You are on page 1of 6

Nama NIM Prodi Matkul

: Fatmawati : 0809035015 : Teknik Lingkungan : B3

Pengolahan Air Asam Tambang dengan Metode Passive Treatment


Air asam tambang (AAT) atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai acid mine drainage (AMD) atau acid rock drainage (ARD) terbentuk saat mineral sulphida tertentu yang ada pada batuan terpapar dengan kondisi dimana terdapat air dan oksigen (sebagai faktor utama) yang menyebabkan terjadinya proses oksidasi dan menghasilkan air dengan kondisi asam. AAT adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada air asam yang timbul akibat kegiatan penambangan, untuk membedakan dengan air asam yang timbul oleh kegiatan lain seperti: penggalian untuk pembangunan pondasi bangunan, pembuatan tambak, dan sebagainya. Pada kegiatan penambangan, beberapa mineral sulphida yang umum ditemukan adalah: FeS2: pyrite Cu2S: chalcocite CuS: cuvellite CuFeS2: chalcopyrite MoS2: molybdenite NiS: millerite PbS: galena ZnS: sphalerite FeAsS: arsenopyrite

Pyrite merupakan mineral sulphida yang umum ditemukan pada kegiatan penambangan, terutama batubara. Reaksi oksidasi pyrite adalah seperti ditunjukkan oleh reaksi kimia berikut, dengan air dan oksigen sebagai faktor penting.

A.

Karakteristik dan faktor pembentuk Air Asam Tambang Karakteristik air limbah yang dapat dikatakan sebagai air asam tambang: - nilai pH yang rendah (1.5 4) - konsentrasi logam terlarut yang tinggi, seperti logam besi, aluminium, mangan, cadmium, tembaga, timbal, seng, arsenik dan mercury - nilai acidity yang tinggi (50 1500 mg/L CaCO3) - nilai sulphate yang tinggi (500 10.000 mg/L - nilai salinitas (1 20 mS/cm) - konsentrasi oksigen terlarut yang rendah Faktor yang mempengaruhi terbentuknya AAT antara lain: - konsentrasi, distribusi, mineralogi dan bentuk fisik dari mineral sulphida - keberadaan oksigen, termasuk dalam hal ini adalah asupan dari atmosfir melalui mekanisme adveksi dan difusi - jumlah dan komposisi kimia air yang ada - temperature - mikrobiologi

B.

Penanganan Air Asam Tambang dengan Metode Passive Treatment Passive Treatment atau pengolahan pasif adalah suatu metode dalam upaya proses biologi, geokimia dan gravitasi. Proses ini dilakukan dengan mengacu pada proses yang terjadi pada sistem wetland (lahan basah) atau proses-proses alami lainnya. Sistem ini dapat meningkatkan pH dan menurunkan konsentrasi Fe yang dianggap dapat menimbulkan permasalahan karena dapat menimbulkan efek bagi lingkungan.

Diagram alir pengolahan air tambang sebelum ke perairan umum Pengolahan pasif yang efektif diawali dengan karakteristik AMD baik kimia, topografi maupun alirannya. Hal ini berkaitan dengan pemilihan

metode yang tepat pada sistem tersebut. Secara umum Aerobic Wetland dapat mengolah AMD yang bersifat alkali, Anoxic Limestone Discharge (ALD) mengolah Fe, Al dan DO dengan konsentrasi rendah, Vertical Flow Wetland, Anaerobic Wetland dan Open Limestone Discharge mampu mengolah Fe, Al dan DO dengan konsentrasi tinggi. Lahan basah alam ditandai dengan air tanah jenuh atau sedimen dengan vegetasi pendukung yang disesuaikan untuk mengurangi kondisi di rizosfer mereka. Aerobic Wetland Aerobic wetland hanya cocok untuk kondisi air yang net alkali karena sistem ini akan memberikan aerasi pada air limbah oleh adanya zona perakaran dari vegetasi. Vegetasi yang biasanya dipakai umumnya adalah Typha sp, Pharagmites australis dan beberapa vegetasi lokal. Aerasi menyebabkan oksidasi besi dan Mn dan mengalami presipitat yang akan tetap dipertahankan dalam lahan basah.

Anaerobic Wetland Selain aerobic wetland terdapat sistem anaerobic wetland. Sistem ini mampu meningkatkan pH dan mempercepat presipitasi logam berat. Sistem ini merupakan modifikasi dari sistem aerob. Modifikasinya terletak pada penambahan limestone di bawah lapisan organik atau tanah wetland. Desain ini mampu mencetus pembentukan ion karbonat (HCO3-) oleh reduksi sulfat oleh mikroba secara anaerob dan pelarutan limestone. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: 2CH2O + SO42- H2S + 2HCO3CaCO3 + H+ Ca2+ + HCO3Ion-ion bikarbonat menetralisir asam dari AMD sehingga terjadi peningkatan pH dan presipitasi metal seperti Fe. Faktor utama yang menjadi pembatas dalam efektivitas proses tersebut adalah lambatnya pencampuran antara air yang bersifat asam pada permukaan dengan substrat yang bersifat alkalin. Hal

ini menyebabkan dalam pembentukan konstruksi wetland diperlukan area yang cukup luas dengan tujuan untuk memperlama waktu tinggal air (air time). Konstruksi yang dianjurkan oleh sistem ini adalah 0,3 0,6 m lapisan material organik di atas 0,15 0,3 m lapisan limestone. Pada kedalam lebih dari n5-8 cm, pertumbuhan vegetasi akan terhambat. Material organiuk harus bersifat permeabel dan mampu terdegradasi biologis.

You might also like