You are on page 1of 18

Undang-Undang Pornografi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Belum Diperiksa

RUU APP menyulut kontroversi

Undang-Undang Pornografi (sebelumnya saat masih berbentuk rancangan bernama Rancangan Undang-Undang Antipornografi dan Pornoaksi, disingkat RUU APP, dan kemudian menjadi Rancangan Undang-Undang Pornografi) adalah suatu produk hukum berbentuk undangundang yang mengatur mengenai pornografi (dan pornoaksi pada awalnya). UU ini disahkan menjadi [1] undang-undang dalam Sidang Paripurna DPR pada 30 Oktober 2008 . Selama pembahasannya dan setelah diundangkan, UU ini maraknya mendapatkan penolakan dari [2] masyarakat . Masyarakat Bali berniat akan membawa UU ini ke Mahkamah Konstitusi. Gubernur Bali Made Mangku Pastika bersama Ketua DPRD BaliIda Bagus Wesnawa dengan tegas menyatakan [3] menolak Undang-Undang Pornografi ini . Ketua DPRD Papua Barat Jimmya Demianus Ijie mendesak Pemerintah untuk membatalkan Undang-Undang Pornografi yang telah disahkan dalam rapat paripurna [4] DPR dan mengancam Papua Barat akan memisahkan diri dari Indonesia . Gubernur NTT, Drs. Frans [5] Lebu Raya menolak pengesahan dan pemberlakuan UU Pornografi . [sunting]Definisi

dan Rancangan
[6]

Pembahasan akan RUU APP ini sudah dimulai sejak tahun 1997 di DPR. Dalam perjalanannya draf RUU APP pertama kali diajukan pada14 Februari 2006 dan berisi 11 bab dan 93 pasal. Pornografi dalam rancangan pertama didefinisikan sebagai "substansi dalam media atau alat komunikasi yang dibuat untuk menyampaikan gagasan-gagasan yang mengeksploitasi seksual, kecabulan, dan/atau erotika" sementara pornoaksi adalah "perbuatan mengeksploitasi seksual, kecabulan, dan/atau erotika di muka umum". Pada draf kedua, beberapa pasal yang kontroversial dihapus sehingga tersisa 82 pasal dan 8 bab. Di antara pasal yang dihapus pada rancangan kedua adalah pembentukan badan antipornografi dan pornoaksi nasional. Selain itu, rancangan kedua juga mengubah definisipornografi dan pornoaksi. Karena definisi ini dipermasalahkan, maka disetujui untuk menggunakan definisi pornografi yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu porne (pelacur) dan graphos (gambar atau tulisan) yang secara harafiah berarti

"tulisan atau gambar tentang pelacur". Definisi pornoaksi pada draft ini adalah "upaya mengambil keuntungan, baik dengan memperdagangkan atau mempertontonkan pornografi". Dalam draf yang dikirimkan oleh DPR kepada Presiden pada 24 Agustus 2007, RUU ini tinggal terdiri dari 10 bab dan 52 pasal. Judul RUU APP pun diubah sehingga menjadi RUU Pornografi. Ketentuan mengenai pornoaksi dihapuskan. Pada September 2008, Presiden menugaskan Menteri Agama, Menteri Komunikasi dan Informatika, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, dan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan untuk membahas RUU ini bersama Panitia Khusus DPR. Dalam draf final yang awalnya direncanakan akan disahkan pada 23 September 2008, RUU Pornografi tinggal terdiri dari [7] 8 bab dan 44 pasal. Pada RUU Pornografi, defisini pornografi disebutkan dalam pasal 1: "Pornografi adalah materi seksualitas yang dibuat oleh manusia dalam bentuk gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, syair, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan komunikasi lain melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang dapat membangkitkan hasrat seksual dan/atau melanggar nilai-nilai kesusilaan dalam masyarakat." Definisi ini menggabungkan pornografi dan pornoaksi pada RUU APP sebelumnya, dengan memasukkan "gerak [8] tubuh" kedalam definisi pornografi. Rancangan terakhir RUU ini masih menimbulkan kontroversi, banyak elemen masyarakat dari berbagai daerah (seperti Bali, NTT, Sulawesi Utara, Sumatra Utara, dan Papus), LSM perempuan yang masih [9][10][11] menolak RUU ini . Definisi pornografi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu berahi; bahan bacaan yang dengan [12] sengaja dan semata-mata dirancang untuk membangkitkan nafsu berahi dalam seks.

