You are on page 1of 11

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK GEOLOGI PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI ACARA III : FILUM PORIFERA

LAPORAN

OLEH SARI MALIKU D61111006

MAKASSAR 2012

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI Hari/Tanggal : Selasa/6 Maret 2012 Acara : Filum Porifera Nama No. Mhs : Sari Maliku : D611 11 006

I.

Latar Belakang Di bumi ini terdapat banyak jenis makhluk hidup yang tak terhitung jumlahnya. Dan semua makhluk hidup tersebut pasti akan mengalami kematian baik itu binatang, manusia maupun tumbuhan. Setelah mengalami kematian sebagian dari makhluk itu meninggalkan sisa-sisa kehidupan dalam jangka waktu yang lama dan biasa dikenal dengan istiah fosil. Berdasarkan asal katanya, fosil berasal dari bahasa latin yaitu fossa yang berarti "galian", adalah sisa-sisa atau bekas-bekas makhluk hidup yang menjadi batu atau mineral. Bicara mengenai fosil berarti berbicara mengenai paleontologi, Paleontologi adalah cabang ilmu geologi yang mempelajari fosil. Seluk beluk fosil dipelajari oleh seorang paleontologist. Fosil terbentuk dari proses dari proses penghancuran peninggalan organisme yang pernah hidup. Hal ini sering terjadi ketika tumbuhan atau hewan terkubur dalam kondisi lingkungan yang bebas oksigen. Fosil yang ada jarang terawetkan dalam bentuknya yang asli. Dalam beberapa kasus, kandungan mineralnya berubah secara kimiawi atau sisa-sisanya terlarut semua sehingga digantikan dengan cetakan. Praktikum paleontologi dalam acara Filum Porifera ini bermaksud untuk memberikan pemahaman kepada praktikan agar dapat mendiskripsikan damn membedakan fosil Porifera dengan fosil lainnya dengan melihat ciri-ciri, bentuk, proses pemfosilannya serta lingkungan pengendapannya.

II. Maksud dan Tujuan 2.1. Maksud Adapun maksud dari praktikum paleontologi l yaitu untuk mengenal lebih awal bentuk, bagian-bagian fosil dan prosese pemfosilan. 2.2. Tujuan Adapun tujuan dari praktikum pengenalan fosil yaitu : 1. Mengenal serta mengetahui bagian-bagian fosil dari filum Protozoa dan Bryzoa. 2. Mengetahui proses pemfosilan. 3. Mengetahui bentuk-bentuk dari fosil.

III. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu A. Alat : 1. Lap kasar 2. Lap halus 3. Alat tulis 4. Penuntun Praktikum 5. Format Praktikum B. Bahan : 1. HCL 0,1 M 2. Sampel fosil

IV. Teori Ringkas Berdasarkan asal katanya, fosil berasal dari bahasa latin yaitu fossa yang berarti "galian", adalah sisa-sisa atau bekas-bekas makhluk hidup yang menjadi batu atau mineral. Untuk menjadi fosil, sisa-sisa hewan atau tanaman ini harus

segera tertutup sedimen. Oleh para pakar dibedakan beberapa macam fosil. Ada fosil batu biasa, fosil yang terbentuk dalam batu ambar, fosil ter, seperti yang terbentuk di sumur ter La Brea di California. Hewan atau tumbuhan yang dikira sudah punah tetapi ternyata masih ada disebut fosil hidup dan ilmu yang mempelajari fosil adalah paleontologi. Secara singkat definisi dari fosil harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Sisa-sisa organisme. 2. Terawetkan secara alamiah. 3. Pada umumnya padat /kompak/keras. 4. Berumur lebih dari 11.000 tahun. Istilah "fosil hidup" adalah istilah yang digunakan suatu spesies hidup yang menyerupai sebuah spesies yang hanya diketahui dari fosil. Beberapa fosil hidup antara lain ikan coelacanth dan pohon ginkgo. Fosil hidup juga dapat mengacu kepada sebuah spesies hidup yang tidak memiliki spesies dekat lainnya atau sebuah kelompok kecil spesies dekat yang tidak memiliki spesies dekat lainnya. Contoh dari kriteria terakhir ini adalah nautilus. Fosilisasi merupakan proses penimbunan sisa-sisa hewan atau tumbuhan yang terakumulasi dalam sedimen atau endapan-endapan baik yang mengalami pengawetan secara menyeluruh, sebagian ataupun jejaknya saja. Adapun proses pemfosilan yaitu : a. Karbonisasi Pada proses ini bagian-bagian lunak dari organisme seperti daun, ubur-ubur, dan cacing pada waktu mati dengan cepat penimbunan oleh sedimen karena penimbunan organisme mengalami kompresi sehingga komponen berupa gas akan menghilang, meniggalkan unsure karbon yang tercetak pada batuan sedimen yang terbentuk.

