You are on page 1of 13

STANDAR TATA RUANG BIOSKOP DITINJAU DARI PENGARUHNYA TERHADAP KESEHATAN MANUSIA

PENGETAHUAN LINGKUNGAN HIDUP

OLEH : I Nyoman Heriana I Komang Surya Satria D. Putu Rusdi Ariawan I Kadek Sastrawan I. A. Kade Sita Laksmita Kadek Agus Nata R. I Putu Wiranata N. Made Agus Widiartha I Dw Gd. Suganda H. (0804405024) (0804405041) (0804405050) (0804405051) (0804405059) (0804405081) (0804405083) (0804405085) (0804405098)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2010

Standar Ruangan Bioskop

2010

STANDAR TATA RUANG BIOSKOP DITINJAU DARI PENGARUHNYA TERHADAP KESEHATAN MANUSIA (Suatu Kajian Pustaka) Mahasiswa Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran, Bali, 80361 Abstrak Sarana umum dapat dinyatakan memenuhi syarat kesehatan lingkungan apabila telah memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni dan masyarakat sekitarnya, selain itu harus memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan. Gedung bioskop adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya dengan membayar dapat menonton film di tempat tersebut. Sanitasi Bioskop memberikan berbagai indikator yang harus diperhatikan dengan indicator dan parameter antara lain Letak gedung, Lingkungan Bioskop dengan parameter sanitasi antara lain mencakup persyaratan pada halaman dan gedung. Sound system yang baik digunakan di gedung bioskop adalah sound system stereo dengan peletakan pengeras suara pada dinding dalam jarak yang sama antara yang satu dengan yang lain, sehingga suara akan diterima merata oleh penonton. Suara diukur dengan satuan decibel (dB) antara 80 85 dB. Sistem pencahayaan tidak boleh menyilaukan mata maksimal 150 lux. Jarak ideal layar dengan proyektor 40 m sedangkan jarak antara layar dengan kursi terdepan adalah minimal 10 m. Bagian tepi layar atas, bawah dan samping kiri dan kanan berturut-turut maksimum membentuk sudut 60-80 dengan titik mata untuk penonton terdepan. Tiap penonton harus dapat melihat dengan sudut pandang maksimal 30. Jarak antara kursi penonton dengan kursi lain minimal 40 cm.

Kata kunci :Tata Ruang Bioskop, Standar Perangkat Bioskop.

PENDAHULUAN Sarana dan bangunan umum merupakan tempat dan atau alat yang dipergunakan oleh masyarakat umum untuk melakukan kegiatannya, oleh karena itu perlu dikelola demi kelangsungan kehidupan dan penghidupannya untuk mencapai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial, yang memungkinkan penggunanya hidup dan bekerja dengan produktif secara social ekonomis. Sarana dan bangunan umum dinyatakan memenuhi syarat kesehatan lingkungan apabila memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni dan masyarakat sekitarnya, selain itu harus memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan. Jenis-jenis tempat umum yang sangat memerlukan pengawasan antara lain Hotel, Restourant, Kolam renang , Pasar, Bioskop, tempat-tempat rekreasi, tempat-tempat ibadah, pertokoan, Pemangkas rambut, salon, Stasiun kereta api atau bus, rumah sakit. Dan pada saat ini penulis akan membahas lebih rinci mengenai sanitasi di Bioskop.
Teknik Elektro

Yang dimaksud dengan gedung bioskop adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya dimana umum dengan membayar dapat menonton film di tempat tersebut. Dasar pelaksanaan Penyehatan Lingkungan Bioskop adalah Kep. Menkes 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum. (Munif Arifin, 2009) Gedung pertunjukan merupakan suatu tempat yang mempunyai bangunan atau gedung dengan konstruksi tertentu dimana umum berkumpul dan dapat melihat pertunjukan pada sebuah panggung. Sanitasi Bioskop memberikan berbagai indikator yang harus diperhatikan dengan indicator dan parameter antara lain Letak gedung, Lingkungan Bioskop dengan parameter sanitasi antara lain mencakup persyaratan pada halaman dan gedung. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut: Bagaimanakah standar tata ruang bioskop?

Page 2 of 13

Pengetahuan Lingkungan Hidup

Standar Ruangan Bioskop

2010

Karya Ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh peralatan bioskop memancarkan radiasi gelombang elektromagnetik terhadap kesehatan manusia.