U,25

Pertentangan Sosial Dan Integrasi Masyarakat


Diposkan oleh zainal arifin | | Adat dan Budaya Konflik Kepentingan Beraroma Ekonomi FENOMENA yang berkembang dalam masyarakat Bali setahun lewat adalah tingginya intensitas konflik sosial dalam masyarakat, serta mulai dipertanyakannya otoritas lembaga-lembaga adat (tradisional) dalam menangani masalah sosial budaya dalam masyarakat Bali. Ada berbagai ketidakberaturan, ketidakpastian yang mewarnai berbagai aspek kehidupan masyarakat sebagai akibat dari lemahnya daya pengendalian. Masyarakat Hindu di Bali saat ini rupanya sedang gamang atau berada dalam masa transisi. Fenomena menunjukkan bahwa masyarakat Bali sedang bergerak dari masyarakat agraris dengan budaya ekspresif menuju masyarakat jasa dengan budaya progresif. Masyarakat yang berada pada masa transisi dari tradisional ke modern ini, seringkali memunculkan persoalan yang tidak kalah rumitnya. Menurut analisis Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, nilai-nilai baru yang berasal dari dunia luar telah merasuk ke dalam kehidupan masyarakat Bali, sehingga antara nilai tradisional yang menjadi identitas masyarakat Bali, kini bergejolak dengan nilai-nilai modern, yang memungkinkan terjadinya kontradiksi bahkan dapat melahirkan konflik. Bila dicermati konflik-konflik yang terjadi dalam masyarakat, menurut Dr. I Wayan Budi Utama, M.Si., sesungguhnya disebabkan oleh konflik kelompok kepentingan yang beraroma masalah ekonomi. Adanya pergeseran dari pola pikir masyarakat komunal ke masyarakat yang individual cenderung mengarah pada penggunaan kapital sebagai norma-norma sosial. Batas wilayah desa yang hanya sebatang pohon besar atau sebuah parit kecil sebelumnya tidak menjadi persoalan, namun manakala di batas wilayah itu telah dibangun fasilitas untuk kegiatan ekonomi maka hal ini bisa menjadi pemicu terjadinya konflik. Pemekaran desa adat yang jumlahnya tiap tahun makin bertambah dapat diduga dipicu oleh adanya dana pembinaan desa adat yang dikucurkan oleh penguasa. Distribusi kekuasaan dan ''kue pembangunan'' yang kurang merata dapat menjadi pemicu terjadinya konflik. Dosen Universitas Hindu Indonesia (Unhi) ini menambahkan, secara fisik masyarakat Bali tampak modern namun dalam kehidupan mental dan alam pikiran masih tradisional. Tradisi lama belum ditinggalkan, sementara pola pikir modern belum dikuasai, atau dengan kata lain masyarakat berdiri dalam kondisi satu kaki pada tahap teologis sementara kaki yang lainnya ada pada tahap positifis. Budi Utama menilai arus keluar-masuk orang dari dan ke Bali telah menyebabkan sifat-sifat Bali mengalami perubahan tidak lagi seperti bentuk aslinya, walaupun perubahan itu bisa jadi bermakna suatu kemajuan dalam bidang kebudayaan. Sejalan dengan arus komunikasi tersebut, unsur-unsur kebudayaan Bali pun kemudian bukan hanya mengalami penyesuaian, tetapi dengan mudah dapat ditemukan di berbagai tempat di luar batas-batas geografis Bali. Dalam proses integrasi ke suatu tatanan global tersebut, kebudayaan kemudian tidak lagi terikat pada batas-batas fisik yang kaku yang disebabkan oleh ikatan ruang yang bersifat deterministik. Oleh karenanya ekspresi simbolik dari kebudayaan Bali tidak selalu merupakan pernyataan dari suatu kosmologi atau nilai yang sama, karena pusat orientasi mulai terbentuk secara polisentrik, tidak lagi terkonsentrasi pada satu titik. Gejala ini menunjukkan bahwa telah terjadi suatu dekonstruksi dari hubungan-hubungan kekuasaan tradisional dalam suatu masyarakat. Dalam situasi demikian, menurut Nyoman Sirtha, desa pakraman sebagai kesatuan masyarakat adat berhak dan berwenang untuk mengatur, mengurus dan menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan warga masyarakat. Oleh karena itu, desa pakraman yang merupakan lembaga adat diberdayakan dan dilestarikan, serta dikembangkan sebagai wadah bagi warga untuk melaksanakan berbagai aktivitas kehidupannya. Guru Besar Fakultas Hukum Unud ini menambahkan, pemberdayaan lembaga adat dimaksudkan agar kondisi dan keberadaannya dapat lestari dan makin kukuh, sehingga menjadi wadah bagi warga masyarakat untuk melakukan berbagai kegiatan sesuai dengan tingkat kemajuan dan perkembangan zaman. Pelestarian lembaga adat berupaya untuk menjaga dan memelihara nilai-nilai budaya,

