You are on page 1of 8

Program Jaminan Hari Tua

Program Jaminan Sosial merupakan program perlindungan yang bersifat dasar bagi tenaga kerja yang bertujuan untuk menjamin adanya keamanan dan kepastian terhadap risiko-risiko sosial ekonomi, dan merupakan sarana penjamin arus penerimaan penghasilan bagi tenaga kerja dan keluarganya akibat dari terjadinya risiko-risiko sosial dengan pembiayaan yang terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja. Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program tersebut terbatas saat terjadi peristiwa kecelakaan, sakit, hamil, bersalin, cacat, hari tua dan meninggal dunia, yang mengakibatkan berkurangnya atau terputusnya penghasilan tenaga kerja dan/atau membutuhkan perawatan medis Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial ini menggunakan mekanisme Asuransi Sosial.

Program Jaminan Hari Tua Definisi


Program Jaminan Hari Tua ditujukan sebagai pengganti terputusnya penghasilan tenaga kerja karena meninggal, cacat, atau hari tua dan diselenggarakan dengan sistem tabungan hari tua. Program Jaminan Hari Tua memberikan kepastian penerimaan penghasilan yang dibayarkan pada saat tenaga kerja mencapai usia 55 tahun atau telah memenuhi persyaratan tertentu.

Iuran Program Jaminan Hari Tua:



Ditanggung Perusahaan = 3,7% Ditanggung Tenaga Kerja = 2%

Kemanfaatan Jaminan Hari Tua adalah sebesar akumulasi iuran ditambah hasil pengembangannya. Jaminan Hari Tua akan dikembalikan/dibayarkan sebesar iuran yang terkumpul ditambah dengan hasil pengembangannya, apabila tenaga kerja:

Mencapai umur 55 tahun atau meninggal dunia, atau cacat total tetap Mengalami PHK setelah menjadi peserta sekurang-kurangnya 5 tahun dengan masa tunggu 1 bulan Pergi keluar negeri tidak kembali lagi, atau menjadi PNS/POLRI/ABRI

Tata Cara Pengajuan Jaminan


1. Setiap permintaan JHT, tenaga kerja harus mengisi dan menyampaikan formulir 5 Jamsostek kepada kantor Jamsostek setempat dengan melampirkan: a. Kartu peserta Jamsostek (KPJ) asli b. Kartu Identitas diri KTP/SIM (fotokopi) c. Surat keterangan pemberhentian bekerja dari perusahaan atau Penetapan Pengadilan Hubungan Industrial d. Surat pernyataan belum bekerja di atas materai secukupnya e. Kartu Keluarga (KK) Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang mengalami cacat total dilampiri dengan Surat Keterangan Dokter Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang meninggalkan wilayah Republik Indonesia dilampiri dengan: a. Pernyataan tidak bekerja lagi di Indonesia b. Photocopy Paspor c. Photocopy VISA Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang meninggal dunia sebelum usia 55 thn dilampiri : a. Surat keterangan kematian dari Rumah Sakit/Kepolisian/Kelurahan b. Photocopy Kartu keluarga Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang berhenti bekerja dari perusahaan sebelum usia 55 thn telah memenuhi masa kepesertaan 5 tahun telah melewati masa tunggu 1 (satu) bulan terhitung sejak tenaga kerja yang bersangkutan berhenti bekerja, dilampiri dengan : a. Photocopy surat keterangan berhenti bekerja dari perusahaan b. Surat pernyataan belum bekerja lagi c. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang menjadi Pegawai Negeri Sipil/POLRI/ABRI

2. 3.

4.

5.

Selambat-lambatnya 30 hari setelah pengajuan tersebut PT Jamsostek (Persero) melakukan pembayaran JHT

Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan


Pemeliharaan kesehatan adalah hak tenaga kerja. JPK adalah salah satu program Jamsostek yang membantu tenaga kerja dan keluarganya mengatasi masalah kesehatan. Mulai dari pencegahan, pelayanan di klinik kesehatan, rumah sakit, kebutuhan alat bantu peningkatan fungsi organ tubuh, dan pengobatan, secara efektif dan efisien. Setiap tenaga kerja yang telah mengikuti program JPK akan diberikan KPK (Kartu Pemeliharaan Kesehatan) sebagai bukti diri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Manfaat JPK bagi perusahaan yakni perusahaan dapat memiliki tenaga kerja yang sehat, dapat konsentrasi dalam bekerja sehingga lebih produktif. Jumlah iuran yang harus dibayarkan: Iuran JPK dibayar oleh perusahaan dengan perhitungan sebagai berikut: Tiga persen (3%) dari upah tenaga kerja (maks Rp 1 juta ) untuk tenaga kerja lajang Enam persen (6%) dari upah tenaga kerja (maks Rp 1 juta ) untuk tenaga kerja berkeluarga Dasar perhitungan persentase iuran dari upah setinggi-tingginya Rp 1.000.000,Cakupan Program Program JPK memberikan manfaat paripurna meliputi seluruh kebutuhan medis yang diselenggarakan di setiap jenjang PPK dengan rincian cakupan pelayanan sebagai berikut: 1. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama, adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dokter umum atau dokter gigi di Puskesmas, Klinik, Balai Pengobatan atau Dokter praktek solo 2. Pelayanan Rawat Jalan tingkat II (lanjutan), adalah pemeriksaan dan pengobatan yang dilakukan oleh dokter spesialis atas dasar rujukan dari dokter PPK I sesuai dengan indikasi medis 3. Pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakit, adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta yang memerlukan perawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit 4. Pelayanan Persalinan, adalah pertolongan persalinan yang diberikan kepada tenaga kerja wanita berkeluarga atau istri tenaga kerja peserta program JPK maksimum sampai dengan persalinan ke 3 (tiga). 5. Pelayanan Khusus, adalah pelayanan rehabilitasi, atau manfaat yang diberikan untuk mengembalikan fungsi tubuh 6. Emergensi, Merupakan suatu keadaan dimana peserta membutuhkan pertolongan segera, yang bila tidak dilakukan dapat membahayakan jiwa. Prosedur Pelayanan Pemeriksaan Penunjang Prosedur Pelayanan Farmasi Prosedur Pelayanan Klaim Perorangan Hak-hak Peserta Program JPK: 1. Memperoleh kesempatan yang sama untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal dan menyeluruh, sesuai kebutuhan dengan standar pelayanan yang ditetapkan, kecuali pelayanan khusus seperti kacamata, gigi palsu, mata palsu, alat bantu dengar, alat Bantu gerak tangan dan kaki hanya diberikan kepada tenaga kerja dan tidak diberikan kepada anggota keluarganya 2. Bagi Tenaga Kerja berkeluarga peserta tanggungan yang diikutkan terdiri dari suami/istri beserta 3 orang anak dengan usia maksimum 21 tahun dan belum menikah 3. Memilih fasilitas kesehatan diutamakan dalam wilayah yang sesuai atau mendekati dengan tempat tinggal 4. Dalam keadaan Emergensi peserta dapat langsung meminta pertolongan pada Pelaksana Pelayanan Kesehatan (PPK) yang ditunjuk oleh PT Jamsostek (Persero) ataupun tidak. 5. Peserta berhak mengganti fasilitas kesehatan rawat jalan Tingkat I bila dalam Kartu Pemeliharaan Kesehatan pilihan fasilitas kesehatan tidak sesuai lagi dan hanya diizinkan setelah 6 (enam) bulan memilih fasilitas kesehatan rawat jalan Tingkat I, kecuali pindah domisili. 6. Peserta berhak menuliskan atau melaporkan keluhan bila tidak puas terhadap penyelenggaraan JPK dengan memakai formulir JPK yang disediakan diperusahaan tempat tenaga kerja bekerja, atau PT. JAMSOSTEK (Persero) setempat. 7. Tenaga kerja/istri tenaga kerja berhak atas pertolongan persalinan kesatu, kedua dan ketiga. 8. Tenaga kerja yang sudah mempunyai 3 orang anak sebelum menjadi peserta program JPK, tidak berhak lagi untuk mendapatkan pertolongan persalinan. Kewajiban Peserta Program JPK 1. 2. 3. 4. 5. Menyelesaikan Prosedur administrasi, antara lain mengisi formulir Daftar Susunan Keluarga (Formulir Jamsostek 1a) Menandatangani Kartu Pemeliharaan Kesehatan (KPK) Memiliki Kartu Pemeliharaan Kesehatan (KPK) sebagai bukti diri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan Mengikuti prosedur pelayanan kesehatan yang telah ditetapkan Segera melaporkan kepada PT JAMSOSTEK (Persero) bilamana terjadi perubahan anggota keluarga misalnya: status lajang menjadi kawin, penambahan anak, anak sudah menikah dan atau anak berusia 21 tahun. Begitu pula sebaliknya apabila status dari berkeluarga menjadi lajang Segera melaporkan kepada Kantor PT JAMSOSTEK (Persero) apabila Kartu Pemeliharaan Kesehatan (KPK) milik peserta hilang/rusak untuk mendapatkan penggantian dengan membawa surat keterangan dari perusahaan atau bilamana masa berlaku kartu sudah habis Bila tidak menjadi peserta lagi maka KPK dikembalikan ke perusahaan

6.

7.

