Professional Documents
Culture Documents
Dari sekian kasus yang membelit negeri ini, kasus pajak menduduki peringkat kedua setelah kasus korupsi yang sedang mewabah di semua kalangan saat ini. Dari sejak dahulu, Departemen yang satu ini memang terkenal sarat dengan permainan antara para pegawai yang terkait dengan para wajib pajak sehingga menyebabkan berkurangnya rasa percaya masyarakat terhadap departemen ini atau bahkan sudah menjalar ke rasa tidak percaya kepada pemerintah. Hal ini membuat masyarakat enggan untuk taat membayar pajak walaupun itu merupakan kewajiban sebagai warga negara yang baik. Berikut ini adalah contoh beberapa kasus pajak yang sering terjadi di sekitar kita: # Kasus 1 Harus diakui bahwa banyak orang asing yang mempunyai properti di Bali. Baik itu berupa hotel, home stay, villa, dll. Untuk menghindari besarnya pajak yang harus mereka bayar, tidak sedikit para pemilik yang warga negara asing tersebut melakukan transaksi di luar negeri untuk para tamu yang akan menginap. Jadi setelah terjadi kesepakatan rates kamar, para calon tamu akan melakukan pembayaran berupa transfer ke rekening bank di luar negeri milik owner dari tempat mereka akan menginap, Jadi pada saat mereka sampai di Bali tidak terjadi lagi transaksi pembayaran sehingga para pemilik tidak mempunyai bukti transaksi untuk diperlihatkan kepada petugas pajak. Hal ini bisa mengurangi jumlah pajak pendapatan yang harus mereka bayar kepada pemerintah. # Kasus 2 Bagi para pengusaha eksport barang berbahan dasar kayu, pemerintah Indonesia telah mewajibkan untuk memiliki sertifikat BRIK dan ETPIK yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan. Selain digunakan untuk memvalidasi jumlah kayu yang digunakan juga digunakan sebagai salah satu syarat dokumen eksport sehingga pemerintah bisa memantau berapa jumlah eksport yang dilakukan untuk mengetahui besarnya pajak yang harus dibayar para pengusaha. Namun, tidak sedikit pengusaha yang menyewa kedua dokumen tersebut (bahkan dokumen eksport yang lain) untuk menghindari membayar pajak kepada pemerintah. Dengan menyewa dokumen dari perusahaan lain (bahkan disinyalir ada perusahaan yang khusus menyewakan dokumen-dokumen eksport), semua transaksi eksport tidak bisa dipantau oleh pemerintah sehingga para pengusaha bisa terlepas dari kewajiban membayar pajak. # Kasus 3 Pada tahun 2008 yang lalu pemerintah mempunyai program sunset policy bagi para wajib pajak.Sunset Policy bisa dibilang sebagai pengampunan dari pemerintah terhadap para
wajib pajak yang dianggap kurang taat. Pengampunan itu bisa berupa penghapusan sanksi administrasi yang berupa bunga dan sanksi administrasi atas pajak yang kurang atau tidak dibayar. Tidak sedikit pengusaha yang memanfaatkan kesempatan ini untuk mendapatkan pengampunan dari pemerintah. Seperti kasus Gayus, wajib pajak bekerjasama dengan pegawai pajak untuk membuat laporan fiktif atas besarnya pajak yang belum dibayar. Bagi perusahaan besar dengan asset yang besar pula tentu mempunyai kewajiban membayar pajak yang tidak bisa dibilang sedikit. Sehingga besarnya "pengampunan" yang mereka terima dari pemerintah juga jumlahnya besar. Hal ini tidak bisa dibenarkan karena telah menyalahi fungsi dari sunset policy itu sendiri # Kasus 4 Bila kita pernah bekerja di perusahaan perseorangan yang dikelola dengan manajemen yang kurang baik, pembuatan laporan keuangan ganda sudah merupakan hal yang biasa terutama pada perusahaan dagang. Jadi, pegawai bagian accounting / keuangan dituntut untuk membuat laporan keuangan ganda yang bertujuan untuk menghindari atau memperkecil besarnya nilai pajak yang harus dibayar. Laporan keuangan yang sesungguhnya disimpan oleh pemilik untuk kepentingan pribadi dan laporan keuangan yang fiktif disiapkan sedemikian rupa untuk laporan pajak. Hal ini berlaku juga untuk semua data penjualan yang berada di komputer kantor. Biasanya para pemilik akan kelabakan bila petugas pajak melakukan verifikasi / pengecekan di lapangan. Hal seperti ini sangatlah tidak terpuji mengingat slogan pemerintah "orang bijak taat pajak"
