You are on page 1of 36

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menggunakan berbagai
macam bentuk aplikasi dari rangkaian elektronika. Dalam sebuah rangkaian
elektronika, tentu saja memiliki karakteristik tersendiri, antara satu
rangkaian dengan rangkaian lainnya memiliki perbedaan yang mendasar.
Bergantung pada tujuan penggunaan dari rangkaian tersebut. Sifat-sifat dasar
dari rangkaian elektronika tersebut dapat diketahui dengan menggunakan
suatu alat bantu yaitu osiloskop.
Osiloskop merupakan alat yang dapat memvisualisasikan bentuk
sinyal baik masukkan maupun keluaran dari suatu rangkaian. Dengan
demikian kita dapat mengamati karakteristik dari suatu rangkaian baik itu
frekuensinya maupun tegangannya.

1.2 Identifikasi Masalah.

Dalam praktikum ini, masalah yang diidentifikasi adalah
bagaimana bentuk sinyal yang dihasilkan oleh osiloskop jika kita gunakan
frekuensi yang berbeda pada rangkaian RC, dengan metode Lissoyous
bagaimana perubahan beda fasanya. Selain itu pada percobaan frekuensi
resonansi pada rangkaian RLC, pada frekuensi berapa terjadi resonansi, lalu
membandingkannya dengan perhitungan komponen yang digunakan. Serta
mengetahui sejauh mana pengaruh resistor terhadap peredaman tegangan
pada rangkaian RLC, hal tersebut dapat di amati dengan membuat grafik
tegangan terhadap perioda (waktu)
.

2
1.3 Tujuan Percobaan
a. Mengukur tegangan Power Suplly.
b. Menghitung frekuensi Power Suplly.
c. Mengukur beda sudut fasa sinyal input dan output pada rangkaian RC.
d. Menghitung frekuensi resonansi pada rangkaian RLC.
e. Mengetahui sejauh mana pengaruh resistor terhadap peredaman tegangan
pada rangkaian RLC.

1.4 Metoda Percobaan
Oscilloscope akan memberikan informasi dengan baik apabila telah
di kalibrasi terlebih dahulu. Untuk percobaan ini,yang pertama kali diukur
adalah tegangan dan frekuensi, setelah sinyal dihubungkan dengan input
pada osiloskop maka pada layar dapat dilihat besarnya amplitudo (arah
vertikal) dan perioda (arah horizontal). Untuk menentukan beda fasa dengan
Lissayous, gunakan sinyal generator untuk menentukan frekuensi sebagai
sinyal masukan pada rangkaian RC. Ketika didapat gambar berbentuk
lissayous dengan n/m yang berbeda-beda, maka sudut fasa dapat dihitung.
Untuk pengukuran resonansi listrik sama dengan menentukan beda
fasa hanya saja rangkaiannya RLC. Dengan mengatur frekuensinya, maka
akan diperoleh berbagai bentuk Lissoyous, dan pada keadaan dimana titik
potong sinyal dengan sumbu Y adalah nol, berarti terjadi resonansi.
Frekuensi pada keadaan tersebut disebut frekuensi resonansi.
Selanjutnya mengamati tahanan sebagai peredam, rangkaian yang
digunakan masih tetap RLC. Pada percobaan ini yang diatur adalah Rbox,
dengan nilai yang diperbesar maka dihasilkan sinyal yang semakin kecil
tegangannya (dapat dilihat pada arah vertikal). Yang dapat diamati hanya
pada saat t1, t2, dan t3. Dengan demikian fungsi tahanan sebagai peredam
dapat diamati melalui grafik tegangan yang berubah terhadap waktu.



3
1.5 Sistematika Penulisan
Laporan ini terdiri dari lima bab, yakni :
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bagian awal yang memaparkan pokok bahasan
mengenai Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Tujuan
Percobaan, Metode Percobaan, Sitematika Penulisan, serta Waktu
dan Tempat Melakukan Percobaan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas tentang konsep-konsep dasar dan teori-teori
dasar mengenai Cara kerja osilaoskop, karakteristik sinyal yang
dihasilkan dan macam-macam rangkaian yang digunakan dalam
percobaan.
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
Berisikan terntang alat-alat percobaan yang digunakan selama
praktikum berlangsung juga prosedur percobaan tentang langkah-
langkah yang akan praktikan lakukan selama praktikum
berlangsung
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN
Merupakan bab yang membahas mengenai data praktikum yang
diperoleh dari percobaan dan perhitungannya.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan bagian akhir dari penulisan laporan akhir eksperimen
ini yang menjelaskan kesimpulan akhir dari percobaan yang
dilakukan.

1.6 Waktu dan Tempat Percobaan
Hari/Tanggal : Senin / 23 dan 30 April 2007
Waktu : pukul 08.00 10.00 WIB
Tempat : Laboratorium Fisika Menengah, Jurusan Fisika FMIPA
Universitas Padjadjaran Jl. Bandung Sumedang Km 21
Jatinangor 45363.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Osiloskop sinar katoda (cathode ray oscilloscope atau CRO) merupakan
instrumen (peralatan) yang digunakan secara visual untuk mengamati bentuk
gelombang dan melakukan pengukurannya. Komponen utama dari peralatan ini
adalah tabung sinar katoda (cathode ray tube atau CRT). [1, hal.339]

