You are on page 1of 6

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Sistem reproduksi memiliki 4 dasar yaitu untuk menghasikan sel telur yang membawa setengah dari sifat genetik keturunan, untuk menyediakan tempat pembuahan selama pemberian nutrisi dan perkembangan fetus dan untuk mekanisme kelahiran. Lokasi sistem reproduksi terletak paralel diatas rektum. Sistem reproduksi dalam terdiri dari ovari, oviduct, dan uterus. Siklus reproduksi adalah perubahan siklus yang terjadi pada sistem reproduksi (ovarium, oviduk, uterus dan vagina) hewan betina dewasa yang tidak hamil, yang memperlihatkan hubungan antara satu dengan yang lainnya. Siklus reproduksi pada mamalia primata disebut dengan silus menstruasi, sedangkan siklus reproduksi pada non primata disebut dengan siklus estrus. Siklus estrus ditandai dengan adanya estrus (birahi). Pada saat estrus, hewan betin akan reseftif sebab di dalam ovarium sedang ovulasi dan uterusnya berada pada fase yang tepat untuk implantasi untuk fase berikutnya disebut dengan satu siklus estrus. Panjang siklus estrus pada tikus mencit adalah 4-5 hari, pada babi, sapi dan kuda 21 hari dan pada marmut 15 hari (Campbell dkk, 2004). Pada hewan betina yang dewasa seksual dikenal adanya siklusreproduksi. Siklus reproduksi adalah siklus seksual yang terdapat pada individu betina dewasa seksual dan tidak hamil yang meliputiperubahan-perubahan siklik pada organ-organ reproduksi tertentumisalnya ovarium, uterus, dan vagina di bawah pengendalian hormonreproduksi. Siklus reproduksi meliputi antara lain siklus esterus, siklusovarium, dan siklus menstruasi (Maryan dkk., 2007). Pada mamalia siklus reproduksi yang melibatkan berbagai organ yaitu uterus, ovarium, mame yang berlangsung dalam suatu waktu tertentu atau adanya sinkronisasi, maka hal ini dimungkinkan oleh adanya pengaturanatau koordinasi yang disebut dengan hormone (hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang langsung dialirkan ke dalam peredaran darah dan mempengaruhi organ target). Ovari merupakan organ reproduki yang

penting. Terdapat dua ovari yaitu sebelah kanan dan kiri (Shearer, 2008).

1.2 1.3

Permasalahan Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Siklus estrus adalah siklus reproduksi yang berlangsung pada hewan non primata betina dewasa seksual yang tidak hamil. Selama estrus, hewan-hewan betina secara fisiologis dan psikologis dipersiapkan untuk menerima hewan-hewan jantan, dan perubahanperubahan struktural terjadi di dalam organassesori seks betina. Pada tikus, siklus estrus terdiri atas beberapa fase utama adalah fasediestrus, fase proestrus, fase estrus, dan fase metestrus. 1.Fase Proestrus Fase yang ditandai dengan adanya sel-sel epitel berinti berbentuk bulat, leukosit tidak ada atau sangat sedikit. Lamanya fase ini kurang lebih 18 jam. Dilihat secara mikroskopik, akan terlihat adanya folikel-folikel yang mengalami pembengkakan preevolusi dan terdapat korpus luteum yang mengalami involusi. Uterus menjadi sangat kontraktil dan lumen berisi cairan. Periode proestrus berlangsung selama 12 jam dan pada periode ini mulai terjadi penebalan lapisan epitel vagina, dan pada preparat ulas vagina terdapat sel-sel epitel yang berinti. 2. Fase estrus Fase yang ditandai dengan adanya sel-sel epitel menanduk yang sangat banyak, dan beberapa sel epitel dengan inti yang

