You are on page 1of 13

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR MODUL 4 PROSES FREIS DAN PENGERJAAN ANAK TIMBANGAN

Oleh: Lisa Andriani M. Nurdinsyah E. (03311020) (03311043)

Asisten: Sumarad Adi Sanjaya

D3 METROLOGI DAN INSTRUMENTASI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG BANDUNG 2012

I.

Tujuan Praktikum
Mengetahui konstruksi, cara kerja dalam alat-alat pemesinan. Mengetahui proses apa saja yang dapat dikerjakan dengan jenis mesin tertentu. Mampu menggunakan alat-alat pemesinan dalam proses manufaktur untuk menghasilkan suatu produk.

II.

Alat dan Bahan Praktikum


1. Mesin bubut dan perangkatnya 2. Silinder pejal aluminium 3. Jangka sorong 4. Berbagai jenis pahat

III.

Teori Dasar
Proses pemesinan freis (milling) adalah proses penyayatan benda kerja menggunakan alat potong dengan mata potong jamak yang berputar. Proses penyayatan dengan gigi potong yang banyak yang mengitari pisau ini bisa menghasilkan proses pemesinan lebih cepat. Permukaan yang disayat bisa berbentuk datar, menyudut, atau melengkung. Permukaan benda kerja bisa juga berbentuk kombinasi dari beberapa bentuk.

Jenis Mesin Freis Ada Beberapa Jenis Mesin Freis antara lain yaitu Mesin Freis Tipe Column and Knee, Mesin Freis Tipe Bed dan Mesin Freis CNC ( Computer Numerical Control )..

a) Mesin Freis Vertikal Tipe Column and Knee

b) Mesin Freis Horizontal Tipe Column and Knee

Gambar Mesin Bed Tipe Bed

Gambar Mesin Bed Tipe CNC

Klasifikasi Proses Freis Proses freis dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis. Klasifikasi ini berdasarkan jenis pisau, arah penyayatan, dan posisi relatif pisau terhadap benda kerja

Freis Periperal (Slab Milling) Proses freis ini disebut juga slab milling, permukaan yang difreis dihasilkan oleh gigi pisau yang terletak pada permukaan luar badan alat potongnya. Sumbu dari putaran pisau biasanya pada bidang yang sejajar dengan permukaan benda kerja yang disayat.

a) Gambar Slab Milling

Freis Muka (Face Milling) Pada freis muka, pisau dipasang pada spindle yang memiliki sumbu putar tegak lurus terhadap permukaan benda kerja. Permukaan hasil proses freis dihasilkan dari hasil penyayatan oleh ujung dan selubung pisau.

b) Gambar Face Milling

Freis Jari (End Milling) Pisau pada proses freis jari biasanya berputar pada sumbu yang tegak lurus permukaan benda kerja. Pisau dapat digerakkan menyudut untuk menghasilkan permukaan menyudut. Gigi potong pada pisau terletak pada selubung pisau dan ujung badan pisau.

c) Gambar End Milling

Metode Proses Freis Metode proses freis ditentukan berdasarkan arah relative gerak makan meja Mesin Freis terhadap putaran pisau). Metode proses freis ada dua yaitu freis naik dan freis turun. Freis Naik (Up Milling ) Freis naik biasanya disebut freis konvensional (conventional milling). Gerak dari putaran pisau berlawanan arah terhadap gerak makan meja Mesin Freis. Sebagai contoh, pada proses freis naik apabila pisau berputar searah jarum jam, benda kerja disayat ke arah kanan. Penampang melintang bentuk beram (chips) untukproses frais naik adalah seperti koma diawali dengan ketebalan minimal kemudian menebal.
Gambar Proses Freis Naik

Freis Turun (Down Milling) Proses freis turun dinamakan juga climb milling. Arah dari putaran pisau sama dengan arah gerak makan meja Mesin Freis. Sebagai contoh jika pisau berputar berlawanan arah jarum jam, benda kerja disayat ke kanan. Penampang melintang bentuk geram (chips) untuk proses freis naik adalah seperti koma diawali dengan ketebalan maksimal kemudian menipis.

Gambar Proses Freis Turun

Jenis-Jenis Pisau Frais Pisau mesin frais/cutter mesin frais baik horizontal maupun vertikal memiliki banyak sekali jenis dan bentuknya. Pemilihan pisau frais berdasarkan pada bentuk benda kerja, serta mudah atau kompleksnya benda kerja yang akan dibuat. Adapun jenis-jenis pisau frais, antara lain sebagai berikut.

Pisau Mantel (Helical Milling Cutter) Pisau jenis ini dipakai pada mesin frais horizontal. Biasanya digunakan untuk pemakanan permukaan kasar (Roughing) dan lebar.

Gambar Pisau Mantel

Pisau Alur (Slot Milling Cutter) Pisau alur berfungsi untuk membuat alur pada bidang permukaan benda kerja. Jenis pisau ini ada beberapa macam yang penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan.

Gambar Pisau Alur

Pisau Frais Gigi (Gear Cutter) Pisau frais gigi ini digunakan untuk membuat roda gigi sesuai jenis dan jumlah gigi yang diinginkan.