Tabung Sinar Katoda (CRT)
Susunan dasar sebuah tabung sinar katoda adalah seperti pada gambar
(a) berikut:







gambar (a)
CRT terdiri dari tabung gelas yang sangat hampa berbentuk buah terung.
Elektron dipancarkan dari suatu katoda dan dipancarkan dalam berkas elektron
berkecapatan tinggi (sinar katoda) oleh sejumlah elektroda. Berkas elektron
tersebut begerak lewat ruang hampa dari suatu tabung dan membentur layar
bendar (flouresen). Sehingga titik cahaya timbul di tempat pada layar, dimana
elektron membentur. Lintasan berkas elektron tersebut dapat dibelokkan oleh
tegangan yang diberikan. Biasanya, sinyal yang dipantau membelokkan titik
menurut arah vertikal di layar, dan tegangan lain yang sebanding dengan waktu
membelokkan titik secara horizontal. Akibatnya peragaan visual dari sinyal dapat
dimungkinkan. [1, hal. 339-340]

5
CRT terdiri dari tiga bagian utama sebagai berikut :
(i) penembak elektron (electron gun)
Bagian CRT ini memancarkan elektron, memusatkannya terjadi berkas sempit
dan memfokuskan berkas pada layar bandar.
(ii) layar bandar (fouresen)
Bagian permukaan datar CRT di lapis di sebelah dalam dengan bahan yang
dapat membendar (fluoresen), juga dinamakan fosfor. Tujuannya adalah untuk
menghasilkan titik cahaya tampak di tempat dimana berkas elektron
membentur layar.
(iii)sistem pembelok (defleksi)
Terdiri dari sepasang pelat pembelok horizontal dan sepasang pelat pembelok
vertikal. Sistem ini membelokkan berkas elektron dan menyapu titik pada
layar sesuai dengan tegangan yang diberikan pelat-pelat.
[1, hal. 340-341]
CRO (Osiloskop Sinar Katoda)

Komponen-komponen dasar dari suatu osiloskop sinar katoda ditunjukan
pada gambar (b). Sinyal yang diberikan ke terminal masuk vertikal menentukan
pergerakan vertuikal berkas. Pergeseran horizontal dari berkas diperoleh baik
dengan sinyal luar yang diberikan ke terminal-terminal masuk horizontal atau oleh
pembangkit sapuan yang berada dalam CRO. Perolehan penguat vertikal biasanya
dapat diubah-ubah, tetapi untuk pengukuran kuantitatif perolehan ini diatur sama
dengan harga yang dikalibrasikan. Makin lebar pita penguat,makin besar daerah
frekuensi yang dapat dicakup oleh osiloskop. Biasanya, penguat horizontal
mempunyai perolehan lebih rendah dan lebar pita lebih sempit dibandingkan
penguat vertikal.Rangkaian penyulut dari pembangkit sapuan dapat dirangsang
baik oleh sinyal yang diberikan ke terminal masuk vertikal atau oleh sinyal
penyulut luar, seperti ditunjukkan oleh gambar (b). Osiloskop juga dilengkapi
catu daya untuk menyimpan tegangan yang diperlukan ke berbegai blok. Hanya
saja tidak ditunjukkan pada gambar, untuk penyederhanaan. Impedansi masuk
CRO menunjukkan impedansi yang diberikan ke sinyal pada terminal masuk.
6
Kebanyakan, resistansi 1 M sejajar dengan kapasistansi 20 samapai 60 pF.
Ketelitian pengukuran dengan CRO sekitar 3 sampai 5 persen, tetapi dalam
osiloskop sekitar 1 persen. [1, hal. 347-348]

CRT



Masukan
Vertikal
Luar
Penyulut Luar Masuk


Sink

Penyulut

Gambar (b) Diagram blok CRO

Penggunaan CRO

a. Peragaan visual dan pengujian kualitatif bentuk gelombang.
Pengguanaan utama osiloskop adalah untuk memperagakan tegangan
yang berubah menurut waktu. Untuk tujuan tersebut, sinyal yang diperagakan
di berikan ke masukan vertikal. Pergeseran horizontal dari titik dilaksanakan
oleh pembangkit sapuan (sweep generator). Dari citra visual sinyal yang
diperagakan, alam dari sinyal dapat diuji secara kualitatif. Misalnya, orang
dapat melihat bentuk gelombangnya sinusoidal murni atau penuh dengan
harmonik-harmoniknya. [1, hal. 348]

Penguat
horizontal
Penguat
Vertikal
Rangkaian
Penyulut
Pembangki
Sapuan
7
b. Pengukuran Tegangan
Tegangan yang berkaitan dengan bentuk gelombang yang dapat
diperagakan dapat diukur dari kalibrasi skala vertikal. Dari pembelokan
(penyimpangan) vertikal dari titik, besarnya tegangan dc yang diberikan
atau besarnya tegangan ac yang diberikan, dapat ditentukan. [1, hal. 348]

c. Pengukuran Waktu dan Frekuensi
Frekuensi dari tegangan yang berubah menurut waktu yang
diperagakan pada layar dapat diukur dengan menggunakan kalibrasi skala
horizontal, yaitu beredar waktu. Kalau n gelombang penuh ada dalam selang
waktu t, perioda sinyal bolak-balik (ac) sama dengan T=t/n. Frekuensi f = 1/T.
[1, hal. 349]

d. Pengukuran Fase
Untuk mengukur sudut fasa relatif anatara dua tegangan sinusoidal dari
amplitudo dan frekuensi yang sama, secara serentak diberikan kedua-duanya
ke plat-plat pembelok horizontal dan vertikal dari CRO. Misalkan, V
x
dan V
y

