You are on page 1of 14

HADITS TARBAWIY

MAKNA IMAN, ISLAM DAN IKHSAN


Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur
Mata Kuliah : Hadits Tarbawi
Dosen pengampu : Jajang Aisyul Muzaki, M. Ag.








Kelompok I :
1. Ibnu Masud
2. Chaerul Umam
3. Agus Nurrohman

Tarbiyah IPA Biologi B / IV

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON
2011

2

BAB I
PENDAHULUAN

Diantara perbendaharaan kata dalam agama Islam adalah Iman, Islam, dan
Ihsan. Berdasarkan sebuah hadits yang terkenal, ketiga istilah itu memberi umat
Islam (sunni) ide tentang rukun iman yang enam, rukun islam yang lima, dan
ajaran tentang penghayatan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dalam penglihatan
itu terkesan adanya semacam kompartementalisasi antara masing-masing istilah
itu, seolah-olah setiap satu dari ketiga noktah itu dapat dipahami secara tersendiri,
dapat bentuk sangkutan tertentu dengan yang lain.
Dalam Islam terdapat trilogi ajaran ilahi. Trilogi itu telah mendapatkan
ekspresinya dalam banyak segi budaya Islam. Arsitektur masjid Indonesia yang
banyak diilhami oleh dan dari gaya arsitektur hindu, mengenal adanya seni
arsitektur atap bertingkat tiga. Seni arsitektur itu sering ditafsirkan kembali
sebagai lambang tiga jenjang perkembangan penghayatan keagamaan manusia,
yaitu tingkat dasar atau permulaan (purwa), tingkat menengah (madya), dan
tingkat akhir yang maju dan tinggi (wusana). Dan ini dianggap sejajar dengan
jenjang vertikal Islam, iman, dan Ikhsan, selain juga ada tafsir kesejajarannya
dengan syari'at, thariqat, dan ma'rifat.
Berikut ini kita akan mencoba berdasarkan pembahasan para ulama, apa
pengertian dari ketiga istilah itu dengan bagaimana wujudnya dalam hidup
keagamaan seorang pemeluk agama Islam. Diharapkan bahwa dengan memahami
lebih baik pengertian istilah-istilah, yang amat penting itu kemampuan kita
menangkap makna luhur agama dan pesan-pesan sucinya.
3

BAB II
PEMBAHASAN

:
, , :
,
, : ,
, , :
. : . , ,
: , : ,
: . : : : .
, : , : .
: ,
, : . :
. ) (
Pada suatu hari kami (Umar Ra dan para sahabat Ra) duduk-duduk
bersama Rasulullah Saw. Lalu muncul di hadapan kami seorang yang berpakaian
putih. Rambutnya hitam sekali dan tidak tampak tanda-tanda bekas perjalanan.
Tidak seorangpun dari kami yang mengenalnya. Dia langsung duduk menghadap
Rasulullah Saw. Kedua kakinya menghempit kedua kaki Rasulullah, dari kedua
telapak tangannya diletakkan di atas paha Rasulullah Saw, seraya berkata, Ya
Muhammad, beritahu aku tentang Islam. Lalu Rasulullah Saw menjawab,
Islam ialah bersyahadat bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad
Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan
mengerjakan haji apabila mampu. Kemudian dia bertanya lagi, Kini beritahu
aku tentang iman. Rasulullah Saw menjawab, Beriman kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada
Qodar baik dan buruknya. Orang itu lantas berkata, Benar. Kini beritahu aku
tentang ihsan. Rasulullah berkata, Beribadah kepada Allah seolah-olah anda
4

melihat-Nya walaupun anda tidak melihat-Nya, karena sesungguhnya Allah
melihat anda. Dia bertanya lagi, Beritahu aku tentang Assaah (azab kiamat).
Rasulullah menjawab, Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya.
Kemudian dia bertanya lagi, Beritahu aku tentang tanda-tandanya. Rasulullah
menjawab, Seorang budak wanita melahirkan nyonya besarnya. Orang-orang
tanpa sandal, setengah telanjang, melarat dan penggembala unta masing-masing
berlomba membangun gedung-gedung bertingkat. Kemudian orang itu pergi
menghilang dari pandangan mata. Lalu Rasulullah Saw bertanya kepada Umar,
Hai Umar, tahukah kamu siapa orang yang bertanya tadi? Lalu aku (Umar)
menjawab, Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui. Rasulullah Saw lantas
berkata, Itulah Jibril datang untuk mengajarkan agama kepada kalian
1
. (HR.
Muslim)
a Kata) (Kos
-