Gambar Pisau Gigi

Pisau Frais Radius Cekung (Convex Cutter) Pisau jenis ini digunakan untuk membuat benda kerja yang bentuknya memiliki radius dalam (cekung).

Gambar Pisau Radius Cekung

Pisatu Frais Radius Cembung (Concave Cutter) Pisau jenis ini digunakan untuk membuat benda kerja yang bentuknya memiliki radius dalam (cekung).

Gambar Pisau Radius Cembung

Pisau Freis Alur T (T Slot Cutter) Pisau jenis ini hanya digunakan untuk membuat alur berbentuk T seperti halnya pada meja mesin frais.

Gambar Pisau Alur T

Pisau Freis Sudut Pisau jenis ini digunakan untuk membuat alur berbentuk sudut yang hasilnya sesuai dengan sudut pisau yang digunakan. Pisau jenis ini memiliki sudut-sudut yang berbeda di antaranya: 30, 45, 50, 60, 70, dan 80. menunjukkan pisau satu sudut 60 (angle cutter), menunjukkan pisau dua sudut 45 x 45 (double angle cutter), menunjukkan pisau dua sudut 30 x 60 (double angle cutter).

Gambar Pisau Sudut

Pisau Jari (Endmill Cutter) Ukuran pisau jenis ini sangat bervariasi mulai ukuran kecil sampai ukuran besar. Cutter ini biasanya dipakai untuk membuat alur pada bidang datar atau pasak dan jenis pisau ini pada umumnya dipasang pada posisi tegak (mesin freis vertikal), namun pada kondisi tertentu dapat juga dipasang posisi horizontal yaitu langsung dipasang pada spindle mesin freis.

Gambar Pisau Jari

Pisau Freis Muka dan Sisi (Shell Endmill Cutter) Jenis pisau ini memiliki mata sayat di muka dan di sisi, dapat digunakan untuk mengefreis bidang rata dan bertingkat.

Gambar Pisau Muka dan Sisi

Pisau Freis Pengasaran (Heavy Duty Endmill Cutter) Pisau jenis ini mempunyai satu ciri khas yang berbeda dengan cutter yang lain. Pada sisinya berbentuk alur helik yang dapat digunakan untuk menyayat benda kerja dari sisi potong cutter, sehingga cutter ini mampu melakukan penyayatan yang cukup besar.

Gambar Pisau Freis Pengasaran

Pisau Freis Gergaji (Slitting Saw) Pisau freis jenis ini digunakan untuk memotong atau membelah benda kerja. Selain itu, juga dapat digunakan untuk membuat alur yang memiliki ukuran lebar kecil.

Gambar Pisau Freis Gergaji

Parameter yang mempengaruhi efisiensi operasi freis 1) Kecepatan potong Kecepatan potong adalah kecepatan putaran gerak dari pahat dalam menghasilkan geram. Vs = D N 1000 Dengan, Vs = kecepatan potong (mm/menit) D = Diameter pemotong/pahat (mm) N = putaran spindel (rpm) 2) Kecepatan Makan

Kecepatan makan yaitu kecepatan geak translasi dari benda kerja untuk memperluas area potong.. Vf = f*N

Dengan, Vf = Kecepatan makan (mm/menit) F = Gerak makan (mm/putaran) N = Putaran Spindel (rpm)

IV. Analisis
Lisa Andriani

Proses pemesinan yang banyak digunakan dalam pembuatan produk ini adalah proses bubut sebab produk yang kami buat adalah anak timbangan. Bahan yang digunakan dalam membuat anak timbangan ini terbuat dari aluminium alloy berbentuk silinder. Karena ukuran diameter dan panjang silinder melebihi ukuran anak timbangan yang akan dibuat maka perlu untuk mengurangi diameter serta panjang silinder aluminium alloy. Pertama yang kami lakukan adalah mengurangi panjang silinder dengan proses facing pada salah satu sisi silinder, proses ini dilakukan menggunakan mesin bubut dengan memposisikan pahat pada posisi miring. Sebelumnya lakukan proses centering yaitu memposisikan pahat tepat pada center dari benda kerja kemudian cari titik nol dengan menyentuhkan pahat pada permukaan sisi yang akan dibubut lalu atur skala ke posisi nol namun jangan sampai tuas pemindah posisi ikut berputar. Lalu atur berapa kecepatan potong dan gerak makan, untuk mereduksi panjang kami mengatur kecepatan gerak makan cukup besar namun untuk pemotongan (facing) selanjutnya gerak makan kami ubah menjadi lebih pelan sehingga hasil potongannya halus. Untuk setiap selesai pemotongan kami selalu mengukur benda kerja dengan jangka sorong agar kami dapat memperkirakan harus melakukan berapa kali pemotongan. Selanjutnya kami melakukan reduksi diameter, untuk reduksi diameter pahat berada pada posisi normal dan kami menggunakan langkah-langkah yang sama pada proses facing namun menggunakan tuas yang berbeda, selain itu dalam penentuan titik nol sedikit berbeda yaitu dengan menggerakkan spindle dahulu lalu menyentuhkan pahat pada benda kerja pada posisi selimutnya silinder lalu setelah pahat menyentuh keluarkan pahat dari sekitar benda kerja lalu baru matikan putaran spindle setelah itu baru atur ke angka nol. Untuk membuat pola-pola seperti pada anak timbangan maka kami melakukan reduksi diameter secara bertahap yaitu sekitar 2-3 mm dalam satu kali pemotongan. Untuk bagian-bagian khusus pada anak timbangan kami menggunakan jenis pahat yang berbeda. Setelah pola atau bentuk pada sisi pertama timbangan selesai kami membalik muka benda kerja dengan sisi yang ke dua lalu kami lakukan proses facing dan juga reduksi diameter untuk mendapatkan produk anak timbangan sesuai dengan ukuran yang sudah ditentukan.