pegawai pajak yang menerima gaji atau penghasilan lainnya maka ia harus melaporkannya di dalam SPT Tahunan tersebut secara tepat waktu, benar, lengkap, dan jelas. Dalam SPT Tahunan itu juga ada kolom harta yang harus diisi. Kolom ini mengisyaratkan jumlah harta yang dimiliki oleh pegawai pajak pada akhir tahun itu. Belum cukup, setiap kewajiban yang dimilikinya pun telah disediakan kolomnya untuk dicatat. Maka bisa dilihat dan dianalisis dari mana ia dapat penghasilan dan digunakan untuk apa kekayaan para pegawai pajak tersebut. Walau sebagiannya tidak berwujud fisik barang maka paling banter adalah dalam bentuk uang kas atau tabungan yang dimilikinya. Terkecuali jika pasaknya lebih besar daripada tiang dikarenakan ia punya utang segede gaban atau habis dikonsumsi sehari-hari. Masalah pelaporan SPT ini pun diatur oleh DJP. Dalam undang-undang disebutkan bahwa batas waktu pelaporan SPT Tahunan Orang Pribadi adalah paling lambat 31 Maret setiap tahunnya. Tetapi untuk memberikan contoh dan teladan yang baik kepada Wajib Pajak yang lain, maka DJP menginstruksikan kepada seluruh pegawai DJP untuk menyampaikan SPT Tahunan lebih awal. Di tahun 2012 ini batas pelaporannya adalah di tanggal 24 Februari 2012 yang lalu. Pelaksanaan penyampaian SPT Tahunan pegawai DJP ini dipantau betul oleh masing-masing unit kerja vertikalnya. Lapor LP2P Cukupkah dengan pelaporan SPT Tahunan? Tidak juga. Pegawai pajak seperti pejabat struktural, pejabat fungsional, pegawai yang memiliki pangkat Penata Muda (Golongan III/a) atau lebih tinggi, dan pejabat atau pegawai yang tugasnya terkait dengan pelayanan publik juga kudu lapor LP2P (Laporan Pajak-pajak Pribadi) kepada Menteri Keuangan. Kewajiban ini sebenarnya sudah ada mulai tahun 1986, cuma sejak awal tahun 2011 pelaporannya lebih detil dengan adanya kewajiban pencantuman harta berupa tanah dan bangunan, kendaraan bermotor, uang tunai, deposito, giro, tabungan, setara kas, surat berharga seperti obligasi, saham, surat berharga lainnya yang dimiliki atau warisan dan hibah yang diperoleh. Penyampaian LP2P dan daftar kekayaan ini paling lambat tanggal 30 April setelah tahun yang dilaporkan. Bagaimana bagi mereka yang tak mau lapor? Akan dikenai sanksi sesuai dengan perundang-undangan di bidang kepegawaian atau aturan lainnya. Penelitian dan penilaian LP2P ini dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan. Lapor LHKPN Nah ini ada satu lagi. Namanya Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) yang kudu dilaporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Buat siapa saja kewajiban pelaporan ini? Buat pejabat Eselon I, Eselon II, Eselon III, Eselon IV, Fungsional Pemeriksa Pajak, Account Representative, Penelaah Keberatan, Fungsional Penilai Pajak
Bumi dan Bangunan, Juru Sita Pajak, Pejabat Pembuat Komitmen, Bendaharawan, serta Panitia Pengadaan Barang dan Jasa. Pengisian LHKPN ini lebih rumit dan detil daripada pengisian dalam SPT Tahunan ataupun LP2P. Menyangkut jumlah harta dan darimana harta itu diperoleh serta bukti-bukti kepemilikannya. Setelah diisi, LHKPN ini wajib dilaporkan paling lambat dua bulan setelah pegawai pajak menduduki jabatan untuk pertama kali, saat dipromosikan atau dimutasikan atau pengangkatan, saat menduduki jabatan yang sama selama dua tahun, atau mengakhiri jabatan atau pensiun. LHKPN dalam format pengumuman juga diumumkan oleh pegawai pajak sendiri di media yang telah disediakan seperti papan-papan pengumuman di kantor masing-masing. Tetapi rakyat Indonesia bisa mengaksesnya dengan mudah untuk melihat berapa kekayaan pegawai pajak itu melalui situs yang telah disediakan KPK. Jadi sekarang