You are on page 1of 18

ANALISIS STRUKTURAL TERHADAP ANTOLOGI CERPEN SI RANGKA KARYA RIJONO PRATIKTO

USULAN PENELITIAN Diajukan untuk dipertahankan dalam Ujian Sidang Ragangan Skripsi Sastra Indonesia

Oleh : Saraswati Hiendarani


180110080016

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2012

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

: Makna yang Terkandung dalam Antologi Cerpen Si Rangka Karya Rijono Pratikto

Nama NPM Jurusan

: Saraswati Hiendarani : 180110080016 : Sastra Indonesia

Jatinangor, Maret 2012

Disetujui, Ketua Program Studi Sastra Indonesia Unpad, Koordinator Bidang Kajian Sastra,

Tatang Suparman, M. Hum. NIP 196606061998021001

Drs, M. Irfan H, M. Hum. NIP 19730303200501100

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah karya sastra dapat dijadikan sebagai objek penelitian. Bahan yang digunakan untuk penelitian ini berupa teks. Namun begitu, tidak semua teks dapat disebut sebagai karya sastra. Surat dan naskah pidato merupakan sebuah teks, namun keduanya tidak masuk dalam kategori karya sastra. Teks yang dapat dikategorikan sebagai teks sastra adalah, pertama, teksteks yang tidak melulu disusun untuk tujuan komunikasi praktis dan sementara waktu, kedua, teks-teks yang mengandung unsur fiksionalitas, ketiga, jika pembacanya mengambil jarak dengan teks tersebut (Suyoto 2007, seperti dikutip Luxemburg dkk., 1992). Teks sastra ini memiliki beberapa genre. Klasifikasi genre didasarkan atas dasar kategori situasi bahasa. Berdasarkan situasi bahasa itulah sastra diklasifikasikan atas teks puisi, teks naratif atau prosa, dan teks drama. Teks puisi adalah teks dibawakan oleh seorang penutur atau aku lirik. Sementara itu, teks drama adalah teks sastra yang situasi bahasanya dialog. Dialoglah yang mendominasi dan menggerakkan keseluruhan unsurunsurnya. Teks naratif adalah teks sastra yang situasi bahasanya berlapis. Artinya, ada situasi pergantian ketika antara pencerita dengan tokoh membawakan teks secara bergantian. Teks naratif disebut pula sebagai teks pencangkokan. Yang dimaksud dengan teks pencangkokan itu yaitu ketika pencerita niencangkokan [sic!] pikirannya Re [sic!] dalam pikiranpikiran [sic!] tokoh. Hal itu tidak bisa berlaku sebaliknya. Hubungan antara pencerita dengan tokoh adalah hubungan yang hierarkis sifatnya. Teks naratif terdiri atas novel dan cerpen. Perbedaan keduanya terletak pada kompleksitas masing-masing. Cerpen kompleksitasnya iebih [sic!] sederhana dlbandingkan [sic!] dengan novel. Novel unsur-unsurnya lebih kompleks sifatnya (Memen, 2003). Cerita pendek merupakan cerita rekaan dan merupakan salah satu bentuk atau ragam karya sastra. Cerita pendek (cerpen) memiliki unsur-unsur yang rapat bertalian antara satu dan yang lainnya. Maka dari itulah cerpen dapat disebut sebagai suatu sistem. Unsur-unsur tersebut yang ada dalam cerpen yakni alur, amanat, gaya bahasa, latar, sudut pandang, tema, dan tokoh.