Duduk :
-

Sangat :
-

: Lutut
- : Telapak tangan
-

Memberi tahu/kabar :
-

: Membenarkan
- : Lebih mengetahui
A. IMAN
1. Pengertian Iman
Iman menurut pengertian bahasa arab ialah , membenarkan
dengan (dalam) hati. Ibnu Katsir menunjuk beberapa ayat Al-Qur'an yang
memberi pengertian bahwa iman ialah pengakuan dengan (dalam) hati:


1
1.Muslim, iman,bab iman, islam, ihsan dan kewajiban menetapkan takdir Allah subhanallah
wataala, hadits no 8.
Hadis arbain annawawiyah. Hadits no 2. Cet, absolut jogja 2005.
5

}g`uNC *.) }g`uNC4
--g4g`uUg ( : 16 )
Artinya: Dia membenarkan Allah dan membenarkan orang orang
mukmin. (Q.S. At-Taubah; 61)

Adapun pengertian iman menurut syara', adalah:

. , ,
Mengucapkan dengan lidah, membenarkan dengan hati, dan
mengerjakan dengan anggota tubuh.

Tegasnya, iman menurut batasan syara' ialah memadukan ucapan dengan
pengakuan hati dan perilaku. Dengan lain perkataan mengikrarkan dengan lidah
akan kebenaran Islam, membenarkan yang diikrarkan itu dengan hati dan
tercermin dalam perilaku hidup sehari-hari dalam bentuk amal perbuatan. Dengan
kata lain iman adalah tunduk ruh kepada kebenaran serta khudlu' kepadanya.
Tunduk dan khudlu' ruh kepada yang haq (Allah). Hati tidak akan tunduk jika
belum berkumpul:
a. Membenarkan dengan hati (tashdiq qalbi)
b. Mengikrarkan dengan lidah
c. Mengamalkannya dalam perbuatan sehari-hari
Al-Isbahani mengatakan, bahwa menurut kaum Ahlusunnah, iman dapat
bertambah dan berkurang. Maka seseorang yang membenarkan dengan hati tetapi
tidak terlihat pada perilaku hidup tidak bisa dinamakan mukmin mutlak, sebab
tidak melaksanakan apa yang seharusnya diperbuat selaku seorang yang beriman.
Sesungguhnya, setinggi-tinggi iman ialah ma'rifat hati, ikrar lidah dan amal
anggota tubuh. Iman dapat bertambah dengan taat dan berkurang dengan maksiat.
Seperti uraian dalam hadist berikut:

) (
Artinya : Abu Hurairah r.a. berkata : Nabi Saw. Bersabda : Tidak akan
berzina seorang pelacur di waktu berzina jika ia sedang beriman, dan tidak akan
minum khamr, di waktu minum jika ia sedang beriman, dan tidak akan mencuri,
di waktu mencuri jika ia sedang beriman. Di lain riwayat: Dan tidak akan
merampas rampasan yang berharga sehingga orang-orang membelalakkan mata
kepadanya, ketika merampas jika ia sedang beriman
2
. (HR. Bukhari, Muslim)
Makna hadits di atas adalah bahwa tidak ada seorangpun yang melakukan
perbuatan maksiat di atas sedang ia berada dalam keimanan yang sempurna.
Dengan kata lain, orang yang melakukan perbuatan maksiat di atas maka dia
termasuk orang yang tidak sempurna imannya. Secara lafdiyah hadits ini
menunjukkan makna bahwa yang melakukan perbuatan maksiat di atas termasuk
orang yang tidak beriman, tetapi yang dimaksud oleh hadits tersebut adalah bukan
hilangnya iman tetapi hilangnya kesempurnaan iman seseorang karena melakukan
perbuatan maksiat.
Menurut Ibnu As-Sholah, iman mencakup apa yang termasuk dalam
rumusan Islam, bahkan iman mencakup pula semua jenis taat. Sebab, taat adalah
produk dari keyakinan (terhadap) yang menjadi dasar iman. Amal adalah bagian
dari iman. Tidak sempurna iman tanpa amal. Amal dan iman adalah saudara
kembar. Tidak sah yang satu tanpa yang satu lagi. Keduanya bersama-sama juga
tidak sah tanpa merendahkan kufur yang menjadi lawannya. Tuhan mensyaratkan
amal saleh untuk iman dan menganggap tidak berguna iman kecuali dengan
adanya amal.