Hal-hal yang tidak menjadi tanggung jawab badan penyelenggara (PT Jamsostek (Persero)) 1. Peserta

Dalam hal tidak mentaati ketentuan yang berlaku yang telah ditetapkan oleh Badan Penyelenggara Akibat langsung bencana alam, peperangan dan lain-lain Cidera yang diakibatkan oleh perbuatan sendiri, misalnya percobaan bunuh diri, tindakan melawan hukum

Olah raga tertentu yang membahayakan seperti: terbang layang, menyelam, balap mobil/motor, mendaki gunung, tinju, panjat tebing, arum jeram Tenaga kerja yang pada permulaan kepesertaannya sudah mempunyai 3 (tiga) anak atau lebih, tidak berhak mendapatkan pertolongan persalinan

2. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan diluar fasilitas yang ditunjuk oleh Badan Penyelenggara JPK, kecuali kasus emergensi dan bila harus rawat inap, ditanggung maksimal 7 hari perawatan sesuai standar rawat inap yang telah ditetapkan Imunisasi kecuali Imunisasi dasar pada bayi General Check Up/Check Up/Regular Check Up (termasuk papsmear) Pemeriksaan, pengobatan, perawatan di luar negeri Penyakit yang disebabkan oleh penggunaan alkohol/narkotik Penyakit Kanker (terhitung sejak tegaknya diagnosa) Penyakit atau cidera yang timbul dari atau berhubungan dengan tugas pekerjaan (Occupational diseases/accident) Sexual transmited diseases termasuk AIDS RELATED COMPLEX Pengguguran kandungan tanpa indikasi medis termasuk kesengajaan Kelainan congential/herediter/bawaan yang memerlukan pengobatan seumur hidup, seperti: debil, embesil, mongoloid, cretinism, thalasemia, haemophilia, retardasi mental, autis Pelayanan untuk Persalinan ke 4 (empat) dan seterusnya termasuk segala sesuatu yang berhubungan dengan proses kehamilan pada persalinan tersebut Pelayanan khusus (Kacamata, gigi palsu, prothesa mata, alat bantu dengar, prothesa anggota gerak) hilang/rusak sebelum waktunya tidak diganti Khusus akibat kecelakaan kerja tidak menjadi tanggung jawab Penyelenggara JPK Haemodialisa termasuk tindakan penyambungan pembuluh darah untuk hemodialisa Operasi jantung berserta tindakan-tindakan termasuk pemasangan dan pengadaan alat pacu jantung, kateterisasi jantung termasuk obat-obatan Katerisasi jantung sebagai tindakan Therapeutik (pengobatan) Transpalantasi organ tubuh misalnya transplantasi sumsum tulang Pemeriksaan-pemeriksaan dengan menggunakan peralatan canggih/baru yang belum termasuk dalam daftar JPK, antara lain: MRI (Magnetic Resonance Immaging), DSA (Digital Substraction Arteriography), TORCH (Toxoplasma, Rubella, CMV, Herpes) Pemeriksaan dan tindakan untuk mendapatkan kesuburan termasuk bayi tabung

3. Obat-obatan:

Semua obat/vitamin yang tidak ada kaitannya dengan penyakit Obat-obatan kosmetik untuk kecantikan termasuk operasi keloid yang bukan atas indikasi medis Obat-obatan berupa makanan seperti susu untuk bayi dan sebagainya Obat-obatan gosok sepeti kayu putih dan sejenisnya Obat-obatan lain seperti: verban, plester, gause stril Pengobatan untuk mendapatkan kesuburan termasuk bayi tabung dan obat-obatan kanker

4. Pembiayaan:

Biaya perjalanan dari dan ke tempat berobat Biaya perjalanan untuk mengurus kelengkapan administrasi kepesertaan, jaminan rawat dan klaim Biaya perjalanan untuk memperoleh perawatan/pengobatan di Rumah sakit yang ditunjuk . Biaya perawatan emergensi lebih dari 7 (hari) diluar fasilitas yang sudah ditunjuk oleh Badan Penyelenggara JPK Biaya Perawatan dan obat untuk penyakit lebih dari 60 hari/kasus/tahun sudah termasuk perawatan khusus (ICU, ICCU, HCU, HCB, ICU, PICU) pada penyakit tertentu sehingga memerlukan perawatan khusus lebih dari 20 hari/kasus/tahun Biaya tindakan medik super spesialistik Batas waktu pengajuan klaim paling lama 3 (tiga) bulan setelah perusahaan melunasi tunggakan iuran, selebihnya akan ditolak

-----------------------------------------------------------------------------Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama


Pelayanan rawat jalan tingkat pertama meliputi: a. Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter umum b. Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter gigi (penambalan, pencabutan, perawatan syaraf gigi, dan pembersihan karang gigi) c. Pemeriksaan penunjang diagnostik sederhana (darah lengkap, urin lengkap, dahak pada kasus TBC, foto rontgen dada, foto rontgen gigi, dan tes kehamilan) d. Tindakan medis sederhana yang dapat dilakukan oleh dokter umum maupun dokter gigi

e. Pemberian obat-obatan/resep obat sesuai dengan indikasi medis mengacu ke Standar Obat JPK f. Pelayanan Keluarga Berencana (alat kontrasepsi dalam rahim/IUD, Pil KB dan suntik KB) g. Pelayanan KIA: pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan bayi dan balita, pemberian imunisasi dasar (BCG,
DPT, Campak, Polio, Hepatitis B) Prosedur Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama 1. Peserta yang membutuhkan pelayanan kesehatan wajib mengunjungiPPK I sesuai pilihan peserta yang tercantum pada Kartu Pemeliharaan Kesehatan (KPK) 2. Peserta mendaftarkan diri pada petugas (loket) di PPK tingkatI sesuai poli yang dituju (poli Umum/Gigi/KIA) 3. Peserta menunggu giliran untuk mendapat pelayanan pada tempat yang tersedia sesuai urutan pendaftaran 4. Jika dokter menganggap perlu untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium sederhana atau tindakan medis maka pemeriksaan laboratorium sederhana 5. Atau tindakan medis dapat dilakukan di tempat (bila PPK tingkat I menyediakan dan mampu memberikan layanan tersebut) atau di rujuk ke laboratorium maupun Rumah Sakit yang ditunjuk 6. Jika peserta mendapat resep, peserta menyerahkan resep tersebut pada petugas (loket) di Ruang Obat dan menunggu giliran untuk mendapatkan obat 7. Jika dokter memberikan resep obat yang tidak tersedia (pada penyakit kronis/degeneratif) di Ruang Obat PPK I, maka peserta harus mengambil obat tersebut ke Apotek terdekat yang ditunjuk dengan membawa resep 8. Jika dokter PPK I menganggap perlu untuk pemeriksaan lebih lanjut, maka peserta melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan membawa surat rujukan ke Rumah Sakit yang ditunjuk

Pelayanan Rawat Jalan Tingkat II (lanjutan)


Pelayanan rawat jalan tingkat II (lanjutan) meliputi: a. Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter spesialis b. Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis termasuk tindakan operasi ODC (One Day Care) c. Pemberian resep obat sesuai dengan indikasi medis mengacu standar obat JPK PT Jamsostek (Persero) d. Pemeriksaan penunjang diagnostik lanjutan sesuai indikasi medis: Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan radiologi Pemeriksaan patologi anatomi, mikrobiologi Pemeriksaan Elektromedik antara lain: EEG, ECG, EMG USG, CT Scaning, Pemeriksaan Endoscopy dan sejenisnya e. Fisioterapi Prosedur Pelayanan Rawat Jalan Di Rumah Sakit 1. Pasien yang memerlukan rawat jalan tingkat lanjut mendaftar di loket rawat jalan spesialis di RS yang ditunjuk dengan membawa surat rujukan dari PPK I berikut KPK asli disertai fotokopinya 2. Pasien akan menunggu panggilan pada poli dokter spesialis yang dituju sesuai surat rujukan 3. Pasien akan mendapat pemeriksaan/ tindakan sesuai indikasi medis dan menerima resep dari dokter spesialis untuk diambil pada apotek yang ditunjuk 4. Bila pasien memerlukan pemeriksaan penunjang diagnostik, maka akan berlaku prosedur Pelayanan Pemeriksaan Penunjang Diagnostik. 5. Setiap selesai pemeriksaan/tindakan, maka dokter spesialis akan mengisi formulir jawaban rujukan (pasien meminta dokter mengisi jawaban rujukan) berupa: Diagnosis penyakit yang sudah ditegakkan, Obat/tindakan yang sudah diberikan Pemeriksaan penunjang yang diperlukan Tanggal kembali bila masih diperlukan kontrol ulang Paraf dokter beserta stempel RS Penggunaan Surat Rujukan Surat rujukan dapat digunakan untuk diagnosis yang sama, maksimum 4 kali dalam 1 (satu) bulan, bila pemeriksaan dan pengobatan belum selesai Bila pemeriksaan atau pengobatan dianggap telah selesai atau penggunaan surat rujukan sudah mencapai 4 kali dalam 1 (satu) bulan, dokter spesialis harus mengisi jawaban rujukan. Pasien meminta kepada dokter spesialis untuk menuliskan tanggal harus kembali pada tempat yang sudah tersedia, bila diperlukan pelayanan lanjutan setiap kali selesai pemeriksaan Pasien membuat fotocopy surat rujukan (sebanyak 2 kali) yang sudah diisi tanggal berkunjung kembali setiap kali akan berobat ke dokter spesialis Bila penyakit masih berlanjut sehingga membutuhkan ulangan lebih dari 4 kali, maka peserta harus membawa surat rujukan baru dengan cara mengunjungi PPK I pilihan peserta dengan membawa surat rujukan terdahulu yang telah diisi jawabannya oleh dokter spesialis untuk dibuatkan surat rujukan baru oleh Dokter PPK I Surat rujukan ulangan hanya dapat digunakan untuk penyakit dengan diagnosis yang sama Untuk rujukan diagnosis penyakit berbeda harus dibuatkan surat rujukan baru

Pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakit


Pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakit meliputi:

1. Kamar perawatan
Kelas II (dua) rumah sakit umum pemerintah, atau Kelas III (tiga) di rumah sakit TNI/Polri/BUMN/Swasta 2. Lama hari rawat ditanggung maksimum 60 hari/kasus/tahun kalender, termasuk 20 hari/kasus/tahun kalender untuk perawatan khusus 3. Visite dokter yang merawat maksimum 1x sehari 4. Konsultasi dokter spesialis yang diperlukan secara medis 5. Pemberian obat-obatan sesuai indikasi medis yang merujuk pada standar obat JPK PT Jamsostek (Persero) 6. Pemeriksaan penunjang diagnostik seperti laboratorium, rontgen, elektromedis, dan patologi 7. Tindakan Medis 8. Perawatan khusus (ICCU, ICU, HCU,NICU, dan ICU Anak) 9. Operasi sesuai klasifikasi operasi dengan penyetaraan setinggi-tingginya setara dengan operasi besar 10. Alat Kesehatan tidak habis pakai (Pin, Plate, Screw, korset, collar neck, Intra Ocular Lens, Double J, peritoneal stein, dan jaring untuk hernia) ditanggung oleh PT JAMSOSTEK (Persero) sebesar 60% nilai barang, atau setinggi-tingginya Rp 500.000,- sisanya ditanggung oleh peserta Prosedur Pelayanan Rawat Inap Di Rumah Sakit 1. Pasien yang membutuhkan perawatan inap atas sesuai indikasi medis akan mendapatkan surat perintah rawat inap dari dokter spesialis RS atau dari UGD 2. Surat perintah rawat inap akan ditindak lanjuti dengan mendatangi bagian pendaftaran untuk konfirmasi ruangan sesuai hak peserta dengan membawa KPK asli dan fotocopy sehingga peserta bisa langsung dirawat 3. Bila ruang perawatan sesuai hak peserta penuh, maka ybs berhak dirawat 1 (satu) kelas diatas/dibawah haknya. Selanjutnya peserta dapat pindah menempati kamar sesuai haknya dan bila terdapat selisih biaya yang timbul maka peserta membayar selisih biaya perawatan 4. Bagian Pendaftaran rawat inap di RS akan menerbitkan Surat Keterangan Perawatan RS dan selanjutnya akan diteruskan ke Kantor Cabang PT Jamsostek (Persero) dapat melalui faksimil agar segera dapat diterbitkan surat jaminan rawat inap 5. Bidang Pelayanan atau Bidang Pelayanan JPK Kantor Cabang PT Jamsostek akan menerbitkan Surat Jaminan Rawat Inap berdasarkan Surat Keterangan Perawatan RS dan akan dikirim melalui faksimil ke RS. Surat jaminan harus sudah diurus selambat-lambatnya 2x24 jam terhitung peserta rawat inap di rumah sakit 6. Bila pasien membutuhkan pemeriksaan penunjang diagnostik lanjutan atau tindakan medis, maka yang bersangkutan harus menandatangani Surat Bukti Pemeriksaan dan Tindakan setiap kali dilakukan 7. Setiap selesai rawat inap, peserta/orangtua peserta bersangkutan harus menandatangani Surat Bukti Rawat Inap dan pasien akan mendapatkan perintah untuk kontrol kembali ke spesialis yang bersangkutan 8. Pasien akan membawa surat perintah kontrol kembali dari dokter spesialis ke dokter PPK I untuk mendapatkan Surat Rujukan PPK I ke dokter spesialis di RS yang ditunjuk. 9. Selanjutnya berlaku prosedur rawat jalan dokter spesialis di RS 10. Jawaban rujukan dari dokter spesialis dapat diberikan kembali kepada dokter keluarga di PPK I

Pelayanan Persalinan
Pelayanan persalinan meliputi: a. Persalinan normal, diberikan dalam bentuk pelayanan kesehatan di sarana pelayanan kesehatan yang ditunjuk atau bantuan tunai maksimum sebesar Rp. 500.000,- per persalinan b. Pelayanan persalinan dengan risiko tinggi: persalinan yang disertai penyulit atau kelainan yang berpotensi meningkatkan risiko kematian ibu dan janin. Manfaat diberikan dalam bentuk pelayanan meliputi: i. Kamar perawatan untuk ibu dan bayi di kelas II RS pemerintah atau kelas III RS TNI/Polri/BUMN/Swasta, maksimum 5 hari ii. Tindakan persalinan iii. Visite dokter yang merawat maksimum 1x per hari iv. Konsultasi dokter spesialis sesuai kebutuhan medis v. Pemeriksaan penunjang diagnostik vi. Pemberian obat-obatan sesuai indikasi medis mengacu ke Standar Obat JPK PT. Jamsostek (Persero) Prosedur Pelayanan Persalinan Kehamilan Normal: 1. Peserta yang membutuhkan pemeriksaan kehamilan mengunjungi PPK I Bersalin sesuai pilihan peserta yang tercantum pada Kartu Pemeliharaan Kesehatan (KPK) 2. Peserta mendaftarkan diri pada petugas (loket) di atau PPK I pada poli Umum KIA 3. Peserta menunggu giliran pada tempat yang tersedia sesuai urutan pendaftaran

