarenakan pada siklus I pembelajaran menulis karangan narasi masih dianggap kurang optimal. Maka dari itu penulis tuangkan ke dalam lembar refleksi yang terlampir. 1) Perlu dilaksanakan siklus kedua dengan tindakan yang berbeda, tetapi tugas dan tema yang sama, pengalaman yang paling berkesan. 2) Siswa diberikan kesempatan mewawancarai orang tua masing-masing seputar pengalaman mereka yang paling berkesan untuk bahan membuat karangan narasi. Orang tua sebagai model, secara tidak langsung siswa menerapkan komponen questioning dan learning community dalam proses membuat karangan narasi. 3) Perlu penekanan dalam pembelajaran penggunaan diksi, ejaan dan penggunaan tanda baca dalam pembelajaran menulis karangan narasi. 4) Perlu adanya pemberian motivasi terhadap siswa yang berkemampuan menulis relatif kurang untuk percaya diri menuangkan pengalaman ke dalam tulisan.

105

5) Mengurangi porsi materi agar tujuan pembelajaran tercapai sesuai alokasi waktu yang telah ditentukan.

2.

Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus II Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis karya siswa pada siklus I,

masih terdapat beberapa kekurangan. Refleksi pada siklus I perlu ditindak lanjuti dengan pembelajaran berikutnya pada siklus II dengan tahapanyang tersiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. a. Perencanaan Pembelajaran Siklus II Perencanaan tindakan siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi dari pembelajaran siklus I. Berdasarkan hasil observasi pembelajaran siklus I diperoleh data bahwa porsi materi terlalu padat sehingga alokasi waktu untuk mengekspresikan tulisan siswa menjadi lebih sedikit, siswa masih kurang aktif dalam ketika proses pembelajaran berlangsung, untuk meningkatkan keaktifan siswa perlu diadakannya tugas berupa mewawancarai objek sebagai bahan untuk siswa membuat karangan narasi. Pengetahuan siswa akan diksi, ejaan, dan tanda baca masih sangat kurang. Sehingga porsi untuk membuat dan merevisi karangan narasi ditambah. Oleh karena itu pembelajaran siklus II ini akan difokuskan pada pencapaian penguasaan yang kurang tersebut dengan merubah metode yang digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap diksi, ejaan dan tanda baca diperlukan metode diskusi dan strategi silang baca, untuk mengaplikasikan komponen questioning, learning community, inquiri, constructivsm, dan authentic

106

assessment. Tema yang dipakai untuk pembelajaran siklus II tetap sama seperti siklus I, yaitu pengalaman yang paling berkesan. Evaluasi yang digunakan dalam siklus II ini masih tetap sama dengan evaluasi siklus I, yaitu evaluasi proses dan hasil. Pada siklus II peneliti juga telah mempersiapkan instrument penelitian berupa lembar observasi dan LKS.

Siklus II

Tindakan

Tabel. 4.6. Prosedur Tindakan Siklus II Tujuan Siswa dapat membuat/menyusun karangan berdasarkan hasil wawancara, dengan menggunakan pilihan kata dan ejaan yang tepat.

Materi Menulis Karangan Narasi

Media Recorder Handphone

a. Menjelaskan hasil wawancara dengan orang tua siswa seputar pengalaman mereka yang paling berkesan. b. Menyusun karangan narasi berdasarkan berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua siswa seputar pengalaman mereka yang paling berkesan dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dll). c. Revisi karangan yang telah dibuat.

107

b.

Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus II Pelaksanaan siklus II ini dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2010 pada jam

pelajaran kedua. Kegiatan pendahuluan pembelajaran dilakukan sama seperti halnya pada siklus I yaitu Berdoa, mengecek kehadiran siswa, memastikan fisik dan psikis siswa dalam keadaan siap mengikuti pembelajaran, menjadikan kelas yang kondusif. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Kegiatan apersepsi dilakukan guru yaitu, mengaitkan materi sebelumnya, kemudian menstimulus siswa dengan pertanyaan (Questioning). Setelah itu guru memotivasi siswa dengan memberikan kesempatan siswa. Pada kegiatan inti pembelajaran alokasi waktu dioptimalkan untuk membuat dan memperbaiki karangan. Guru meminta siswa untuk melaporkan hasil wawancara yang pada pertemuan sebelumnya telah ditugaskan, seputar pengalaman yang paling berkesan dari setiap orang tua siswa. kemudian siswa menyebutkan pengalaman yang paling berkesan dari orang tua masing-masing dari hasil wawancara kegiatan yang siswa lakukan masuk ke dalam komponen inquiri. Setelah itu siswa menceritakan hasil wawancara seputar pengalaman yang paling berkesan dari orang tua siswa, (Questioning, Inquiri). Langkah berikutnya guru membagikan LKS dan menginstruksikan siswa untuk menuangkan apa yang telah siswa jelaskan ke dalam bentuk karangan yang utuh sesuai hasil wawancara dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dll). Kemudian siswa menyusun kerangka karangan, Siswa mengembangkan kerangka karangan ke dalam cerita yang utuh sesuai hasil wawancara yang telah

108

dilakukan, Siswa memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dll). Langkah terakhir dari kegiatan ini pembelajaran yaitu, guru mengadakan strategi silang baca untuk memeriksa pekerjaan siswa dan memberikan reward bagi siswa terbaik mengarang. Langkah ini sebagai aplikasi komponen questioning, learning community, inquiri, constructivsm, dan authentic

assessment. Kegiatan yang dilakukan oleh siswa yaitu, siswa menukarkan pekerjaannya dengan siswa lain untuk diperbaiki pilihan kata, ejaan dan tanda bacanya. Selanjutnya siswa terbaik dalam membuat karangan, membacakan hasil karangannya di depan kelas. Siswa lain menyimak dengan community). c. Observasi Observasi yang dilakukan pada siklus II sama dengan observasi pada siklus I. Guru kelas IV bertindak sebagai observer, sedangkan peneliti bertindak sebagai guru. Observer diberikan format observasi. Hasil observasi terhadap aktivitas guru dan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung dideskripsikan sebagai berikut: baik, (learning

109

Tabel 4.7. Hasil Observasi Sikap Guru dan Respon Siswa Siklus II No. Sikap Guru Respon Siswa 1. Guru sudah mulai dapat Siswa sudah mulai fokus mengkondisikan siswa. perhatiannya. 2. Guru berhasil memotivasi siswa Siswa merasa percaya diri terlihat untuk percaya diri dalam ketika siswa asyik menulis menuangkan ide atau gagasan. karangan. 3. Guru dapat mengelola waktu dengan Siswa menyelesaikan dan silang baik. baca karangan dengan target waktu yang telah ditentukan. 4. Guru terbuka dengan permasalahan Siswa dengan leluasa dan terbuka yang dikemukakan siswa. menyampaikan permasalahannya dalam menulis karangan. 5. Metode dan strategi dirubah oleh Siswa sudah mulai memperbaiki guru dan efektif untuk diterapkan ejaan dan tanda baca yang kurang dengan tujuan membangun tepat. pemahaman siswa mengenai pilihan kata, ejaan, dan tanda baca.

d.

Analisis Hasil Penelitian Pada umumnya hasil karangan umumnya hasil karangan siswa pada

pembelajaran siklus II sudah cukup baik dan terlihat adanya peningkatan cukup berarti dibandingkan pada pembelajaran sebelumnya, seperti pada kejelasan tema dan judul, alur, tokoh, latar, sudut pandang dan bahasa. Akan tetapi masih tetap ditemukan beberapa kekurangan, terlihat pada penilaian aspek alur yang masih belum dilukiskan dengan runtut, dan saling berhubungan. Aspek tersebut secara tidak langsung berpengaruh pada penilaian aspek bahasa, masih rendahnya kemampuan siswa dalam menuangkan ide atau gagasan ke dalam tulisan, kebiasaan siswa menulis ejaan dan tanda baca masih belum tertib.