Tahun 50-an adalah tahun produksi cerpen di Indonesia tumbuh dengan subur. Hal ini dinyatakan oleh Jacob Soemardjo dalam esai Mencari Tradisi cerpen Indonesia yang ditulisnya pada tahun 1975. Pada dekade tersebut, menurut Soemardjo, banyak bermunculan karya yang menakjubkan. Tokoh yang berperan dalam karya-karya tersebut, oleh pengarang, sengaja dieksplorasi kekacauan pikirannya sehingga menimbulkan kegelisahan psikologis. Kegelisahan psikologis inilah yang kemudian dapat menimbulkan perilaku si tokoh menjadi liar, aneh, dan juga tak terduga. Pengarangpengarang yang karyanya menakjubkan tersebut adalah A. A. Navis, Bokor Hutasuhut, Mahbud Djunaedi, Subagyo Sastrowardoyo, Sukanto S. A, dan sederet nama lainnya, termasuk Rijono Pratikto. Pada tahun 1969, Pratikto mengajar Ilmu Komunikasi di almamaternya sendiri, yakni Fakultas Publisistik/Ilmu Komunikasi. Rumahnya yang berada di Gang Haji Nawawi 124D/136D, Bandung, dirobohkan buldoser pada tahun 1986. Kemudian atas saran dekannya, ia beserta keluarganya pindah ke kompleks Perumahan Dosen Unpad, di Bukit Dago, utara kota Bandung. Karena diisukan sebagai anggota Lekra, maka ia dipecat sebagai dosen. Tidak hanya dipecat dari kedudukannya sebagai dosen, dua karyanya yang berjudul Api dan Si Rangka menjadi barang bacaan yang dilarang ketika itu. Kehidupan semasa kecilnya pun tak kalah tragis. Pratikto lahir di Ambarawa, Jawa Tengah, pada tahun 27 Agustus 1932. Ia merupakan anak sulung dari tiga bersaudara. Ketika sedang terjadi huru-hara mempertahankan kemerdekaan, ayah Pratikto, yang pada saat zaman kedudukan Belanda berpangkat komisaris, hilang entah kemana. Rumah Pratikto hangus terbakar.

Oleh sebab itu maka ia beserta ibu dan kedua saudaranya pergi mengungsi ke rumah neneknya di Tegaldi sinilah Pratikto dapat menyelesaikan sekolah menengah pertamanya. Setelah Pratikto tamat sekolah menengah atas di Semarang, ia melanjutkan kuliahnya di Institut Teknologi Bandung, jurusan Teknik Bangunan, pada tahun 1951. Karena prestasinya, ia kuliah dengan ikatan dinas sebesar Rp 325,00 tiap bulan. Namun sayangnya, pada tahun 1955, ikatan dinasnya diputus sehingga ia harus mencari uang pengganti untuk biaya hidupnya sehari-hari. Beruntung ia mendapatkan tawaran menulis di majalah Prosa. Majalah Prosa inilah yang kemudian memuat cerpennya yang berjudul Perjalanan Malam. Cerpen ini dimuat dalam nomor perdana. Karena alasan biaya, ia tidak dapat melanjutkan kuliahnya, dan kemudian memutuskan bekerja di pabrik Tegel di Bandung. Pratikto adalah salah satu dari sekian banyaknya pengarang cerpen di Indonesia. Api adalah salah satu cerpen Pratikto yang pertama kali dimuat oleh mingguan Mimbar Indonesia pada tahun 1949. Setelah itu, Pratikto mengirimkan karyanya yang lain-lain ke majalah-majalah dan surat kabar ibu kota, seperti Aneka, Gelanggang/Siasat, Kisah, Prosa, Roman, Seni, Visuil, Warta Bandung, dan Zenith. A. Rossidhy (Rijono Pratikto, dalam Star No. 522-31 Des. 55), dan Esma (Pengarang dengan daja fantasi jang luar biasa, dalam B. M. Muda Th. I No. 3 Desember 1959) menyatakan bahwa gaya penceritaan Pratikto sama dengan gaya penceritaan Idrus. Mereka melihat kemiripan gaya tersebut pada cerita pendek Pratikto yang berjudul Api. Pengaruh Idrus dalam diri

Pratikto sangat kuat, sampai-sampai Esma mengatakan bahwa kita akan sulit untuk percaya bahwa yang menulis cerita Api bukanlah Idrus, melainkan Pratikto. Bukan hanya gaya yang setipe dengan Idrus, namun ternyata, menurut Rossidhy, daya fantasi yang gila, dan kalimat-kalimat yang tajam juga. Pratikto memang benar-benar sangat terpengaruh oleh Idrus. Kalimat-kalimat yang dipakai Pratikto dalam membangun ceritanya begitu biasa, bahkan terlalu biasa. Meskipun kalimat yang dipakai tersebut sederhana, tapi cukup kuat untuk membuat pembaca menjadi tegang (lebih jauh, lihat A. Rossidhy, Rijono Pratikto, dalam Star No. 522-31 Des. 55). Buku kumpulan cerpen Pratikto yang pertama, Api dan Cerita-Cerita Pendek Lain, diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1951. Bukunya yang pertama ini terbit ketika ia masih duduk di bangku sekolah menengah umum di Semarang. Bukunya yang kedua, juga berupa kumpulan cerita pendek, Si Rangka dan Beberapa Cerita Pendek Lain (selanjutnya disingkat menjadi Si Rangka), diterbitkan oleh Pembangunan pada tahun 1957. Buku kumpulan cerpen Pratikto Si Rangka memuat 12 cerita. Kumpulan cerpen ini oleh H. B. Jassin disebut sebagai cerita seram (Rampan, 1997: 137). Cerita seramnya inilah yang menjadi bukti bahwa Pratikto telah berhasil membangun suasana tegang dan perasaan ngeri pembaca hingga ke ujung cerita. Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda-beda untuk yang dinamakan seram. Berdasarkan dari hasil pembacaan antologi Si Rangka, peneliti mendapatkan kesimpulan bahwa Pratikto seolah ingin menunjukkan