METODE PENELITIAN Tipe penelitian ini tergolong kedalam penelitian hukum normatif dan penelitian hukum kepustakaan maka titik berat penelitian mempergunakan bahan hukum bukan data, sehingga data primer yang dipergunakan hanya bersifat memperkuat, melengkapi dan menunjang, kemudian sumber data sekunder dilakukan melalui sumber data kepustakaan (library research) yang terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Adapun bahan hukum primer yang digunakan terutama berpusat dan bertitik tolak pada peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia seperti Kep. Menkes 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum. Berikutnya dipergunakan pula bahan hukum sekunder berupa pendapat hasil-hasil penelitian, kegiatan ilmiah dan beberapa informasi dari media masa. Pendekatan masalah yang dipakai terhadap penelitian ini, adalah beberapa pendekatan yang dikenal dalam hukum normatif, yaitu pendekatan kasus (the case approach), pendekatan perundang-undangan (the statute approach), pendekatan analisis konsep hukum (analitical conceptual approach). Jenis bahan hukum yang dipergunakan berupa bahan-bahan hukum primer seperti peraturan perundang-undangan, surat keputusan Menteri, peraturan daerah, sedangkan bahanbahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya dengan bahan-bahan hukum primer dapat membantu menganalisis dan memahami hukum primer adalah : a) hasil karya ilmiah para sarjana; b) hasil penelitian ; c) laporan-laporan, media massa Bahan-bahan hukum tersier, yaitu bahanbahan yang memberikan informasi tentang bahan-bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder meliputi bibliografi. Adapun metode pengumpulan bahan hukum dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode gabungan antara bola salju (snowball methode) dengan metode sistematis (systematic methode).

Dari hasil pengumpulan data, kemudian data dianalisis, dikontruksi dan diolah sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan, kemudian disajikan secara deskriptif. Dalam penelitian hukum normatif, yang dianalisis bukanlah data, melainkan dilakukan secara deskriptif, interpretatif, evaluatif, argumentatif dan sistematis. Bahan hukum yang dikumpulkan akan disajikan secara utuh, kemudian dianalisis. Adapun analisis yang dikemukakan bersifat deskriptif artinya uraian apa adanya terhadap suatu kondisi atau posisi dari proporsi-proporsi hukum atau non hukum. Interpretatif adalah analisis dengan cara menginterprestasi atau menjelaskan penggunaan jenis-jenis penafsiran dalam ilmu hukum, seperti penafsiran yang sistematis dan gramatikal. Penafsiran secara sistematis artinya terdapat hubungan antara pasal satu dengan pasal-pasal yang lainnya. Sedangkan penafsiran secara gramatikal adalah penafsiran berdasarkan arti kata. Evaluatif yakni melakukan evaluasi atau penilaian tepat atau tidak tepat, setuju atau tidak setuju, benar atau salah, sah atau tidak oleh peneliti terhadap suatu pandangan, proporsi, pernyataan rumusan, norma, keputusan baik yang tertera dalam bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder. Sedangkan analisis yang bersifat argumentatif tidak bisa dilepaskan dari teknik evaluasi karena penilaian harus didasarkan pada alasan-alasan yang bersifat penalaran hukum. Dalam pembahasan permasalahan hukum makin banyak argumen makin menunjukkan kedalam penalaran hukum. Sistematis, adalah berupa upaya mencari kaitan rumusan suatu konsep hukum atau proposisi hukum antara peraturan perundang-undangan yang sederajat maupun antara yang tidak sederajat. HASIL DAN PEMBAHASAN Bioskop adalah tempat atau gedung dengan segala fasilitas didalamnya, dimana masyarakat dapat berkumpul dan menonton film dengan membayar tiket masuk. Hubungan Bioskop Dengan Kesehatan Manusia Bioskop mempunyai peranan penting dalam penularan penyakit, timbulnya kecelakaan dan gangguan-gangguan lain. Gangguan-gangguan yang dapat ditimbulkan antara lain: (Munif Arifin, 2009)

Teknik Elektro

Page 3 of 13

Pengetahuan Lingkungan Hidup

Standar Ruangan Bioskop

2010

1. Letak kursi bagian terdpan yang terlalu dekat dengan layar ( kurang dari 6m) dapat merusak mata. 2. Letak pintu, jendela dan lain-lain lobang ventilasi yang keliru menimbulkan gerak angin yang keras dan penonton dapat sakit karenanya. 3. Ventilasi yang kurang baik, menimbulkan tidak adanya gerak udara dalam gedung, sehingga keadaan dalam gedung dapat panas sekali dan menimbulkan pusing kepala. 4. Letak lampu bahaya diatas pintu-pintu yang menyilaukan dapat mengganggu mata para penonton. 5. Kurangnya pemeliharaan kebersihan pada tempat-tempat duduk/kursi, menjadikan kursi tersebut menjadi tempat bersarang dan berkembang biaknya binatang pengganggu antara lain kutu busuk, yang dapat menimbulkan gangguan kepada para penonton 6. Pemakaian film proyektor yang rusak (misalnya bergetar) atau lensa yang sudah kabur akan menimbulkan kerusakan mata. 7. Lantai yang tidak memenuhi syarat misalnya licin akan menimbulkan kecelakaan kepada penonton, dan lantai yang berdebu akan mengganggu penonton. 8. WC dan urinoir yang tidak dirawaat akan menimbulkan bau tidak dan mengganggu keyamanan penonton. Persyaratan Bioskop 1. Bagian Luar Gedung a. Letak Gedung Bioskop Letak atau lokasi gedung biskop perlu diperhatikan karena letak berpengaruh terhadap kenyamanan dari gedung bioskop. Bentuk letak ini perlu diperhatikan sebagai berikut: (Munif Arifin, 2009) - Ditempat yang luas dengan alasan agar memberikan tampat untuk parkir mobil dan lain-lain kendaraan, serta memberikan keleluasan dan kepuasan para pengunjung untuk mamandang keindahan sekitarnya. Agar kendaraan dapat diparkir dengan rapih/teratur perlu adanya rambu untuk tempat parkir. - Ditempat yang strategis yaitu ditengah-tengah dekat perumahan penduduk agar mudah dicapai dengan berjalan atau dengan kendaraan, serta ditengah-tengah tempat rekreasi lain. - Ditempat yang jauh dari faktor penganggu, seperti tempat pembuangan sampah, industri yang gaduh dan terlalu ramai.