110

Secara jelasnya penilaian siswa dalam menulis karangan narasi melalui pendekatan kontekstual dapat dilihat pada tabel berikut:

111

No. Urut 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.

NAMA SISWA Vania. N Octavia. S Refandy Aldiansyah Rafly Aji Rasya Mila. J N. Aliya Devina. P Aditya Edelia. D Efrita Hanifah Rizma. S Haya Hilmi Lufi. N Silvi Tria

Tema S K C B S K

Tabel. 4.8. HASIL ANALISIS MENULIS KARANGAN NARASI SIKLUS II ASPEK PENILAIAN KARANGAN NARASI Alur Tokoh Latar Sudut Pandang S K C B S S K C B S S K C B S S K C B K B K B K B K

Bahasa B S

S KC B S B K

112

21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.

Lulu. A Ghandira Assyifa. A Fredy Wahyu. N Indah Zidanial Hanisya Ikhsan Reisya. M Bianca. R Elvareta Jumlah %


1 3, 1 % 1 3, 1 % 12 37 ,5 % 9 28 ,1 % 9 28 ,1 % 8 25 %


10 31 ,2 % 8 25 % 6 18 ,7 % 3 9, 4 % 12 37 ,5 %


9 28 ,1 % 8 25 % -


3 9, 4 % 13 40 ,6 % 13 40 ,6 % 3 9, 4 % 1 3, 1 % 1 3, 1 % 7 21 ,9 % 11 34, 4%


12 37 ,5 % 2 6 , 2 % 11 34 ,3 %


16 50 % 3 9, 4 %

113

No. Urut 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.

Tabel. 4.9. REKAPITULASI NILAI KARANGAN NARASI SISWA SIKLUS II ASPEK PENILAIAN KARANGAN NAMA Tema Alur Tokoh Latar Sudut SISWA pandang Vania. N 15 20 20 12 15 Octavia. S 9 8 12 9 9 Refandy 6 8 12 6 9 Aldiansyah 9 8 12 9 9 Rafly 12 12 12 9 12 Aji 12 12 12 9 12 Rasya 9 12 12 9 12 Mila. J 15 20 16 12 12 N. Aliya 15 20 16 12 15 Devina. P 9 12 16 12 12 Aditya 9 12 8 12 3 Edelia. D 15 20 20 15 15 Efrita 9 8 12 9 12 Hanifah 15 20 20 15 15 Rizma. S 12 16 20 12 15 Haya 9 16 20 9 15 Hilmi 9 8 12 6 9 Lufi. N 15 16 8 12 6 Silvi 15 16 20 12 15 Tria 12 9 12 12 12 Lulu. A 12 16 16 12 15

Bahasa 12 9 9 9 9 6 9 15 15 12 12 12 12 12 9 12 6 15 12 9 12

NILAI 94 56 50 56 66 63 63 90 93 73 56 97 62 97 84 81 50 72 90 66 83

KATEGORI SB C K C C C C SB SB C C SB C SB B B K C SB C B

114

22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.

Ghandira Assyifa. A Fredy Wahyu. N Indah Zidanial Hanisya M. Ikhsan Reisya. M Bianca. R Elvareta

12 12 9 15 12 12 9 3 9 9 12

12 20 8 16 12 8 8 12 12 12 16

16 16 12 20 12 12 8 12 16 16 16

9 15 9 9 12 9 9 12 12 12 6

12 12 9 15 12 12 9 9 12 15 15

9 12 9 12 9 9 12 9 9 12 12

70 87 56 87 69 62 55 57 70 76 77

C SB C SB C C K K C B B

115

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil kemampuan siswa dalam menulis narasi melalui pendekatan kontekstual dengan aspek penilaian kesesuaian tema dan judul menunjukkan batas kecenderungan berkategori sangat baik sebanyak 9 siswa (28,1%), baik sebanyak 9 siswa (28,1%), cukup sebanyak 12 siswa (37,5%), kurang sebanyak 1 siswa (3,1%), dan sangat kurang 1 siswa (3,1%). Aspek penilaian alur menunjukkan batas kecenderungan berkategori sangat baik sebanyak 6 siswa (18,7%), baik sebanyak 8 siswa (25%), cukup sebanyak 10 siswa (31,2%), kurang sebanyak 8 siswa (25%), sangat kurang sebanyak 0 siswa (0%). Aspek penilaian tokoh menunjukkan batas

kecenderungan berkategori sangat baik sebanyak 8 siswa (25%), baik sebanyak 9 siswa (28,1%), cukup sebanyak 12 siswa (37,5%), kurang sebanyak 3 siswa (9,4%), sangat kurang sebanyak 0 siswa (0%). Aspek penilaian latar menunjukkan batas kecenderungan berkategori sangat baik sebanyak 3 siswa (9,4%), baik sebanyak 13 siswa (40,6%), cukup sebanyak 13 siswa (40,6%), kurang sebanyak 3 siswa (9,4%), sangat kurang sebanyak 0 siswa (0%). Aspek penilaian sudut pandang menunjukkan batas kecenderungan berkategori sangat baik sebanyak 12 siswa (37,5%), baik sebanyak 11 siswa (34,4%), cukup sebanyak 7 siswa (21,9%), kurang sebanyak 1 siswa (3,1%), sangat kurang sebanyak 1 siswa (3,1%). dan terakhir yaitu aspek penilaian bahasa yang di dalamnya termasuk diksi, ejaan dan tanda baca menunjukkan batas kecenderungan berkategori sangat baik sebanyak 3 siswa(9,4%), baik sebanyak 16 siswa (60%), cukup sebanyak 11 siswa (34,3%), kurang sebanyak 2 siswa (6,2%), sangat kurang sebanyak 0 siswa (0%).

116

Berikut adalah deskripsi analisis karangan narasi empat orang siswa yang memenuhi kategori sangat baik (SB), baik (B), cukup (C), kurang (K). penilaian ini berdasarkan aspek penilaian karangan narasi antara lain: tema, alur, tokoh, latar, sudut pandang, dan bahasa. Analisis Karangan Narasi dengan Tema Pengalaman Berkesan Siswa Kelas IV pada Siklus II Subjek 1 Judul Karangan Skor Kategori : Edelia Daradinanti : Juara Catur Tingkat Kecamatan : 97 : Sangat Baik

Penilaian Karangan Narasi Komponen yang dinilai 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tema Alur Tokoh Latar Sudut Pandang Bahasa (diksi, ejaan dan tanda baca) Jumlah 1 Skala Nilai 2 3 4 5 Bobot 3 4 4 3 3 3 97 Skor 5 5 5 5 5 4

117

Analisis: Karangan di atas menceritakan seseorang yang berusaha keras

memenangkan perlombaan catur sampai tingkat Kecamatan dan tidak pernah gentar siapapun yang menjadi lawannya, karena selalu berlatih keras.