terutama nilai-nilai etika, moral, dan adab yang merupakan inti dari lembaga adat agar keberadaannya tetap lestari. Sirtha berpandangan, awig-awig yang menjadi pedoman berperilaku bagi warga masyarakat, substansinya harus sesuai dengan perkembangan zaman. Prajuru desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa seyogianya bertindak tegas, dan konsekuen melaksanakan awig-awig. Oleh karena itu, prajuru desa mempunyai peranan penting dalam mengayomi warganya untuk mewujudkan ketertiban dan ketenteraman masyarakat. Kehilangan Horizon Spiritual

MASYARAKAT Bali seakan kehilangan horizon spiritual dalam menjalani kehidupannya. Kondisi ini bisa terjadi karena masyarakat modern melihat segala sesuatu hanya dari sudut pandang pinggiran eksistensi, tidak pada ''pusat spiritualitas dirinya''. Sehingga mengakibatkan dia ''lupa'' siapa dirinya. Penilaian ini disampaikan Dr. I Wayan Budi Utama, M.Si. Menurutnya, perhatian yang lebih terpusat pada dunia materi memang telah memberikan kemajuan yang sangat mengangumkan, tetapi secara kualitatif dan keseluruhan tujuan hidupnya ternyata sangat dangkal. Dekadensi atau kejatuhan manusia saat ini telah kehilangan pengetahuan tentang dirinya, dan menjadi sangat tergantung pada pengetahuan eksternal, yang tak langsung berhubungan dengan dirinya. Kecenderungan ini terjadi karena proses rasionalisasi yang menyertai modernitas telah menciptakan sekularisasi kesadaran dan memperlemah fungsi kanopi suci agama dari domain kehidupan para pemeluknya, sehingga menimbulkan ketidakberartian pada diri manusia modern. Hal-hal sakral yang berfungsi sebagai faktor sublimasi dan penguatan eksistensi manusia, digantikan oleh hal-hal yang serba rasional, sehingga terjadilah dekonstruksi transendensi kognisi manusia atau dengan istilah sekularisasi alam batin masyarakat. Dalam pandangan dosen Unhi ini, sebagai anggota masyarakat adat di tengah kompleksitas kehidupan saat ini, hal yang bisa dilakukan adalah membangun modal sosial melalui keluarga yang kemudian bisa meluas. Modal sosial (social capital) adalah serangkaian nilai-nilai atau norma-norma informal yang dimiliki bersama di antara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjadinya kerja sama di antara mereka. Membangun modal sosial secara substantif paling tidak harus memasukkan nilai-nilai seperti kejujuran, pemenuhan tugas, dan kesediaan untuk saling menolong. Keluarga merupakan sumber yang sangat penting dari modal sosial. Jika para anggota kelompok mengharapkan bahwa anggota-anggota yang lain akan berperilaku jujur dan terpercaya, maka mereka akan saling mempercayai. Kepercayaan ibarat pelumas yang membuat jalannya kelompok atau organisasi lebih efisien. Ia menambahkan, tumbuh kembangnya modal sosial dalam keluarga menjadi sesuatu yang sangat vital di tengah meningkatnya individualisme.

Bali adalah nama salah satu provinsi di Indonesia dan juga merupakan nama pulau terbesar yang menjadi bagian dari provinsi tersebut. Selain terdiri dari Pulau Bali, wilayah Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau yang lebih kecil di sekitarnya, yaitu Pulau Nusa Penida,Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusa Ceningan dan Pulau Serangan. Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Ibukota provinsinya ialah Denpasar yang terletak di bagian selatan pulau ini. Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu. Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni-budayanya, khususnya bagi para wisatawan Jepang dan Australia. Bali juga dikenal dengan sebutan Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura.
Daftar isi
[sembunyikan]