bahwa seram bukanlah mengenai sesuatu yang gaib, yang berhubungan dengan hantu, melainkan perilaku tokoh yang bersangkutan. Berdasarkan dari 12 cerpen yang ada dalam antologi Si Rangka, peneliti hanya mengambil enam cerpen untuk dijadikan bahan penelitian. Cerpencerpen tersebut adalah Si Rangka, Pada Sebuah Lukisan, Melia, Pembalasan Pada Manusia, Tawanan yang Lari, dan Tangan. Tokohtokoh yang berperan dalam keenam cerpen ini memiliki perilaku yang aneh, liar, dan tidak terduga. Perilaku-perilaku ini ditimbulkan oleh kegelisahan. Sedangkan kegelisahan itu sendiri muncul karena rasa takut berlebih terhadap sesuatu yang tidak berwujud. Peneliti berusaha untuk menguraikan enam struktur cerpen yang termuat dalam antologi Si Rangka ini. Tidak hanya strukturnya saja, melainkan juga makna dan perkembangan tokoh yang terkandung di dalamnya. Dengan menggunakan metode strukturalisme Zvetan Todorov, maka tujuan peneliti untuk menguraikan struktur, makna, dan perkembangan tokoh dapat terlaksana. Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan untuk menguraikan tiga hal tersebut. Tiga aspek itu adalah aspek sintaksis, semantik, dan yang terakhir aspek verbal.

1.2 Identifikasi Masalah Untuk menspesifikkan kajian, peneliti membatasi kajian pada masalahmasalah berikut ini: 1. Bagaimanakah struktur antologi cerpen Si Rangka karya Rijono Pratikto?

2. Bagaimanakah perkembangan tokoh-tokoh dalam antologi cerpen Si Rangka karya Rijono Pratikto? 3. Makna apa yang terkandung dalam antologi cerpen Si Rangka karya Rijono Pratikto?

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam melakukan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui struktur antologi cerpen Si Rangka karya Rijono Pratikto. 2. Mengetahui penyebab tokoh-tokoh dalam antologi cerpen Si Rangka karya Rijono Pratikto memiliki perasaan takut terhadap sesuatu yang tidak berwujud. 3. Dapat memperlihatkan perkembangan tokoh-tokoh dalam antologi cerpen Si Rangka karya Rijono Pratikto.

1.4 Manfaat Penelitian Berikut adalah manfaat yang dapat diperoleh melalui karya ilmiah ini : 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan. 2. Manfaat Praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi penelitian karya sasta Indonesia, dan membantu pembaca dalam memahami

bagaimana cara menemukan makna yang terkandung di dalam antologi cerpen.

1.5 Metode Penelitian Metode analisis struktural yang dikemukakan oleh Tzvetan Todorov melingkupi tiga aspekyang dalam penganalisisan, ketiga aspek ini haruslah dipertimbangkan. Ketiga aspek itu yakni sintaksis, semantik, dan verbal. Semuanya bekerja secara bersama dalam sebuah kesatuan struktur. Pada dasarnya, aspek sintaksis merupakan konfigurasi yang dapat membentuk struktur naratif teks. Aspek sintaksis ini dapat juga disebut dengan hubungan in praesentia (hubungan yang hadir bersama) atau hubungan sintagmatik. Karya sastra merupakan sebuah bentukan teks yang terdiri dari kalimat panjang. Todorov kemudian mengusulkan, sebagai langkah pertama dalam penganalisisan, menguraikan kalimat panjang tersebut sehingga menjadi satuansatuan naratif terkecil berupa sekuen. Melalui analisis ini, akan diperlihatkan bagaimana alur dan pengaluran sebuah prosa. Alur ini sendiri diperlihatkan melalui analisis fungsi utama dan pengalurannya melalui analisis sekuen-sekuen. Setelah kalimat panjang itu diuraikan sehingga menjadi satuan-satuan naratif terkecil, langkah selanjutnya adalah menentukan susunan. Susunan ini bersifat logis (sebab-akibat), temporal (kronologis/menurut urutan waktu), dan spasial (berkenaan dengan ruang atau tempat). Setelah aspek sintaksis dilakukan, maka yang harus dikerjakan selanjutnya adalah menentukan makna karya yang dianalisis. Pada bagian inilah aspek semantik bekerja. dua jenis masalah semantik, yaitu masalah formal dan substansial: bagaimana teks mengemukakan makna, dan apakah maknanya?