- Ditempat yang tinggi dan kering, tidak dekat rawa atau derah banjir. b. Halaman Gedung Bioskop - Halaman sangat penting untuk gedung bioskop, digunakan untuk parkir kendaraan dan hendaknya cukup luas. - Halaman harus bersih, tidak terdapat sampahsampah yang berserakan, genangan air, oli, dll. - Pagi malam hari halaman bioskop perlu penerangan minimal 3 cm pada permukaan tanah. - Halaman perlu diberi pagar sebagai pembatas. - Arah-arah lalu lintas dibuat teratur baik untuk penonton maupun untuk kendaraan-kendaraan yang keluar masuk halaman. - Sisa peralatan yang tidak digunakan untuk parkir dapat dibuat pertamanan dengan tumbuh-tumbuhan, bunga-bunga untuk menambah keindahan sekitarnya. c. Tempat Sampah Tersedianya tempat-tempat sampah dan tempat pengumpulan sampah sementara. Penempatan dan jumlah tempat sampah memadai. Adapun syarat-syraat dari tempat sampah tersebut adalah : (Munif Arifin, 2009) - Kedap Air - Ertutup rapat - Mudah diangkat - Dapat menampung jumlah sampai pada setiap pertunjukan. d. Saluran Pembuangan Air Hujan Saluran air hujan unuk gedung bioskop perlu ada hal ini untuk menjaga agar air hujan tidak menggenang. Karena dengan terdapatnya genangan air akan dapat menimbulkan gangguan kepada para penonton, selain itu genangan air akan dapat digunakan untuk perkembangbiakan vektor panyakit. 2. Bagian Dalam Gedung Bioskop Sebenarnya yang dimaksud dengan gedung bioskop adalah bagian luar gedung bioskop ( Eterior Gedung ) dan bagian dalam gedung bioskop ( interior Gedung ) a. Exterior Gedung : Halaman yang ada didalam gedung bioskop tatapi terletak diluar ruangan pertunjukan ( diluar dinding yang membatasi tempat pertunjukan ) dibioskop yang modern, maka pada exterior

Teknik Elektro

Page 4 of 13

Pengetahuan Lingkungan Hidup

Standar Ruangan Bioskop

2010

gedung terdapat berbagai macam fasilitas antara lain : (Munif Arifin, 2009) - Restoran - Tempat berpesta - Snack bar - Kamar tunggu - Wc/urinoir - Kamar pemadam kebakaran - Kamar telepon. Demikian untuk exterior gedung minimal terdapat wc/urinior, kamar telepon, pemadam kebakaran, kaar tunggu dan exterior traffic. 1) WC dan urinoir : Persyaratan dari WC adalah (Munif Arifin, 2009) Jumlah WC (Jamban) adalah minimal 1 buah untuk setiap 200 kursi Jamban untuk laki-laki dan jamban untuk wanita harus terpisah. Harus tersedia air yang cukup banyak untuk menggelontor maupun untuk membersihkan. Keadaan jamban harus selalu dalam keadaan bersih dan terpelihara. Penerangan minimal 5 fc pada permukaan lantai. Persyaratan dari urinoir : Jumlah minimal 1 buah untuk 100 kursi. Tersedia air pembersih yang cukup. Penerangan minimal 5 fc pada lantai. Keadaan selalu bersih dan terpelihara. Urinoir yang baik adalah type single urinoir, cara membersihkannya secara berkala 5 menit atau 10 menit sekali dapat dipakai intermittent automatic flushing device. Ditempat tersebut sebaiknya terdapat wash tafel (tempat cuci tangan) dilengkapi dengan sabun dan tissue. 2) Ruang Telepon Telepon untuk gedung bioskop adalah penting sekali. Biasanya telepon ada diruangan direksi, dengan demikian pengunaannya kurang baik bila digunakan untuk umum. Oleh karena itu perlu adanya telepon sifatnya untuk umum dan perlu ditempatkan dikamar tersendiri. Adapun kegunaan telepon adalah : Keperluan pemesanan karcis Keperluan pribadi penonton dengan penonton, dan lain lain.

