You are on page 1of 15

A. JUDUL Pengaruh Penggunaan Tepung Biji Bunga Matahari (Helianthus annuus L.

) dalam Pakan terhadap Kadar Lemak dan Kolesterol Daging Ayam Broiler B. LATAR BELAKANG MASALAH Kelebihan energi dalam tubuh ayam akan disimpan dalam bentuk lemak, sedangkan metabolisme pembentukan lemak tersebut membutuhkan banyak energi, maka secara tidak langsung terjadi pemborosan energi ransum. Sedangkan penimbunan lemak abdomen termasuk kedalam hasil ikutan, merupakan penghamburan energi dan pengurangan berat karkas, karena lemak tersebut dibuang pada waktu pengolahan. Lemak abdomen merupakan salah satu komponen lemak tubuh, yang terdapat dalam rongga perut. Penilaian karkas ternak didasarkan pada berat karkas dan tingkat perlemakan tubuh. Karkas yang baik adalah mengandung daging yang baik, ikutan yang rendah dan kadar lemak tidak terlalu tinggi, yang semua itu sangat dipengaruhi oleh makanan dan pengelolaan. Sesuai pendapat Summers et al. (1965) bahwa pengaruh makanan ternyata paling menonjol terhadap kadar lemak tubuh, dilanjutkan oleh Scott et al. (1982) bahwa ayam tidak sepenuhnya mengadaptasikan diri terhadap konsumsi energi terutama energi makanan, konsumsi secara berlebihan akan diikuti dengan tingginya deposisi lemak. Dalam penentuan keberhasilan usaha peternakan dipengaruhi oleh tiga faktor penting, yaitu bibit, pakan dan manajemen. Pakan merupakan faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan usaha peternakan terutama ayam pedaging yaitu sekitar 60 70 %. Oleh karena itu, pakan yang digunakan harus memenuhi semua kebutuhan zat makanan ayam, selain itu tidak mengandung zat-zat kimia yang berbahaya bagi ternak maupun konsumen yang akan mengkonsumsi hasil ternak. Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan produksi yang optimal, rendah tingkat kontaminasi mikrobia patogen dan residu senyawa kimia sintetik serta mengandung protein dan -karoten yang tinggi (Santoso dkk, 2008). Kuaci merupakan sumber lemak sehat (tak jenuh) hampir 90%, vitamin, antioksidan, mineral, protein dan fitokimia yang sangat baik. Selain itu, biji bunga matahari mengandung lemak tak jenuh ganda (asam linoleat) dan tunggal (asam oleat), jenis lemak

yang melindungi jantung. Studi klinis menunjukkan, makanan tinggi lemak tak jenuh lebih baik daripada makanan rendah lemak, karena meningkatkan HDL (kolesterol baik) dan menurunkan LDL (kolesterol jahat). Kuaci berasal dari biji tanaman bunga matahari. Tanaman yang berasal dari Meksiko dan Peru ini kemudian menyebar sejak tahun 1700 ke banyak negara. Tanaman bunga tersebut kemudian dibudidayakan secara besar-besaran di Jerman, Perancis, Rumania, Bulgaria, Rusia, Hongaria dan Amerika Serikat. Biji bunga matahari juga merupakan sumber vitamin E terkaya; seperempat gelas biji bunga matahari memberikan 90,5% dari kebutuhan harian vitamin E. Vitamin E adalah antioksidan dan anti radang; mengurangi gejala asma, osteoartritis dan rematoid arthritis, yang utamanya dipengaruhi oleh radikal bebas dan radang. Asupan vitamin E yang cukup dapat menurunkan risiko berkembangnya plak pada pembuluh darah dan kanker kolon. Juga dapat mengurangi keparahan dan frekuensi rasa panas (hot flush) yang dialami wanita menopause dan komplikasi diabetes. Selain itu, kuaci juga banyak mengandung mineral bermanfaat; seperti fosfor (705-755 mg/l00 g), kalium (648-689 mg/100 g), kalsium (54116 mg/100 g), natrium (3-99 mg/100 g), besi (6,77-7,28 mg/100 g), dan tembaga (0,691,75 mg/100 g). Nutrisi yang tidak kalah pentingnya dalam kuaci bunga matahari adalah fitosterol, salah satu fitokimia. Jika dikonsumsi dalam jumlah memadai, terbukti dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah, menyehatkan jantung, meningkatkan respon imun dan menurunkan risiko beberapa jenis kanker. Sebuah penelitian menunjukkan, dari 27 kacangkacangan dan biji-bijian yang paling sering dikonsumsi di AS, biji bunga matahari dan pistachio memiliki fitosterol tertinggi (270-289 mg/100 gr). Berdasarkan uraian diatas serta belum adanya penelitian tentang pemanfaatan biji bunga matahari untuk pakan ternak maka peneliti tergerak untuk meneliti pengaruh penggunaan biji bunga matahari dalam pakan terhadap kadar lemak dan kolesterol daging ayam broiler. C. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh penggunaan tepung biji bunga matahari dalam pakan terhadap kadar