adalah harga-harga sesaat dari tegangan yang diberikan ke pasangan pelat-
pelat tersebut. Kalau frekuensi angular dari sinyal, masing-masing dengan
amplitudo A,dapat kita tuliskan :
, sin t A V
x
e = (2.1)
dan
), ( sin | e + = t A V
y
(2.2)
dimana | sudut fasa , dan dimana V
y
mendahului V
x
. Dengan
menghilangkan t dari kedua persamaan diatas, maka kita dapatkan :
. sin cos . . 2
2 2 2 2
| | A V V V V
y x y x
= + (2.3)
[1, hal. 349]
Osilogram akan berbentuk ellips (lingkar lonjong) yang dinyatakan
persamaan 2.3. Ellips tersebut ditunjukkan dalam gambar (c) berikut.

8
y


b=V
yo
B=A
x



Gambar (c) Ellips menurut persamaan (2.3)
Pembacaan pergerakan b pada t=0 dan pergeseran y di maksimum B dari
osilogram, dapat ditentukan sudut fase | .
V
yo
= A sin | , atau
sin | = A/V
yo
.
Jika | = 0, dari persamaan (2.1) dan (2.2) , V
x
= V
y
. Dalam hal ini osilogram
akan berbentuk garis lurus dengan kemiringan 45. Seperti gambar 1.3 berikut.


45



Gambar 1.3 Osilogram jika | = 0.
Jika | = /2 , persamaan (2.3) menjadi lingkaran seperti gambar 1.4 berikut.






Gambar 1.4 Osilogram jika | = /2.
9
Jika | = dari persamaan (2.1) dan (2.2) kita dapatkan V
x
= - V
y
. Ini merupakan
garis lurus dengan kemiringan -1. Perhatikan gambar 1.5 berikut :




45




Gambar 1.5 Osilogram jika | =
[1, hal. 350]
Telah diketahui, bahwa berbagai pola muncul pada layar CRO tergantung
pada amplitudo relatif, frekuensi, fase dan bentuk gelombang dari tegangan bolak-
balik (ac) yang diberikan serentak ke dua set pelat-pelat pembelok.Pola demikian
kita kenal dengan pola Lissayous. [1, hal.351]

Dalam sebuah rangkaian RL, RC atau RLC maka arus listrik bolak-balik
yang masuk pada rangkaian tersebut, maka output dari rangkaian itu akan
mengalami pergeseran sudut fase terhadap inputnya.
AC
C
R
Y
X
Rangkaian RC

[2, hal.14]

10
beda sudut fase dapat dinyatakan :
Tan | =
RC
1
=

Pada rangkaian RL, maka beda sudut fase dapat dinyatakan :
Tan | =
R
L =

Dalam suatu rangkain seri RLC dikatakan dalam keadaan resonansi bila
impedansi totalnya adalah real. Keadaaan ini bisa dicapai apabila :
1. Frekuensi sumber yang kita berikan adalah :
e
r
=
LC
1

2. Beda sudut fase antara arus yang melalui rangkaian dan sumber adalah nol.
AC
C
R
Y
X
Rangkaian RLC
L

Dalam rangkaian RLC berlaku :

2
2
dt
q d
+ 0
LC
q
dt
dq
L
R
= +
Bila R < 2 C L , maka solusi persamaan diatas adalah :
q = q
o

e
L 2
Rt

cos (et+ |)
11
dengan : e
2 =
e
r
2
-
2
2
|
.
|

\
|
L
R

e
r =
LC
1

Dengan q
o,
| adalah konstanta-konstanta yang bergantung pada keadaan awal
Tegangan pada kapasitor berbanding lurus dengan muatan, sehingga dapat
dinyatakan :
V = V
o

e
L 2
Rt

cos (et+ |)
Dengan mendefinisikan log Decremen (A) sebagai perbandingan logaritma
alamiah antara dua amplitudo yang berdekatan, maka dapat diturunkan :
A =
L
R
e
t

Bila R = 2 C L , disebut keadaan kritis dimana q atau V akan menurun
secara eksponensial terhadap waktu. Demikian juga bila R > 2 C L , yang
disebut keadaan teredam tinggi dimana q atau V menurun secara eksponensial
tetapi lebih lambat dari keadaan kritis.











12
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat alat Percobaan
1. Osiloskop
Fungsinya : Sebagai alat ukur untuk mengukur dan menganalisa sinyal
yang masuk pada osiloskop tersebut.
2. Power Supply
Fungsinya : Sebagai sumber arus dan tegangan.
3. Frekuensi Counter
Fungsinya : Sebagai alat untuk mengukur besarnya frekuensi.
4. Rangkaian RC
Fungsinya : Sebagai objek percobaan yang akan kita teliti.
5. Induktor (1,4 H dan 1,7 H)
Fungsinya : Sebagai komponen elektronika untuk mengumpulkan arus.
6. Variabel Resistor (R box)
Fungsinya : Sebagai hambatan yang nilainya dapat diubah-ubah.