2. Hakekat dan Syarat Iman
Ditinjau dari cara tumbuhnya Iman, maka iman dapat dibagi dalam dua
katergori, yaitu iman hakiki dan iman taqlidi atau pura-pura (shuri). Iman hakiki
ialah iman yang tumbuh karena kesadaran atas dasar pengetahuan. Iman dalam
kategori ini adalah iman yang teguh karena terhujam jauh ke dalam lubuk hati.
Iman seperti inilah yang dimaksud sebagai kebajikan dan pangkal kebaktian yang

2
Terjemah bulughul maram. Hadits tentang iman. Cet. Aljabal bandung 2011.
7

kerap kali tersebut di dalam Al-Qur'an. Sedang iman taqlidi atau iman ikut-ikutan
adalah beriman karena lingkungan tidak akan mampu menjadi motor pendorong
untuk melahirkan sikap dan tindakan seperti yang dituntut oleh para iman hakiki.
Adapun hal-hal yang menjadi syarat bagi iman adalah:
a) Patuh dan tunduk menerima segala yang dibawa oleh Nabi.
b) Keyakinan yang teguh tanpa ada keraguan sedikitpun. Sebab, keraguan tidak
akan memberi guna. Allah berfirman:
4`4 e+O O) ;}g` Ug W p)
4pON)l+4C ) O}-- W Ep)4
O}-- /j_^NC =}g`
--O4^- 6*^OE- ^gg
Artinya: Dan mereka tidak mempunyai ilmu terhadapnya. Mereka hanya
mengikuti dugaan semata. Sesungguhnya dugaan terhadap
sesuatu tidaklah memberi guna sedikitpun" (Q.S An Najm :28)

c) Amal perbuatan yang saleh bersama-sama dengan iman yang saleh adalah
kunci kemenangan.

3. Rasa malu sebagian dari pada iman


Berkata Abdullah bin Umar r.a. : Rasulullah SAW lewat kepada seorang
laki-laki yang sedang menasihati saudaranya karena malu. Maka Rasulullah SAW
berkata : Tinggalkanlah dia, karena sesungguhnya malu itu sebagian dari iman
3
.
(HR. Bukhari Muslim).
Adapun malu dalam istilah syara adalah akhlak yang mendorong manusia
untuk meninggalkan perbuatan buruk dan perbuatan yang tidak bermanfaat.
Malu merupakan sebuah watak, bisa juga merupakan akhlak. Malu yang

3
Shahih bukhari muslim. Hadits ke 24. Cet jabal bandung. 2011.

8

merupakan akhlak memerlukan upaya, ilmu dan niat, karenanya merupakan
bagian dari iman serta bisa mendorong manusia untuk melakukan perbuatan baik
dan mencegah dari maksiat.
Malu juga ada yang mendorong orang untuk melakukan maksiat, seperti
malu terhadap penguasa sehingga menimbulkan enggan untuk amar maruf nahyil
munkar kepada pemerintah tersebut. Malu yang ini bukan malu yang sebenarnya,
tetapi malu tipe ini merupakan kelemahan, kerendahan dan kehinaan
4
.
Dalam hadits ini Rasulullah SAW mengingatkan bahwa yang benar justru
adalah tidak menghilangkan rasa malu dalam diri saudaranya. Biarkan saja
seseorang memiliki sifat malu. Ia adalah akhlak yang disunnahkan. Malu adalah
sebagian dari iman. "Kalaupun sifat malu itu menghalangi seseorang dari meminta
haknya," tulis Ibnu hajar dalam Fathul Bari, "maka dia akan diberi pahala sesuai
dengan hak yang ditinggalkannya." Karena sifat malu itu, menurut Ibnu Qutaibah,
"Dapat menghalangi seseorang untuk melakukan kemaksiatan sebagaimana
iman." Malu didefinisikan sebagai sikap menahan diri dari perbuatan buruk atau
hina. Sifat malu ini merupakan gabungan dari sifat takut dan iffah (menjaga
kesucian diri).
Sifat malu terbagi menjadi tiga.
1. Malu kepada diri sendiri.
Orang yang mempunyai malu terhadap dirinya sendiri, saat melihat dirinya
sangat sedikit sekali amal ibadah dan ketaatannya kepada Allah SWT serta
kebaikannya kepada masyarakat di lingkungannya, maka rasa malunya akan
mendorongnya untuk meningkatkan amal ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT.
2. Malu kepada manusia.
Orang yang merasa malu terhadap manusia akan malu berbuat kejahatan
dan maksiat.
3. Malu kepada Allah SWT.

4
Samudra pilihan hadits shahih bukhori. Bab 1 akidah, hal 17. Anugrah surabaya. 1994.
9

Orang yang memiliki rasa malu terhadap Allah SWT akan tampak dalam
sikap dan tingkah lakunya, karena ia yakin bahwa Allah SWT senantiasa
melihatnya
Bila kita kembali kepada hadits Rasulullah di atas yang mengatakan rasa
malu adalah manifestasi dari iman, maka hanya orang-orang yang imannya
menancap kuat dan tumbuh yang memiliki tingkat sensitivitas rasa malu yang
sangat tinggi.