4. Mendekati waktu persalinan (setelah enam bulan kehamilan) peserta harus melakukan pemeriksaan pada Bidan atau dokter sesuai pilihan peserta 5. Persalinan pada Rumah Bersalin (RB) dilakukan untuk kehamilan dan persalinan normal dengan pertolongan dokter umum atau bidan Kehamilan dengan Kelainan (Risiko Tinggi) : 1. Bila hasil pemeriksaan kehamilan, ternyata dengan risiko tinggi (terdapat kelainan) seperti menderita penyakit darah tinggi, kencing manis, asthma berat, letak sungsang,

placenta previa totalis atau plasenta letak rendah, panggul sempit dan lain-lain, peserta akan dirujuk
oleh dokter PPK I/bidan pada Rumah Bersalin ke Rumah Sakit yang ditunjuk

2. Untuk selanjutnya pemeriksaan kehamilan harus dilakukan di Rumah Sakit yang ditunjuk 3.
dengan mengikuti prosedur rawat jalan lanjutan di rumah sakit, serta dapat melahirkan di rumah sakit yang ditunjuk Proses persalinan pada kehamilan risiko tinggi dapat berlangsung normal atau dengan tindakan seperti induksi, penggunaan vacum atau forcep, bahkan operasi

Pelayanan Khusus
Cakupan pelayanan khusus meliputi: a. Bantuan Pengadaan Kacamata i. Penerima manfaat terbatas hanya Tenaga Kerja (TK) ii. Syarat untuk mendapatkan bantuan kacamata; memiliki kelainan refraksi yang ditunjukkan dengan resep dokter spesialis mata/dokter yang berwenang mengeluarkan resep kacamata iii. Jenis manfaat: Penggantian kacamata maksimum sebesar Rp.200.000, Penggantian lensa maksimum 1 kali dalam 2 (dua) tahun sebesar Rp. 80.000,-

Penggantian bingkai maksimum 1 kali dalam 3 (tiga) tahun sebesar Rp. 120.000,b. Bantuan gigi palsu
Penerima manfaat terbatas hanya Tenaga Kerja (TK) Syarat untuk mendapatkan bantuan gigi palsu: mempunyai indikasi medis yang diterangkan oleh dokter gigi sebagai lanjutan perawatan yang telah dilakukan sebelumnya iii. Jangka waktu pemberian manfaat: 1 kali dalam 3 tahun iv. Jenis manfaat bantuan gigi palsu: Gigi palsu lepasan (removable) dengan bahan acrylic Penggantian gigi tiruan rahang atas dan bawah maksimum Rp.204.000 per rahang atau Rp.408.000,- kedua rahang dengan perincian biaya pemasangan plat gigi pertama sebesar Rp. 100.000,- per rahang, selanjutnya Rp. 8.000,- per gigi. Alat Bantu dengar (hearing aid) i. ii.

c.

Penerima manfaat ketentuan:


terbatas hanya Tenaga Kerja sesuai indikasi medis, dengan

Penggantian biaya pembelian dan pengadaan alat bantu dengar maksimum Rp. 300.000,Penggantian alat bantu dengar maksimum 1 kali dalam 3 (tiga) tahun d. Kaki/tangan palsu Penerima manfaat hanya Tenaga kerja sesuai indikasi medis dengan ketentuan: Prothesa anggota gerak atas (tangan) maks. Rp. 350.000, Prothesa anggota gerak bawah (kaki) maks. Rp. 500.000, Penggantian berikutnya hanya dilakukan setelah 3 (tiga) tahun pembuatan pertama. e. Mata Palsu i. Penerima manfaat hanya Tenaga Kerja sesuai dengan indikasi medis dengan ketentuan biaya mata palsu ditetapkan maksimum Rp. 300.000,ii. Penggantian berikutnya hanya dilakukan setelah 3 (tiga) tahun setelah pembuatan mata palsu pertama.