3) Pemadam Kebakaran Didalam gedung bioskop harus tersedia alat pemadam kebakaran yang masih berfungsi dan diletakkan ditempat yang mudah dilihat dan mudah dijangkau oleh umum. Pada setiap alat pemadam kebakaran perlu adanya penjelasan tentang cara penggunaannya. Jumlah pemadam kebakaran disesuaikan dengan besar kecilnya gedung bioskop. 4) Ruang Tunggu Kamar tunggu digedung bioskop perlu sekali karena : Memberikan tempat bagi para pengunjung yang telah untuk beristirahat. Memberikan tempat bagi para penonton untuk menunggu gilirannya menonton film. Oleh sebab itu, maka kamar tunggu perlu dijaga kebersihannya, disediakan tempat sampah yang cukup, kursi diatur sedemikian rupa, diberi potpot bunga sehingga ruang tunggu tersebut bentuknya menarik dan menyenangkan. 5) Exteriour Traffic Exteriour traffic sangat penting, karena akan melancarkan lalu lintas penonton untuk menuju ke bagian-bagian lain di lingkungan exteriour gedung tersebut. Tanpa adanya exteriour traffic lalu lintas penonton akan terganggu. Beberapa hal yang harus mendapatkan perhatian dari exteriour traffic adalah : (Munif Arifin, 2009) Hendaknya jalan-jalan tersebut dibuat cukup lebar. Hendaknya jalan-jalan yang menghubungkan dari bagian kebagian lain cukup jelas dan teratur. Agar keluar masuknya pengunjung teratur maka pintu yang menuju ke ruang pertunjukkan dan pintu yang keluar dari tempat pertunjukkan hendaknya terpisah. Perlu diperhatikan pencahayaan yang cukup agar tidak panas perlu dipasang ventilasi buatan. Untuk menjaga kebersihan perlu disediakan tempat-tempat atau rokok maupun puntung rokok. b. Interiour Gedung : Adalah ruangan didalam gedung bioskop dimana terdapat tempat duduk para penonton untuk melihat film (tempat pertunjukkan). Yang perlu mendapatkan perhatian didalam interiour

Teknik Elektro

Page 5 of 13

Pengetahuan Lingkungan Hidup

Standar Ruangan Bioskop

2010

gedung ini antara lain adalah (Munif Arifin, 2009) 1. Dinding Dinding gedung pertunjukkan dibuat anti gema suara dengan menerapkan sistem acoustic dengan maksud : mencegah gema suara yang memantul dan menggaduhkan bunyi asli. mencegah penyerapan suara (absorpsi) sehingga suara hilang dan menjadi kurang jelas. membantu resonansi (menguatkan suara). 2. Lantai Lantai dibuat dari bahan yang kedap air, keras, tidak licin dan mudah dibersihkan. Kemiringan dibuat sedemikian rupa sehingga pemandangan penonton yang dibelakang tidak terganggu oleh penonton yang dimuka. Menurut hasil penyelidikan yang dilakukan oleh Departemen Penerangan bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan bahwa : Jarak antara sandaran kursi adalah lebih kurang 90 cm, dengan sudut penurunan ideal ke arah layar 6,28 terhadap garis horizontal, berarti perbedaan tinggi kepala kursi yang berurutan 10 cm. 3. Ventilasi Ventilasi untuk gedung bioskop adalah penting oleh karena untuk mengatur sirkulasi udara, agar udara kotor dalam ruangan keluar dan udara bersih masuk sehingga penonton merasa nyaman. Untuk atau kamar normal 27C dan kelembaban yang baik adalah 40%. (Soebagio Reksosoebroto, 2009) Suhu ruang antara 20C-25C, dengan kelembaban diantara 40%-50%. (Rudi Gunawan, 2008) Sistem ventilasi pada umumnya terbagi atas dua yaitu: a) Ventilasi Alami (Natural Ventilation System) Ventilasi alam ini dapat dibuat dengan jalan memasang jendela dan lubang-lubang angin atau dengan menggunakan bahan bangunan yang berpori-pori. b) Ventilasi Buatan (Artificial Ventilation System) Untuk ventilasi buatan ini dapat berupa : Fan (kipas angin), fungsinya hanya memutar udara didalam ruangan, sehingga masih diperlukan ventilasi alamiah. Exhauster (pengisap udara), prinsip kerjanya adalah mengisap udara kotor dalam ruangan sehingga masih diperlukan ventilasi alamiah.