b. Petrifikasi Proses perubahan menjadi batu yang meliputi permineralisasi yaitu perubahan mineral yang menyebabkan pergantian sebagian mineral lain. Mineralisasi perubahan mineral yang menyebabkan pergantian seluruh mineral penyusun fosil oleh mineral lain. c. Replacement Terjadi ketika suatu organisme terkubur lumpur/ material sedimen dan sisa dari tubuh organism tersebut digantikan oleh mineral sulfide (pyrite) atau fosfat (apatit). d. Rekritalisasi Perubahan mineral pada tubuh organisme atau fosil dimana pada proses ini terjadi perubahan bentuk mineral secara keseluruhan e. Tracks dan Trails - Tracks : Jejak dari hasil pergerakan besar (jejak besar) - Trails : Jejak dari pergerakan yang halus (jejak halus) f. Koprolit Kotoran hewan yang telah membatu, yang kadang mengandung gigi yang menandakan bersal dari hewan karnivora. g. Bioturbasi Merupakan proses pemfosilan yang dilakukan oleh organism berupa pembuatan lubang-lubang atau liang yang biasanya dilakukan oleh cacing, tikus, kerang dan kepiting. Gastrolit Suatu proses pemfosilan yang terkadang di jumpai dalam lambung organism dalam mencerna/pencenaan selam hidupnya. h. Pengawetan Jaringan Tisu

Jaringan tisu binatang yang lembut dipelihara hanya ibawah kondisi-kondisi sangat tidak biasa, dan jaringa/ tisu yang dipelihara pada umumnya cuup untuk hanya suatu jangka pendek dalam satuan waktu geoogi i. Mold dan Cast - Mold : sedimen yang mengalami kompaksi dan membentuk batuan sedimen kemudian mengalami pelarutan dan meninggalkan cetakan pada batuan sedimen - Cast : Cetakan/ ruang kulit yang diisi dengan suatu mineral baru, maka akan membentuk tiruan kulit. Menurut ahli paleontologi ada beberapa jenis fosil tetapi secara umum ada dua macam jenis fosil yang perlu diketahui, yaitu: fosil yang merupakan bagian dari organisme itu sendiri dan fosil yang merupakan sisa-sisa aktifitasnya. 1. Tipe fosil yang berasal dari organismenya sendiri Tipe pertama ini adalah binatangnya itu sendiri yang terawetkan/tersimpan, dapat berupa tulangnya, daun-nya, cangkangnya, dan hampir semua yang tersimpan ini adalah bagian dari tubuhnya yang keras. Dapat juga berupa binatangnya yang secara lengkap (utuh) tersimpan. misalnya fosil Mammoth yang terawetkan karena es, ataupun serangga yang terjebak dalam amber (getah tumbuhan). 2. Tipe fosil yang merupakan sisa-sisa aktifitasnya Fosil jenis ini sering juga disebut sebagai trace fosil (fosil jejak), karena yang terlihat hanyalah sisa-sisa aktifitasnya. Jadi ada kemungkinan fosil itu bukan bagian dari tubuh binatang atau tumbuhan itu sendiri. Adapun jenis fosil jejak antara lain coprolite (fosil bekas kotoran binatang) dan trail and tracks (fosil bekas jejak langkah binatang).

Porifera ( Latin: porus = pori, fer = membawa ) atau spons adalah hewan multi seluler yang paling sederhana. Porofera dapat diartikan sebagai binatang bersel banyak (multiseluler) yang sederhana disbanding filum lainnya. Ciri-ciri porifera Sekujur tubuhnya terdapat pori-pori (porus : lubang kecil dan faro : membawa/mengandung), hal tersebut menjadi sebab utama penamaanya. Hewan yang dikenal sebagai hewan spons ini merupakan organisme multiseluler. Bentuk tubuh dan warna yang beragam, misalnya mirip tumbuhan, bulat, pipih dan ada yang mirip vas bunga, sedangkan warna tubuhnya ada yang jingga, biru, hitam, ungu, kuning dan merah. Keragaman Porifera Porifera dapat dikelompokkan berdasarkan tipe saluran air maupun zat penyusun rangka tubuh. a. Berdasarkan Tipe Saluran Airnya - Tipe Askon : tipe saluran yang paling sederhana, secara berurutan terdiri atas ostia, spongiosel dan oskulum. - Tipe Sikon : saluran airnya meliputi ostia,,, saluran radial yang tidak bercabang, spongiosel dan oskulum. - Tipe Leukon (Ragon) : tipe terumit. Saluran ini terdiri atas ostia, saluarn radial yang bercabang, spongiosel dan oskulum. b. Berdasarkan Zat Penyusun Rangka Tubuhnya. - Kalkarea : tubuhnya tersusun dari zat kalsium karbonat (kapur) memiliki ukuran tubuh kecil dan hidup di laut dangkal. - Heksaktinelida : memiliki rangka tubuh dari zat silikat.