lemak dan kolesterol daging ayam broiler ?


2. Bagaimana pengaruh level penambahan tepung biji bunga matahari dalam pakan terhadap

kadar lemak dan kolesterol daging ayam broiler? D. TUJUAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1

Pengaruh penggunaan tepung biji bunga matahari pada pakan ayam pedaging terhadap penampilan ayam pedaging yang meliputi konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan, income over feed cost (IOFC), karkas, kadar lemak dan kolesterol dalam daging

Pengaruh level optimal penggunaan biji bunga matahari matahari pada pakan ayam pedaging terhadap penampilan ayam pedaging yang meliputi konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan, income over feed cost (IOFC), karkas, kadar lemak dan kolesterol dalam daging.

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN Luaran yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Menciptakan dan mendapatkan bahan pakan berupa tepung biji bunga matahari guna

mengurangi kadar lemak dan kolesterol daging ayam broiler yang selanjutnya dapat dipatenkan. 2. Informasi ilmiah tentang hasil penelitian dalam bentuk artikel dan dipublikasi dalam jurnal nasional. F. KEGUNAAN Kegunaan dari penelitian ini adalah:
1.

Mengurangi kadar lemak dan koleterol daging ayam broiler dengan penggunaan

pakan yang efisien berupa tepung biji bunga matahari, sehingga dapat meningkatkan pendapatan peternak.

2.

Sebagai bahan informasi bagi peternak, maupun bagi pihak yang membutuhkan

tentang penggunaan tepung biji bunga matahari sebagai pakan broiler yang mampu mengurani kadar lemak dan kolesterol daging ayam broiler. G. TINJAUAN PUSTAKA Biji bunga matahari (Helianthus annuus L.) Bunga matahari (Helianthus annuus), merupakan tanaman perdu. Rasa lembut, netral. Herba anual (umumya pendek, kurang dari setahun), tegak, berbulu, tinggi 1 3 m. Termasuk tanaman berbatang basah (herbaceus), daun tunggal berbentuk jantung sepanjang 15 sentimeter panjang dan 12 sentimeter lebar dengan gagang daunnya yang panjang kemas tersusun pada batang pokoknya yang keras dan berbulu. Pokoknya setinggi 90 350 cm, berbatang kecil, berbulu kasar dan hampir tidak bercabang. Tanaman ini merupakan tanaman musiman yang memiliki banyak sekali manfaat terutama bijinya. Bunga matahari memiliki taksonomi sebagai berikut : Kingdom Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae (Tumbuhan) : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) : Asteridae : Asterales : Asteraceae : Helianthus : Helianthus annuus L. Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Fitokimia dari tanaman matahari diantaranya : Bunga : quercimeritrin, (flavon glikosida), sianidinmonogiukosida (antosian glikosida), xantofil, kholina, betaina, sapogenin, helianthoside A B C, oleanolic acid, echinocystic acid. Biji : Protein, globuiin, albumin, glutolin, asam amino esensial, Beta sitosterol,prostaglandin E, chlorogenic acid, quinic acid, phytin, dan 3,4 benzopyrene. Dalam 100 g minyak biji bunga matahari: Lemak total: 100, lemak jenuh: 9,8: lemak tidak jenuh: Oleat 11.7 dan linoleat 72.9, cholesterol. Buah : Minyak lemak denga kholina, lesitin, betaina, dan zat samak. Sumsum dari batang dan dasar bunga itu berisi kandungan hemicellulose yang menghambat sarcoma 180 dan Ehrlich ascitic carcinoma pada tikus. (Anonymous, 2008).