1 Geografi

1.1 Batas wilayah

2 Sejarah 3 Demografi 4 Transportasi 5 Pemerintahan

o o o

5.1 Daftar kabupaten dan kota di Bali 5.2 Daftar gubernur 5.3 Perwakilan

6 Budaya

o o

6.1 Musik 6.2 Tari

6.2.1 Tarian wali 6.2.2 Tarian bebali 6.2.3 Tarian balih-balihan

6.3 Pakaian daerah

6.3.1 Pria 6.3.2 Wanita

6.4 Makanan


7 Senjata

6.4.1 Makanan utama 6.4.2 Jajanan

8 Rumah Adat

9 Pahlawan Nasional 10 Dalam budaya populer 11 Catatan kaki 12 Referensi 13 Lihat pula 14 Pranala luar

[sunting]Geografi Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil sepanjang 153 km dan selebar 112 km sekitar 3,2 km dari Pulau Jawa. Secara astronomis, Bali terletak di 82523 Lintang Selatan dan 1151455 Bujur Timur yang membuatnya beriklim tropis seperti bagian Indonesia yang lain. Gunung Agung adalah titik tertinggi di Bali setinggi 3.148 m. Gunung berapi ini terakhir meletus pada Maret 1963. Gunung Batur juga salah satu gunung yang ada di Bali. Sekitar 30.000 tahun yang lalu, Gunung Batur meletus dan menghasilkan bencana yang dahsyat di bumi. Berbeda dengan di bagian utara, bagian selatan Bali adalah dataran rendah yang dialiri sungai-sungai. Berdasarkan relief dan topografi, di tengah-tengah Pulau Bali terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke timur dan di antara pegunungan tersebut terdapat gugusan gunung berapi yaitu Gunung Batur dan Gunung Agung serta gunung yang tidak berapi, yaitu Gunung Merbuk, Gunung Patas dan Gunung Seraya. Adanya pegunungan tersebut menyebabkan Daerah Bali secara Geografis terbagi menjadi 2 (dua) bagian yang tidak sama yaitu Bali Utara dengan dataran rendah yang sempit dan kurang landai dan Bali Selatan dengan dataran rendah yang luas dan landai. Kemiringan lahan Pulau Bali terdiri dari lahan datar (0-2%) seluas 122.652 ha, lahan bergelombang (2-15%) seluas 118.339 ha, lahan curam (15-40%) seluas 190.486 ha dan lahan sangat curam (>40%) seluas 132.189 ha. Provinsi Bali memiliki 4 (empat) buah danau yang berlokasi di daerah pegunungan, yaitu Danau Beratan, Buyan, Tamblingan dan Danau Batur. Ibu kota Bali adalah Denpasar. Tempat-tempat penting lainnya adalah Ubud sebagai pusat seni terletak di Kabupaten Gianyar, sedangkan Kuta, Sanur, Seminyak, Jimbaran dan Nusa Dua adalah beberapa tempat yang menjadi tujuan pariwisata, baik wisata pantai maupun tempat peristirahatan. Luas wilayah Provinsi Bali adalah 5.636,66 km atau 0,29% luas wilayah Republik Indonesia. Secara administratif Provinsi Bali terbagi atas 9 kabupaten/kota, 55 kecamatan dan 701 desa/kelurahan. [sunting]Batas Utara
2

wilayah

Laut Bali

Selatan Samudera Indonesia

Barat

Provinsi Jawa Timur

Timur

Provinsi Nusa Tenggara Barat

[sunting]Sejarah

Sawah di sekitar puri Gunung Kawi, Tampaksiring, Bali.