berdegenerasi. Lamanya fase ini kurang lebih 25 jam. Folikel tersier berisi ovum. Pada periode estrus perkembangan folikel mendapat pengaruh Follicle Stimulating Hormone (FSH) dari kelenjar hipofisa anterior. Sel-sel teka folikel Graaf mampu menghasilkan hormon estrogen. Lumen uterus berisi cairan dan uterus ketegangan maksimal. Periode uterus berlangsung selama 9-15 jam dan menjelang berakhirnya periode ini atau 8-11 jam setelah mulai estrus terjadi ovulasi. Selanjutnya folikel-folikel yang telah mengalami ovulasi akan mengalami luteinisasi. Dibawah pengaruh hormon estrogen, sel-sel mukosa vagina mengalami mitosis. Selsel epitel bertanduk itu kemudian terlepas, masuk ke dalam lumen vagina dan pada preparat ulas vagina di jumpainya sel-sel tersebut. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap estrus adalah histologi danfungsi hipotalamus serta hipofisis dalam kaitannya dengan proses reproduksi, terjadinya pubertas pada hewan betina termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi siklus estrus serta proses pembentukan sel kelamin (gametogenesis). Selain itu terdapat faktor-faktor lain yang lebih berpengaruh yaitu hormon (Taw, 2008). Hormon progesteron dipersiapkan uterus untuk implantasi blastosis, memelihara dan mengatur organ-organ reproduksi. Corpus luteum pada tikus merupakan sumber progesteron utama, sehingga kadar hormon rogesteron sangat erat kaitannya dengan tingkat ovulasi. Semakin tinggi ovulasi, maka kadar hormone progresteron akan meningkat. Hormon progesteron bervariasi sesuai laju ovulasi (jumlah corpus luteum). Kelenjar endometrium uterus berfungsi mengeluarkan zatzat makanan yang berupa susu uterus untukmenunjang pertumbuhan dan perkembangan embrio. Kelenjar kelenjarmensintesa susu uterus berada dibawah kontrol hormon (Hill, 2006). Pertumbuhandan perkembangan folikel primer irangsang oleh hormon FSH. Pada seat tersebut sel oosit primer akan membelah dan menghasilkan ovum yang haploid. Saat folikel berkembang menjadi folikel Graaf yang masak, folikel ini juga menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis. Pada fase estrus yang dalam bahasa latin disebut oestrus yang berarti kegilaan atau gairah, hipotalamus terstimulasi untuk melepaskan gonadotropin-releasing hormone

(GRH). Estrogen menyebabkan pola perilaku kawin pada tikus, gonadotropin menstimulasi pertumbuhan folikel yang dipengaruhi follicle stimulating hormone (FSH) sehingga terjadi ovulasi. Kandungan FSH ini lebih rendah jika dibandingkan dengan kandungan luteinizing hormone (LH) maka jika terjadi coitus dapat dipastikan mencit akan mengalami kehamilan

3. Fase Metestrus Fase setelah estrus, dimana ketika korpus luteum tumbuh cepat dari sel-sel granulose folikel yang mulai pecah. aktivitasnya mulai tenang, dan mencit betina sudah tidak reseptif pada jantan. Ukuran uterus pada tahap ini adalah ukuran yang paling kecil karena uterus menciut. Pada ovarium korpus luteum dibentuk secara aktif, terdapat sel-sel leukosit yang berfungsi untuk menghancurkan dan memakan sel telur tersebut. Fase ini terjadi selama 6 jam. Pada tahap ini hormon yang terkandung paling banyak adalah hormon progesteron yang dihasilkan oleh korpus leteum. Sel-sel epitel pada jaringan vagina mencapai perkembangan maksimal. Leukosit sudah tidak ada lagi., yang mensekresikan luteinizing hormone pada periode