3.2 Prosedur Percobaan
A. Kalibrasi Osiloskop
B. Mengukur Tegangan dan Frekuensi
a. Menjadikan salah satu dari output trafo sebagai ground, dan yang
lainnya sebagai masa .
b. Mengambil sinyal pada output 4 Volt dengan input A atau input B
pada Osiloskop.
c. Mengatur AMP/DIV dan TIME/DIV, sehingga sinyal pada layar
dapat diamati dengan jelas.
d. Mencatat amplitudo dan periode sinyal tersebut.
e. Mengulangi percobaan 2 s.d. 4 minimal 5 kali.
f. Mengukur output trafo tersebut dengan voltmeter, minimal 5 kali.
13
g. Melakukan percobaan 2 s.d.6 untuk output trafo 6 V,10V,dan 20V.
C. Menentukan Frekuensi Dengan Lissayous
a. Memasukkan sinyal input 4 Volt dari output trafo ke input A dan
sinyal (2V atau 4V) dari generator ke input B.
b. Menempatkan selektor TIME/DIV pada posisi X-DEFL.
c. Mengatur frekuensi generator hingga terbentuk gambar Lissayous
dengan n/m =1.
d. Mencatat frekuensi generator tersebut.
e. Melakukan percobaan 3 dan 4 untuk n/m = , 1/3, 1/4, 1/5, 2, 3, 4,
dan 5.
D. Mengukur Beda Sudut Fase Input dan Output
a. Menyusun rangkaian seperti pada gambar 2.
b. Memasukkan sinyal input (150 Hz, 5 V) dari sinyal generator.
c. Memasukkan sinyal input rangkaian ke input A dan Output
rangkaian ke input B.
d. Menempatkan selektor TIME/DIV pada posisi X-DEFL.
e. Menentukan nilai b dan B dari gambar ellips yang terbentuk.
f. Melakukan percobaan 2 s.d.5 untuk frekuensi 200, 300, 400, 500,
600, 700, 800, 900, dan 1000 Hz.
E. Resonansi Listrik
a. Menyusun rangkaian seperti pada gambar 3.
b. Memasukkan sinyal input input ( 15 Hz, 5V ) dari sinyal generator.
c. Memasukkan sinyal input rangkaian ke input A dan sinyal output
rangkaian ke input B.
d. Menempatkan selektor TIME/DIV pada posisi X-DEFL.
e. Menentukan nilai b dan B dari gambar ellips yang terbentuk.
f. Melakukan percobaan 2 s.d.5 untuk frekuensi 20 s.d. 90 Hz,
dengan kenaikan 10 Hz kemudian ( 92, 94, 96, 98, 100, 102, 104,
106, 108, dan 110 Hz ) dan dari 110 s.d. 180 Hz dengan kenaikan
10 Hz.

14
F. Tahanan sebagai Peredam
a. Menyusun rangkaian seperti pada gambar 4.
c. Memasukkan sinyal persegi dari sinyal generator pada rangkaian
tersebut.
d. Menentukan posisi selektor Rbox pada posisi nol.
e. Memasukkan sinyal input rangkaian ke input A dan sinyal output
rangkaian ke input B.
f. Mengatur tegangan dan frekuensi sinyal input sehingga diperoleh
sinyal output yang dapat diamati. Mencatat tegangan dan
frekuensinya.
g. Pada sinyal output rangkaian untuk satu periode sinyal input,
mengukur Vo, V
1
,,V
n
dengan V
n
adalah tegangan sinyal output
pada periode output ke-n yang masih bisa teramati, pada setengah
periode sinyal input rangkaian.
h. Mengukur waktu periode output pada saat Vo,V
1
,,V
n
.
i. Melakukan percobaan 4 s.d. untuk Rbox 100,250, dan 500 .














15
BAB IV
DATA DAN PERHITUNGAN

4.1 Data Hasil Praktikum

B. Mengukur Tegangan dan Frekuensi
V (volt) A/div T/div

4


4 4.8
4 4.8
4 5
4.4 4.8
4.4 5
6


6 5
6 4.8
6.4 5
7 4.8
6.6 4.8
10

11 5
11 4.8
20

18 5
18 4.8

C. Menentukan Frekuensi Lissayous
n/m f (Hz)
(1/3) 17
(1/2 ) 25
1 50
2 96
3 156
4 207.5
5 255

D. Mengukur Beda Sudut Fasa Input dan Output

f (Hz)
input output amp/div
b B b B
150 1 18 3 18 2
200 1 18 4 18 2
300 0.5 18 5 18 2
400 0.5 17.5 6 17 2
16
500 1 17 7 16 2
600 1 17 7 15 2
700 1 16 7.5 14 2
800 1 16 8 13 2
900 1 16 8 12.5 2
1000 1 15 8 12 2

E. Resonansi Listrik
f b B amp/div
3000 4 12 2
3500 3 12.5 2
4000 3 12.5 2
4500 2 12.5 2
5000 2 12.5 2
5500 1.5 12.5 2
6000 1 12.5 2
6500 1 12.5 2
7000 0.5 12.5 2
7500 0 12.5 2
8000 0.5 12.5 2
8500 1 12.5 2
9000 1 12.5 2
9500 1 12.5 2
10000 1.5 12.5 2

F. Tahanan Sebagai Peredam
Rbox t1 t2 t3 amp/div
0 7.5 4 2.5 2
10 7.5 3.5 2 2
20 7.5 3 2 2
30 7.5 3 2 2
40 7 3 2 2
50 7 3 2 2
60 7 3 2 2
70 7 3 2 2
80 7 3 2 2





17
4.2 Perhitungan

A. Mengukur Tegangan dan Frekuensi
1. Menghitung Tegangan dan Frekuensi terbaik dengan sesatannya dari sinyal
generator.
a. Menghitung frekuensi
dik : T = 4,8 ms = 0,0048 s