118

Berdasarkan nilai yang diperoleh Edelia, dari siklus I sampai siklus II, karangan Edelia masuk ke dalam kategori yang baik dan sangat baik. Penilaian tersebut dilihat dari kejelasan tema dengan judul, judul cukup menarik perhatian pembaca karena sesuai dengan isi karangan. Alur yang runtut dan logis membuat pembaca tidak kebingungan. Setiap paragraf terlihat saling berkaitan, tidak lepas dari inti cerita. Setiap peristiwa dilukiskan dengan apa adanya. Akan tetapi dalam penyusunan paragraf, masih ada kalimat yang sebetulnya masuk ke paragraf sebelumnya bukan paragraf baru. Dapat dilihat pada kutipan paragraf berikut. Pada suatu hari di sebuah dusun kecil, ada seorang anak laki-laki. Dia sangat pandai bermain catur. Walaupun dia pandai tetapi dia tidak sombong. Dia adalah kebanggaan keluarga dan banyak orang karena dia sangat berprestasi. Salah satu prestasinya yang sangat menonjol adalah bermain catur. Pada suatu hari di bulan Agustus yang seperti biasanya ada perlombaan di setiap kampung. Dia mengikuti perlombaan catur tersebut dengan hati yang sangat senang. Perhatikan kalimat Salah satu prestasinya sangat menonjol adalah bermain catur. Kalimat tersebut seharusnya masih bagian dari paragraf pertama. Sedangkan paragraf kedua, yaitu Pada suatu hari di bulan Agustus yang seperti biasanya ada perlombaan di setiap kampung. Dia mengikuti perlombaan catur tersebut dengan hati yang sangat senang. Karena ide pokok yang baru tapi masih saling berkaitan. Masih ada yang diceritakan singkat, padahal itu adalah bagian

119

yang perlu diangkat dan dijadikan semenarik mungkin. Terlihat pada penggalan berikut. Tak lama kemudian perlombaan pun dimulai. Banyak orang yang memberi semangat. Walaupun dia kesulitan tetapi dia tetap berusaha untuk menang. Setelah diumumkan pemenangnya dialah yang menjadi juara sampai tingkat kecamatan. Diapun yakin dia akan menang lagi. Di perlombaan yang kedua, ia tidak lagi merasa takut, karena dia yakin dia akan menang. Walaupun lawannya dikenal sebagai sang juara catur, dia tetap tidak takut. Diumumkanlah pemenangnya. Dia adalah pemenangnya di tingkat Kecamatan. Tokoh yang dihadirkan dalam karangan hasil wawancara dengan orangtua yaitu seorang anak laki-laki. Dilukiskan jelas dalam cerita bahwa tokoh tersebut pantang menyerah, tidak sombong. Apa yang terjadi dan dilakukan oleh tokoh dalam cerita adalah berupa hasil pengembangan tokoh oleh pengarang. Meskipun tokoh dalam cerita yang dihadirkan hanya satu tokoh, itu tidak membuat cerita membosankan. Terlihat pada skor aspek tokoh yang tinggi yaitu 20. Latar dinilai sudah baik namun masih belum ada pelukisan latar waktu dan tempat yang jelas. Tapi itu tidak terlalu merubah isi karangan menjadi membingungkan. Sudut pandang pengarang sebagai orang ketiga tunggal. Pengarang berhasil membuat pendeskripsian seorang tokoh. Disini pengarang terlihat serba tau. Sehingga apa yang dimunculkan menjadi jelas.

120

Bahasa mencakup diksi, ejaan dan tanda baca. Diksi atau pemilihan kata sudah baik, masih wajar dan logis tapi tetap menarik, ejaan tidak terlalu banyak kesalahan karena pengarang sudah mulai paham. Tanda baca sudah cukup funsional, tertib.

Subjek 1 Judul Karangan Skor Kategori

: Rizma Salzabila Putri : Mengikuti Lomba MTQ : 84 : Baik

Karangan di bawah ini melukiskan kebanggaan seorang anak terhadap ibunya pintar mengaji dan juara MTQ. Penilaian Karangan Narasi Komponen yang dinilai 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tema Alur Tokoh Latar Sudut Pandang Bahasa (diksi, ejaan dan tanda baca) Jumlah Skala Nilai 1 2 3 4 5 Bobot 3 4 4 3 3 3 84 Skor 4 4 5 4 5 3

121

122

Analisis: Dari karangan di atas sudah nampak jelas kelebihan dan kekurangannya. Dari tema dan pemilihan judul sudah baik, jelas. Isi sudah mengarah jelas pada judul dan tema. Penulisan judul cukup logis. Alur diuraikan secara berkaitan antara paragraf yang satu dengan yang lainnya. Akan tetapi sedikit ada alur yang terpotong dan pengembangannya agak kurang. Tapi tidak membuat karangan menjadi kacau. Tokoh yang dihadirkan hanya pengarang sendiri dan ibunya. Deskripsi tokoh tersirat jelas. Ibu yang begitu dibanggakan oleh anaknya, menjadi inspirasi bagi seorang anak untuk menjadi seperti ibunya. Tokoh dikembangkan secara wajar. Meskipun hanya ada dua tokoh dalam karangan. Latar waktu dan tempat jelas dilukiskan tetapi tidak ada sesuatu yang menarik dan berbeda untuk diceritakan. Pelukisan latar sangatlah wajar. Tidak memberikan kesan apapun. Sudut pandang pengarang sebagai orang kesatu dan ketiga tunggal. Dari awal sampai akhir karangan tetap konsisten. Memberikan kejelasan bagi pembaca untuk mendeskripsikan sosok ibu pengarang. Bahasa menjadi point penting untuk menentukan judul yang menarik, alur yang runtut dan saling berhubungan, pelukisan tokoh, pendeskripsian latar yang jelas, sudut pandang yang membuat cerita menjadi berbeda. Diksi dalam karangan ini masih wajar dan logis, masih dapat dimengerti, walaupun masih banya katakata yang belum baku. Masih tedapat pula kesalahan dalam ejaan, khususnya penulisan huruf capital setelah tanda titik, dan nama bulan tempat diawali dengan

123

huruf capital. Hal itu tidak diperhatikan oleh pengarang. Terlihat sudah menjadi pemahaman salah yang terbiasa. Karena hampir setiap tanda titik, pengarang masing menggunakan huruf kecil di awal kalimat. Kata yang belum baku masih banyak ditemukan, seperti sama aku, diajarin, ngaji, seneng banget, dll.

Subjek 1 Judul Karangan Skor Kategori

: Devina Putri Rahayu : Berlibur Ke Pangandaran : 73 : Cukup

Penilaian Karangan Narasi Komponen yang dinilai 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tema Alur Tokoh Latar Sudut Pandang Bahasa (diksi, ejaan dan tanda baca) Jumlah Skala Nilai 2 3 4 Bobot 3 4 4 3 3 3 73 Skor 3 3 4 4 4 4

124

125

Analisis: Dari karangan di atas, pengaitan tema dengan judul sangat jelas. Tema Berlibur dan judul Berlibur Ke Pangandaran. Namun masih belum menarik perhatian pembaca akan penyajian judul. Alur yang diuraikan pada karangan tersebut di atas sudah mulai berkaitan dari paragraf satu ke paragraf lainnya. Namun masih belum ada hal yang menarik untuk ditonjolkan, entah itu pada pembuka, isi atau penutup. Kesan yang apa adanya dan wajar tergambar dalam setiap paragraf. Pengarang berperan sebagai tokoh utama dalam cerita, dan berusaha memunculkan keberadaan orang-orang disekitarnya, tapi tidak menjadi tokoh dalam cerita. Tokoh sebaiknya perlu dikembangkan lagi. Agar cerita bertambah menarik. Latar yang dilukiskan sangat singkat. Bisa dilihat dari penggalan paragraf berikut. Jadi cerita asyiknya berlibur dipantai tidak ditonjolkan dengan mengembangkan latar tempat, suasananya, dan waktunya. Pada sore hari pukul 14.30 kami sekeluarga menuju pantai, di sana kami bermain-main pasir dan air. Kami bersenang-senang melihat ombak laut yang tinggi, kami menghabiskan waktu di pantai selama 3 jam, kami pulang pukul 17.30 ke hotel. Di sana kami menginap selama satu hari, pagi hari pukul 05.00 setelah sholat subuh, kami bersiap-siap untuk pulang dari pantai Pangandaran. Sudut pandang yang digunakan pengarang yaitu sebagai orang kesatu jamak. Karena ada kata kami dalam cerita. Pengarang sudah mulai mengerti akan peran pengarang di dalamnya. Sudah mulai jelas dan konsisten.