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah Bali Penghuni pertama pulau Bali diperkirakan datang pada 3000-2500 SM yang bermigrasi [4] dari Asia. Peninggalan peralatan batu dari masa tersebut ditemukan di desa Cekik yang terletak di [5] bagian barat pulau. Zaman prasejarah kemudian berakhir dengan datangnya ajaran Hindu dan [rujukan?] tulisanBahasa Sanskerta dari India pada 100 SM. Kebudayaan Bali kemudian mendapat pengaruh kuat kebudayaan India yang prosesnya semakin cepat setelah abad ke-1 Masehi. NamaBalidwipa (pulau Bali) mulai ditemukan di berbagai prasasti, di antaranya Prasasti Blanjong yang dikeluarkan oleh Sri Kesari Warmadewa pada913 M dan menyebutkan kata Walidwipa. Diperkirakan sekitar masa inilah sistem irigasi subak untuk penanaman padi mulai dikembangkan. Beberapa tradisi keagamaan dan budaya juga mulai berkembang pada masa itu. Kerajaan Majapahit (12931500 AD) yang beragama Hindu dan berpusat di pulau Jawa, pernah mendirikan kerajaan bawahan di Bali sekitar tahun 1343 M. Saat itu hampir seluruh nusantara beragama Hindu, namun seiring datangnya Islam berdirilah kerajaan-kerajaan Islam di nusantara yang antara lain menyebabkan keruntuhan Majapahit. Banyak bangsawan, pendeta, artis dan masyarakat Hindu lainnya yang ketika itu menyingkir dari Pulau Jawa ke Bali. Orang Eropa yang pertama kali menemukan Bali ialah Cornelis de Houtman dari Belanda pada 1597, meskipun sebuah kapal Portugis sebelumnya pernah terdampar dekat tanjung Bukit, Jimbaran, pada 1585. Belanda lewat VOC pun mulai melaksanakan penjajahannya di tanah Bali, akan tetapi terus mendapat perlawanan sehingga sampai akhir kekuasaannya posisi mereka di Bali tidaklah sekokoh posisi mereka di Jawa atau Maluku. Bermula dari wilayah utara Bali, semenjak 1840-an kehadiran Belanda telah menjadi permanen yang awalnya dilakukan dengan mengadu-domba berbagai penguasa Bali yang saling tidak mempercayai satu sama lain. Belanda melakukan serangan besar lewat laut dan darat terhadap daerah Sanur dan disusul dengan daerah Denpasar. Pihak Bali yang kalah dalam jumlah

maupun persenjataan tidak ingin mengalami malu karena menyerah, sehingga menyebabkan terjadinya perang sampai mati atau puputan yang melibatkan seluruh rakyat baik pria maupun wanita termasuk rajanya. Diperkirakan sebanyak 4.000 orang tewas dalam peristiwa tersebut, meskipun Belanda telah memerintahkan mereka untuk menyerah. Selanjutnya, para gubernur Belanda yang memerintah hanya sedikit saja memberikan pengaruhnya di pulau ini, sehingga pengendalian lokal terhadap agama dan budaya umumnya tidak berubah. Jepang menduduki Bali selama Perang Dunia II dan saat itu seorang perwira militer bernama I Gusti Ngurah Rai membentuk pasukan Bali 'pejuang kemerdekaan'. Menyusul menyerahnya Jepang di Pasifik pada bulan Agustus 1945, Belanda segera kembali ke Indonesia (termasuk Bali) untuk menegakkan kembali pemerintahan kolonialnya layaknya keadaan sebelum perang. Hal ini ditentang oleh pasukan perlawanan Bali yang saat itu menggunakan senjata Jepang. Pada 20 November 1945, pecahlah pertempuran Puputan Margarana yang terjadi di desa Marga, Kabupaten Tabanan, Bali tengah. Kolonel I Gusti Ngurah Rai yang berusia 29 tahun, memimpin tentaranya dari wilayah timur Bali untuk melakukan serangan sampai mati pada pasukan Belanda yang bersenjata lengkap. Seluruh anggota batalion Bali tersebut tewas semuanya dan menjadikannya sebagai perlawanan militer Bali yang terakhir. Pada tahun 1946 Belanda menjadikan Bali sebagai salah satu dari 13 wilayah bagian dari Negara Indonesia Timur yang baru diproklamasikan, yaitu sebagai salah satu negara saingan bagi Republik Indonesia yang diproklamasikan dan dikepalai oleh Sukarno dan Hatta. Bali kemudian juga dimasukkan ke dalam Republik Indonesia Serikat ketika Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 29 Desember 1949. Tahun 1950, secara resmi Bali meninggalkan perserikatannya dengan Belanda dan secara hukum menjadi sebuah propinsi dari Republik Indonesia. Letusan Gunung Agung yang terjadi di tahun 1963, sempat mengguncangkan perekonomian rakyat dan menyebabkan banyak penduduk Bali bertransmigrasi ke berbagai wilayah lain di Indonesia. Tahun 1965, seiring dengan gagalnya kudeta oleh G30S terhadap pemerintah nasional di Jakarta, di Bali dan banyak daerah lainnya terjadilah penumpasan terhadap anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia. Di Bali, diperkirakan lebih dari 100.000 orang terbunuh atau hilang. Meskipun demikian, kejadian-kejadian pada masa awal Orde Baru tersebut sampai dengan saat ini belum berhasil [6] diungkapkan secara hukum. Serangan teroris telah terjadi pada 12 Oktober 2002, berupa serangan Bom Bali 2002 di kawasan pariwisata Pantai Kuta, menyebabkan sebanyak 202 orang tewas dan 209 orang lainnya cedera. Serangan Bom Bali 2005 juga terjadi tiga tahun kemudian di Kuta dan pantai Jimbaran. Kejadiankejadian tersebut mendapat liputan internasional yang luas karena sebagian besar korbannya adalah wisatawan asing dan menyebabkan industri pariwisata Bali menghadapi tantangan berat beberapa tahun terakhir ini. [sunting]Demografi

