You are on page 1of 12

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN IDENTIFIKASI SERANGGA

Nama : Dini octaviani NIM : 1210702017 Tanggal praktikum : 23 Maret 2012 Tanggal pengumpulan : 4 April 2012

JURUSAN BIOLOGI SAINS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI 2011

IDENTIFIKASI SERANGGA 1. Tujuan Untk mengetahui serangga disuatu tempat

2. Dasar teori. Serangga merupakan makhluk hidup yang mendominasi bumi. Kurang lebih 1 juta spesies serangga telah dideskripsi (dikenal dalam ilmu pengetahuan), dan diperkirakan masih ada sekitar 10 juta spesies serangga yang belum dideskripsi (Tarumingkeng, 2001, dalam Ruslan, 2009). Keanekaragaman yang tinggi dalam sifat-sifat morfologi, fisiologi dan perilaku adaptasi dalam lingkungannya, dan demikian banyaknya jenis serangga yang terdapat di muka bumi, menyebabkan banyak kajian ilmu pengetahuan, baik yang murni maupun terapan, menggunakan serangga sebagai model. Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Fosilfosilnya dapat dirunut hingga ke masa fosil raksasa primitif telah ditemukan. Sejumlah anggota Diptera seperti lalat dan nyamuk yang terperangkap pada getah juga ditemukan. Serangga mampu hidup dimanapun, bahkan ada serangga yang mampu hidup tanpa oksigen sekalipun. Hal ini dikarenakan serangga mampu beradaptasi dengan segala kondisi yang membuat variasi morfologi sesuai dengan cara adaptasi mereka dengan lingungannya. Ada serangga yang mampu terbang, serangga yang hidup di air dan banyak yang hidup di terestrial atau diatas permukaan tanah (Marwoto, 1992). Ordo-ordo serangga seringkali dicirikan oleh tipe metamorfosisnya (Isnaeni, 2010). Secara morfologi, tubuh serangga dewasa dapat dibedakan menjadi tiga bagian utama, sementara bentuk pradewasa biasanya menyerupai moyangnya, Ketiga bagian tubuh serangga dewasa adalah caput, thorax dan abdomen. Serangga ini paling banyak menghuni dunia, dan memiliki spesies yang bermcammacam, sehingga untuk dapat mengetahui jenis serangga dibutuhkan identifikasi . Identifikasi merupakan kegiatan dasar dalam taksonomi. Identifikasi mencakup dua kegiatan, yaitu klasifikasi dan tata nama. Jadi, identifikasi adalah menentukan persamaan dan perbedaan antara dua makhluk hidup, kemudian menentukan apakah keduanya sama atau tidak, baru kemudian memberi nama. Penggunaan sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh Carolus Linnaeus. Namun, sebenarnya Lammarck (1778) juga pernah menggunakan kunci modern untuk identifikasi. Salah satu kunci identifikasi ada yang disusun dengan menggunakan ciri-

ciri taksonomi yang saling berlawanan. Tiap langkah dalam kunci tersebut terdiri atas dua alternatif (dua ciri yang saling berlawanan) sehingga disebut kunci dikotomis. Cara menggunakan kunci determinasi antara lain sebagai berikut.: 1. Bacalah dengan teliti kunci determinasi mulai dari permulaan, yaitu Nomor 2. Cocokkan ciri-ciri tersebut pada kunci determinasi dengan ciri yang terdapat pada makhluk hidup yang diamati. 3. Jika ciri-ciri pada kunci tidak sesuai dengan ciri makhluk hidup yang diamati, harus beralih pada pernyataan yang ada di bawahnya dengan nomor yang sesuai. 4. Jika ciri-ciri yang terdapat pada kunci determinasi sesuai dengan ciri yang dimiliki organisme yang diamati, catatlah nomornya. Lanjutkan pembacaan kunci pada nomor yang sesuai dengan nomor yang tertulis di belakang setiap pernyataan pada kunci. 5. Jika salah satu pernyataan ada yang cocok atau sesuai dengan makhluk hidup yang diamati, alternatif lainnya akan gugur. Sebagai contoh, kunci determinasi memuat pilihan 6. Begitu seterusnya hingga diperoleh nama famili, ordo, kelas, dan divisio atau filum dari makhluk hidup yang diamati. Pada umumnya, buku penuntun identifikasi makhluk hidup dilengkapi dengan kunci determinasi dan hanya berlaku setempat (lokal).