126

Penilaian aspek bahasa, tidak ada kesalahan yang berarti. Ejaan dan tanda baca sudah mulai tertib. Hanya saja diksi lebih baik dikembangkan lagi agar cerita yang biasa menjadi luar biasa dengan ditambah-tambah kata yang tidak terlalu umum dipakai.

Subjek 1 Judul Karangan Skor Kategori

: M. Hilmy Syahrul : Saat Melahirkan Aku : 53 : Kurang

Penilaian Karangan Narasi Komponen yang dinilai 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tema Alur Tokoh Latar Sudut Pandang Bahasa (diksi, ejaan dan tanda baca) Jumlah Skala Nilai 1 2 3 4 Bobot 3 4 4 3 3 3 50 Skor 3 2 3 2 3 2

127

Analisis: Apabila kita lihat pertama pada tema dan judul belum jelas dan tidak menarik pembaca. Judul yang ditampilkan yaitu Saat Melahirkanku, masih membingungkan. Kemudian bagaimana dengan isi karangan, nampak seperti itu pula.

128

Alur agak kacau, dari paragraf satu ke paragraf lain tidak jelas apa ide pokoknya. Membuat pembaca bingung. Karangan terkesan menjadi cerita yang terpotong-potong dan tidak membentuk cerita yang utuh. Terlebih ketika kita baru membaca paragraf pertama kita sudah mulai membingungkan karena bagian pembuka pada karangan haruslah menarik. Kata ibuku ketika mengandungku dalam usia 2 bulan sudah mulai muntah-muntah. Mamahku sering masuk ke rumah sakit untuk dirawat. Terhitung kurang lebih 5 kali, mamahku dirawat di rumah sakit Hasan Sadikin. Kata mamahku pula badannya sampai kurus karna kurang makan. Tokoh yang dihadirkan dalam karangan hanya pengarang ibu dan ayahnya. Digambarkan bahwa ibunya berjuang keras menjaga kehamilannya mekipun sakit-sakitan. Pengarang sebagai tokoh utama memiliki rasa kagum terhadap ibunya. Pelukisan latar kurang jelas, dan membosankan. Tidak memberikan kesan apapun untuk menghidupkan sebuah cerita agar menarik. Tidak nampak latar waktu dan tempat dilukiskan. Sudut pandang orang kesatu dan ketiga tunggal dipergunakan pengarang untuk membuat karangannya berbeda. Cukup konsisten, namun sangat disayangkan pengarang tidak mampu memanfaatkannya dengan mengembangkan cerita melalui sudut pandang tersebut. Keterkaitan bahasa dengan aspek yang lainnya sudah cukup jelas, peniliti membaca karangan aslinya, peneliti kesulitan karena tulisan yang sukar dibaca. Banyak kesalahan-kesalahan dalam berbahasa, apabila dibiarkan ini akan

129

berakibat fatal untuk ke depannya. Ejaan masih banyak sekali yang harus disempurnakan. Yang lebih membingungkan lagi, sama sekali tanda baca tidak berfungsi sebagai jeda antar kalimat. Pengarang kurang kontrol terhadap apa yang ditulisnya, tidak memperhatikan kaidah-kaidah. Tabel 4.9. Prosentase Hasil Kemampuan Siswa dalam Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Pendekatan Kontekstual Siklus II Kategori Jumlah Prosentase Tafsiran SB 8 25% Setengah kecil B 5 15,6% Setengah kecil C 15 46,9% Hampir setengahnya K 4 12,5% Setengah kecil SK 0 0% Tidak seorang pun

Berdasarkan tabel 4.9. di atas dapat dilihat bahwa persentase hasil kemampuan siswa dalam meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi melalui pendekatan kontekstual pada siklus II dengan kualifikasi sangat baik (SB) 25%, baik (B) 15,6%, cukup (C) 46,9%, kurang (K) 12,5%, sangat kurang (SK) 0%. e. Refleksi Setelah mengamati dan menganalisis kemampuan siswa dalam membuat karangan narasi melalui pendekatan kontekstual dengan diberikan tindakan dan metode yang berbeda yaitu siswa mewawancarai orang tua seputar

pengalamannya yang paling berkesan. Akan tetapi masih terdapat siswa yang belum memenuhi kriteria nilai di atas rata-rata.

130

Maka dari itu, peneliti menuangkan hal-hal yang perlu dilakukan dilembar refleksi, diantaranya sebagai berikut: 1) Perlu dilakukan pembelajaran lanjutan yaitu siklus III melalui pendekatan kontekstual dengan tema ditentukan sendiri dan metode yang berbeda. 2) Perlu penekanan dalam mengembangkan tokoh, menguraikan alur cerita dengan runtut, pemilihan penggunaan kata menjadi bervariasi agar menjadi karangan yang menarik untuk dibaca. 3) Mengahadirkan media yang berbeda, menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran menulis karangan narasi.

3.

Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus III Berdasarkan apa yang telah dikemukakan pada hasil refleksi siklus dua

sesuai dengan hasil analisis, maka perlu dilaksanakan pembelajaran siklus III dengan tema ditentukan oleh masing-masing siswa. agar karangan menjadi variatif dan berbeda dari siklus sebelumnya. Di bawah ini adalah tahapan penelitian yang sama dengan siklus sebelumnya, namun dengan tujuan, metode, media, dan skenario pembelajaran yang berbeda, sesuai dengan hasil refleksi yang ditindak lanjuti pada siklus III ini. a. Perencanaan Pembelajaran Siklus III Perencanaan siklus III ini sedikit berbeda dengan siklus sebelumnya. Dalam perencanaan siklus III, peneliti menelaah dari hasil refleksi siklus II yang

131

ditindak lanjuti pada pembelajaran siklus III, dan akan menjadi tujuan yang harus dicapai. Dilihat dari hasil karangan siswa pada siklus II terlihat adanya peningkatan, namun siswa belum mengembangkan tokoh, menguraikan alur cerita dengan jelas dan runtut, dan memperhatikan pemilihan kata, ejaan serta tanda baca. Berdasarkan hasil observasi pada siklus II diperoleh data bahwa selama proses pembelajaran berlangsung siswa sudah aktif bertanya dan mengemukakan pendapat, tetapi masih ada beberapa siswa yang pecah konsentrasinya keluar masuk kelas. Pada siklus III ini diadakan di dua tempat yaitu di kelas dan area terbuka. Metode yang digunakan yaitu demonstrasi dengan cara menayangkan film anak , dengan cara itu siswa akan fokus dan asyik menyaksikan cerita pada film tersebut, selain itu dapat menstimulus dan meningkatkan minat siswa untuk kembali belajar. Selanjutnya metode tanya jawab dilakukan dengan tujuan mengetahui seberapa besar pemahaman siswa menyerap cerita. Peneliti alihkan pertanyaan seputar, tema dan judul, tokoh, alur, latar, sudut pandang, serta kesan dan pesan dari cerita tersebut. Metode penugasan menjadi metode yang sama untuk melihat hasil karangan siswa. Diskusi diadakan diakhir pembelajaran inti yang nantinya siswa akan melakukan silang baca dan menilai hasil karangan temannya dari segi bahasa (diksi, ejaan, dan tanda baca). Mengingat media siklus I termasuk ke dalam media berbasis visual, media siklus II yaitu media berbasis audio, pada siklus III ini peneliti mencoba

132

menggabungkan keduanya yaitu media berbasis audio-visual. Dengan alasan bahwa setiap siswa memiliki karakter dan kebiasaan belajar yang berbeda. Diharapkan dapat memaksimalkan rangsang pendengaran dan penglihatan agar proses dan hasil belajar menjadi optimal. Terakhir menentukan evaluasi yang digunakan pada pembelajaran siklus III ini masih sama dengan evaluasi pembelajaran siklus I dan II, yaitu evaluasi proses dan hasil. Tak lupa peneliti juga menyiapkan lembar observasi guru dan siswa serta LKS untuk karangan siswa.

