You are on page 1of 5

RETORIKA Retorika merupakan sebuah seni atau gaya berbicara, baik yang dicapai melalui adanya bakat alami

atau talenta maupun keterampilan secara teknis. Saat ini retorika diartikan sebagai kesenian untuk berbicara yang digunakan dalam proses komunikasi antar manusia. Kesenian berbicara disini bukan hanya berarti berbicara secara lancar tanpa jalan fikiran yang jelas dan tidak berisi, melainkan suatu kemampuan untuk berbicara dan berpidato secara singkat, jelas, padat dan mengesankan. Retorika membutuhkan ingatan yang kuat, daya kreasi dan imajinasi yang tinggi, teknik pengungkapan yang tepat dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat. Dalam berretorika ada beberapa hal yang harus dapat dipertanggungjawabkan seperti pemilihan kata dan nada bicara yang sesuai dengan tujuan, ruang, waktu, situasi, serta siapa lawan bicara yang dihadapi. A. Sejarah Perkembangan Retorika Retorika merupakan cikal bakal dalam dunia ilmu komunikasi. Pada mulanya retorika merupakan cara pengungkapan pikiran dan perasaan manusia terhadap sesamanya. Mulai abad V SM di Yunani dan Romawi retorika kemudian menjadi bahan kajian proses pernyataan antarmanusia sebagai fenomena sosial. Di Yunani dipelopori oleh Georgias (480-370 SM). Dimana pada saat itu retorika digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan seni berpidato demi tercapainya tujuan pencapaian kekuasaan dalam pemerintahan. Protagoras (500-432 SM) kemudian menyatakan bahwa retorika sebagai kemahiran berbicara bukan demi kemenangan melainkan demi keindahan bahasa. Lalu pada masa berikutnya, Socrates (469-399 SM) menyatakan bahwa retorika adalah sebuah cara untuk mencapai kebenaran dengan dialog sebagai medianya, karena menurutnya dengan dialog kebenaran akan timbul dengan sendirinya. Plato yang merupakan murid utama Socrates, kemudian mengungkapkan bahwa, pentingnya retorika adalah sebagai metode pendidikan dalam rangka mencapai kedudukan dalam pemerintahan dan sebagai salah satu upaya mempengaruhi rakyat. Dan tradisi retorika sebagai upaya yang sistematis dan terorganisasi baru dilakukan di zaman Yunani kuno dengan perintisnya Aristoteles (384-322). Menurutnya retorika adalah seni persuasi, suatu uraian yang singkat, jelas, dan meyakinkan, dengan keindahan bahasa yang disusun untuk hal-hal yang bersifat memperbaiki (corrective), memerintah

(instructive), mendorong (suggestive), dan mempertahankan (defensive). Di Romawi, retorika kemudian dikembangkan oleh Marcus Tulius Cicero (106-43 SM). Menurut Cicero sitematika retorika mencakup dua tujuan pokok yang bersifat suasio (anjuran) dan dissuasio (penolakan). B. Keistimewaan Retorika Dalam tradisi retorika, komunikasi dianggap sebagai ilmu bicara yang sarat akan seni. Dan terdapat beberapa keistimewaan yang mencirikan tradisi ini, yakni : Keyakinan bahwa berbicara membedakan manusia dari binatang. Adanya kepercayaan bahwa, pidato publik yang disampaikan dalam forum demokrasi adalah cara yang paling efektif untuk memecahkan masalah politik. Retorika merupakan sebuah strategi di mana seorang pembicara mencoba mempengaruhi pendengar melalui pidato yang bersifat persuasif. Pelatihan kecakapan pidato adalah dasar pendidikan kepemimpinan. Menekankan pada kekuatan dan keindahan bahasa untuk menggerakkan orang banyak secara emosional dan menggerakkan mereka untuk beraksi/bertindak. Sampai tahun 1800-an, perempuan tidak memiliki kesempatan untuk menyuarakan haknya. Sehingga dalam hal ini retorika merupakan sebuah keistimewaan bagi pergerakan wanita di Amerika yang memperjuangkan haknya untuk bisa berbicara di depan publik. C. Unsur-Unsur dalam Retorika Aristoteles mengungkapkan bahwa, retorika mencakup 3 unsur, yakni : ethos (kredibilitas retoris atau pembicara), pathos (hal-hal yang menyangkut emosi/perasaan), dan logos (hal-hal yang menyangkut fakta). Pokok-pokok pemikiran Aristoteles ini kemudian dikembangkan oleh Cicero. Ia menyusun aturan retorika yang biasa disebut Lima Hukum Retorika dimana di dalamnya terdapat 5 unsur dalam retorika, yakni : Inventio (Penemuan) Dalam tahap ini seorang orator berusaha untuk mencari topik serta meneliti keadaan pendengar. Hal ini dilakukan agar seorang orator dapat mengetahui kirakira metode persuasi apa yang tepat digunakan nantinya. Selain itu, pada tahap ini