B. ISLAM
Islam mempunyai dua pengertian. Pertama, mengikrarkan dengan lidah,
baik ucapan lidah tersebut dibenarkan oleh hati ataupun tidak. Kedua,
mengikrarkan dengan lidah, membenarkan dengan hati, dan mengamalkannya
dengan sempurna dalam perilaku hidup serta menyerahkan diri kepada Allah
dalam segala ketetapan-Nya baik qada maupun qadar-Nya.
Menurut Ibnu Taimiyah, Islam ialah Ad-Dien yang maknanya ialah tunduk
dan merendahkan diri kepada Allah. Oleh sebab itu, Islam berarti pula
"menyerahkan diri kepada Allah sendiri, tidak memperserikatkan-Nya dengan
sesuatu apapun". Orang yang memperserikatkan-Nya dalam menyembah-Nya
tidaklah dihitung sebagai orang Islam. Ada indikasi bahwa Islam adalah inisial
seseorang masuk ke dalam lingkaran ajaran Illahi. Sebuah ayat suci melukiskan
bagaimana orang-orang Arab Badui mengakui telah beriman tapi Nabi
diperintahkan untuk mengatakan kepada mereka bahwa mereka belumlah beriman
melainkan baru ber-Islam. Sebab, iman belum masuk ke dalam hati mereka
seperti yang tertulis dalam firman Allah SWT yang terdapat di dalam QS. Al-
Hujurat ayat 14 yang berbunyi:
ge~ C-O;N- E44`-47 W ~
- W-ONLg`u> }4 W-EO7O~
E4;Uc O4 7=;4C
}ECe"- O) 7)OU~ W p)4
W-ONOgC> -.- N.Oc4O4
7u-)U4C ;}g)` 7)UE;N *^OE- _
Ep) -.- EOOEN N7gOO ^j
10

Artinya: "Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman."
Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi katakanlah 'kami telah
tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu
taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi
sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang
5
."

Jadi, iman lebih mendalam daripada islam. Sebab, dalam konteks firman
tersebut kaum Arab Badui tersebut barulah tunduk kepada Nabi secara lahiriyah,
dan itulah makna kebahasaan perkataan "Islam" yaitu tunduk atau menyerah. Ibnu
Taimiyah menjelaskan bahwa agama memang terdiri dari tiga unsur, yaitu Islam,
Iman, dan Ihsan, yang dalam kertiga unsur tersebut terselip makna kesenjangan:
Orang mulai dengan Islam, berkembang ke arah iman, dan memuncak dalam
Ihsan.
Sikap pasrah dan menyerahkan diri kepada Allah inilah yang disebutkan
sebagai sikap keagamaan yang benar dan diterima Allah. Sebagaimana firman
Allah dalam QS. Al-Imron ayat 19 yang berbunyi:
Ep) -g].- E4gN *.-
OUce"- ...
Artinya: "Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam"
Selanjutnya, penjelasan yang sangat penting tentang makna "al-Islam" ini juga
diberikan oleh Ibnu Taimiyah. Ia mengatakan bahwa al-Islam mengandung dua
makna yaitu:
a. Sikap tunduk dan patuh, sehingga tidak menjadikan sombong
b. Ketulusan dalam sikap tunduk kepada satu pemilik/ penguasa.
Demikian itu sebagian dari penjelasan yang diberikan Ibnu Taimiyah
tentang makna al-Islam. Berdasarkan pengertian-pengertian itu juga harus
dipahami penegasannya dalam Al-Qur'an bahwa semua agama para Nabi dan
Rasul adalah Islam. Yakni, agama yang mengajarkan sikap tunduk dan patuh,
pasrah dan berserah diri secara tulus kepada Tuhan dengan segala qudrat dan
madatnya. Sudah terang bahwa Islam dalam pengertian ini mustahil tanpa iman,

5
Al-quran & terjemah. Qs Alhujurat; 14. Toha putra 1989.
11

karena dapat tumbuh hanya kalau seseorang memiliki rasa percaya kepada Allah
yang tulus dan penuh.