(Todorov, 1985:13). Berbeda dengan aspek sintaksis yang disebut dengan hubungan in praesentia, hubungan yang hadir bersama, aspek semantik ini meliputi hubungan unsur-unsur yang hadir dan yang tidak hadir (in absentia). Aspek ini disebut juga dengan hubungan paradigmatik. Analisis tokoh dan latar dapat diperoleh melalui analisis aspek semantik, dan dari sinilah dapat diketahui mengenai bagaimana pikiran-pikiran tokoh dan fungsi latar dalam prosa secara keseluruhan. Aspek verbal dikelompokkan menjadi tiga kategori, yakni kategori modus, kala, dan sudut pandang. Kategori modus merupakan tingkat kehadiran peristiwa yang diceritakan. Peristiwa itu oleh Genette, dibagi menjadi dua, yakni peristiwa kejadian (narrative of event) dan peristiwa ujaran (narrative of words). Penceritaan merupakan tutur kata yang terjadi di dalam sebuah cerita. Menurut Rosmayati (2004:22), pada umumnya tutur kata yang ada dalam cerita terbagi menjadi dua jenis, yakni wicara pencerita dalam dan wicara pencerita luar. Wicara pencerita luar dibagi menjadi dua tipe. Pertama adalah wicara alihan, dan jenis wicara pencerita luar yang kedua adalah wicara yang dinarasikan. Aspek kala dapat menghubungkan dunia wacana dengan dunia fiksi (Todorov, 1985: 27). Todorov membagi aspek kala ini dalam tiga jenis hubungan, yaitu hubungan berdasarkan urutan waktu, tempo, dan frekuensi. Sudut pandang merupakan cara yang dipergunakan oleh pengarang sebagai media untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah cerita rekaan kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2000:248). Ada empat tipe sudut pandang yang dapat digunakan oleh pengarang dalam karyanya. Empat tipe tersebut adalah, sudut pandang orang

pertama sentral, sudut pandang orang pertama sebagai pembantu, sudut pandang orang ketiga mahatahu, sudut pandang orang ketiga terbatas. Dalam pelaksanaannya, banyak dijumpai karya fiksi yang sudut pandangnya

mempergunakan sudut pandang campuran, bahkan ada pula yang menggunakan lebih dari satu sudut pandang.

1.6 Tinjauan Pustaka Karya Rijono Pratikto sendiri sebelumnya sudah pernah diteliti oleh H. B. Jassin. Penelitian mengenai Pratikto ini terdapat dalam buku Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei III karya Jassin. Diterbitkan oleh Gramedia pada 1985. Objek yang diteliti olehnya adalah dua buku Pratikto, Api dan Beberapa Cerita Pendek Lain, dan Si Rangka. Jassin menyoroti semua cerita pendek yang ada dalam antologi Si Rangka. Tulisan Jassin ini berjudul Rijono Pratikto, Pengarang Cerita Serem. Jassin menerangkan, Pratikto menggambarkan secara teliti bagaimana tokoh utama membunuh tokoh lain yang ada dalam cerita Pada Sebuah Lukisan. Tidak hanya itu saja, Jassin juga menyinggung tentang tulisan Ajip Rosidi dalam buku Cerita Pendek Indonesia. Rosidi membandingkan cerita Pada Sebuah Lukisan dengan cerita Poe Kucing Hitam, yang sama-sama mengisahkan kekejaman. Jassin mengatakan bahwa di dalam cerpen Melia sulit untuk memetik sesuatu. Cerpen Melia mengisahkan tentang seorang pengarang wanita yang perasa, seorang penulis cerita dan penyair. Karena mengunjungi rumah buta, ia dikejar-kejar mimpi bahwa anaknya akan cacat. Dan betul saja, anaknya lahir cacat dan meninggal. Tidak dikatakan cacat apa, buta, tuli, tak punya