Hz
T
f
333 , 208
) 0048 , 0 (
1
1
= =
=


Dengan perhitungan yang sama,maka didapat :
V (volt) A/div T/div f (Hz)
4
4 4.8 208.3333
4 4.8 208.3333
4 5 200
4.4 4.8 208.3333
4.4 5 200
6
6 5 200
6 4.8 208.3333
6.4 5 200
7 4.8 208.3333
6.6 4.8 208.3333
10
11 5 200
11 4.8 208.3333
20
18 5 200
18 4.8 208.3333
jumlah 20.8 2866.667


18
b. Menghitung Tegangan Terbaik dan Sesatannya
Untuk : V = 4 Volt dan N = 5
Maka :
Volt
N
V
V
16 , 4
5
) 8 , 20 (
=
=
=


Sesatannya :
( )
Volt V
N
V N V
V
i i
2190896 , 0
1
.
2
2
= A

= A


Pelaporan : Volt V V ) ( A + = ( 4,16 + 0,22 ) Volt

Dengan cara yang sama , maka didapat :
V (volt)
Volt V V ) ( A +
4 4.16 + 0.22
6 6.40 + 0.42
10 11 + 0
20 18 + 0

c. Menghitung Frekuensi Terbaik dan Sesatannya
Hz
N
f
f
204.7619
14
) 2866.667 (
=
=
=


Sesatannya :
( )
Hz f
N
f N f
f
i i
4.279605
1
.
2
2
= A

= A


19
Pelaporan : Hz f f ) ( A +
: ( 204,8 + 4,3 ) Hz

2. Menghitung frekuensi terbaik dan sesatannya dari sinyal generator
berdasarkan gambar lissayous.
Untuk f
1
: 17 Hz
n/m : 1/3
maka :
Hz
f
m
n
f
m
n
f
f
67 , 5
) 17 ).( 3 / 1 (
.
1 2
1
2
=
=
=
=

Dengan perhitungan yang sama, maka didapat :
n/m F
1
(Hz) F
2
(Hz)
(1/3) 17 5.666667
(1/2 ) 25 12.5
1 50 50
2 96 192
3 156 468
4 207.5 830
5 255 1275
jumlah 806.5 2833.167

Maka frekuensi terbaiknya adalah :
Hz
N
f
f
404.1429
7
) 167 , 2833 (
=
=
=



20
Sesatannya :
( )
Hz f
N
f N f
f
i i
88.1418 1
1
.
2
2
= A

= A


Jadi :
Pelaporan : Hz f f ) ( A +
: ( 404.14+ 88.14 1 ) Hz

3. Membandingkan Frekuensi terbaik SG hasil no.1 dan no.2.
% 59 , 50
% 41 , 49 % 100
% 100
% 41 , 49
% 100
14 , 404
) 76 , 204 14 , 404 (
% 100
) (
=
=
=
=

=
KP
KP
KSR KP
dan
KSR
x KSR
x
f
f f
KSR
hit
liss hit


B. Menghitung Beda Sudut Fasa Input dan Output
1. Menghitung beda sudut fasa untuk setiap frekuensi.
B
b
arc
B
b
sin
sin
=
=
|
|

Untuk : f = 150 Hz
Input
b = 0,4 dan B = 7,2
1847 , 3 sin
0556 , 0
2 , 7
4 , 0
sin
= =
= =
B
b
arc |
|

21
Output
b = 1,2 dan B = 7,2
594 , 9 sin
167 , 0
2 , 7
2 , 1
sin
= =
= =
B
b
arc |
|

Maka Beda sudut fasa antara input dengan output adalah:
input output
| | | = A
= A| 9,594 3,1847
= 6,4093
Dengan cara yang sama, maka diperoleh:
f (Hz)
input output input output | A
b B b B
sin | | () sin | | ()
150 0.4 7.2 1.2 7.2 0.0556 3.1847 0.167 9.594 6.4093
200 0.4 7.2 1.6 7.2 0.0556 3.1847 0.222 12.84 9.6548
300 0.2 7.2 2 7.2 0.0278 1.5918 0.278 16.13 14.536
400 0.2 7 2.4 6.8 0.0286 1.6372 0.353 20.67 19.03
500 0.4 6.8 2.8 6.4 0.0588 3.3723 0.438 25.94 22.572
600 0.4 6.8 2.8 6 0.0588 3.3723 0.467 27.82 24.446
700 0.4 6.4 3 5.6 0.0625 3.5833 0.536 32.39 28.809
800 0.4 6.4 3.2 5.2 0.0625 3.5833 0.615 37.98 34.397
900 0.4 6.4 3.2 5 0.0625 3.5833 0.64 39.79 36.208
1000 0.4 6 3.2 4.8 0.0667 3.8226 0.667 41.81 37.988

2. Menghitung beda sudut fasa setiap frekuensi
Rumus yang digunakan:
RC
tg
e
|
1
=
Untuk : R = 100
C = 0,1 F = 10
-7
F
= 150 Hz
22

103 , 106
) 10 )( 100 )( 150 (
1
1
7
=
=
=

RC
tg
e
|


=
=
46 , 89
1
RC
tg arc
e
|

Dengan cara yang sama , maka didapat :
f (Hz) tg | | ()
150 106.103 89.46
200 79.5775 89.28
300 53.0516 88.9201
400 39.7887 88.5603
500 31.831 88.2006
600 26.5258 87.841
700 22.7364 87.4816
800 19.8944 87.1224
900 17.6839 86.7634
1000 15.9155 86.4047