Air Conditioning (AC) AC yang baik untuk gedung bioskop adalah menggunakan AC central. Air Conditioning (AC), prinsip kerjanya adalah penyaringan, pendinginan, pengaturan kelembaban serta pengaturan suhu dalam ruangan. Yang perlu diperhatikan bila menggunakan AC adalah ruangan harus tertutup rapat dan orang tidak boleh merokok didalam ruangan. 4. Tempat Duduk atau Kursi Persyaratan dari tempat duduk atau kursi adalah : Konstruksi cukup kuat dan tidak mudah untuk bersarangnya binatang pengganggu antara lain kutu busuk atau serangga lainnya. Ukuran kursi yaitu : i. Lebih kurang 40-50 cm. ii. Tinggi kursi dari lantai sebaiknya 48 cm. iii.Tinggi sandaran 38-40 cm dengan lebar sandaran disesuaikan dengan kenyamanan. iv.Sandaran tangan berfungsi juga sebagai pembatas. v. Sandaran pengguna tidak boleh terlalu tegak. Letak kursi agar diatur sedemikian rupa sehingga semua penonton dapat melihat gambar secara penuh dengan tidak terganggu. Jarak antara kursi dengan kursi didepannya minimal 40 cm yang berfungsi untuk jalan ke tempat kursi yang dituju. Tiap penonton harus dapat melihat dengan sudut pandang maksimal 30. Penonton yang duduk di baris terdepan harus masih dapat melihat seluruh gambar sepenuhnya. Artinya bagian tepi layar atas, bawah dan samping kiri dan kanan berturut-turut maksimum membentuk sudut 60-80 dengan titik mata. 5. Pintu darurat Persyaratan pintu darurat adalah: - Lebar minimal pintu darurat adalah 2 kali lebar pintu biasa (160 cm) - Jarak pintu darurat yang satu dengan lain sedikit-dikitnya 5 m dengan tinggi 1,8 dan membuka kearah ke luar. - Letak pintu darurat sebelah kiri dan sebelah kanan ruang pertunjukkan harus simetris. - Selama pertunjukan berlangsung pintu darurat tidak boleh di kunci. - Di atas pintu harus dipasang lampu merah dengan tulisan yang jelas Pintu Darurat. 6. Pencahayaan Pada dasarnya pencahayaan diperlukan sebelum dan setelah pertunjukkan. Hal-hal yang perlu

Teknik Elektro

Page 6 of 13

Pengetahuan Lingkungan Hidup

Standar Ruangan Bioskop

2010

diperhatikan sehubungan dengan pencahayaan adalah: - System pencahayaan tidak boleh menyilaukan mata maksimal 150 lux dan tidak boleh bergetar. - Tersedia cukup cahaya untuk kegiatan pembersihan gedung pertunjukkan. - Kekuatan penerangan pada tangga adalah 3 fc. 7. Sound System Sound system adalah suatu alat elektronik yang digunakan untuk mengeraskan suara sehingga bias terdengar jelas oleh seluruh penonton. Sound system yang baik digunakan di gedung bioskop adalah sound system stereo dengan peletakan pengeras suara pada dinding dalam jarak yang sama antara yang satu dengan yang lain, sehingga suara akan diterima merata oleh penonton.suara diukur dengan satuan decibel (dB) antara 80 85 dB.( Prisanti Putri, 2009 ) Prinsip dasar peletakan speaker yang digunakan untuk menghasilkan aliran suara yang konsisten di semua tempat dalam bioskop kurang lebih seperti di bawah ini. Speaker yang ada di belakang layar diletakkan mengarah ke bagian ruangan yang terletak 2/3 kedalaman ruangan. Sedangkan tinggi speaker berada di 1/3 dari tinggi ruangan. Speaker surround terdekat dari layar, minimal berjarak 1/3 dari kedalaman ruangan.

Gedung konser pada umumnya tidak memiliki surround sound, karena suara dari arah yang berbeda dengan panggung akan menimbulkan gangguan dalam menikmati bunyi. Oleh karena itu, penonton konser lebih suka tempat duduk yang dekat dengan panggung. Berbeda dengan gedung bioskop, surround sound justru merupakan elemen penting untuk membuat susasana spasial dalam ruangan yang tentunya tidak bertabrakan dengan suara dari speaker yang ada di depan. Dikatakan bahwa total energi yang berasal dari surround speaker haruslah mengimbangi speaker yang ada di depan. Posisi speaker harus diarahkan ke arah yang berlawanan dari tempat speaker berasal sehingga speaker dapat menghasilkan minimum perbedaan kekuatan antara dinding dan kursi penonton sebesar -3 dB.

tampak atas

tampak samping

Suara yang dihasilkan dari surround speaker tidak boleh terdengar sama dengan suara yang berasal dari speaker depan. Maka dari itu, waktu delay dari speaker surround terhadap speaker yang ada di depan biasanya adalah 1 ms untuk jarak 340 mm. Berarti, suatu ruangan bioskop dengan panjang 34 m akan mempunyai waktu delay sebesar 100 ms atau 1/10 s. Selain teknologi suara, baik tidaknya tampak samping akustik ruangan bioskop sangat mempengaruhi terdengarnya suara dari film. George Augspurger seorang ahli akustik mengatakan bahwa dalam akustik ada 3R yang harus diperhatikan, antara lain: ( Prisanti Putri, 2009 ) 1.Room resonance (resonansi ruang) 2.Early reflections (refleksi) 3.Reverberation time (waktu dengung) Absorpsi merupakan hal terpenting dalam objektif perancangan sebuah bioskop. Berbeda dengan gedung konser di mana suara harus dipantulkan sebanyak mungkin, maka pada
Page 7 of 13 Pengetahuan Lingkungan Hidup