kaki dan tangan, dempet, ataukah punya tiga buah dada, seperti yang dimimpikannya berturut-turut. Tentang cerita Kepercayaan Seorang Rakyat, Jassin mengatakan bahwa apa yang dianggap sebagai penyakit rakyat dalam cerpen ini, tentang sebuah kepercayaan, tidak dapat disembuhkan. Justru telah menambah penyakit tukang sate, salah satu tokohnya, yang dengan sengaja berbohong dan mengatakan bahwa dagangannya belum laku, padahal dia hanya menunggui dagangan kawannya. Selain Jassin, Acep Iwan Saidi juga pernah membahas karya Pratikto. Pembahasan mengenai karya Pratikto ini dimuat dalam buku Matinya Dunia Sastra, karya Acep Iwan Saidi. Judul tulisannya adalah Si Rangka Riyono Pratikto, Biografi Horor. Buku ini diterbitkan oleh Pilar Media pada 2006. Saidi menerangkan bahwa teknik yang digunakan Pratikto untuk mengakhiri ceritanya Pada Sebuah Lukisan, sangat bagus. Akhir cerita adalah kejutan: tokoh bekas pejuang berubah menjadi macan di hadapan pelukis. Penceritaan masa lalu oleh tokoh pejuang menjadi semacam cara Rijono untuk memperkenalkan karakteristik tokoh tersebut.

1.7 Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian karya sastra ini adalah buku antologi cerpen Si Rangka karya Rijono Pratikto. Buku ini merupakan cetakan kedua, dan diterbitkan oleh Pembangunan pada tahun 2002.

1.8 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, sumber data, dan sistematika penulisan.

LAMPIRAN OUTLINE

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Identifikasi Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Manfaat Penelitian 1.5 Metode Penelitian 1.6 Tinjauan Pustaka 1.7 Sumber Data 1.8 Sistematika Penulisan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Strukturalisme Naratologi 2.1.1 Tvzetan Todorov 2.1.2 Aspek Sintaksis 2.1.3 Aspek Semantik 2.1.3.1 Tokoh 2.1.3.2 Latar 2.1.4 Aspek Verbal 2.1.4.1 Kategori Modus 2.1.4.2 Kategori Kala 2.1.4.3 Sudut Pandang BAB III MAKNA YANG TERKANDUNG DALAM ANTOLOGI CERPEN SI RANGKA KARYA RIJONO PRATIKTO 3.1 Asal usul Cerpen 3.2 Struktur Cerpen 3.3 Sinopsis 3.3.1 Cerpen Si Rangka

3.3.2 Cerpen Pada Sebuah Lukisan 3.3.3 Cerpen Melia 3.3.4 Cerpen Pembalasan Pada Manusia 3.3.5 Cerpen Tawanan yang Lari 3.3.6 Cerpen Tangan 3.4 Analisis Cerpen 3.4.1 Cerpen Si Rangka 3.4.1.1 Aspek Sintaksis 3.4.1.1.1 Struktur Alur 3.4.1.1.2 Struktur Pengaluran 3.4.1.2 Aspek Semantik 3.4.1.2.1 Tokoh 3.4.1.2.2 Latar 3.4.1.3 Aspek Verbal 3.4.1.3.1 Kategori Modus 3.4.1.3.2 Kategori Kala 3.4.1.3.3 Kategori Sudut Pandang 3.4.2 Cerpen Pada Sebuah Lukisan 3.4.2.1 Aspek Sintaksis 3.4.2.1.1 Struktur Alur 3.4.2.1.2 Struktur Pengaluran 3.4.2.2 Aspek Semantik 3.4.2.2.1 Tokoh 3.4.2.2.2 Latar 3.4.2.3 Aspek Verbal 3.4.2.3.1 Kategori Modus 3.4.2.3.2 Kategori Kala 3.4.2.3.3 Kategori Sudut Pandang 3.4.3 Cerpen Melia 3.4.3.1 Aspek Sintaksis 3.4.3.1.1 Struktur Alur 3.4.3.1.2 Struktur Pengaluran 3.4.3.2 Aspek Semantik 3.4.3.2.1 Tokoh 3.4.3.2.2 Latar 3.4.3.3 Aspek Verbal 3.4.3.3.1 Kategori Modus 3.4.3.3.2 Kategori Kala 3.4.3.3.3 Kategori Sudut Pandang 3.4.4 Cerpen Pembalasan pada Manusia 3.4.4.1 Aspek Sintaksis 3.4.4.1.1 Struktur Alur 3.4.4.1.2 Struktur Pengaluran 3.4.4.2 Aspek Semantik 3.4.4.2.1 Tokoh 3.4.4.2.2 Latar