- Demospongiae : ada yang tidak mempunyai rangkaatau mempuyai rangkadari serabut spongin (zat tanduk) dan ada juga yang tersusun dari serabut spongin dan silikat. Klasifikasi Filum Porifera 1. Kelas Calcarea Rangka tubuh tersusun dari Kalsium Karbonat Terdiri dari 2 ordo : a. Ordo Homocoela b. Ordo Heterocoela 2. Kelas Hexatinellida. Spikulanya tersusun dari zat kersik dan hidup di laut yang dalam. Hewan ini disebut juga spons gelas. Terdiri dari 2 ordo : a. Ordo Lyssacina b. Ordo Dictyonina 3. Kelas Pleospongia Rangka sangat kompak, mempunyai dinding 1 atau 2 lapis yang berbentuk seperti cone. 4. Kelas Demospongia Termasuk porifera yang tidak memiliki spiculae. Terdiri dari 3 ordo : a. Ordo tetractinellida b. Ordo Monaxonida c. Ordo Kebatosa.

V. Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari praktikum pengenalan fosil yaitu 1. Kita dapat mengetahui bagian-bagian dari fosil yaitu : - Test yaitu bagian keseluruhan dari tubuh fosil yang terlihat - Oskulum yaitu pori-pori besar yang terdapat pada fosil sebagai tempat keluar masuknya air. - ostia yaitu pori-pori pada fosil yang berukuran kecil. - Spongosoel yaitu saluran tempat keluar masuknya air pada saat organismenya masih hidup. - endodermis yaitu penyusun bagian dalam tubuh fosil. - eksodermis yaitu penyusun tubuh bagian luar fosil. 2. Kita dapat mengetahui proses dari pemfosilan yaitu : a. Karbonisasi b. Replacement c. Rekritalisasi d. Tracks dan Trails e. Koprolit f. Bioturbasi g. Pengawetan Jaringan Tisu

h. Mold dan Cast 3. Kita dapat mengetahui bentuk-bentuk dari fosil yaitu: - Conical : Bentuk fosil yang beruas-ruas - Glubular : Bentuk fosil yang cenderung bulat. - Tabular : Bentuk fosil yang mirip tabung. 4. Kita dapat mengetahui kegunaan dari fosil yaitu a. Sebagai bukti adanya kehidupan di masa lampau dan memberi petunjukterjadinya evolusi kehidupan b. Penentu iklim pada saat terjadi atau berlangsung proses sedimentasi atau yang lebih dikenal dengan paleoclimatology. c. Penentu kedalaman sedimentasi atau lingkungan pengendapan dari batuan yang mengandungnya yakni dengan menggunakan fosil bentonik d. Sebagai penentu umur relative batuan yang mengandungnya, dalam hal ini penggunaan fosil tertentu sebagai foraminiera plantonik dan fosil indeks dengan menggunakan metode penarikan umur tertentu. e. Sebagai penunjuk rekonstruksi paleografi f. Sebagai penentu top dan bottom dari suatu lapisan batuan yang mengandungnya g. Menentukan arah aliran material sedimen h. Untuk mengetahui korelasi batuan dan perkembangan stratigrafi batuan sedimen. i. Untuk penentuan biostratigrafi yakni penentuan urutan batuan bedasarkan kandungan biota atau fosil yang dikandun oleh suatu batuan. 5.2. Saran Saran untuk asisten : - Pada dasarnya arahan asistensinya sudah baik.

- Sebaiknya saat asistensi setiap format praktikum diperiksa benar atau salahnya agar penulisan laporannya tidak ada kekeliruan. Saran untuk laboratorium : - Perbanyak sampel fosil agar praktikan lebih focus saat mendeskripsi.

DAFTAR PUSTAKA Asisten Paleontologi 2011/2012 PENUNTUN PRAKTIKUM

PALEONTOLOGI Makassar 2011 Jurusan Teknik Geologi Universitas Hasanuddin. http://biology-community.blogspot.com/2009/02/proses-fosilisasi-padamakhluk-hidup.html

You might also like