Professional Documents
Culture Documents
Penurunan produksi bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia setiap tahunnya disebabkan semakin sedikitnya cadangan energi. Akibatnya, saat ini Indonesia menjadi net importir minyak karena banyaknya permintaan minyak dan kurangnya ketersediaan BBM. BBM seperti didefinisikan oleh pemerintah Indonesia untuk keperluan pengaturan harga dan subsidi sekarang meliputi: (i) bensin (premium gasoline), (ii) solar (IDO & ADO: industrial diesel oil & automotive diesel oil), (iii) minyak bakar (FO: fuel oil) serta (iv) minyak tanah atau kerosene (Nugroho, 2009). Menurut data ESDM, dari beberapa jenis BBM tyang paling banyak di produksi di Indonesia adalah ADO atau Automotive Diesel Oil. Data kumulatif produksi, konsumsi, serta impor BBM dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Data Kumulatif Produksi, Konsumsi, dan Impor BBM 2007-2010 (Ribu Barel) (Sumber: www.migas.esdm.go.id)
Tahun
Produksi BBM
Impor BBM
Dari tabel tersebut sudah terlihat bahwa setiap tahunnya Indonesia mengalami krisis BBM. Karena semakin berkurangnya sumber energi minyak bumi di Indonesia maupun dunia, maka banyak peneliti mencari alternatif sumber energi lain, tidak hanya bergantung kepada energi dari minyak bumi.
Batubara dapat menjadi sumber energi alternatif yang dapat menggantikan posisi minyak bumi. Batubara dapat diubah menjadi syngas melalui proses gasifikasi dan selanjutnya dapat diolah menjadi rantai hidrokarbon dengan sintesis Fischer-Tropsch. Sintesis FT adalah proses untuk mengkonversi gas sintesis (syngas) menjadi hidrokarbon alifatik dan bahan syngas, campuran dari karbon monoksida dan hidrogen dapat diperoleh dari beberapa sumber, termasuk biomass, gas alami ataupun batubara (Tristantini, 2006). Dua peneliti yang berasal dari Jerman, Franz Fischer dan Hans Tropsch, pada tahun 1922-1923 mengembangkan metode pengkonversian CO dan hidrogen menjadi hidrokarbon cair berbasis batu bara dengan menggunakan katalis besi dan kobalt. Sejak saat itu mereka menjadi pionir dalam memproduksi hidrokarbon cair sehingga proses produksinya dinamakan sintesis Fischer-Tropsch. Reaksi sintesis Fischer-Tropsch merupakan reaksi katalitik dan pada umumnya reaksi tersebut dikatalisasikan dengan logam seperti kobalt, besi, rhenium, dan ruthenium. Baik kobalt maupun besi sudah banyak digunakan secara komersial pada kondisi tertentu untuk sintesis FT yang bertujuan untuk memproduksi hidrokarbon rantai panjang pada temperatur 200-250oC dan tekanan 25-60 bar (Dry, 1981). Reaksi sintesis Fischer-Tropsch lalu dikembangkan oleh Wu, Bai, Xiang, Li, Zhang, dan Zhong (2003) dengan menggunakan katalis besi aktif yang mengandung sulfur. Dari hasil ujinya, pada 250oC dan tekanan 2 MPa dengan menggunakan fixed bed reactor (FBR), katalis tersebut dapat bertahan selama 1500 jam dan didapatkan konversi CO sebesar 78% dan selektivitas hidrokarbon serta rasio H2/CO = 2.0. laju
deaktivasi katalisnya juga rendah dan selektivitas low methane nya hanya sebesar 2.02.9 % berat. Ini menunjukkan bahwa adanya sulfur sekecil apapun dapat meningkatkan aktivitas katalis dan meningkatkan selektivitas hidrokarbon yang lebih berat dan ini cocok diaplikasikan pada jenis sintesis FT berkatalis besi (Wu et al., 2003).
http://www.migas.esdm.go.id/statistik.php?id=ProduksiMMK