3. Membandingkan beda fasa terbaik hasil no.1 dan no.2.
Untuk : = 150 Hz , maka :
% 16 , 7
% 84 , 92 % 100
% 100
% 84 , 92
% 100
46 , 89
) 4093 , 6 46 , 89 (
% 100
) (
=
=
=
=

=
KP
KP
KSR KP
dan
KSR
x KSR
x KSR
rms
hit rms
|
| |

23
Dengan perhitungan ysng sama, maka didapat :
f (Hz) |
hit
() |
rms
() KSR (%)
KP
150 6.4093 89.46 92.84 7.16
200 9.6548 89.28 89.19 10.8
300 14.536 88.9201 83.65 16.3
400 19.03 88.5603 78.51 21.5
500 22.572 88.2006 74.41 25.6
600 24.446 87.841 72.17 27.8
700 28.809 87.4816 67.07 32.9
800 34.397 87.1224 60.52 39.5
900 36.208 86.7634 58.27 41.7
1000 37.988 86.4047 56.04 44

C. Menghitung Frekuensi Resonansi
1. Menghitung beda sudut fasa
Untuk : f = 3 KHz
b = 1,6
B = 4,8 , maka :

333 . 0
sin
=
=
B
b
|
dan

=
=
47122 , 19
sin
B
b
arc |

Dengan cara yang sama, maka didapat :
f (Hz) b B
sin | | ()
3000 1.6 4.8 0.333333 19.47122
3500 1.2 5 0.24 13.88654
4000 1.2 5 0.24 13.88654
4500 0.8 5 0.16 9.206896
24
5000 0.8 5 0.16 9.206896
5500 0.6 5 0.12 6.892103
6000 0.4 5 0.08 4.588566
6500 0.4 5 0.08 4.588566
7000 0.2 5 0.04 2.292443
7500 0 5 0 0
8000 0.2 5 0.04 2.292443
8500 0.4 5 0.08 4.588566
9000 0.4 5 0.08 4.588566
9500 0.4 5 0.08 4.588566
10000 0.6 5 0.12 6.892103

2. Membuat grafik beda sudut fase terhadap frekuensi.

Grafik Beda Fasa terhadap Frekuensi
Asin(b/B) = -0.8772 f + 14.149
0
5
10
15
20
25
3
0
0
0
3
5
0
0
4
0
0
0
4
5
0
0
5
0
0
0
5
5
0
0
6
0
0
0
6
5
0
0
7
0
0
0
7
5
0
0
8
0
0
0
8
5
0
0
9
0
0
0
9
5
0
0
1
0
0
0
0
frekuensi (f)
b
e
d
a

f
a
s
e

(
a
s
i
n

b
/
B
)


3. Menentukan frekuensi resonansi dari grafik.
Frekuensi resonansi yaitu frekuensi pada keadaan dimana beda
sudut fase antara input dan outputnya nol atau kecil. Dari grafik diatas
dapat dilihat bahwa ketika beda sudut fasenya nol, maka grafik tersebut
menunjukkan pada frekuensi 7.500 Hz. Sehingga frekuensi resonansi
berdasarkan grafik yaitu pada 7.500 Hz.
25

4. Menghitung frekuensi resonansi dengan persamaan (2.6).
Untuk : L = 4,5 mH
C = 0.1 F
Maka :

Hz
x
LC
r
5 , 47140
) 10 5 , 4 (
1
1
10
=
=
=

e

Jadi :

Hz
f
f
r
r r
636 , 7502
) 28 . 6 (
) 5 , 47140 (
2
2
=
=
=
=
t
e
t e


5. Membandingkan frekuensi resonansi grafik dengan perhitungan.

Untuk : f
graf
: 6 KHz ( yang paling mendekati )

% 03513 , 0
% 100
500 . 7
) 636 , 502 . 7 500 . 7 (
% 100
) (
=

=
KSR
x KSR
x
f
f f
KSR
graf
hit graf

dan
% 96487 , 99
% 03513 , 0 % 100
% 100
=
=
=
KP
KP
KSR KP




26
D. Tahanan Sebagai Peredam
1. Membuat grafik tegangan terhadap waktu untuk masing-masing R
box.

Rbox V1 V2 V3
0 3 1.6 1
10 3 1.4 0.8
20 3 1.2 0.8
30 3 1.2 0.8
40 2.8 1.2 0.8
50 2.8 1.2 0.8
60 2.8 1.2 0.8
70 2.8 1.2 0.8
80 2.8 1.2 0.8

Rbox = 0
Grafik tegangan terhadap waktu
V = -T + 3.8667
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
1 2 3
waktu (T)
t
e
g
a
n
g
a
n

(
V
)








27
Rbox = 10

Grafik tegangan terhadap waktu
V = -T + 3.8667
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
1 2 3
waktu (T)
t
e
g
a
n
g
a
n

(
V
)


Rbox = 20 dan 30

Grafik tegangan terhadap waktu
V = -T + 3.8667
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
1 2 3
waktu (T)
t
e
g
a
n
g
a
n

(
V
)








28
Rbox = 40 - 80
Grafik tegangan terhadap waktu
V = -T + 3.8667
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
1 2 3
waktu (T)
t
e
g
a
n
g
a
n

(
V
)



2. Analisis terhadap grafik no.1.

Dari grafik diatas dapat dilihat terjadi penurunan yang
menunjukkan bahwa semakin besar waktunya atau semakin lama,
maka semakin kecil tegangan yang dihasilkan. Dalam percobaan ini
data yang teramati hanya dari nilai Rbox 0 sampai 80 dengan
amp/div yaitu 2 volt. Dari setiap grafik rata-rata menunjukkan
adanya penurunan tegangan, hal ini disebabkan adanya peredaman
yang dilakukan oleh tahanan (Rbox). Semakin besar Rbox atau
tahanan yang digunakan ternyata tegangan yang dihasilkan baik
padap T1, T2 dan T3 juga semakin kecil, berarti peredamannya lebih
besar.






