You are on page 1of 8

LAPORAN PENDAHULUAN CHOLELITIASIS DI RUANG A2 RSUP Dr.

KARIADI SEMARANG

Oleh : Vera Riski Handayani G2B009035

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012

A. Pengertian Cholelitiasis adalah suatu keadaan dimana terdapat batu dikantung empedu atau saluran kandung empedu yang pada umumnya kandungan utamanya adalah kolesterol. (Williams, 2003) Biasanya jika batu terdapat pada saluran empedu lebih dikenal dengan koledokolitiasis. Batu empedu yang memiliki ukuran kecil, lebih berbahaya dibandingkan dengan batu yang berukuran besar. Hal ini dikarenakan batu yang berukuran kecil lebih berpeluang untuk berpindah tempat ke tempat lain. (Anonim, 2011)

B. Etiologi Ada beberapa teori yang menyebutkan bahwa kolesterol dapat menyebabkan supersaturasi empedu di kandung empedu.(Williams, 2003) cairan empedu mengandung sejumlah besar kolesterol yang biasanya berbentuk cairan. Apabila cairan empedu menjadi jenuh karena kolesterol, maka kolesterol tidak larut sehingga membentuk endapan. (Anonim, 2011) Tipe lain dari batu empedu adalah batu pigmen.(Williams, 2003) Batu pigmen disebabkan oleh tumpukan pigmen billirubin dan garam kalsium yang membentuk partikel seperti kristal padat. Hal ini membuat cirinya berbeda. Batu empedu dari tumpukan kolesterol berwarna kekuningan dan tampak mengkilap seperti minyak, sedangkan batu pigmen billirubin berwarna hitam dank eras ataupun berwarna coklat tua dan rapuh.(Anonim, 2011)

C. Patofisiologi (pathways) Kolesterol yang merupakan unsur normal pembentuk empedu bersifat tidak larut dalam air. Kelarutannya bergantung pada asam-asam empedu dan lesitin (fosfolipid) dalam empedu. Pada pasien yang cenderung menderita batu empedu akan terjadi penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam hati keadaan ini mengakibatkan supersaturasi getah empedu oleh kolesterol yang kemudian keluar dari getah empedu, mengendap dan membentuk batu. Getah empedu yang jenuh oleh kolesterol merupakan faktor pencetus untuk timbulnya batu empedu dan berperan sebagai iritan yang menyebabkan peradangan dalam kandung empedu. Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan sebagian dalam pembentukan batu, melalui peningkatan sel dan pembentukan mukus. Mukus meningkatkan viskositas dan unsur seluler dan

bakteri dapat berperan sebagi pusat faktor pendukung. Akan tetapi infeksi lebih sering menjadi akibat dari pembentukan batu empedu dari pada sebab pembentukan batu empedu.(Smeltzer, 2002)

D. Tanda dan Gejala 1. Rasa nyeri dan kholik bilier Apabila duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, maka kandung empedu akan mengalami distensi dan akirnya akan terinfeksi. Hal ini membuat pasien akan menderita panas dan mungkin akan teraba massa padat pada abdomennya. Pasien dapat mengalami kholik bilier dan rasa nyeri hebat pada daerah abdomen kuadran kanan atas yang menjalar kepunggung ataupun bahu kanan. Rasa nyeri ini biasanya akan disertai mual dan muntah yang akan bertambah hebat ketika makan makanan dalam porsi yang besar. Serangan kholik bilier biasanya disebabkan oleh kontraksi kandung empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar akibat tersumbatnya saluran oleh batu. Dalam keadaan distensi, bagian fundus kandung empedu akan menyentuh dinding abdomen pada daerah kartilago kosta 9 dan 10 kanan. Sentuhan ini menimbulkan nyeri tekan yang mencolok pada kuadran kanan atas ketika pasien melakukan inspirasi dalam dan menghambat pengembangan rongga dada.

2. Ikterus Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum akan menimbulkan gejala yang khas, yaitu gatah empedu yang tidak lagi dibawa kedalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan empedu ini membuat kulit dan menbran mukosa berwarna kuning. Keadaan ini juga sering disertai dengan gejal gatal-gatal pada kulit.

3. Perubahan warna urine dan feses. Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urine berwarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu, dan biasanya pekat. Biasanya keadaan feses ini disebut feses dempul.

4. Defisiensi Vitamin Obstruksi aliran empedu akan mengganggu absorbs vitamin A, D, E, K yang larut oleh lemak. Hal ini membuat pasien memperlihatkan gejala defisiensi vitaminvitamin jika obstruksi berlangsung pada jangka waktu yang lama. Pada defisiensi vitamin K akan mengakibatkan terganggunya pembekuan darah yang normal. (Smeltzer, 2002)

E. Pengkajian 1. Anamnesis a. Kaji adanya nyeri bagian abdomen kuadran kanan atas serta skala nyerinya. b. Kaji adanya ikterus serta tinja akolis, hal ini harus dicurigai adanya penyakit hati ataupun saluran bilier. c. Umumnya juga ditanyakan warna urin. Warna urin yang kecoklatan juga dapat mengindikasikan terjadinya penyakit empedu. d. Menanyakan warna feses, pada penderita penyakit hati dan empedu dijumpai warna feses yang pucat seperti dempul 2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dapat difokuskan pada penampilan umum pasien, berat badan, pemeriksaan abdomen karena pada pasien kolelitiasis akan terdapat massa pada abdomen kuadran kanan atas. F. Pemeriksaan Penunjang 1. Radiologi Pemeriksaan USG telah menggantikan kolesistografi oral sebagai prosedur diagnostik pilihan karena pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat dan akurat, dan dapat digunakan pada penderita disfungsi hati dan ikterus. Disamping itu, pemeriksaan USG tidak membuat pasien terpajan radiasi inisasi. Prosedur ini akan memberikan hasil yang paling akurat jika pasien sudah berpuasa pada malam harinya sehingga kandung empedunya berada dalam keadan distensi. Penggunaan ultra sound berdasarkan pada gelombang suara yang dipantulkan kembali. Pemeriksan USG dapat

mendeteksi kalkuli dalam kandung empedu atau duktus koleduktus yang mengalami dilatasi.