Teknik Elektro

Standar Ruangan Bioskop

2010

gedung bioskop suara justru harus diserap sebanyak mungkin. Pada gedung bioskop, pantulan suara harus diminimalisasi. Penyerapan suara biasanya disiasati dengan pemasangan kain tirai pada dinding samping kiri dan kanan, serta dinding pada bagian belakang. Selain itu bahan jok dan sandaran kursi harus dipilih yang tidak menyerap suara, tetapi tetap membuat penonton nyaman. Prinsipnya, dalam keadaan kosong atau diduduki, diusahakan agar tingkat penyerapan suara sama. Waktu dengung adalah rentang waktu antara saat bunyi terdengar hingga melenyap. Gedung bioskop dianggap baik ketika memiliki waktu dengung sekitar 1,1 detik.

tingkat absorpsi suara di ruangan tersebut, maka semakin jauh pulalah jarak kritisnya. Desain ruangan akustik yang baik diusahakan memiliki Critical Distance sejauh mungkin dari sumber suara. Selain itu, ada standard kenyamanan sistem audio yang disebut THX. Speakernya sistem satelit, artinya speakernya tersebar di seluruh ruang bioskop itu. Untuk mendapatkan efek suara optimal sistem akustiknya juga harus mendukung. Jadi aliran suara bagi penonton yang duduk di depan maupun di belakang bisa merata. Selain itu Di Indonesia sendiri, bioskop yang sudah mendapat akreditasi THX adalah Blitz Megaplex dan The Premiere. THX pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Holman dari LucasFIlm. Eksperimen ini dibuat dikarenakan George Lucas yang menginginkan Star Wars (1983) ditayangkan di bioskop-bioskop dengan standar kenyaman menonton yang cukup baik. THX menyatakan standar kualitas bangku penonton, jumlah airconditioning, sistem teknologi (surround) dan tata letak (akustik) speaker. Sekarang ini, Holman yang juga merupakan pengajar di University of Southern California sedang mengembangkan teknologi 10.2 channel surround sound. Sistem 10.2 ini menggunakan 12 speaker di 10 lokasi pemasangan dan 2 subwoofers untuk menciptakan kualitas suara yang dikatakan ada di luar batas imajinasi kita. 8. Layar Film Layar film merupakan alat yang pokok dan penting dalam bioskop. Adapun syarat-syarat layar yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut: - Layar sebaiknya berwarna putih dan diberi warna gelap di tepi. - Ukuran harus disesuaikan dengan proyeksi dari proyektor film yang digunakan. - Permukaan harus licin dan bersih. - Jarak antara layar dengan proyektor harus sesuai sehingga gambar yang di proyeksikan pada layar benar-benar baik (focus harus tepat) sehingga tidak menghasilkan gambar yang kabur. 9. Proyektor Film dan Ruangan Persyaratan proyector dan ruangan adalah: - Proyektor tidak boleh bergetar, sehingga gambarpun akan ikut bergetar. - Proyektor harus dapat memproyeksikan gambar dengan jelas.

Kebanyakan pemasangan tirai pada dinding berhasil mengabsorpsi suara dengan frekuensi tinggi, tetapi kurang memperhatikan frekuensi rendah. Oleh Karena itu, diberlakukan prinsip 1/4 . Bahan penyerap suara yang digunakan harus diletakkan sejauh 1/4 dari frekuensi terendah yang diserap. Pada contoh di bawah ini, jika frekuensi terendahnya adalah 42 Hz, maka bahan penyerap suara sebaiknya diletakkan pada jarak 2 meter dari dinding. Untuk materialnya, dapat digunakan rock wool (fibreglass) yang dikatakan merupakan material dengan kemampuan absorpsi yang cukup tinggi. Material ini dikatakan dapat membuat sebuah ruangan hampir mendekati ruangan anechoic, dengan harga yang cukup murah.

Hal yang harus diperhatikan lainnya adalah penghitungan Critical Distance atau Jarak kritis. Jarak kritis merupakan batas jarak di mana suara langsung yang berasal dari speaker dan suara pantul memiliki energi yang sama. Jarak kritis ini berbeda-beda di segala frekuensi. Semakin tinggi