29
3. Mendekati grafik no.1. dengan grafik eksponensial.

Rbox = 0
Grafik tegangan terhadap waktu
V = 5.0606e
-0.5493T
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
1 2 3
waktu (T)
t
e
g
a
n
g
a
n

(
V
)


Rbox = 10
Grafik tegangan terhadap waktu
V= 5.6167e
-0.6609T
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
1 2 3
waktu (T)
t
e
g
a
n
g
a
n

(
V
)








30
Rbox = 20 & 30
Grafik tegangan terhadap waktu
V = 5.3353e
-0.6609T
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
1 2 3
waktu (T)
t
e
g
a
n
g
a
n

(
V
)


Rbox = 40 - 80
Grafik tegangan terhadap waktu
V = 4.8664e
-0.6264T
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
1 2 3
waktu (T)
t
e
g
a
n
g
a
n

(
V
)


4. Menganalogikan persamaan grafik dengan persamaan(2.9) untuk nilai
1 ) ( cos = +| et .


t
L
Rt
e V
t e V V
5493 , 0
2
0
) 0606 , 5 (
) ( cos

=
+ = | e

Dari hubungan diatas maka :
31

O =
=
9437 , 4
) 1589 . 54934 , 0 (
2
R
L
R

Dan
V
0
= 5,0606 Volt
Dengan cara yang sama, maka untuk variasi Rbox yang lain diperoleh:
R box R grafik Vo R
0 0.5493 5.0606 4.9437
10 0.6609 5.6167 5.9481
20 0.6609 5.3353 5.9481
30 0.6609 5.3353 5.9481
40 0.6264 4.8664 5.6376
50 0.6264 4.8664 5.6376
60 0.6264 4.8664 5.6376
70 0.6264 4.8664 5.6376
80 0.6264 4.8664 5.6376

Membandingkan dengan masing-masing harga Rbox

% 70823 , 51
% 100
0
) 9437 , 4 0 (
% 100
) (
=

=
KSR
x KSR
x
R
R R
KSR
box
sebenarnya box

dan
% 29177 , 48
% 70823 , 51 % 100
% 100
=
=
=
KP
KP
KSR KP

Dengan cara yang sama diperoleh:
KSR KP
51.70823 48.29177
26.09068 73.90932
32
26.09068 73.90932
26.09068 73.90932
24.16631 75.83369
24.16631 75.83369
24.16631 75.83369
24.16631 75.83369
24.16631 75.83369

5. Menghitung besarnya
C
L
2 .

O =
=
=
13,41641
1 , 0 / 5 , 4 2
2
R
x R
C
L
R


6. Dengan membandingkan nilai R dari grafik dengan nilai R hasil
perhitungan, maka terlihat bahwa R < 2 (L/C)
1/2
,berarti R tersebut
kurang redam.