133

Siklus III

Tabel. 4.10. Prosedur Tindakan Siklus III Tindakan Tujuan 1). Guru menayangkan cerita anak melalui a. Siswa dapat membuat ide cerita infocus. (Modelling), kemudian meminta baru. siswa untuk menyimak cerita dengan baik b. Siswa dapat menyusun karangan dan meminta siswa untuk menyebutkan sesuai dengan imajinasi. unsur-unsur intrinsik dalam cerita.(Inquiri, c. Siswa dapat menyusun karangan Questioning, Constructivism). yang utuh dengan 3). Guru menginstruksikan siswa memperhatikan penggunaan berkelompok untuk membuat tema cerita. ejaan (huruf besar, tanda titik, (Learning Community) dan tanda koma, dll) 4). Guru menginstruksikan siswa untuk d. Siswa dapat membacakan hasil menuangkan apa yang telah siswa jelaskan karangannya di depan kelas. ke dalam bentuk karangan yang utuh sesuai imajinasi siswa dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dll). (Constructivsm) 6). Guru menginstruksikan siswa untuk mengadakan silang baca.(Learning Community) 7). Guru memeriksa pekerjaan siswa dan memberikan reward bagi siswa terbaik mengarang. (Authentic Assessment)

Materi Media Menulis Film anak yang Karangan Narasi ditayangkan melalui komputer dan OHP

134

b.

Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus III Pelaksanaan siklus III diselenggarakan pada tanggal 12 Mei 2010 dengan

alokasi waktu selama 2 x 35 menit. Prosedur pelaksanaan pembelajaran siklus III ini dipaparkan dalam tiga langkah kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Kegiatan awal pembelajaran dilakukan sama seperti halnya pada siklus II yaitu Berdoa, mengecek kehadiran siswa, memastikan fisik dan psikis siswa dalam keadaan siap mengikuti pembelajaran, menjadikan kelas yang kondusif. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Kegiatan apersepsi dilakukan guru yaitu, mengaitkan materi sebelumnya, kemudian menstimulus siswa dengan pertanyaan. (Questioning). Setelah itu guru memotivasi siswa dengan permainan tebak kata. Pada kegiatan inti pembelajaran guru mengevaluasi kekurangan dan kesalahan hasil menulis karangan narasi siklus II kepada siswa. Setelah itu guru mengajaak siswa bersama-sama untuk menyimak film melalui infocus. (Modelling). Kemudian guru meminta siswa untuk menyebutkan unsur-unsur intrinsik dalam cerita, (Inquiri, Questioning, Constructivism). Respon siswa setelah menonton film tersebut yaitu, siswa dapat menyebutkan tokoh dalam cerita yang ditayangkan. Kemudian siswa lain dapat menjelaskan latar waktu dan tempat dalam cerita yang telah ditayangkan, (Inquiri). Pertanyaan dilemparkan lagi oleh guru seputar perwatakan, siswa dapat menjelaskan watak dari setiap tokoh dalam cerita yang telah ditayangkan, (Inquiri). Siswa dapat menceritakan kembali alur cerita yang telah ditayangkan.

135

Guru memindahkan kelas ke area terbuka, agar siswa mudah mencari ide cerita. Guru menginstruksikan siswa untuk membuat ide cerita baru bersama temannya, (Learning Community). Kegiatan tersebut memberikan kesempatan kepada siswa untuk sharing dengan teman sejawat. Berikutnya guru

menginstruksikan siswa untuk menuangkan apa yang telah siswa jelaskan ke dalam bentuk karangan yang utuh pada LKS yang telah disediakan dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dll). (Constructivsm). Siswa terlihat serius dengan apa yang siswa kerjakan, meskipun siswa sekali-kali mengobrol dan memperhatikan area lain, tapi tidak menghambat pekerjaan siswa. Guru membimbing siswa, memutar dan melihat pekerjaan siswa. Sesekali siswa bertanya pada guru ketika siswa kebingungan untuk mengakhiri cerita, atau mencari kalimat yang tepat. Kurang lebih 45 menit sebagian siswa selesai mengerjakan. Dilanjutkan pada kegiatan silang baca antara teman. Gunanya untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengoreksi dan memperbaiki. Ini akan lebih efektif untuk pemahaman siswa terhadap pilihan kata, ejaan, dan tanda baca. Kemudian pekerjaan dikumpulkan. Guru memeriksa kembali hasil pekerjaan siswa. guru memilih karangan yang terbaik. Siswa diberikan kesempatan untuk berbagi cerita dengan teman sekelas. c. Observasi Pada pembelajaran siklus III ini, observer kembali melakukan observasi. Pada tahap ini observer mengamati hasil kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi. Untuk pelaksanaan pada siklus III ini berlangsung dengan baik.

136

Hasil yang diperoleh siswa pun tampak adanya peningkatan. Keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru responnya sudah baik. Guru juga memaksimalkan tindakan terlebih pada metode yang dipakai, setting kelas, keefektifan waktu, kejelasan dalam menyampaikan materi, mengajak siswa untuk berperan aktif, dan media yang dipakai untuk membantu memaksimalkan proses pembelajaran sehingga hasil yang dicapai seoptimal mungkin. Dibawah ini hasil dari observasi pada siklus III.

Tabel 4.11. Hasil Observasi Sikap Guru dan Respon Siswa Siklus III No. Sikap Guru Respon Siswa 1. Guru membuat siswa antusias Siswa mulai fokus pada terhadap pembelajaran. pekerjaannya. 2. Guru berhasil memotivasi siswa Siswa merasa percaya diri terlihat untuk percaya diri dalam ketika siswa asyik menulis menuangkan ide atau gagasan. karangan. 3. Guru dapat mengelola waktu dengan Siswa menyelesaikan dan silang baca karangan dengan target waktu baik. yang telah ditentukan. 4. Guru memaksimalkan media Media yang digunakan menarik pembelajaran sebagai pendukung perhatian siswa. terlihat ketika siswa ketercapaian hasil yang optimal. asyik menonton film anak sampai memahami isi cerita. Anak mempunyai referensi untuk membuat cerita dengan tema yang baru. 5. Strategi silang baca yang digunakan Siswa melakukan check and correct cukup membantu pemahaman siswa terhadap pekerjaan temannya. mengenai penerapan ejaan dan tanda Kemudian siswa memperbaiki baca yang benar, serta pilihat kata sampai karangannnya dapat yang tepat agar membuat cerita lebih dipublikasikan. menarik.

137

d.

Analisis Hasil Penelitian Setelah peneliti melakukan analisis terhadap hasil karangan siswa pada

siklus III ini, terlihat adanya peningkatan yang cukup baik. Seperti penekanan pada pengembangan tokoh dan pelukisan alur, cukup membanggakan. Aspek bahasa terlebih pada ejaan dan tanda baca sudah sangat tertib dan fungsional. Secara rincinya dapat dilihat pada tabel penilaian hasil kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi melalui pendekatan kontekstual pada siklus III berikut ini.