yang sangat singkat dan nampak pula folikel-folikel kecil. Pada uterus, epitel melanjutkan degenerasi vacuolar dan pergantian. Leukosit berada pada stroma. Selain itu terjadi penurunan pada ukuran dan vaskularitas, pada organ vagina, pada fase ini memiliki cirri berupa lapisan dalam pada epitel estrus menyelimuti lumen. Lapisan superficial mengalami kornifikasi dan terkikis. Leukosit pada stroma dan bermigrasi melewati epitel menuju lumen. Pewarnaan banyak leukositdan beberapa kornifikasi.
4. Fase diestrus Fase ini korpus luteum

mulai mengalami regresi. Pada periode ini uterus mengecil, anemik dan kontraksinya sangat lemah. Lapisan mukosa vagina menjadi tipis, terjadi migrasi leukosit kearah permukaan. Fase ini merupakan periode terakhir dan terlama siklus birahi pada mamalia. Bagian endometrium menebal atau menjadi lebih tebal dan

kelenjar-kelenjar mengalami hipertropi. Pada bagian serviks menutup dan mukosa vagina mengalami penurunan sekresi. Fase ini disebut juga fase persiapan uterus untuk kehamilan. Pada organ ovarium, folikel-folikel dengan corpora lutea yang lebih besar dari ovulasi sebelumnya. Pada organ uterus, fase ini dicirikan dengan uterus berukuran kecil, mempunyai pergerakan lambat, lumen berukran kecil. Sel-sel pada mukosa uterin berbentuk kolumner, terdapat leukosit polimorfonuklear pada stroma. Sedangkan pada vagina, fase ini memiliki cirri epitel tipis, mitosis tidak terlalu sering terjadi. Leukosit banyak terdapat pada stroma, bermigrasi melewati epitel menuju lumen vagina (Shearer, 2008)
Siklus estrus yang terjadi pada mamalia, berbeda antar satu spesies dengan spesies yang lain. Hewnyang hanya mengalami satu kali estrus selama musim kawinnyadisebut monoestrus, misalnya pada anjing, kelelawar atau rubah. Sebaliknya, hewan yang mengalami estrus berulang dalam satu kawin disebut dengan poliestrus, misalnya papa hewan tikus mencit, dan tupai(Maryan dkk., 2007). BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum ini dilaksanakan pada pukul 08.00- selesai, Kamis 29 Maret 2012 di Laboratorim Fisiologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas MIPA. 3.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada praktiku 3.3 cara kerja

Daftar Pustaka Imron, A. Tamyis Ali. 2008. Estrus. http://cyberbiology.blogspot.com/2008/06/estrus-laporan-praktikumbiologi.htm. tanggal akses 27 Maret 2012 Beimborn, Valerie R. 2003. The Canine Estrous Cycle: Staging Using Vaginal Cytological Examination. http://www.vet.uga.edu/vpp/clerk/Beimborn/index.php. 27 Maret 2012. Campbell, N.A, Reece and Mitchell. 2004. Biology Concept and Connection. Ed.5. San Fransisco: Benjamin Cummings. Cardinal, Rudolf. 15 November 1998. Reproduction-coitus, fertilization and implantation.Page:4.http://egret.psychol.cam.ac.uk/physiolog y/Reproduction_5_coitus_fertilization_and_implantation.pdf. Gilbert, Scott F. 2006. Developmental Biology 8th ed. USA: Sinauer Associates Inc. Maryan, Tehranipour. Ali, Haeri Rohani. 2007. Jornal of biological science, Determination of the Cerebrospinal Fluit Electrolytes Alteration in the Developing Rats Born from Diabetic Mothers. http://www.scialert.net/pdfs/jbs/2007/969972.pdf?sess=jJghHkjfd76K8JKHgh76JG7FHGDredhgJgh7 GkjH7Gkjg57KJhT&userid=jhfgJKH78Jgh7GkjH7Gkjg57K JhT68JKHgh76JG7Ff. tanggal akses 27 maret 2012. Shearer, J. K. 2008. Reproductive Anatomy and Physiology of Dairy Cattle. University Of Florida. Florida.

You might also like