7. Menghitung log Decrement untuk masing-masing R box.
0 : , 0 = = A =
L
R
maka R Untuk
box
e
t











33
4.3. Analisis

Pada percobaan mengukur tegangan dan frekuensi, data yang diperoleh
ketika tegangan trafo yang digunakan diperbesar, maka pada osiloskop
amp/div nya juga semakin besar. Karena amp/div menunjukkan besarnya
tegangan dalam rangkaian tersebut, maka tegangan terbaik juga dihitung untuk
tiap tegangan trafo. Sedangkan time/div untuk setiap tegangan trafo besarnya
tidak jauh berbeda, sehingga dalam perhitungan frekuensinya juga tidak jauh
berbeda. Oleh sebab itu frekuensi terbaik dapat dihitung secara keseluruhan,
bukan tiap tegangan, dan diperoleh sebasar ( 204,8 + 4,3 ) Hz.
Percobaan kedua adalah menentukan frekuensi dengan metode
Lissoyous. Data yang diperoleh yaitu jumlah sinyal horizontal (n) dan jumlah
sinyal vertkal (m), dimana n/m ini menujukkan f2/f1. karena yang diperoleh
dalam perxcobaan adalah besarnya f1 maka f2 didapat melalui perhitungan.
Dari sekian data yang dapat teramati, diperoleh Frekuensi terbaik f2 sebesar
( 404.14+ 88.14 1 ) Hz. Setelah dibandingkan antara frekuensi pada
perhitungan sebelumnya dengan frekuensi Lissoyous tersebut, maka diperoleh
nilai % 41 , 49 = KSR dan % 59 , 50 = KP . Kesalahan ini disebabkan sinyal yang
dibaca pada osiloskop kurang bagus, sehingga untuk mnentukan frekuensi
yang tepat cukup sulit.
Percobaan ketiga yaitu menentukan beda sudut fasa input dan output.
Dalam percobaan ini frekuensi masukkan yaitu kelipatan 100 Hz antara 150-
1000. Dengan frekuensi yang berbeda ini menghasilkan bentuk sinyal pada
input dan output yang berbeda pula. Informasi yang diperoleh dari osiloskop
yaitu berupa amplitudo (B) dan sinyal yang berpotongan dengan sumbu y (b).
Pada input, nilai B semakin besar frekuensinya maka semakin kecil
amplitudonya (B), untuk nilai b cenderung tetap kecuali pada frekuensi 200
dan 300 Hz. Sedangkan pada output nilai B semakin besar dan nilai b semakin
kecil. Lalu sudut fasa baik pada input maupun output dihitung dengan
persamaan
B
b
arc sin sehingga diperoleh sudut fase input dan output tiap-tiap
34
frekuensi. Besarnya beda sudut fase merupakan selisih antara sudut fase input
dan outputnya. Beda sudut fase juga dapat dihitung berdasarkan frekuensi dan
komponen yang digunakan yaitu resistor dan kapasitornya. Dari hasil
perhitungan tersebut teryata menghasilkan nilai yang berbeda. Setelah
membandingkannya dengan cara pertama, ternyata semakin besar
frekuensinya ketelitiannya justru semakin besar.
Percobaan keempat yaitu menentukan besarnya frekuensi resonansi.
Percobaan keempat ini menggunakan metode yang sama dengan percobaan
ketiga, namun untuk menentukan frekuensi resonansi hanya diperlukan data
dari output saja. Sehingga besarnya sudut fase yang dihitung adalah sudut fase
output. Untuk mengetahui frekuensi resonansi, maka dapat dilihat dari grafik
sudut fase terhadap frekuensi. Karena syarat terjadinya resonansi adalah ketika
beda fasenya nol, pada keadaan tersebut frekuensi menunjukkan posisi 7.500
Hz. Selanjutnya berdasarkan perhitungan komponen yang digunakan yaitu
nilai induktor dan kapasitornya diperoleh frekuensi resonansi sebesar
Hz 636 , 7502 karena nila ini tidak jauh berbeda dengan frekuensi resonansi
pada grafik maka diperoleh % 03513 , 0 = KSR dan % 96487 , 99 = KP .
Percobaan kelima yaitu mengetahui pengaruh tahanan terhadap
peredaman. Tahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rbox.
Berdasarkan data di atas, semakin besar Rbox atau tahanan maka tegangan
pada periode pertama sampai ketiga diperkecil. Hal ini menunjukkan terjadi
peredaman yang dilakukan tahanan trehadap tegangan. Namun karena
penurunan tegangan terhadap perioda ini cukup kecil, maka jika ditampilkan
melalui grafik, grafik tersebut dapat didekati dengan grafik eksponensial.
Dengan menganalogikan persamaan pada grafik dengan persamaan
) ( cos
2
0
| e + =

t e V V
L
Rt
dimana ) ( cos | e + t dianggap satu, maka diperoleh
besarnya Vo dan tahanan sebenarnya R. Jika dibandingkan antara tahanan
Rbox dengan tahanan sebenarnya, maka kesalahan terbesar yaitu pada Rbox 0
dan kesalahan terkecil yaitu pada Rbox di atas 40.

35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan

Sesuai dengan tujuan dari praktikum kali ini, dapat disimpulkan hasil
praktikum yang telah dilakukan sebagai berikut:
a. Tegangan Power Suplly dapat diketahui dari bentuk sinyal yang
ditampilkan pada osiloskop, sumbu vertikal menyatakan amp/div yang
nilainya setara dengan besarnya tegangan.
b. Frekuensi Power Suplly dapat diketahui dari bentuk sinyal yang
ditampilkan pada osiloskop. Pada osiloskop, sumbu horizontal menyatakan
time/div yang nilainya setara dengan besarnya periode. Frekuensi dapat
dihitung karena frekuensi berbanding terbalik dengan periode, dan
diperoleh frekuensi terbaik sebesar ( 204,8 + 4,3 ) Hz.
c. Selain itu, perhitungan frekuensi dapat dilakukan dengan metode
Lissoyous. Hasil percobaan diperoleh frekuensi terbaik Lissoyous sebesar
( 404.14+ 88.14 1 ) Hz.
d. Beda sudut fasa sinyal input dan output pada rangkaian RC dapat dilihat
dari sinyal osiloskop berupa amplitudo dan tegangan. Selain itu dapat pula
melalui perhitungan frekuansi dan komponen yang diguankan.
e. Menghitung frekuensi resonansi pada rangkaian RLC yaitu keadaan ketika
beda fasenya nol. Dalam percobaan ini frekuensi resonansi terjadi pada
7.500 Hz, dimana sinyal osiloskop tidak memotong sumbu y.
f. Pengaruh resistor terhadap peredaman tegangan pada rangkaian RLC yaitu
ketika tahanan (Rbox) diperbesar ternyata tegangan yang dihasilkan
semakin kecil, misalnya ketika Rbox=0, tegangan di periode pertama 3
volt, periode kedua 1,6 volt dan di periode ketiga hanya 1 volt.

36
5.2. Saran

Dalam melakukan praktikum, praktikan harus pandai dalam membaca
gambar yang ditampilkan oleh osiloskop, hal ini untuk memudahkan
perhitungan dalam tugas akhir. Pembacaan osiloskop yang salah atau kurang
teliti akan menyebabkan data yang dihasilkan jauh dengan data yang
sebenarnya. Selain itu yang perlu diperhatikan oleh praktikan yaitu
penngkalibrasian alat, dan juga kondisi alat tersebut.

You might also like