Anda tak patut untuk sedih yah, karena mereka juga lapor SPT seperti Anda. Mereka juga lapor LHKPN dan LP2P. Dan ketahuilah kalau saya juga adalah pegawai pajak yang lapor ketiga-tiganya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Muslim Syamaun tersangkut utang pokok pajak PPh dan PPN Bireuen tahun 2007 dan 2008 sebesar Rp 15 miliar, ditambah bunga sehingga menjadi Rp 51,3 miliar yang harus disetor kepada negara. Sebagian uang pajak tersebut, menurut Muslim, dia pinjamkan kepada 24 teman dan kolega dekatnya, ada yang berulangkali meminjam uang itu. Total semuanya mencapai Rp 4,9 miliar lebih. Sebagian di antara peminjam sudah melunasi utang tersebut. Petugas Kanwil DJP Aceh dulu pernah menyita sejumlah aset milik Muslim. Di antaranya tanah dan rumah di Bireuen dan di Medan, Sumatera Utara, serta beberapa unit kendaraan. Salah satunya adalah rumah Muslim di Kompleks Palem Mas I/28, Jalan Pinangbaris, Kecamatan Medan Sunggal, Medan.(sal)
Bahkan, Email pun saya tidak tahu dan saya tidak pernah mengirim pesan apa pun lewat mesin faks dan SMS, pungkasnya. Hingga saat ini pengadilan belum memutuskan apakah dirinya terbukti bersalah dalam kasus penggelapan pajak ini. Saat ini Redknapp masih terhindar dari berbagai sanksi yang berat apabila dirinya bersalah. (acf)
Pajak restoran yang akan dikenakan kepada warteg ini berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 22 dan 23 UU 28/2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang menjadi payung hukum bagi Pemprov DKI Jakarta mengenakan pajak restoran sebesar 10 persen untuk warteg. Berikut bunyi pasal 22 dan 23 UU No 28/2009 tentang Pajak Daerah: Pasal 22 Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Pasal 23 Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering. (her/ape)
Penerimaan pajak sebetulnya masih beberapa persen dari potensi wajib pajak yang ada.
VIVAnews - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengaku masih banyak wajib pajak besar yang hingga saat ini belum sepenuhnya membayar pajak sesuai dengan kewajibannya. "Kami melihat, banyak kok wajib pajak besar yang belum sepenuhnya bayar pajak," ujar Dirjen Pajak Kemenkeu Fuad Rahmany di Kantor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Kamis 10 Februari 2011. Menurut Fuad, ada sejumlah faktor belum sesuainya penerimaan dari para wajib pajak besar. Di antaranya, dipicu kapasitas dari aparat pajak yang belum maksimal dalam kemampuannya mencari dan mengidentifikasi transaksi yang dikenakan pajak. "Itu semua yang kami bangun, tidak ada hubungan dengan kasus, tapi kapasitas yang selama ini sudah dibangun sebetulnya tinggal kami tingkatkan saja," katanya. Fuad mengakui penerimaan pajak yang selama ini diterima pemerintah hingga ratusan triliun rupiah sebetulnya masih beberapa persen saja dari potensi wajib pajak yang ada. Untuk itu, Mantan Kepala Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bappeman-LK) ini bakal memfokuskan penerimaan negara dari pajak dengan mengejar wajib pajak yang belum terjaring maupun belum membayar pajak sesuai kewajibannya dengan meningkatkan ekstensifikasi pajak sembari tetap melakukan intensifikasi dalam tubuh Ditjen Pajak.
"Pajak yang belum tergali, baik ekstensifikasi maupun intensifikasi tapi fokusnya lebih banyak di ektensifikasi karena masih banyak wajib pajak yang belum bayar pajak sepenuhnya," kata Fuad seraya mengatakan dirinya akan memperbaiki cara kerja aparat Ditjen Pajak serta metode dalam membuat profiling dan benchmarking. Langkah-langkah tersebut, Fuad menambahkan, diharapkan bisa meningkatkan penerimaan pajak, sekaligus perbaikan sistem sehingga tidak ada lagi kasus-kasus pajak seperti Gayus H Tambunan. Dengan pengalamannya sebagai wasit bursa, ia juga tidak menutup kemungkinan menjalin kerja sama dengan PT Burse Efek Indonesia untuk menggali potensi pajak dari wajib pajak.