3.4.4.3 Aspek Verbal 3.4.4.3.1 Kategori Modus 3.4.4.3.2 Kategori Kala 3.4.4.3.3 Kategori Sudut Pandang 3.4.5 Cerpen Tawanan yang Lari 3.4.5.1 Aspek Sintaksis 3.4.5.1.1 Struktur Alur 3.4.5.1.2 Struktur Pengaluran 3.4.5.2 Aspek Semantik 3.4.5.2.1 Tokoh 3.4.5.2.2 Latar 3.4.5.3 Aspek Verbal 3.4.5.3.1 Kategori Modus 3.4.5.3.2 Kategori Kala 3.4.5.3.3 Kategori Sudut Pandang 3.4.6 Cerpen Tangan 3.4.6.1 Aspek Sintaksis 3.4.6.1.1 Struktur Alur 3.4.6.1.2 Struktur Pengaluran 3.4.6.2 Aspek Semantik 3.4.6.2.1 Tokoh 3.4.6.2.2 Latar 3.4.6.3 Aspek Verbal 3.4.6.3.1 Kategori Modus 3.4.6.3.2 Kategori Kala 3.4.6.3.3 Kategori Sudut Pandang 3.5 Makna Keseluruhan Cerpen BAB IV KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Daftar Pustaka

Durachman, Memen. 2003. Kajian Prosa Fiksi Indonesia: Satuan Acara Perkuliahan dan Handout. Bandung: UPI Esma. Pengarang dengan daja fantasi jang luar biasa, B. M. Muda, Th. 1 No 3 (Desember, 1959). Hartoko, Dick dan B. Rahmanto. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta: Kanisius, 1986. Iwan Saidi, Acep. Matinya Dunia Sastra. Cetakan 1. Yogyakarta: Pilar Media, 2006. Jassin, H.B. Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei III. Jakarta: PT Gramedia, 1967. Kurniawan, Heru. Analisis Teks Sastra Mengungkap Makna, Estetika, Dan Ideologi Dalam Perspektif Teori Formula, Semio. Kutha Ratna, Nyoman. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004. Pratikto, Rijono. Si Rangka. Cetakan kedua. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 2002. Rosidi, Ajip. Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia. Bandung: Cikapundung, 1969. Rossidhy, A. Rijono Pratikto, Star, 522-31 (Desember, 55). Sudjiman, Panuti. DR. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 1988. Teew, A. Sastra dan Ilmu Sastra. Cetakan pertama. Bandung: Dunia Pustaka Jaya, 1984. Van Luxemburg, Jan. Mike Bal dan Willem g. Westeinjn. Tentang Sastra. Terj. Akhadiati Ikram. Jakarta: PT Gramedia, 1992. Wellek, Rene dan Austin Warren. Teori Kesusastraan. Terj. Melani Budianta. Jakarta: PT Gramedia, 1989.

Daftar Referensi Internet: Layun Rampan, Korrie. Aliran-Jenis Cerita Pendek. Jakarta: PT Balai Pustaka, 1997 http://books.google.co.id/books?id=J347W9_mFnQC&pg=PA137&lpg=PA137&dq=sas tra+gotik+indonesia&source=bl&ots=A2XMie42Fc&sig=F2Ka-3B5c8OHQlhUNMK3MD6e_E&hl=id&ei=pxugTrXvENHhrAeM4smOAw&sa=X&oi=book_result &ct=result&resnum=9&ved=0CE8Q6AEwCA#v=onepage&q=sastra%20gotik%20indo nesia&f=false http://www.psikologizone.com/teori-sigmund-freud/06511598 http://sasindo2010uns.blogspot.com/2011/05/psikoanalisis-sastra.html http://andlovephobe.blogspot.com/2010/03/psikoanalisis.html

You might also like