Prosedur Pelayanan Khusus 1. Pasien yang memerlukan pelayanan khusus (kacamata, gigi palsu, mata palsu, alat bantu dengar, alat 2. 3. 4. 5.
bantu gerak tangan dan kali) harus membawa resep/surat keterangan dari dokter spesialis untuk dilegalisasi pada Kacab PT Jamsostek (Persero) setempat. Bila Kacab pelayanan setempat mempunyai kerjasama dengan Optik maka peserta dapat mengambil alat tersebut pada optik yang ditunjuk. Pengambilan orthesa maupun prothesa, bila pada wilayah kerja Kacab pelayanan setempat tidak bekerjasama dengan Optik atau toko kesehatan maka peserta membeli dahulu pada optik atau toko alat kesehatan. Pasien akan mengajukan klaim ke PT Jamsostek (Persero) dengan melampirkan kwitansi pembelian alat, surat rujukan dan fotocopy KPK. Kacab PT Jamsostek (Persero) akan menggantikan biaya pelayanan khusus sesuai plafon biaya sebagaimana diatur melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Emergensi
Kriteria Emergensi sesuai indikasi medis: 1. Kecelakaan/Ruda Paksa yang bukan kecelakaan kerja, contoh kasus: Trauma kepala, patah tulang terbuka/tertutup, luka robekan/sayatan pada kulit/otot 2. Serangan jantung, contoh kasus: henti irama jantung, irama jantung yang abnormal, nyeri dada akibat penyempitan/penutupan pembuluh darah jantung 3. Panas tinggi diatas 39 derajat Celsius atau disertai kejang demam, contoh kasus: kejang demam

4. Perdarahan hebat, contoh diagnosis: Trauma dengan perdarahan hebat, muntah/berak darah, abortus
(keguguran) , Demam Berdarah Dengue Grade dengan komplikasi perdarahan

5. Muntaber disertai Dehidrasi sedang s/d berat, contoh kasus: Kholera, Gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang/berat, mual dan muntah pada ibu hamil disertai dehidrasi sedang/berat 6. Sesak Napas, contoh kasus: Asma sedang/berat dalam serangan, infeksi paru berat 7. Kehilangan kesadaran, contoh kasus: Ayan/epilepsy, Syok/pingsan akibat kekurangan cairan, gangguan
fungsi jantung, alergi berat, infeksi berat

8. Nyeri kolik, contoh kasus: kolik abdomen, kolik renal, kolik ureter, kolik uretra 9. Keadaan gelisah pada penderita gangguan jiwa
Cakupan Pelayanan Emergensi/Gawat Darurat meliputi: a. Pemeriksaan dan pengobatan b. Penunjang diagnostik dan tindakan medis sesuai dengan indikasi medis c. Pelayanan rujukan rawat inap d. Pemberian obat untuk waktu terbatas minimal 1 (satu) hari dan diberikan oleh pelaksana pelayanan kesehatan (PPK) Prosedur pelayanan emergensi (darurat) 1. Pasien yang memenuhi kriteria emergensi atas indikasi medis dapat berkunjung ke Unit Gawat Darurat (UGD) RS dan membawa KPK asli. 2. Sementara pihak RS menangani pasien, keluarga mengurus administrasi di loket pendaftaran/dibagian Emergensi. 3. Dokter UGD akan memeriksa pasien dan memberikan pertolongan pertama/melakukan tindakan medis serta memberikan resep minimum 1 (satu) hari dan maksimum 3 (tiga) hari 4. Bila pasien belum sembuh, maka yang bersangkutan harus kembali ke PPK I yang ditunjuk/pilihan untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut atau PPK I akan merujuk ke dokter spesialis sesuai indikasi medis (bukan atas permintaan pasien sendiri). Pelayanan lanjutan tersebut harus mengikuti prosedur rawat jalan spesialis di PPK II/RS 5. Bila pasien memerlukan perawatan setelah observasi di UGD, maka pihak Rumah Sakit akan mendaftarkan pasien sebagai pasien rawat inap 6. Selanjutnya berlaku prosedur rawat inap

Program Jaminan Kecelakaan Kerja


Pengertian
Kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja merupakan risiko yang harus dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh adanya risiko-risiko sosial seperti kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka diperlukan adanya jaminan kecelakaan kerja. Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja merupakan tanggung jawab pengusaha sehingga pengusaha memiliki kewajiban untuk membayar iuran jaminan kecelakaan kerja yang berkisar antara 0,24% - 1,74% sesuai kelompok jenis usaha.