138

No. Urut 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.

NAMA SISWA Vania. N Octavia. S Refandy Aldiansyah Rafly Aji Rasya Mila. J N. Aliya Devina. P Aditya Edelia. D Efrita Hanifah Rizma. S Haya Hilmi Lufi. N Silvi Tria

Tema S K C B S K

Tabel. 4.12. HASIL ANALISIS MENULIS KARANGAN NARASI SIKLUS III ASPEK PENILAIAN KARANGAN NARASI Alur Tokoh Latar Sudut Pandang Bahasa S K C B S S K C B S S K C B S S K C B S B K B K B K B K B

SK C B S K

139

21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.

Lulu. A Ghandira Assyifa. A Fredy Wahyu. N Indah Zidanial Hanisya Ikhsan Reisya. M Bianca. R Elvareta Jumlah %


9 28 ,1 % 16 50 % 7 21 ,9 % -


11 34 ,4 % 10 31 ,2 % 11 34 ,4 % -


11 34 ,4 % 13 40 ,6 % 8 25 % -


6 18 ,7 % 18 56 ,2 % 8 25 % -


17 53 ,1 % 15 46, 9 % 2 6,2 % 10 31, 2 %


1 2 3 7, 5 % 8 25 %

140

No. Urut 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.

Tabel. 4.13. REKAPITULASI NILAI KARANGAN NARASI SISWA SIKLUS III ASPEK PENILAIAN KARANGAN NAMA Tema Alur Tokoh Latar Sudut SISWA pandang Vania. N 15 20 16 15 12 Octavia. S 12 12 16 12 12 Refandy 9 12 12 12 12 Aldiansyah 12 12 12 9 12 Rafly 12 16 16 9 12 Aji 15 16 12 12 12 Rasya 12 16 16 12 15 Mila. J 15 20 20 12 15 N. Aliya 12 20 20 12 15 Devina. P 12 20 16 15 12 Aditya 9 12 12 15 12 Edelia. D 15 20 20 12 15 Efrita 9 16 20 12 15 Hanifah 12 20 16 12 15 Rizma. S 15 20 16 15 15 Haya 12 20 16 15 12 Hilmi 9 16 16 12 12 Lufi. N 12 12 12 9 12 Silvi 12 12 20 12 15 Tria 12 16 12 12 12 Lulu. A 9 20 12 12 12

Bahasa 12 12 16 6 9 9 12 12 15 9 9 15 15 15 15 12 6 12 15 12 12

NILAI 90 76 63 63 74 76 83 94 94 84 69 97 87 90 96 87 71 69 86 76 77

KATEGORI SB B C C C B B SB SB B C SB B SB SB SB C B SB B B

141

22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.

Ghandira Assyifa. A Fredy Wahyu. N Indah Zidanial Hanisya M. Ikhsan Reisya. M Bianca. R Elvareta

9 12 9 12 12 9 15 9 12 12 15

12 20 12 16 12 12 16 12 16 20 16

12 16 16 16 12 12 16 12 20 20 20

9 15 9 15 12 9 12 12 12 15 12

15 12 15 15 12 15 15 12 15 12 15

9 15 9 12 12 9 9 9 12 12 15

66 90 70 86 72 66 83 66 87 91 93

C SB C SB C C B C C SB SB

142

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil kemampuan siswa dalam menulis narasi melalui pendekatan kontekstual dengan aspek penilaian kesesuaian tema dan judul menunjukkan batas kecenderungan berkategori sangat baik sebanyak 7 siswa (21,9%), baik sebanyak 16 siswa (50%), cukup sebanyak 9 siswa (28,1%), kurang sebanyak 0 siswa (0%), dan sangat kurang 0 siswa (0%). Aspek penilaian alur menunjukkan batas kecenderungan berkategori sangat baik sebanyak 11 siswa (34,4%), baik sebanyak 10 siswa (31,2%), cukup sebanyak 11 siswa (34,4%), kurang sebanyak 0 siswa (0%), sangat kurang sebanyak 0 siswa (0%). Aspek penilaian tokoh menunjukkan batas

kecenderungan berkategori sangat baik sebanyak 8 siswa (25%), baik sebanyak 13 siswa (40,6%), cukup sebanyak 11 siswa (34,4%), kurang sebanyak 0 siswa (0%), sangat kurang sebanyak 0 siswa (0%). Aspek penilaian latar menunjukkan batas kecenderungan berkategori sangat baik sebanyak 8 siswa (25%), baik sebanyak 18 siswa (56,2%), cukup sebanyak 6 siswa (18,7%), kurang sebanyak 0 siswa (0%), sangat kurang sebanyak 0 siswa (0%). Aspek penilaian sudut pandang menunjukkan batas kecenderungan berkategori sangat baik sebanyak 15 siswa (46,9%), baik sebanyak 17 siswa (53,1%), cukup sebanyak 0 siswa (0%), kurang sebanyak 0 siswa (0%), sangat kurang sebanyak 0 siswa (0%). Terakhir yaitu aspek penilaian bahasa yang di dalamnya termasuk diksi, ejaan dan tanda baca menunjukkan batas kecenderungan berkategori sangat baik sebanyak 8 siswa (25%), baik sebanyak 12 siswa (37,5%), cukup sebanyak 10 siswa (31,2%), kurang sebanyak 2 siswa (6,2%), sangat kurang sebanyak 0 siswa (0%).

143

Berikut adalah deskripsi analisis karangan narasi empat orang siswa yang memenuhi kategori sangat baik (SB), baik (B), cukup (C). penilaian ini berdasarkan aspek penilaian karangan narasi antara lain: tema, alur, tokoh, latar, sudut pandang, dan bahasa. Analisis Karangan Narasi dengan Tema Pengalaman Berkesan Siswa Kelas IV pada Siklus III Subjek 1 Judul Karangan Skor Kategori : Edelia Daradinanti : Usman dan Hasan : 97 : Sangat Baik

144

Penilaian Karangan Narasi Komponen yang dinilai 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tema Alur Tokoh Latar Sudut Pandang Bahasa (diksi, ejaan dan tanda baca) Jumlah Skala Nilai 1 2 3 4 5 Bobot 3 4 4 3 3 3 97 Skor 5 5 5 4 5 5

145

Analisis: Hasil dari penilaian aspek tema dan judul menunjukkan nilai yang sangat baik yaitu skor 15. Tema dan judul tepat. Mengundang rasa ingin tahu pembaca. Dari judul dapat mencerminkan isi karangan. Judul yang dipakai yaitu tokoh dalam karangan, sederhana namun membuat pembaca ingin tahu ada apa dibalik judul Usman dan Hasan. Alur ceritanya sangat runtut, jelas, dan tidak terlalu bertele-tele. Memudahkan pembaca untuk mengerti maksudnya. Bentuk alur maju yang logis, tidak terjadi pengulangan kejadian. Memunculkan kejutan, sehingga pembaca dapat mengambil kesimpulan dari setiap paragraf. Ide pokoknya jelas. Kemudian strukturnya lengkap, ada pembuka isi dan penutup. Tokoh yang dihadirkan pengarang dalam karangannya adalah dua tokoh utama Usman dan Hasan, tokoh figurant yaitu Ibu Guru. Perwatakan tokoh sangatlah jelas. Memudahkan pembaca untuk mengetahui karakter tokoh dalam karangan. Pengarang sudah sangat baik mengembangkan tokoh untuk

menghidupkan sebuah cerita. Latar yang digunakan yaitu sekolah, rumah, dan halaman. Ketiganya dilukiskan dengan baik. Pengarang mengajak pembaca masuk ke dalam imajinasinya. Namun masih harus dikembangkan lagi. Pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga. Pengarang lebih sebagai pengamat. Bukan pelaku utama. Pengarang menghidupkan cerita dengan menciptakan sudut pandang yang berbeda. Bahasa yang di dalamnya termasuk diksi, ejaan, dan tanda baca. Pengarang sudah bermain variasi bahasa yang dapat membuat karangan menjadi

146

menarik dapat memberikan kesan yang berbeda. Pada ejaan tidak banyak ditemukan kesalahan yang berarti. Tanda baca sudah mulai diperhatikan.