Lahan sawah di Bali

Penduduk Bali kira-kira sejumlah 4 juta jiwa, dengan mayoritas 92,3% menganut agama Hindu. Agama lainnya adalah Buddha, Islam,Protestan dan Katolik. Selain dari sektor pariwisata, penduduk Bali juga hidup dari pertanian dan perikanan. Sebagian juga memilih menjadi seniman. Bahasayang digunakan di Bali adalah Bahasa Indonesia, Bali dan Inggris khususnya bagi yang bekerja di sektor pariwisata. Bahasa Bali dan Bahasa Indonesia adalah bahasa yang paling luas pemakaiannya di Bali dan sebagaimana penduduk Indonesia lainnya, sebagian besar masyarakat Bali adalah bilingual atau bahkan trilingual. Meskipun terdapat beberapa dialek dalam bahasa Bali, umumnya masyarakat Bali menggunakan sebentuk bahasa Bali pergaulan sebagai pilihan dalam berkomunikasi. Secara tradisi, penggunaan berbagai dialek bahasa Bali ditentukan berdasarkan sistem catur warna dalam agama Hindu Dharma dan keanggotan klan (istilah Bali:soroh, gotra); meskipun pelaksanaan tradisi tersebut cenderung berkurang. Bahasa Inggris adalah bahasa ketiga (dan bahasa asing utama) bagi banyak masyarakat Bali yang dipengaruhi oleh kebutuhan yang besar dari industri pariwisata. Para karyawan yang bekerja pada pusatpusat informasi wisatawan di Bali, sering kali juga memahami beberapa bahasa asing dengan kompetensi yang cukup memadai. [sunting]Transportasi Bali tidak memiliki jaringan rel kereta api namun jaringan jalan yang sangat baik tersedia khususnya ke daerah-daerah tujuan wisatawan. Sebagian besar penduduk memiliki kendaraan pribadi dan memilih menggunakannya karena moda transportasi umum tidak tersedia dengan baik, kecuali taksi. Jenis kendaraan umum di Bali antara lain: Dokar, kendaraan dengan menggunakan kuda sebagai penarik Ojek, taksi sepeda motor Bemo, melayani dalam dan antarkota Taksi Komotra, bus yang melayani perjalanan ke kawasan pantai Kuta dan sekitarnya Bus, melayani hubungan antarkota, pedesaan, dan antarprovinsi.

Bali terhubung dengan Pulau Jawa dengan layanan kapal feri yang menghubungkan Pelabuhan Gilimanuk dengan Pelabuhan Ketapang di Kabupaten Banyuwangi yang lama tempuhnya sekitar 30 hingga 45 menit. Penyeberangan ke Pulau Lombok melalui Pelabuhan Padangbai menuju Pelabuhan Lembar yang memakan waktu sekitar empat jam. Transportasi udara dilayani oleh Bandara Internasional Ngurah Rai dengan destinasi ke sejumlah kota besar di Indonesia, Australia, Singapura, Malaysia, Thailand serta Jepang. Landas pacu dan pesawat terbang yang datang dan pergi bisa terlihat dengan jelas dari pantai. [sunting]Pemerintahan

Peta topografi Pulau Bali

[sunting]Daftar No.