Oleh : M. Nurdinsyah E
Pada praktikum ini kita membuat anak timbangan dengan menggunakan mesin bubut. Langkah awal dari penggunaan mesin bubut untuk membuat anak timbangan ini adalah dengan meletakkan benda kerja atau dalam hal ini silinder pejal alumunium ke spindel pada mesin bubut, pastikan benda kerja terpasang dengan kencang dan saat diputar tidak goyang-goyang. Untuk selanjutnya yaitu memasang pahat dan melakukan centering terhadap ujung pahat bubut dengan cara memposisikan ujung pahat agar sejajar dengan ujung titik center yang terpasang pada tailstock. Lalu jangan lupa juga untuk mengatur seberapa kecepatan putar spindel dan kecepatan makan pahatnya yang akan digunakan. Setelah itu dilakukan proses facing terlebih dahulu untuk meratakan permukaan benda kerja dan mengurangi panjang benda kerja tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan, Proses facing ini pahat dipasang agak miring dan ujung pahat diletakkan pada permukaan ujung benda kerja tapi sebelum melakukan facing terlebih dahulu harus menentukan titik 0 untuk mengatur kedalaman seberapa panjang gerak makan yang akan dilakukan pahat secara otomatis, namun sebenarnya bisa juga dilakukan secara manual yaitu dengan menggerakan pahat secara manual tetapi jika dilakukan secara manual kesalahan yang mungkin terjadi akan lebih besar seperti ketidakpastian yang besar dan mungkin permukaan benda kerja yang dibubut akan lebih kasar karena gerak makan secara manual yang terlalu besar. Pada awal proses facing yang dilakukan saat praktikum ini facing terjadi tidak sempurna karena masih menyisakan sedikit bagian kecil ditengah permukaan yang di facing, hal ini terjadi karena tidak tepatnya pemasangan ujung mata pahat dengan centernya. Setelah proses facing, dilakukan reduksi diameter, saat proses ini mata pahat diletakkan tegak lurus dengan ujung benda kerja yang akan direduksi diameternya. Kemudian dilakukan proses yang sama dengan yang sudah dijelaskan diatas yaitu mencari titik 0 nya. Pada saat melakukan reduksi diameter dalam praktikum ini awalnya hasil permukaan benda kerja agak sedikit kasar, itu disebabkan karena kecepatan makan yang terlalu besar sehingga kecepatan makannya dikurangi sampai yang terkecil. Pada proses reduksi diameter ini juga dilakukan secara bertahap yaitu untuk satu kali proses dilakukan hanya reduksi sedalam 2-3 mm, hal ini dilakukan karena untuk mengantisipasi jika pahat yang digunakan mungkin tidak cukup kuat untuk langsung melakukan gerak makan sedalam lebih dari itu atau juga benda kerja yang terlalu rapuh karena terbuat dari bahan yang mudah rapuh (amoh) juga sehingga itu juga berpengaruh pada hasil akhir pengerjaan yang mungkin akan relative lebih kasar permukaannya atau mungkin juga benda kerja yang terlalu rapuh tersebut pecah saat dilakukan proses ini. Proses akhir yang dilakukan dalam praktikum membuat anak timbangan ini adalah chamfering dan membuat cekungan yang ada pada ujung anak timbangan, proses ini dilakukan dengan mengganti pahatnya dengan ujung pahat yang berbeda sesuai dengan bentuk yang ada pada gambar tekniknya yaitu dalam praktikum ini digunakan R9. Pada hasil akhir anak timbangan yang dibuat pada bagian permukaan pinggir diameter yang besar terlihat diameternya tidak sama dan tidak halus hal ini dikarenakan pada saat proses reduksi diameter benda kerja saat spindel berputar dan proses pemakanan berlangsung benda kerja tersebut Nampak terlihat kendor dan goyang-goyang sehingga menjadikan proses bubut tidak sempurna dan hasil akhir yang kurang memuaskan.

V.

Kesimpulan
Proses pemesinan dapat dilakukan menggunakan banyak jenis mesin seperti mesin freis, mesin bubut, mesin gurdi dll. Setiap alat pemesinan memiliki spesifikasi dalam pengerjaan tertentu dalam proses manufaktur dan memiliki ketelitian serta tingkat kerataan yang berbeda.

You might also like