Manfaat Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi tenaga kerja yang mengalami kecelakaan pada saat dimulai berangkat bekerja sampai tiba kembali dirumah atau menderita penyakit akibat hubungan kerja. Iuran untuk program JKK ini sepenuhnya dibayarkan oleh perusahaan. Perincian besarnya iuran berdasarkan kelompok jenis usaha sebagaimana tercantum pada iuran. 1. Biaya Transport (Maksimum) Darat/sungai/danau Rp 750.000, Laut Rp 1.000.000, Udara Rp 2.000.000,Sementara tidak mampu bekerja Empat (4) bulan pertama, 100% x upah sebulan Empat (4) bulan kedua, 75% x upah sebulan Seterusnya 50% x upah sebulan Biaya Pengobatan/Perawatan Rp 20.000.000,- (maksimum) dan Pergantian Gigi tiruan Rp. 2.000.000,- (Maksimum) Santunan Cacat Sebagian-tetap: % tabel x 80 bulan upah Total-tetap: o Sekaligus: 70% x 80 bulan upah o Berkala (24 bulan) Rp 200.000,- per bulan* Kurang fungsi: % kurang fungsi x % tabel x 80 bulan upah

2. 3.

4.

5.

Santunan Kematian o Sekaligus 60% x 80 bulan upah o Berkala (24 bulan) Rp. 200.000,- per bulan* o Biaya pemakaman Rp 2.000.000,-* Biaya Rehabilitasi diberikan satu kali untuk setiap kasus dengan patokan harga yang ditetapkan oleh Pusat Rehabilitasi RS Umum Pemerintah dan ditambah 40% dari harga tersebut, serta biaya rehabilitasi medik maksimum sebesar Rp 2.000.000,o Prothese/alat penganti anggota badan o Alat bantu/orthose (kursi roda) Penyakit akibat kerja, besarnya santunan dan biaya pengobatan/biaya perawatan sama dengan poin ke-2 dan ke-3.

6.

7.

Iuran o o o o o

Kelompok I: 0.24 % dari upah sebulan; Kelompok II: 0.54 % dari upah sebulan; Kelompok III: 0.89 % dari upah sebulan; Kelompok IV: 1.27 % dari upah sebulan; Kelompok V: 1.74 % dari upah sebulan;

*) sesuai dengan PP Nomor 84 tahun 2010

Tata Cara Pengajuan Jaminan 1. Apabila terjadi kecelakaan kerja pengusaha wajib mengisi form jamsostek 3 (laporan kecelakaan tahap I) dan mengirimkan kepada PT Jamsostek (Persero) tidak lebih dari 2 x 24 Jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan Setelah tenaga kerja dinyatakan sembuh/meninggal dunia oleh dokter yang merawat, pengusaha wajib mengisi form 3a (laporan kecelakaan tahap II) dan dikirim kepada PT Jamsostek (persero) tidak lebih dari 2 x 24 jam sejak tenaga kerja dinyatakan sembuh/meninggal. Selanjutnya PT Jamsostek (Persero) akan menghitung dan membayar santunan dan ganti rugi kecelakaan kerja yang menjadi hak tenaga kerja/ahli waris. Form Jamsostek 3a berfungsi sebagai pengajuan permintaan pembayaran jaminan disertai bukti-bukti: 1. Fotokopi kartu peserta (KPJ) 2. Surat keterangan dokter yang merawat dalam bentuk form Jamsostek 3b atau 3c 3. Kuitansi biaya pengobatan dan perawatan serta kwitansi pengangkutan

2.

3.

Program Jaminan Kematian


Definisi Jaminan Kematian diperuntukkan bagi ahli waris dari peserta program Jamsostek yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja. Jaminan Kematian diperlukan sebagai upaya meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa uang. Pengusaha wajib menanggung iuran Program Jaminan Kematian sebesar 0,3% dengan jaminan kematian yang diberikan adalah Rp 12 Juta terdiri dari Rp 10 juta santunan kematian dan Rp 2 juta biaya pemakaman* dan santunan berkala. Manfaat Program JK* Program ini memberikan manfaat kepada keluarga tenaga kerja seperti: 1. 2. 3. Santunan Kematian: Rp 10.000.000,Biaya Pemakaman: Rp 2.000.000,Santunan Berkala: Rp 200.000,-/ bulan (selama 24 bulan)

*) sesuai dengan PP Nomor 76 Tahun 2007 Tata Cara Pengajuan Jaminan Kematian Pengusaha/keluarga dari tenaga kerja yang meninggal dunia mengisi dan mengirim form 4 kepada PT Jamsostek (Persero) disertai bukti-bukti: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kartu peserta Jamsostek (KPJ) Asli tenaga Kerja yang Bersangkutan Surat keterangan kematian dari Rumah sakit/Kepolisian/Kelurahan Salinan/Copy KTP/SIM dan Kartu Keluarga Tenaga Kerja bersangkutan yang masih berlaku Identitas ahli waris (photo copy KTP/SIM dan Kartu Keluarga) Surat Keterangan Ahli Waris dari Lurah/Kepala Desa setempat Surat Kuasa bermeterai dan copy KTP yang diberi kuasa (apabila pengambilan JKM ini dikuasakan)

PT Jamsostek (Persero) hanya akan membayar jaminan kepada yang berhak

You might also like