kabupaten dan kota di Bali


Ibu kota

Kabupaten/Kota

Kabupaten Badung

Badung

Kabupaten Bangli

Bangli

Kabupaten Buleleng

Singaraja

Kabupaten Gianyar

Gianyar

Kabupaten Jembrana

Negara

Kabupaten Karangasem Karangasem

Kabupaten Klungkung

Klungkung

Kabupaten Tabanan

Tabanan

Kota Denpasar

[sunting]Daftar

gubernur
Nama Mulai Jabatan Akhir Jabatan Keterangan

No Foto

Anak Agung Bagus Sutedja 1950

1958

I Gusti Bagus Oka

1958

1959

Anak Agung Bagus Sutedja 1959

1965

I Gusti Putu Martha

1965

1967

Soekarmen

1967

1978

Prof. Dr. Ida Bagus Mantra 1978

1988

Prof. Dr. Ida Bagus Oka

1988

1993

Drs. Dewa Made Beratha

1998

2008

I Made Mangku Pastika

2008

2013

[sunting]Perwakilan Empat anggota DPD (2004-2009) dari Provinsi Bali adalah I Wayan Sudirta, S.H., Nyoman Rudana, Drs. Ida Bagus Gede Agastia dan Dra. Ida Ayu Agung Mas. Berdasarkan hasil Pemilu Legislatif 2009, Bali mengirimkan sembilan anggota DPR ke Senayan dengan komposisi empat wakil dari PDI-P, masing-masing dua dari Partai Golkar danPartai Demokrat serta satu orang dari Partai Gerindra. Pada tingkat provinsi, DPRD Bali dengan 55 kursi tersedia dikuasai oleh PDI-P dengan 24 kursi, [7] menurun dari periode sebelumnya (2004-2009), disusul Partai Golkar dengan dua belas kursi.

Kursi

PDI-P

24

Partai Golkar

12

Partai Demokrat

10

Partai Gerindra

PNBK

PKPB

PKPI

Partai Hanura

Pakar Pangan

PNI Marhaenisme 1

Total

55 100,0

Empat orang anggota adalah perempuan. [sunting]Budaya

[sunting]Musik

Seperangkat gamelan Bali.x

Musik tradisional Bali memiliki kesamaan dengan musik tradisional di banyak daerah lainnya di Indonesia, misalnya dalam penggunaan gamelan dan berbagai alat musik tabuh lainnya. Meskipun demikian, terdapat kekhasan dalam teknik memainkan dan gubahannya, misalnya dalam bentuk kecak, yaitu sebentuk nyanyian yang konon menirukan suara kera. Demikian pula beragam gamelan yang dimainkan pun memiliki keunikan, misalnyagamelan jegog, gamelan gong gede, gamelan gambang, gamelan selunding dan gamelan Semar Pegulingan. Ada pula musik Angklung dimainkan untuk upacara ngaben serta musik Bebonangan dimainkan dalam berbagai upacara lainnya. Terdapat bentuk modern dari musik tradisional Bali, misalnya Gamelan Gong Kebyar yang merupakan musik tarian yang dikembangkan pada masa penjajahan Belanda serta Joged Bumbung yang mulai populer di Bali sejak era tahun 1950-an. Umumnya musik Bali merupakan kombinasi dari berbagai alat musik perkusi metal (metalofon), gong dan perkusi kayu (xilofon). Karena hubungan sosial, politik dan budaya, musik tradisional Bali atau permainan gamelan gaya Bali memberikan pengaruh atau saling memengaruhi daerah budaya di sekitarnya, misalnya pada musik tradisionalmasyarakat Banyuwangi serta musik tradisional masyarakat Lombok. Gamelan Jegog Genggong Silat Bali

[sunting]Tari Seni tari Bali pada umumnya dapat dikatagorikan menjadi tiga kelompok, yaitu wali atau seni tari pertunjukan sakral, bebali atau seni tari pertunjukan untuk upacara dan juga untuk pengunjung [8] dan balih-balihan atau seni tari untuk hiburan pengunjung. Pakar seni tari Bali I Made Bandem pada awal tahun 1980-an pernah menggolongkan tari-tarian Bali tersebut; antara lain yang tergolong ke dalam wali misalnya Berutuk, Sang Hyang Dedari, Rejang dan Baris Gede, bebali antara lain ialah Gambuh, Topeng Pajegan dan Wayang Wong, sedangkan balih-balihan antara lain ialah Legong, Parwa, Arja, Prembon danJoged serta berbagai koreografi tari modern lainnya. Salah satu tarian yang sangat populer bagi para wisatawan ialah Tari Kecak. Sekitar tahun 1930an, Wayan Limbak bekerja sama dengan pelukis Jerman Walter Spies menciptakan tari ini berdasarkan
[9]

tradisi Sanghyang dan bagian-bagian kisah Ramayana. Wayan Limbak memopulerkan tari ini saat berkeliling dunia bersama rombongan penari Bali-nya.