Teknik Elektro

Page 8 of 13

Pengetahuan Lingkungan Hidup

Standar Ruangan Bioskop

2010

- Ruang proyektor harus mempunyai ventilasi yang cukup untuk pertukaran udara didalam ruangan tersebut (10% 20%) dari luas lantai sehingga petugas / operator tidak merasa pengap atau panas. 10. Pemadam Kebakaran - Didalam gedung bioskop harus tersedia pemadam kebakaran yang masih berfungsi. - Diletakkan di tempat yang mudah dilihat dan mudah di jangkau oleh umum. - Jumlah disesuaikan dengan besar kecilnya gedung bioskop. - Pada setiap alat pemadam kebakaran perlu adanya penjelasan tentang cara pemakaiannya. 11. Sistem Lalu Lintas Dalam Gedung (Traffic System) System lalu lintas dalam ruangan perlu diatur untuk kelancaran keluar masuknya penonton sebaiknya dibuat arus lalu lintas searah. Lalu lintas (Traffic) yang baik untuk gedung bioskop dibuat menjadi 4 bagian yaitu: - Lintas utama (maintraffic) /lebar minimal 2 meter. - Lintas block (blocktraffic) lebar minimal 80 cm. - Lintas antar kursi (between chair traffic) lebar minimal 40 cm. - Lintas keliling ruangan (Round the corner traffic) lebar minimal 50 cm. 12. Keadaan Yang Bebas Serangga dan Binatang Pengerat Pencegahan terhadap serangga dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: - Kebersihan umum baik di luar dan di dalam gedung harus di jaga. - Pemasangan kawat-kawat kasa pada lubanglubang angin. - Pengaturan barang-barang harus teratur jangan sampai ada sudut-sudut mati yang menyulitkan pembersihan. - Pencahayaan harus sempurna agar sinar dapat menyinari secara merata keseluruhan ruangan. Pencegahan terhadap binatang pengerat dapat dilakukan dengan cara sebagai brikut: - Menjaga kebersihan ruangan - Menghindari adanya sudut-sudut mati dan ruangan yang gelap. - Menghindari tempat-tempat yang bisa digunakan untuk bersarangnya binatang pengerat.

- Memasang terali pada lubang ventilasi bagian bawah 3. Peryaratan Lain Yang Diperlukan Di Gedung Bioskop Sanitasi Bioskop memberikan berbagai indikator yang harus diperhatikan dengan indicator dan parameter antra lain Letak gedung, Lingkungan Bioskop dengan parameter sanitasi antara lain mencakup persyaratan pada halaman dan gedung. Beberapa persyaratan aspek sanitasi dengan karakteristik khusus dapat kita temukan pada sanitasi bioskop ini antara lain : (Munif Arifin, 2009) - Pada Pintu Darurat / Pintu Bahaya dengan indikator antra lain Jarak satu dengan yang lain : 5 m, Simetri : kanan-kiri ruangan, Daun pintu dapatdibuka lebar, Ada label PINTU BAHAYA. Tidak boleh dikunci selama pertunjukan - Layar film : Berwarna putih dengan warna gelap ditepi, Ukuran sesuai dengan kekuatan proyektor, Permukaan bersih & licin, Jarak ideal layar dengan proyektor 40 m. - Sound system : Suara 80-85 dB, Simetris di kianan kiri dinding gedung - Pemadam kebakaran : Perlu disediakan di dlm gedung pertunjukan, Diletakkan terpencar, mudah dilihat, mudah dicapai, Perlu disertai petunjuk cara penggunaan - Tempat duduk : Dibuat untuk perorangan, Ada sandaran belakan, tangan + kaki, Tidak berhimpitan, Jarak dengan tempat duduk depannya 40 cm (berfungsi sebagai jalan pengunjung), Baris terdepan min 6 m dari layar, dengan sudut pandang < 30, Tinggi tempat duduk dan lantai sebaiknya 48 cm dengan sandaran 38-40 cm, Tempat duduk dibuat empuk, mudah dibersihkan - Lalu lintas dlm gedung : Lalu lintas utama ( 4 m), Lintas block (80 cm), Lintas antar kursi (40 cm), Lintas keliling ruangan (50 cm) - Proyektor film & ruangannya : Sebaiknya ada 2 buah proyektor sehingga tidak ada jeda saat pergantian antar rol film, harus baik, tidak bergetar, terang sehingga tidak merusak mata, Ruang untuk proyektor disesuaikan dengan ukuran proyektor dan jumlah petugas, Kelembaban & suhu yang diperhatikan 4. Sanitasi di tempat-tempat bioskop sangat diperlukan Perlunya sanitasi di tempat - tempat bioskop karena: (Munif Arifin, 2009)
Pengetahuan Lingkungan Hidup