2. Radiografi : Kolesistografi Kolesistografi digunakan bila USG tidak tersedia atau bila hasil USG meragukan. Kolangiografi oral dapat dilakukan untuk mendeteksi batu empedu dan mengkaji kemampuan kandung empedu untuk melakukan pengisian, memekatkan isinya, berkontraksi serta mengosongkan isinya. Oral kolesistografi tidak digunakan bila pasien jaundice karena liver tidak dapat menghantarkan media kontras ke kandung empedu yang mengalami obstruksi.(Smeltzer, 2002)

3. Sonogram Sonogram dapat mendeteksi batu serta menentukan apakah dinding kandung empedu telah menebal. (Williams, 2003)

4. ERCP (Endoscopic Retrograde Colangiopanereatografi) Pemeriksaan ini memungkinkan visualisasi struktur secara langsung yang hanya dapat dilihat pada sat laparatomi. Pemeriksaan ini meliputi insersi endoskop serat optik yang fleksibel ke dalam esofagus hingga mencapai duodenum pars desendens. Sebuah kanula dimasukan ke dalam duktus koleduktus serta duktus pankreatikus, kemudian bahan kontras disuntikan ke dalam duktus tersebut untuk menentukan keberadaan batu di duktus dan memungkinkan visualisassi serta evaluasi percabangan bilier.(Smeltzer, 2002)

5. Pemeriksaan darah a. Kenaikan serum kolesterol b. Kenaikan fosfolipid c. Penurunan ester kolesterol d. Kenaikan protrombin serum time e. Kenaikan bilirubin total, transaminase f. Penurunan urobilirubin

g. Peningkatan sel darah putih h. Peningkatan serum amilase, bila pankreas terlibat atau bila ada batu di duktus utama G. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Timbul 1. Diagnosa Keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (obstruksi, proses pembedahan) Intervensi keperawatan : INTERVENSI a. Kaji skala nyeri klien (0-10). RASIONAL a. Membantu nyeri yang mengidentifikasi dialami klien rasa serta

penatalaksanaannya b. Ajarkan dan lakukan teknik distraksi seperti membaca koran, buku, b. Dengan ditraksi dapat mengalihkan rasa nyeri yang dihadapi

aktivitas sesuai hobi, menonton tv, mendengarkan imagery, dll. c. Ajarkan dan lakukan teknik relaksasi nafas dalam, pengubahan, posisi, massage punggung, sentuhan, dll. d. Ciptakan lingkungan yang tenang. d. Lingkungan e. Atur posisi pasien nyaman : semi fowler. tenang dapat c. Meningkatkan istirahat, memusatkan kembali koping. perhatian, meningkatkan radio, guided,

meningkatkan pola istirahat klien e. Posisi semi fowler menunjukkan

tekanan intra abdomen

2. Diagnosa Keperawatan : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk ingestidan absorbsi makanan

Intervensi keperawatan : INTERVENSI RASIONAL

a. Pertahankan masalah haluaran a. M e m b e r i k a n i n f o r m a s i akurat, perhatikan haluaran tentang status kurang darimasukan, cairan/volume sirkulasi peningkatan berat berat jenis d a n kebutuhan penggantian. urine. Kaji membram mukosa/kulit, nadi perifer dan pengisian kapiler. b. Untuk memberikan rasa nyaman b. Berikan oral higiene sebelum dan pada oral klien sehingga dapat sesudah makan. meningkatkan nafsu makan c. Mengidentifikasi defisiensi c. Kaji riwayat nutrisi d. Dapat memberikan nutrisi yang d. Manajemen nutrisi seimbang pada klien e. Makan sedikit dapat menurunkan e. Anjurkan makan sedikit-sedikit tapi kelemahan. sering dan modifikasi waktu penyajian makanan

3. Diagnosa Keperawatan : Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, kerusakan jaringan (luka operasi) Intervensi Keperawatan : INTERVENSI a. Bersihkan lingkungan secara rutin. b. Batasi jumlah pengunjung. c. Ajarkan cara mencuci tangan kepada pasien dan keluarga. d. Gunakan sabun anti mikroba untuk cuci tangan. e. Gunakan sarung tangan dalam setiap tindakan. f. Berikan cairan dan istirahat yang cukup. RASIONAL a. Menghindari tumbuhnya kuman ataupun bakteri b. Meminimalkan pembawa agent c. Meminimalkan terjadinya infeksi nosokomial d. Sabun anti mikroba dapat

membunuh bibit penyakit e. Sebagai alat pengamanan diri dari penularan penyakit f. Agar terbentuk fisik yang kuat dan tahan dari agent

g. Atur pemberian antibiotik.

g. Agar tidak terjadi overdosis atau resistensi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Nucleus Precise News Letter. Jakarta NANDA. 2001. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification. Philadelphia Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, Vol 2. EGC: Jakarta Williams, L.S., Hopper, P.D. 2003. Understanding Medical Surgical Nursing, Second edition. F.A Davis Company : Philadelphia

You might also like