Banyak sekali kandungan yang terdapat pada bunga matahari, terutama pada biji bunga matahari yang sering disebut dengan kuaci atau kwaci. Biji bunga matahari juga kaya akan folat dan berbagai mineral seperti magnesium, selenium, tembaga, zinc, kalsium, dan zat besi. Menurut Anonymous, (2008) Kuaci mengandung vitamin B1 (thiamin), vitamin B5, Vitamin E, asam folat, dan berbagai macam mineral seperti mangan, fosfor, selenium, kalium, kalsium, natrium, magnesium, hingga tembaga. Kandungan vitamin E di dalam kuaci membantu menjaga kesehatan kulit (menghaluskan dan membantu regenerasi sel), menyehatkan rambut, dan mata. Tak hanya itu, vitamin E bermanfaat pula untuk meningkatkan detoksifikasi tubuh, mencegah kanker, mengurangi asma, osteoarthritis, rematik, mengurangi resiko terkena kanker usus besar, komplikasi diabetes, dan mengurangi kadar kolesterol jahat (LDL) dalam darah. Sementara itu, magnesium membantu fungsi saraf, mencegah pengeroposan tulang, serta mencegah terjadinya kejang otot. Selenium bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah, mencegah sakit kepala atau migrain, serta dapat mengurangi penyakit jantung dan stroke. Kuaci merupakan sumber lemak sehat (tak jenuh) hampir 90%, vitamin, antioksidan, mineral, protein dan fitokimia yang sangat baik. Selain itu, biji bunga matahari mengandung lemak tak jenuh ganda (asam linoleat) dan tunggal (asam oleat), jenis lemak yang melindungi jantung. Studi klinis menunjukkan, makanan tinggi lemak tak jenuh lebih baik daripada makanan rendah lemak, karena meningkatkan HDL (kolesterol baik) dan menurunkan LDL (kolesterol jahat). Mineral kalsium dan fosfor sangat penting perannya dalam pembentukan massa tulang dan gigi, sehingga bermanfaat untuk mencegah osteoporosis. Keberadaan mineral kalium sangat penting untuk mengimbangi natrium. Kalium bersifat hipotensif, yaitu memiliki efek penurunan tekanan darah.

Sumber: M. J. VILLAMIDE and L. D. SAN JUAN (1997) Tabel 1. Kandungan zat kimia tepung biji bunga matahari Nutrisi yang tidak kalah pentingnya dalam kuaci bunga matahari adalah fitosterol, salah satu fitokimia. Jika dikonsumsi dalam jumlah memadai, terbukti dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah, menyehatkan jantung, meningkatkan respon imun dan menurunkan risiko beberapa jenis kanker. Sebuah penelitian menunjukkan, dari 27 kacangkacangan dan biji-bijian yang paling sering dikonsumsi di AS, biji bunga matahari dan pistachio memiliki fitosterol tertinggi (270-289 mg/100 gr). Ayam Pedaging Ayam pedaging adalah ayam yang efisien dalam menghasilkan daging, karena mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara tepat dan efisien dalam mengubah pakan menjadi daging (Siregar dkk., 1980). Ayam pedaging mempunyai sifat ukuran badannya besar, bentuk badannya lebar, padat dan berisi, efisiensi pakan tinggi dan pertumbuhanya cepat. Ayam pedaging di Indonesia umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan berat antara 1,7-2,0 kg (Muchtadi dan Sugiono, 1992). Masa pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode starter dengan umur 1-3 minggu dan periode finisher dengan umur lebih dari 3 minggu. Penanganan yang baik pada ayam pedaging periode starter akan dapat memaksimalkan produksinya, sebaliknya bila penanganannya buruk produksinya tidak dapat optimal (Anonymous, 2002). Dalam pemeliharaannya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu sistem pemeliharaan yang tepat, menjaga suhu, kelembapan cahaya dan ventilasi kandang, pemberian pakan yang berkualitas dan pencegahan penyakit secara maksimal (Anonymous, 2007).