C. IHSAN
Menurut Ar-Raghib Al-Isfahani dalam mufradatnya, bahwa Ihsan menurut
arti bahasa Arab mempunyai dua makna:
1. Memberikan nikmat (berbuat bajik) kepada orang lain
2. Menguasai dengan baik sesuatu pengetahuan, dan atau mengerjakan
dengan baik sesuatu perbuatan.
Kemudian, kata-kata Ihsan itu sendiri secara harfiah berarti "barbate baik".
Seorang yang ber-Ihsan disebut muhsin, sebagai orang yang ber-iman disebut
mu'min dan yang ber-Islam disebut muslim. Karena itu, sebagai bentuk jenjang
penghayatan keagamaan, Ihsan terkait erat sekali dengan pendidikan berbudi
pekerti luhur atau berakhlak mulia.
;}4`4 }=O;O 44Cg1 ;}Og)`
=Uc +OE_;_4 *. 4O-4
E}O^4` E74lE>-4 --g`
=1g-4O) LOgLEO EOC+`-4
+.- =1g-4O) 1E1)UE= ^g)
Artinya: "Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan
kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah
mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya".

Islam dalam arti akhlak mulia atau pendidikan kearah akhlak mulia
sebagai puncak keagamaan dapat dipahami juga dari beberapa hadits terkenal
seperti:

Artinya: "Sesunguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan
berbagai keluhuran hati"
12

Dari sabda beliau lagi bahwa yang paling memasukan orang ke dalam
surga ialah taqwa kepada Allah dan keluhuran budi pekerti. Nabi menjelaskan
bahwa Ikhsan adalah jiwa iman dan Islam, dan iman serta Islam itu diterima Allah
jika berdasarkan ikhlas. Dengan kata lain, modal Ihsan adalah ikhlas. Sebab,
semua amal baik yang yang batiniyah, ataupun yang lahiriyah, baru diterima jika
dilandasi oleh ikhlas, dan Ihsan memang unsur yang paling pokok untuk
pangunan Ad-dien.
Maka dari itu, berlaku Ihsan dalam beribadah ialah mengerjakannya
dengan baik dan sempurna semua kaifiat, syarat, rukun, dan adab-adabnya.
13

BAB III
KESIMPULAN

1. Iman adalah memadukan ucapan dengan pengakuan hati dan perilaku, atau
bias diartikan mengikrarkan dengan lidah akan kebenaran Islam,
membenarkan yang diikrarkan itu dengan hati dan tercermin dalam perilaku
hidup sehari-hari dalam bentuk amal perbuatan.
2. Islam mempunyai dua pengertian:
a. mengikrarkan dengan lidah, baik ucapan lidah itu dibenarkan oleh hati
atau tidak.
b. Mengikrarkan dengan lidah, membenarkan dengan hati, dan
mengamalkannya dengan sempurna dalam perilaku hidup serta
menyerahkan diri kepada Allah dalam segala ketetapannya, baik qada'
maupun qadar-Nya.
3. Ihsan adalah memberikan nikmat kepada orang lain dan menguasai dengan
baik sesuatu pengetahuan, dan atau mengerjakan dengan baik suatu
perbuatan.Setiap pemeluk Islam mengetahui degan pasti bahwa Islam (al-
Islam) tidak abash tanpa iman (al-iman), dan iman tidak sempurna tanpa
Ihsan (al-Ihsan). Sebaliknya, Ihsan adalah mustahil tanpa iman, dan iman
juga tidak mungkin tanpa inisial Islam. Pengertian antara ketiga istilah itu
terkait satu dengan yang lain, bahkan tumpang tindih sehingga setiap satu
dari ketiga istilah mengandung makana dua istilah yang lainnya. Dalam
iman terdapat Islam dan Ihsan, dalam Islam terdapat iman dan Ihsan, dan
dalam Ihsan terdapat iman dan Islam. Dari sudut inilah kita melihat iman,
Islam, dan Ihsan sebagai trilogi ajaran Illahi.

Maka kaitan Iman, Islam, dan Ihsan ialah ibarat ruh degan tubuh. Jika
iman ditamsilkan sebagai watak (ghara-iz), dan Islam sebagai tubuh (jawarih),
maka Ikhsan ialah yang mendinamiskan ghara-iz dan menggerakan jawarih.



14

DAFTAR PUSTAKA

Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi; 1998, Al-Islam I, Pustaka Rizki
Putra: Semarang.
Albayan. 2011. Shahih Bukari Muslim. Bandung : Jabal
Muhammad bin Shalih Aliutsaimin. 2005. Syarah Arbain An Nawawiyah.
Absolut: yogyakarta.
Labib MZ. 1994. samudra pilihan hadits shahih bukhori. Anugrah: Surabaya.
Seonarjoe, dkk. 1989. Al-quran dan Terjemahnya. Toha putra : semarang.
http//:www.wikipedia.co/202012/hadist-bukhori-muslim/id.Diakses pada tanggal
18-02-2012.

You might also like