Subjek 1 Judul Karangan Skor Kategori

: Rizma Salzabila Putri : Superman Kecil : 96 : Sangat Baik

Karangan di bawah ini menceritakan seorang adik bernama Septian, yang menginginkan sapu ajaib untuk bisa terbang. Anak tersebut manja dan bersi keras untuk mendapatkan sapu ajaib dari neneknya. Sampai akhirnya keinginan dia terbawa mimpi, sayangnya mimpi anak tersebut mimpi buruk. Lengkapnya dapat dilihat pada karangan di bawah ini.

147

148

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Penilaian Karangan Narasi Skala Nilai Komponen yang dinilai 1 2 3 4 5 Tema Alur Tokoh Latar Sudut Pandang Bahasa (diksi, ejaan dan tanda baca) Jumlah

Bobot 3 4 4 3 3 3 96

Skor 5 5 4 5 5 5

149

Analisis: Analisis ke enam aspek penilaian yang pertama yaitu kesesuaian tema dan judul. Dilihat sudah memadai dan menarik apabila dilihat dari judulnya yang unik dan tidak biasa. Sangat membuat pembaca penasaran akan isi karangannya. Dengan begitu pada aspek tema pengarang mendapatkan skor sangat baik yaitu 15. Aspek alur menjadi aspek yang kedua untuk dianalisis, alur yang logis dan terarah membuat pembaca mudah memahami isi cerita. Pengarang membuka karangan dengan mendeskripsikan keadaan posisi aktivitas masing-masing anggota keluarga. pelukisan yang jarang namun mengesankan. Menghadirkan kejutan pada inti cerita terlihat pada penggalan cerita berikut. Toloooong, toloooong. .. .tolong aku Nek ! teriak Septian. Teriakan Septian tadi terdengar cukup keras, sampai mambangunkan Nenek, aku, Papah dan mamah pun juga ikut terbangun. Kita segera menuju ke kamar Septian untuk mengetahui apa yang terjadi. Tokoh dalam karangan sudah mulai dikembangkan dengan menghadirkan tokoh-tokoh yang menghidupkan cerita. Tokoh tersebut diantaranya tokoh utama yaitu Septian, sedangkan Nenek, Papa, dan Mama sebagai tokoh figuran yang menyeimbangkan peran tokoh utama. Tokoh septian yang digambarkan

pengarang seorang anak laki-laki yang manja, dan apabila mempunyai keinginan harus segera dilaksanakan. Pelukisan latar, berawal dari bagian pembuka sudah jelas terlihat. Bahwa berawal dari percakapan di teras rumah, kemudian inti cerita digambarkan malam

150

hari di dalam rumah ketika anggota keluarga sudah tertidur lelap. Pelukisan latar tidak membosankan. Sudut pandang pengarang sebagai orang ketiga, pengarang memposisikan dirinya sebagai pengamat. Pengarang serba tau akan apa yang terjadi saat itu. pengarang dalam karangan ini leluasa sebagai tokoh Mama, Papa, dan Septian. Pengarang memiliki kelebihan untuk mengungkapkan imajinasinya dan memanfaatkan variasi bahasa sebagai media untuk melukiskan seluruh aspek. Sehingga karangan tidak membosankan. Pengetahuan ejaan dan tanda baca pun sudah mulai diterapkan, namun masih ada saja kesalahan-kesalahan seperti katakata yang tidak baku. Tapi tidak mengganggu.

Subjek 1 Judul Karangan Skor Kategori

: Devina Putri Rahayu : Hari Memasak : 84 : Baik

151

Penilaian Karangan Narasi Komponen yang dinilai 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tema Alur Tokoh Latar Sudut Pandang Bahasa (diksi, ejaan dan tanda baca) Jumlah 1 Skala Nilai 2 3 4 5 Bobot 3 4 4 3 3 3 84 Skor 4 5 4 5 4 3

152

Analisis: Karangan di atas terlihat apa adanya. Dilihat dari pemilihan judul yang sederhana Hari Memasak dapat tergambar oleh pembaca isi dari karangan tersebut. Jelas namun kurang memberikan kesan yang berbeda. Alur diuraikan seperti petunjuk cara membuat sesuatu, namun bedanya karangan ini menghadirkan tokoh dan urutan waktu. Sehingga masih dikategorikan jenis karangan narasi. Alur jelas, mengundang kejutan, membuat cerita cukup menggelitik. Tokoh yang dihadirkan dalam cerita ini adalah Devina (pengarang sebagai tokoh utama), Mama dan Papa sebagai figuran yang membantu menghidupkan cerita yang biasa menjadi cerita yang berbeda.

Latar jelas pelukisannya, tidak membuat pembaca bingung. Sudah dapat ditebak dari awal cerita bahwa latar berada di dapur. Kesan yang digambarkan yaitu dapur yang penuh dengan bahan-bahan untuk membuat sup ceker.

Bahasa sebagai media untuk menuangkan imajinasi, gagasan atau ide agar karangan dapat menarik pembaca, namun kesan yang timbul biasa saja. Tidak terlalu ada yang bisa ditonjolkan. Namun pengarang pintar menghidupkan cerita dengan candaan yang menggelitik. Ejaan masih ada yang harus disempurnakan, seperti penulisan kata Mama dan Papa ditulis dengan Mamah dan Papah, sebenarnya ditulis sebenernya, dll.

153

Subjek 4 Judul Karangan Skor Kategori

: M. Hilmy Syahrul : Jangan Berlebihan dalam Menghukum : 71 : Cukup

154

Penilaian Karangan Narasi Komponen yang dinilai 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tema Alur Tokoh Latar Sudut Pandang Bahasa (diksi, ejaan dan tanda baca) Jumlah 1 Skala Nilai 2 3 4 5 Bobot 3 4 4 3 3 3 84 Skor 3 4 4 4 4 2

Analisis: Pemilihan tema persahabatan dengan judul dan dikaitkan dengan isi cerita setelah dianalisis. Tema berbeda dengan isi cerita. Judul sudah cukup bagus. Terlihat mengandung pesan di dalamnya.