Salah satu strain ayam pedaging unggul yang ada di Indonesia adalah Lohmann. Ciriciri dari strain ini adalah warna bulu putih, kulit kuning, jengger merah terang serta berkaki pendek dan besar. Berat badan 2,1 kg untuk ayam jantan dan 1,8 kg untuk ayam betina dapat dicapai dalam waktu 35 hari (Anonymous 2007). Kebutuhan Zat Makanan Ayam Pedaging Ayam pedaging membutuhkan zat-zat makanan sebagai bahan untuk tumbuh, berkembang, dan produksi. Oleh karena itu, untuk tercapainya pertumbuhan dan produksi yang maksimal maka zat-zat makanan yang terkandung didalam pakan yang dikonsumsi harus memadai (Suprijatna, 2005). Hal yang perlu diperhatikan dalam pakan adalah kandungan energi, protein, keseimbangan asam amino essensial serta kandungan vitamin dan mineral. (Wahju, 1997). Standar kebutuhan zat makanan ayam pedaging dapat dilihat pada Tabel 2. Energi diperlukan sebagai sumber kekuatan untuk hidup dan berproduksi (Jull, 1951). Kebutuhan energi pada ayam biasanya berdasarkan energi termetabolis (EM), yaitu energi yang didapatkan dari energi bruto yang dikurangi energi dalam feses dan energi dalam urine. Zat makanan yang merupakan sumber energi terbanyak adalah lemak (Tillman dkk., 1984). Namun, menurut Wahju (1997), kandungan lemak yang terlalu tinggi pada pakan akan mengakibatkan penurunan pertambahan bobot badan pada ayam. Hal ini dikarenakan kandungan energi yang terlalu tinggi tersebut tidak diimbangi oleh kandungan zat makanan yang lain. Menurut Perry et. al (2003), masalah yang sering timbul dari pakan yang kandungan lemaknya tinggi adalah ketengikan. Meskipun tidak menyebabkan gangguan nilai nutrisinya secara nyata, ketengikan dapat menurunkan menurunkan nilai energi pakan dan palatabilitas ayam. Tabel 2. Standar kebutuhan zat makanan ayam pedaging Zat Makanan (%) Periode Starter Energi Metabolis (EM) Protein Kasar (PK) Lemak Kasar (LK) 22 5-8 3100 kkal/kg 20 5-8 Finisher 3200 kkal/kg

Serat Kasar (SK) Ca P N K Cl Mn (ppm) Zn (ppm) Arginin Sistin Glisin Histidin Isoleusin Leusin Lisin Metionin Fenilalamin Treonin Triptofan Tirosin Valin

3-5 0.9-1.1 0.7-0.9 0,2 0,3 0,2 60 40 1,25 0.4 1 0,35 0,8 1,2 1,1 0,5 0,72 0,8 0,2 0,62 0,9

3-5 0,9-1,1 0,7-0,9 0,15 0,3 0,15 60 40 1,1 0,34 0,9 0,32 0,73 1,09 1 0,38 0,65 0,74 0,18 0,57 0,82