Penari belia sedang menarikanTari Belibis, koreografi kontemporer karya Ni Luh Suasthi Bandem.

Pertunjukan Tari Kecak.

[sunting]Tarian wali Sang Hyang Dedari Sang Hyang Jaran Tari Rejang Tari Baris Tari Janger

[sunting]Tarian bebali Tari Topeng Gambuh

[sunting]Tarian balih-balihan Tari Legong Arja Joged Bumbung Drama Gong Barong Tari Pendet Tari Kecak

Calon Arang

[sunting]Pakaian

daerah

Pakaian daerah Bali sesungguhnya sangat bervariasi, meskipun secara selintas kelihatannya sama. Masing-masing daerah di Bali mempunyai ciri khas simbolik dan ornamen, berdasarkan kegiatan/upacara, jenis kelamin dan umur penggunanya. Status sosial dan ekonomi seseorang dapat diketahui berdasarkan corak busana dan ornamen perhiasan yang dipakainya. [sunting]Pria

Anak-anak Ubud mengenakan udeng, kemeja putih dan kain.

Busana tradisional pria umumnya terdiri dari: Udeng (ikat kepala) Kain kampuh Umpal (selendang pengikat) Kain wastra (kemben) Sabuk Keris Beragam ornamen perhiasan

Sering pula dikenakan baju kemeja, jas dan alas kaki sebagai pelengkap. [sunting]Wanita

Para penari cilik mengenakan gelung, songket dan kain prada.

Busana tradisional wanita umumnya terdiri dari:

Gelung (sanggul) Sesenteng (kemben songket) Kain wastra Sabuk prada (stagen), membelit pinggul dan dada Selendang songket bahu ke bawah Kain tapih atau sinjang, di sebelah dalam Beragam ornamen perhiasan

Sering pula dikenakan kebaya, kain penutup dada, dan alas kaki sebagai pelengkap. [sunting]Makanan [sunting]Makanan utama Ayam betutu Babi guling Bandot Be Kokak Mekuah Jejeruk Jukut Urab Komoh Lawar Nasi Bubuh Nasi Tepeng Penyon Sate Kablet Sate Lilit Sate pentul Sate penyu Sate Tusuk Timbungan Tum Urutan Tabanan

Be Pasih mesambel matah Bebek betutu Berengkes Grangasem

[sunting]Jajanan Bubuh Sagu Bubuh Sumsum Bubuh Tuak Jaja Batun Duren Jaja Begina Jaja Bendu Jaja Bikang Jaja Engol Jaja Godoh Jaja Jongkok Jaja Ketimus Jaja Klepon Jaja Lak-Lak Jaja Sumping Jaja Tain Buati Jaja Uli misi Tape Jaja Wajik Kacang Rahayu Rujak Bulung Rujak Kuah Pindang Rujak Manis Rujak Tibah Salak Bali

[sunting]Senjata Keris Tombak Tiuk Taji Kandik Caluk Arit

Udud Gelewang Trisula Panah Penampad Garot Tulud Kis-Kis Anggapan Berang Blakas Pengiris

[sunting]Rumah

Adat

Rumah Bali yang sesuai dengan aturan Asta Kosala Kosali (bagian Weda yang mengatur tata letak ruangan dan bangunan, layaknya Feng Shui dalam Budaya China) Menurut filosofi masyarakat Bali, kedinamisan dalam hidup akan tercapai apabila terwujudnya hubungan yang harmonis antara aspek pawongan, palemahan dan parahyangan. Untuk itu pembangunan sebuah rumah harus meliputi aspek-aspek tersebut atau yang biasa disebut Tri Hita Karana. Pawongan merupakan para penghuni rumah. Palemahan berarti harus ada hubungan yang baik antara penghuni rumah dan lingkungannya. Pada umumnya bangunan atau arsitektur tradisional daerah Bali selalu dipenuhi hiasan, berupa ukiran, peralatan serta pemberian warna. Ragam hias tersebut mengandung arti tertentu sebagai ungkapan keindahan simbol-simbol dan penyampaian komunikasi. Bentuk-bentuk ragam hias dari jenis fauna juga berfungsi sebagai simbol-simbol ritual yang ditampilkan dalam patung. [sunting]Pahlawan Untung Suropati I Gusti Ngurah Rai I Gusti Ketut Jelantik

Nasional

You might also like