You are on page 1of 2

PENATALAKSANAAN PASIEN ODS MIOPIA Dibuat oleh: Mustika CS,Modifikasi terakhir pada Tue 15 of Mar, 2011 [23:28 UTC]

ABSTRACT Miopia merupakan kelainan refraksi mata, dimana dalam keadaan mata tidak berakomodasi, sinar datang sejajar dari jarak tak terhingga difokuskan di depan retina. Miopia dapat dibedakan menjadi miopia sangat ringan, ringan, sedang dan berat berdasarkan ukuran dioptri setelah dikoreksi dengan lenssa sferis negatif. Pada pasien ini didapatkan keluhan mata kanan dan kiri kabur saat melihat jauh dan visus mata kanan 6/15 UCVA dan kiri 6/12 UCVA, yang mengarah ke diagnosis miopia pada kedua mata. Penatalaksanaan yang diberikan berupa koreksi dengan kacamata sferis negatif OD -1,5D dan OS -1,0D. Edukasi pasien diharapkan jika membaca dalam jarak 30 cm, dan menghindari membaca di tempat yang redup serta kontrol 1 tahun sekali. Keywords: kelainan refraksi, miopia. KASUS Wanita, 24 tahun, datang dengan keluhan kedua mata kabur jika melihat jauh sejak 6 bulan yang lalu. Terlihat jelas jika melihat benda dari jarak dekat. Pasien sering membaca di tempat yang redup dan cenderung menyipitkan mata jika untuk melihat jauh. Pasien belum pernah memeriksakan diri sebelumnya, riwayat keluhan serupa dalam keluarga disangkal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan, kondisi umum baik, kesadaran composmentis. Pemeriksaan subyektif, visus OD 6/15 UCVA dan OS 6/12 UCVA. Dilakukan koreksi visus dengan trial lens diperoleh hasil pada mata kanan Syp (-1,5) 6/6 dan pada mata kiri Syp (-1,0) 6/6. DIAGNOSIS ODS miopia ringan TERAPI Pemakaian kacamata sferis negatif OD -1,5D dan OS -1,0D. Edukasi pasien diharapkan jika membaca dalam jarak 30 cm, dan menghindari membaca di tempat yang redup serta kontrol 1 tahun sekali. DISKUSI Miopia atau rabun jauh adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar akan dibiaskan pada suatu titik di depan retina pada mata tanpa akomodasi. Miopia dapat terjadi karena ukuran bola mata yang relatif panjang atau karena indeks bias media yang tinggi. Pada penderita miopia, keluhan utamanya adalah penglihatan yang kabur saat melihat jauh, tetapi jelas untuk melihat dekat. Kecendrungan penderita untuk menyipitkan mata waktu melihat jauh untuk mendapatkan efek pinhole agar dapat melihat dengan lebih jelas. Dalam menegakkan diagnosis miopia, harus dilakukan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan yang dilakukan dengan pemeriksaan refraksi subjektif dan objektif, setelah diperiksa adanya visus yang kurang dari normal tanpa kelainan organik. Penatalaksanaan penderita miopia dapat dikoreksi dengan menggunakan kacamata, kontak lensa atau melalui operasi. Terapi terbaik pada miopia adalah dengan penggunaan kacamata atau kontak lensa yang akan mengkompensasi panjangnya bola mata dan akan memfokuskan sinar yang masuk jatuh tepat di retina. Kacamata (Lensa Konkaf) Koreksi miopia dengan kacamata, dapat dilakukan dengan menggunakan lensa konkaf (cekung/negatif) karena berkas cahaya yang melewati suatu lensa cekung akan menyebar. Bila permukaan refraksi mata mempunyai daya bias terlalu tinggi atau bila bola mata terlalu panjang seperti pada miopia, keadaan ini dapat dinetralisir dengan meletakkan lensa

sferis konkaf di depan mata. Lensa cekung yang akan mendivergensikan berkas cahaya sebelum masuk ke mata, dengan demikian fokus bayangan dapat dimundurkan ke arah retina (Guyton, 1997). Lensa kontak Lensa kontak dari kaca atau plastik diletakkan dipermukaan depan kornea. Lensa ini tetap ditempatnya karena adanya lapisan tipis air mata yang mengisi ruang antara lensa kontak dan permukaan depan mata. Sifat khusus dari lensa kontak adalah menghilangkan hampir semua pembiasan yang terjadi dipermukaan anterior kornea, penyebabnya adalah air mata mempunyai indeks bias yang hampir sama dengan kornea sehingga permukaan anterior kornea tidak lagi berperan penting sebagai dari susunan optik mata. Sehingga permukaan anterior lensa kontaklah yang berperan penting. Cara operasi pada kornea, yaitu : 1. Radial keratotomy (dengan pisau) yaitu operasi dengan menginsisi kornea perifer sehingga kornea sentral menjadi datar. Hal ini menyebabkan sinar yang masuk ke mata menjadi lebih dekat ke retina. 2. Excimer laser (PRK) yaitu merupakan prosedur bedah refraksi dengan cara mengupas lapisan luar kornea (epitel) kemudian menipiskan lapisan stroma dengan sinar laser. Lapisan luar kornea (epitel) akan tumbuh kembali dalam beberapa hari. 3. Keratomileusis (LASIK/LASEK) yaitu bila kornea yang terlalu cembung di insisi kemudian dikurangi kecembungannya dan dilengketkan kembali. Pada PRK/LASEK, lapisan epitelium pada kornea diambil dan dibuang sebelum laser ditembakkan ke mata. Karena PRK tidak membutuhkan sayatan permanen pada lapisan epitelium, namun lapisan epitelium dibuang dan dibiarkan tumbuh dengan sendirinya, maka struktur kornea lebih stabil dibandingkan LASIK. Prosedur ini berbeda dengan LASIK, dimana bagian epitelium kornea dibuat suatu sayatan / flap dengan menggunakan mikrokeratome (pisau bedah halus), untuk menghasilkan sayatan / flap pada kornea setebal 100 hingga 180 micrometer sebelum laser ditembakkan ke mata, yang nantinya sayatan akan ditutup dan menyatu kembali dengan sendirinya oleh lapisan yang diambil sebelumnya. Untuk rasa sakit yang ditimbulkan, PRK menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan LASIK, dikarenakan pengambilan lapisan epitelium dilakukan secara keseluruhan. Pada pasien ini dianjurkan untuk memakai kacamata untuk memperbaiki tajam penglihatannya, dengan pertimbangan lebih mudah pemakaian dan perawatannya dibandingkan dengan pemakaian kontak lensa. Karena jenis miopia pasien yang masih tergolong ringan dan dengan perbedaan minus yang tidak terlalu besar pada kedua mata, maka koreksi miopia dengan kacamata sudah cukup. Selain itu, pasien disarankan untuk menghindari perilaku membaca di tempat yang redup. KESIMPULAN Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan pasien didiagnosis dengan OD/S miopia dan diterapi dengan penggunaan kacamata dengan lensa sferis (negatif) OD syp (-1,5) 6/6 dan OS syp (-1,0) 6/6. Penatalaksanaan yang diberikan kepada pasien ini sudah sesuai dengan penatalaksanaan pada pasien miopia. DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. Vaoughan et all, 2000, Optalmology Umum, Edisi 14, Widya Medika. Ilyas, S., 2007. Ilmu penyakit Mata. Edisi Ke-3. Jakarta, FK UI. Curtin. B., J., 2002. The Myopia. Philadelphia Harper & Row. p.348-381.

You might also like