Teknik Elektro

Page 9 of 13

Standar Ruangan Bioskop

2010

1. Adanya kumpulan manusia yang berhubungan langsung dengan lingkungan 2. Kurangnya pengertian dari masyarakat mengenai masalah kesehatan 3. Kurangnya fasilitas sanitasi yang baik 4. Adanya kemungkinan besar terjadinya penularan penyakit 5. Adanya kemungkinan terjadinya kecelakaan 6. Adanya tuntutan physical dan mental confort 5. Aspek penting dalam penyelenggaraan sanitasi tempat-tempat umum 1. Aspek teknis /hukum (persyaratan H dan S, Peraturan dan perundang-undangan sanitasi 2. Aspek sosial, yang meliputi pengetahuan tentang : kebiasaan hidup, adat istiadat, kebudayaan, keadaan ekonomi, kepercayaan, komunikasi, dan lain-lain 3. Aspek administrasi dan management, yang meliputi penguasaan pengetahuan tentang cara pengelolaan STTU yang meliputi : Man, Money, Method, Material dan Machine. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Tiap penonton harus dapat melihat dengan sudut pandang maksimal 30 terhadap layar. 2. Suara yang diterima merata oleh penonton sebaiknya antara 80 85 dB 3. Suhu ruang antara 20C-25C, dengan kelembaban diantara 40%-50% 4. Gedung bioskop adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya dimana umum dengan membayar dapat menonton film di tempat tersebut. Dasar pelaksanaan Penyehatan Lingkungan Bioskop adalah Kep. Menkes 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum. 5. Pencahayaan Umum untuk ruangan dan area yang jarang digunakan dan/atau tugas-tugas atau visual sederhana khususnya gedung bioskop sebesar 150 lux. 6. Hubungan bioskop dengan manusia, gangguan-gangguan tersebut dapat dicegah antara lain: a. Letak kursi terdepan dengan layar yang terlalu dekat dengan jarak minimal 10 meter. b. Letak pintu, jendela dan ventilasi dengan jarak yang satu dengan lain sedikit-dikitnya 5 m dengan tinggi 1,8 dan membuka kearah ke luar. c. Ventilasi yang baik digunakan adalah cross ventilasi terutama ruang proyektor harus
Teknik Elektro

mempunyai ventilasi yang cukup untuk pertukaran udara didalam ruangan tersebut (10% 20%) dari luas lantai sehingga petugas / operator tidak merasa pengap atau panas. d. Letak lampu pada plafon dengan jarak lampu yang satu dengan lampu yang lain maksimal 2,5 meter dengan intensitas cahaya minimal 150 lux. e. Pemeliharaan kebersihan dengan menempatkan tempat sampah di dekat pintu keluar. f. Lantai yang memenuhi syarat dibuat dari bahan yang kedap air, keras, tidak licin dan mudah dibersihkan g. Tidak memakai film proyektor yang rusak (lensa yang sudah kabur) dan tidak boleh bergetar h. WC harus dirawat agar tidak menimbulkan bau. 7 Persyaratan di bioskop dibagi menjadi bagian yaitu: a.Bagian luar gedung Bioskop: letak gedung, bioskop dalam gedung, bioskop tempat sampah saluran pembuangan air hujan b.Bagian dalam gedung bioskop Exterior gedung, misalnya: WC, ruang telepon, runag tunggu, pemadam kebakaran, exterior traffic. Interior gedung: dinding, lantai, ventilasi, temapt duduk atau kursi, pintu darurat, pencahayaan, sound system,layar film, projektor film dan ruangan, pemadam kebakaran, sistem lalu lintas dalam gedung. Saran Untuk lebih meningkatkan kualitas lingkungan gedung sehingga menjadi lebih baik perlu diadakan pengawasan yang lebih teratur lagi, sehingga dapat tercipta lingkungan tempat hiburan yang aman, nyaman dan bersih bagi pengunjungnya serta terlindung dari bahaya kesehatan. DAFTAR PUSTAKA [1] Eep . 2008 Membangun Bioskop di Rumah (http://eepinside.com/?p=1396 diakses 25 april 2010) [2]Moskie. 2009. Lokasi Duduk dengan nyaman di Bioskop (http://www.adandu.com/blog/moskie/lokasi_ duduk_dengan_nyaman_di_bioskop.html, diakses 25 april 2010) [1] Mukono, H. 2006. Prinsip dasar kesehatan lingkungan edisi ke 2. Surabaya : Airlangga University Press.
Pengetahuan Lingkungan Hidup

Page 10 of 13

Standar Ruangan Bioskop

2010

[3]Munif, Arifin. 2009. Inspeksi Sanitasi Bioskop (Online). (http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2009/02/ inspeksi-sanitasi-bioskop.html diakses 25 April 2010). [4]Riefsie. 2008. Sistem Audio-video Audotorium Bioskop (http://forum.kompas.com/sains/2592-sistemaudio-video-audotorium-bioskop.html diakses 25 April 2010) [5] -----. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 288/Menkes/SK/III/2003 Tentang Pedoman penyehatan sarana dan bangunan umum. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. [6] ----. 2009. Pentingnya pengelolaan sanitasi di tempat tempat umum (Online). (http://tuloe.wordpress.com/2009/06/07/sanita si-umum, diakses 25 April 2010). [7] ----. 2009. Tata suara dan akustik pada Bioskop (http://www.lenardaudio.com/education/ diakses 25 april 2010)

Teknik Elektro

Page 11 of 13

Pengetahuan Lingkungan Hidup

BIODATA PENULIS

Nama TTL Agama

: Putu Rusdi Ariawan : Denpasar. 19 April 1990 : Hindu

Mahasiswa Teknik Elektro Unv. Udayana Email : turusdi.info@gmail.com www.facebook.com/turusdi

You might also like