pula orator juga merumuskan tujuan dan mengumpulkan argumen. Oleh karena itu seorang orator dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas dan kemampuan penalaran serta logika yang baik agar ia dapat menciptakan suatu argumentasi yang baik saat berorasi di depan orang banyak nantinya. Dispositio (Penyusunan) Ini merupakan suatu tahapan yang penting dalam kegiatan orasi setelah melalui tahapan penemuan. Karena dengan penyusunan yang baik, orang-orang yang berkedudukan sebagai pendengar dapat menerima pesan yang disampaikan oleh orator dengan baik pula. Sehingga pengorganisasian pesan disini memiliki peran yang cukup signifikan. Tahap pertama yang dilakukan adalah menyusun pengantar yang berfungsi untuk menarik perhatian, menjaga kredibilitas, dan memperjelas maksud dan tujuan dari orasi itu sendiri. Tahapan selanjutnya adalah memaparkan lebih lanjut hal-hal apa saja yang telah ditentukan pada tahap sebelumnya (tahap penemuan). Dan tahapan yang terakhir adalah membuat kesimpulan dengan tujuan untuk mengingatkan para pendengar tentang penjelasan kita sebelumnya serta meninggalkan citra positif mengenai diri kita sendiri maupun ide-ide yang telah kita sampaikan pada mereka sebelumnya. Elocutio (Gaya) Gaya adalah bagaimana kemampuan seorang orator memilih kata-kata, menggunakan bahasa yang tepat untuk mengemas pesan serta menggunakan cara bicara tertentu. Melalui gaya, kita dapat mengetahui bagaimana kepribadian seorang orator. Malah terkadang ada pula orator yang terkenal dengan gaya bicaranya yang unik dan menarik. Memoria (Memori) Memori juga memiliki pengaruh yang sangat besar bagi seorang orator. Karena semakin banyak memori yang dimiliki, seperti penguasaan terhadap berbagai topik ,informasi maupun data, maka akan semakin mudah pula seorang orator untuk menciptakan argumentasi yang baik. Oleh karena itu seorang orator harus pandai mengingat hal-hal apa saja yang ingin disampaikannya. Pronuntiatio (Penyampaian)

Proses penyampaian ini terkait erat dengan gaya. Dalam penyampaian orasi hendaknya kita mengusahakan agar apa yang kita sampaikan dapat menarik perhatian para pendengar. Karena dengan suatu gaya penyampaian yang baik, para pendengar dapat menangkap secara maksimal apa yang sedang disampaikan oleh orator. Jadi disamping memperhatikan gaya, seorang orator disini juga harus memperhatikan suara serta gerakan anggota badannya.

RESUME TEORI KOMUNIKASI II

RETORIKA
(untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Komunikasi II, kelas D-3)

Oleh : Nourma Farahdina Nino Fransiska Yunitasari Nacota Yeshida Sapahuma Nawwaf Abdilah A (0811223046) (0811220028) (0811223045) (0811220027)

JURUSAN KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2009

You might also like