155

Alur yang dipaparkan sangatlah baik, dari paragraf satu ke paragraf yang lainnya saling berkaitan, namun tetap pada ide pokok masing-masing. Pengarang menghadirkan pengembangan cerita yang sangat menarik. Terdapat dua tokoh dalam karangan di atas, yaitu seorang laki-laki dan teman-temannya. Deskripsi tokoh sangat jelas, dan dikembangkan melalui perbuatan yang dilakukan tokoh tersebut. Latar pun dideskripsikan jelas dengan menyebutkan tempat pada cerita, suasana pada saat itu. Pengarang membawa pembaca ke dalam ceritanya. Namun masih belum dikembangkan. Disini pengarang sebagai orang ketiga, dan secara konsisten ditampilkan. Terlihat pada kata dia, sebutan nama, dan teman-temannya. Pengarang tau akan posisinya sebagai orang ketiga. Bahasa masih sangat kurang variatif, karena masih terdapat pengulangan kata penghubung, ejaan sudah sangat sesuai dengan aturan, tanda baca diterapkan sesuai dan funsional. Meskipun masih terdapat beberapa kesalahan-kesalahan. Adapun prosentase hasil pengolahan data siklus III tentang kemampuan siswa dalam meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi melalui pendekatan kontekstual dapat dilihat pada tabel 4.14. berikut ini:

156

Tabel 4.14. Prosentase Hasil Kemampuan Siswa dalam Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Pendekatan Kontekstual Siklus III Kategori Jumlah Prosentase Tafsiran SB 12 37,5% Hampir setengahnya B 9 28,1% Setengah kecil C 11 34,4% Hampir setengahnya K 0 0% Tidak seorang pun SK 0 0% Tidak seorang pun

Berdasarkan tabel 4.14. di atas dapat dilihat bahwa persentase hasil kemampuan siswa dalam meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi melalui pendekatan kontekstual pada siklus III dengan kualifikasi sangat baik (SB) 37,5%, baik (B) 28,1%, cukup (C) 34,4%, kurang (K) 0%, sangat kurang (SK) 0%.

e. Refleksi Setelah mengamati dan menganalisis kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi melalui pendekatan kontekstual dengan media berbasis audiovisual, maka diperoleh data-data berikut ini: 1) Dengan menggunakan pendekatan kontekstual akan dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis karangan narasi. 2) Proses pembelajaran berjalan dengan lancar walaupun masih dalam bimbingan guru. Kekurangan-kekurangan yang ada tidak mempengaruhi siswa untuk menulis karangan narasi.

157

C. Pembahasan Pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada materi menulis karangan narasi masih sangat rendah, dilihat dari nilai siswa dalam menulis karangan narasi masih di bawah nilai Kriteria Ketentuan Minimum (KKM) yaitu 6,5 yang ditentukan oleh sekolah untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya untuk pembelajaran menulis. Guru menyambut baik alternatif pemecahan masalah tersebut berupa upaya peningkatan keterampilan menulis karangan narasi melalui pendekatan kontekstual. Kaitan antara pembelajaran menulis dengan pendekatan ini adalah terdapat pada langkah pembelajarannya. Langkah yang pertama yang dilakukan oleh guru adalah memberikan contoh sebuah karangan narasi dan menghadirkan pendongeng, atau mengingat suatu peristiwa yang menjadi pengalaman mereka, atau berdasarkan hasil wawancara sesama teman sebaya dijadikan inspirasi untuk menuangkan gagasan, diharapkan siswa mampu mengembangkan sebuah paragraf karena mereka mengalami sendiri apa yang akan ditulis ke dalam sebuah karangan narasi . Melalui pendekatan kontekstual ini diharapkan siswa merasa lebih mudah dalam menulis karena mereka sudah mempunyai gambaran yang telah diberikan oleh guru melalui sebuah contoh, dan diharapkan siswa dapat mengembangkan ide, pikiran, dan gagasan mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Respon siswa pada pembelajaran menulis karangan narasi melalui pendekatan kontekstual dengan menggunakan tindakan, metode dan media yang berbeda, siswa menjadi antusias terhadap pembelajaran dan mempermudah

158

mereka untuk menuangkan apa yang ada dalam pemikirannya. Hal ini sejalan dengan pendapat (Nurhadi dalam Muslich, 2009) pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar. Dengan beberapa komponen pendekatan kontekstual yang diaplikasikan dalam pelaksanaan pembelajaran, dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya pembelajaran menulis karangan narasi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Data keseluruhan yang diperoleh dalam penelitian hasil kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi melalui pendekatan kontekstual dari siklus I sampai dengan siklus III terlihat bahwa melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas IV SD Negeri 1 Kayuambon. Secara rinci dapat dilihat dari tabel-tabel di bawah ini:

159

Tabel 4.15. Perbandingan Nilai Siklus I, II, III No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. Nama Siswa Vania. N Octavia. S Refandy Aldiansyah Rafly Aji Rasya Mila. J N. Aliya Devina. P Aditya Edelia. D Efrita Hanifah Rizma. S Haya Hilmi Lufi. N Silvi Tria Lulu. A Ghandira Assyifa. A Fredy Wahyu. N Indah Zidanial Hanisya Ikhsan Reisya. M Bianca. R Elvareta Siklus I 78 30 40 46 50 51 57 60 74 54 49 78 78 70 66 63 33 54 49 43 63 60 74 30 62 49 47 33 40 74 74 78 Nilai Siklus II 94 56 50 56 66 63 63 90 93 73 56 97 62 97 84 81 50 72 90 66 83 70 87 56 87 69 62 55 57 70 76 77 Siklus III 90 76 63 63 74 76 83 94 94 84 69 97 87 90 96 87 71 69 86 76 77 66 90 70 86 72 66 83 66 87 91 93

160

Tabel 4.16. Perbandingan Kemampuan Tertinggi dan Terendah Siklus I, II, III No. 1 2 3 Nilai Karangan Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata Siklus I 78 30 56,5 Siklus II 97 50 72,1 Siklus III 97 63 80,4

Adapun prosentase hasil pengolahan data siklus I samapi dengan siklus III tentang kemampuan siswa dalam meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi melalui pendekatan kontekstual dapat dilihat pada tabel 4.17. Tabel 4.17. Prosentase Perkembangan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Pendekatan Kontekstual Siklus I, II, III Kualifikasi SB B C K SK I 0% 9,4% 40,6% 31,2% 18,8% SIKLUS II 25% 15,6% 46,9% 12,5% 0% III 37,5% 28,1% 34,4% 0% 0%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi melalui pendekatan kontekstual pada setiap siklusnya menunjukkan peningkatan. SIKLUS I Tidak seorang pun (0%) siswa yang berkualifikasi sangat baik, Setengah kecil (9,4%) siswa yang berkualifikasi baik, Hampir setengahnya (40,6%) siswa yang berkualifikasi cukup, Hampir setengahnya (31,2%) siswa yang berkualifikasi kurang, dan Setengah kecil (18,8%) siswa berkualifikasi sangat kurang.

161

SIKLUS II Setengah kecil (25%) siswa berkualifikasi sangat baik, Setengah kecil (15,6%) siswa berkualifikasi baik, Hampir setengahnya (46,9%) siswa berkualifikasi cukup, Setengah kecil (12,5%) siswa berkualifikasi kurang, dan Tidak seorang pun (0%) siswa berkualifikasi sangat kurang. SIKLUS III Hampir setengahnya (37,5%) siswa berkualifikasi sangat baik, Setengah kecil (28,1%) siswa berkualifikasi baik, Hampir setengahnya (34,4%) siswa berkualifikasi cukup, Tidak seorang pun (0%) siswa berkualifikasi kurang, dan Tidak seorang pun (0%) siswa berkualifikasi sangat kurang. Adapun grafik prosentase hasil perkembangan menulis karangan narasi melalui pendekatan kontekstual dapat dilihat di bawah ini.

162

Grafik 4.1. Grafik Prosentase Hasil Perkembangan Menulis Karangan Narasi melalui Pendekatan Kontekstual Berdasarkan Kategori %

Dari grafik di atas terlihat jelas prosentase peningkatan hasil belajar menulis karangan narasi siswa tiap siklus. Hal ini membuktikan bahwa pernyataan penggunaan pendekatan kontekstual dapat membantu meningkatkan keterampilan menulis narasi siswa.

163

Grafik 4.2. Grafik Rekapitulasi Prosentase Peningkatan Menulis Karangan Narasi melalui Pendekatan Kontekstual Siklus I - III %

You might also like