Sumber : Wahju (1997) Protein adalah zat makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan serta pembentukan dan perbaikan jaringan. Ditambahkan oleh Tillman, dkk. (1984) bahwa protein mempunyai fungsi dalam tubuh sebagai pembangun jaringan dan organ tubuh, menyediakan asam amino serta menyediakan komponen tertentu dari DNA. Ayam yang diberi pakan dengan kandungan protein rendah dapat mengakibatkan menurunnya laju pertumbuhan dan produksi. Dalam pemenuhan kebutuhan protein perlu diperhatikan pula kandungan dan keseimbangan asam amino essensialnya karena selain tidak dapat disintesis dalam tubuh, pakan yang kandungan asam amino essensialnya rendah dan tidak seimbang akan mempengaruhi efisiensi produksi. Hal ini dikarenakan banyak asam amino yang tidak bisa dimanfaatkan (Suprijatna, 2005). Sedangkan vitamin dan mineral dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil, sehingga biasa disebut dengan mikro nutrien. Meskipun demikian akan sangat fatal bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi karena sangat mempengaruhi pertumbuhan, produksi dan kesehatan ayam (Brinckman, 1989).

H. METODE PELAKSANAAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya di Desa Sumber Sekar Kecamatan Dau Kabupaten Malang. Analisis proksimat bahan pakan serta pengolahan biji bunga matahari dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang. Uji kualitas karkas dan pH dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang. Materi Penelitian Pada penelitian ini digunakan DOC ayam pedaging sebanyak 180 ekor yang tidak dibedakan jenis kelaminnya (Straight run atau unsex) dan dipelihara selama 35 hari. Bahan pakan yang digunakan pada penelitian ini adalah konsentrat, bekatul dan jagung yang disusun berdasarkan kebutuhan zat makanan untuk ayam pedaging broiler. Sedangkan

tepung biji bunga matahari pada pakan sesuai dengan perlakuan. Kandungan zat makanan pada masing-masing bahan yang digunakan pada penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 dan susunan pakan basal pada Tabel 2. . Proses pengolahan biji bunga matahri menjadi tepung biji bunga matahri dapat dilihat pada gambar 1 Proses pembuatan tepung biji bunga matahari adalah sbb: Biji Bunga Matahari

Dikeringkan dalam oven selama 24 jam dengan suhu 1050c

Digiling

Tepung Biji Bunga Matahari

Gambar 1.Proses Pembuatan Tepung Biji Bunga Matahari Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sbb:
1. 2.

Kandang battery Tampat pakan dan minum Timbangan digital dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,001 kg Termometer ruang untuk mengukur suhu lingkungan kandang Higrometer untuk mengukur kelembapan udara

3. 4. 5.

Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap Pola Searah. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lima perlakuan yang terbagi menjadi 2 kelompok yaitu : Pakan tanpa penambahan tepung biji bunga matahri, empat macam pakan yang dibedakan atas tingkat penambahan tepung tepung biji bunga matahari sebesar 0,5 %, 1,0 %, 1,5 % dan 2,0% dalam pakan. Setiap perlakuan diulang 4 kali dan setiap ulangan digunakan 5 ekor ayam. Skema perlakuan dapat dilihat pada Gambar 2.

Perlakuan selengkapnya adalah sebagai berikut :

P0 = Pakan tanpa penambahan tepung biji bunga matahri (Pakan Basal) P1 = Pakan basal dengan penambahan TBBMTH 0,5% P2 = Pakan basal dengan penambahan TBBMTH 1,0% P3 = Pakan basal dengan penambahan TBBMTH 1,5% P4 = Pakan basal dengan penambahan TBBMTH 2,0% P5 = Pakan basal dengan penambahan TBBMTH 2,5% Tabel kebutuhan nutrisi Broiler periode starter
EM (kkal/K g) 858 1011 1120 2989 2900

