You are on page 1of 9

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

Demokrasi Versus Monarki Yogyakarta


KELOMPOK II ERFINA WAHDAYANI FENISAH BR SITEPU NUR JANNAH SALIM EFENDY SUSI RAMADANI ROSMINDAN HARAHAP

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

LATAR BELAKANG MASALAH


Tidak mungkin ada sistem monarki yang bertabrakan dengan konstitusi dan nilai demokrasi, kata Presiden, dalam Rapat Kabinet Terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (26/11). Pernyataan Presiden SBY tersebut langsung membuat banyak pihak, terutama pendukung keistimewaan DIY, meradang. Pasalnya, pernyataan itu mengindikasikan keengganan pemerintah mengakui kedaulatan DIY. Dalam Undang-undang Dasar (UUD) 1945 tegas menyatakan bahwa negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan UU. Menurut Ferry Mursyidan Baldan, DIY sama sekali bukan sebuah monarki, melainkan sebuah Provinsi DIY. "Yang berbeda adalah hanya dalam tata cara penetapan kepala daerah.

Kasus Yogya, SBY Menggaruk yang Tidak Gatal INILAH.COM, Jakarta - Pernyataan Presiden SBY tentang keistimewaan Yogyakarta ibarat menggaruk bagian yang tidak gatal. Iritasi pun terjadi, baik sosial maupun kultural. Mengapa? Dalam Undang-undang Dasar (UUD) 1945 tegas menyatakan bahwa negara mengakui dan menghormati satuansatuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan UU. Gaya monarki Daerah Istimewa Yogyakarta bukanlah politis, tapi sebatas kultural. Karena itu, pernyataan SBY soal DIY ibarat menggaruk bagian yang tidak gatal. Lalu reaksi muncul dari GBPH Joyokusumo, Adik kandung Sultan Hamengku Buwono X. Ia mempertanyakan pernyataan SBY tentang Indonesia tidak menerapkan sistem monarki. Penyataan SBY bahkan dinilai Joyokusumo bisa menghancurkan kesatuan RI karena menamfikkan aspek historis

Jangan Kaitkan Keistimewaan dan Monarki


JAKARTA, KOMPAS.com Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan Nasional Demokrat Ferry Mursyidan Baldan mengingatkan, keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta jangan dikaitkan dengan isu monarki. "Pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentang keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang dikaitkan dengan isu monarki seolah mengabaikan pesan konstitusi tentang kekhususan dan keistimewaan wilayah budaya yang bersejarah itu," katanya di Jakarta, Senin (29/11/2010). Dia mengatakan, mengibaratkan keberadaan keistimewaan Yogyakarta sebagai monarki dalam NKRI tentu saja mengagetkan banyak pihak dan mengganggu spirit ke-NKRI-an. "Pernyataan yang seolah mempermasalahkan posisi DIY sebagai provinsi di NKRI harus segera diklarifikasi agar secara semua kita dalam spirit yang sama dalam menjaga NKRI," kata mantan anggota Komisi II DPR RI dari Partai Golkar itu.

Demokrasi Versus Monarki Yogyakarta


Tidak mungkin ada sistem monarki yang bertabrakan dengan konstitusi dan nilai demokrasi, kata Presiden, dalam Rapat Kabinet Terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (26/11). Pernyataan Presiden SBY tersebut langsung membuat banyak pihak, terutama pendukung keistimewaan DIY, meradang. Pasalnya, pernyataan itu mengindikasikan keengganan pemerintah mengakui kedaulatan DIY. Meski hanya sebuah kalimat, implikasinya sangat luar biasa. Apalagi jika dikaitkan dengan kondisi Yogyakarta saat ini yang sedang sungkawa. Masyarakat Yogyakarta saat ini sedang panas-panasnya merasakan duka akibat letusan Merapi yang menewaskan ratusan orang dan begitu banyak korban harta benda. Sangatlah tidak tepat waktunya jika pemerintah justru ribut-ribut masalah kekuasaan.

ANALISIS
Meski hanya sebuah kalimat dari presiden, implikasinya sangat luar biasa. Apalagi jika dikaitkan dengan kondisi Yogyakarta panasnya saat ini yang duka sedang dalam keadaan yang belasungkawa. Masyarakat Yogyakarta saat ini sedang panasmerasakan akibat letusan Merapi menewaskan ratusan orang dan begitu banyak korban harta

benda. Sangatlah tidak tepat waktunya jika pemerintah justru


ribut-ribut masalah kekuasaan. Padahal, nyata sekali bahwa kekhususan suatu daerah tidak inkonstitusional karena ada pasal yang secara gamblang mengatur kekhususan suatu daerah (18A Ayat 1 UUD 1945).lagipula sistem monarki yang berlaku di Kasultanan Yogyakarta adalah bukan monarki murni alias sekadar monarki budaya dan bukan monarki

politis.

Namun menurut Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi


menyatakan, masyarakat hanya salah persepsi soal pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentang sistem pemilihan kepala daerah DI Yogyakarta terkait proses perumusan RUU Keistimewaan Yogyakarta. Ia mengungkapkan pernyataan presiden itu merupakan hal yang biasa, namun publik terlalu mekanainya terlalu luas. Penafsiran publik yang salah yakni yang terkait dengan penafsiran monarki yang diperbesar tanpa melihat nilai demokrasi dan kosntitusi.

SOLUSI
1. Pemerintah harus lebih mementingkan kasus/persoalan yang penting 2. Rakyat harus memahami pernyataan dari pemerintah agar tidak ada salah pengertian 3. Media tidak menampilkan pernyataan yang setengah2 agar pernyataan tersebut tidak rancu sampai kepada masyarakat 4. Rakyat harus mempercayai berita yang akurat saja dan jangan terlalu cepat terpengaruh oleh pemberitaan media

You might also like