% Bahan Bekatul Jagung Konsentrat Total Standart Kebutuhan 30 30 40 100 100

PK(%) 3,06 2,58 16,4 22,04

LK(%) 2,1 0,78 2,4 5,28

SK(%) 0,9 0,6 2 3,5 3-5%

Ca(%) 0,012 0,006 1,04 1,058 0,91,1%

22% 5-8%

Tabel kebutuhan nutrisi Broiler periode finisher


EM (kkal/K g) 715 1348 980 3043 3100

% Bahan Bekatul Jagung Konsentrat Total Standart Kebutuhan 25 40 35 100 100

PK(%) 2,55 3,44 14,35 20,34

LK(%) 1,75 1,04 2,1 4,89

SK(%) 0,75 0,8 1,75 3,3 3-5%

Ca(%) 0,01 0,008 0,91 0,928 0,91,1

20% 5-8%

Pakan Ayam Pedaging

Tanpa Penambahan tepung biji bunga matahari

Penambahan tepung biji bunga matahari

P0 0%

P1 0,5 %
0,5 %

P2 1,0 %

P3 1,5 %

P4 2,0 %

Ayam Pedaging umur 1-35 hari

Konsumsi Pakan

Konsumsi Pakan

Konversi Pakan

Income over feed cost

Kualitas Karkas

Uji Kadar Lemak dalam Daging

Uji Kadar Kolesterol dalam Daging

Gambar 2. Skema percobaan in vivo penambahan TBBMTH terhadap kadar lemak dan kolesterol dalam daging.

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah :


1. Konsumsi pakan merupakan selisih dari jumlah pakan yang diberikan dengan jumlah sisa

pakan atau angka yang menunjukkan rata-rata jumlah pakan yang dapat dikonsumsi seekor ayam sesuai dengan periode pemeliharaan (g/ekor) (Scott et al., 1992).
2. Pertambahan bobot badan merupakan selisih antara bobot badan akhir dengan bobot

badan awal (g/ekor) PBB = BB t BB t-l Keterangan : PBB = Pertambahan Bobot Badan

BB (t) = Bobot Badan pada pada waktu t BB (t-l) = Bobot Badan pada waktu yang lalu

3. Konversi pakan merupakan perbandingan antara konsumsi pakan dengan pertambahan

bobot badan (Jull, 1982). Konversi pakan = Konsumsi pakan (g) PBB (g) 4. Kualitas Karkas : prosentase karkas
5. Uji Kadar Lemak dan Kolestrol: diukur pada potongan bagian sayap dan paha

Analisis Data Pengumpulan data dilaksanakan setiap satu minggu sekali pada hari ke-7. Data yang didapat dari hasil lapang, diolah dengan menggunakan bantuan sofware microsoft excel. Setelah data rata-rata diperoleh dilanjutkan dengan tabulasi setiap minggu selama penelitian dan di analisis statistik dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Apabila diperoleh hasil yang berbeda atau signifikan maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncans (Steel dan Torrie, 1991).

I. DAFTAR PUSTAKA Amrullah, I. K. 2004 . Nutrisi Ayam Broiler. Cet. ke-2. Lembaga Satu Gunung and feed and water consumption. Br. Poult. Sci. (79): 1396-1400. Harmanto, N. 2002 .Sehat Dengan Ramuan Tradisional Mahkotadewa. Cetakan empat, Tangerang, PT. Agromedia Pustaka, Jakarta. Harmanto, N. 2003 . Conquering Disease in Unison with Mahkota Dewa. Phaleria Macrocarpa. First editon. P.T. Mahkotadewa Indonesia, Jakarta. Scott, M. L., M. Nesheim and R. J. Young. 1992. Nutrition of The Chicken. Fifth Edition. Scott M. L. And Associates. Ithaca. New York. Steel, R.G dan J.H. Torrie. 1992. Prinsip dan Prosedur Statistika, suatu Pendekatan Geometri. PT. Gramedia. Jakarta. Summers JD, Slinger SJ, Ashton GL. 1965. The effect of dietary energy and protein on carcass composition with a note on a method for estimating carcass composition. Poultry Sci. 44: 501-509. Illinois : USA.

You might also like