3. Alat dan bahan Alat Meteran 1 buah Kompas 1 buah Gelas jus Bahan Detergen Gula lengkap Air secukupnya secukupnya secukupnya

dengan tutupnya Tusuk dari bambu 3 buah

Spesies yang ditemukan

4. Lanakah kerja

Dibuat peta sedrhana dilokasi yang telah ditentukan

Dibuat lobang dilokasi tersebut

Dibuat larutan gula yang dicampur dengan ditergen

Larutan yang telah dibuat dimasukan kedalam gela jus kira-kira bagian larutan

Gelas jus yang telah terisi larutan dimasukan kedalam lubang tanah

Tutup gelas ditutup dengan dengan disangga oleh tusuk dari bamboo

Dibiarkan selama satu hari setelah itu di identifikasi 5. Hasil Berdasarkan buku buku Kunci Determinasi Serangga ,serangga yang ditemuan yaitu sebagai berikut Taksonomi 1.Semut Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Subphylum : Mandibulata Kelas : Insects. Subkelas : Pterygota (Endopterygota) Ordo : Hymenoptera Famili : Formicidae Gambar

2.Belalang coklat Kingdom : plantae Filum : arthopoda Kelas : insekta Ordo : orthoptera Family : grllidae Spesies : Melanoplus differentialis 3.Laba-laba Kingdom : animalia Filum : arthopoda Kelas : arachnidae Sub ordo : symphypleona Ordo : collembolan Family : sminthuridae Speseis : Sminthurus floridanus

4. Cocopet Kingdom : animalia Filum : arthopoda Ordo : dermaptera Kelas : insekta Family : arixenidae Spesies : Forticula auricularia L 5.bambung Kingdom : animalia Filum : arthopoda Ordo : coleopteran Kelas : insekta Family : leiodidae Spesies : Anisotoma glabosa hatch

6.Kecoak Kingdom : animalia Filum : arthopoda Kelas : insekta Ordo : blattaria Family : blaberridae Spesies : Parcobatta pennsylvanica

7.Jangkrik coklat Kingdom : animalia Filum ; arthopoda Kelas : insekta Ordo : orthoptra Sub family :enepterinae Spesies : Gryllus pennsylvanicus

6. pembahasan Pada praktikum kali ini yaitu mengenai identifikasi serangga, tujuan nya yaitu untuk dapat mengetahui jenis serangga yang ada disekitar tempat . Adapun tempat yang kami jadikan sampel yaitu di daerah pemakaman umum sekitar kampus Aljawami. Untuk dapat mengidentifikasi serangga yang ada di wilayah tersebut perlu diadakan penangkapan terhadap sampel serangga yang ada diwilayah tersebut , utuk dapat menangkap serangga tersebutperlu dilakukan jebakan terlebih dahulu, jebakan yang kami buat yaitu metode pit fall traf. Menurut Tengkono (1985) , pit fall trap adalah suatu jebakan yang menggunakan gelas pelastik, yang digunakan untuk menjebak burung atau serangga yang tidak terbang khususnya kumbang, laba laba, pseudoscorpion, belalang dan yang yang hidup di atas pemukaan tanah. Gelas ditempatkan di lubang yang rata dengan tanah, Agar air hujan tidak masuk ke dalam perangkap maka perangkap diberi atap dan agar air yang mengalir di permukaan tanah tidak masuk ke dalam perangkap maka perangkap dipasang pada tanah yang datar dan agak sedikit tinggi. Jarak antar perangkap sebaliknya minimal 5 m. Pada perangkap tanpa umpan, hewan

tanah yang berkeliaran di permukaan tanah akan jatuh terjebak, yaitu hewan tanah yang kebetulan menuju ke perangkap itu, Dalam perangkap diisi dengan suatu larutan yang mampu membunuh dan mengawetkan serangga yang terjebak. Pada praktikum ini kami menggunakan larutan gula dan detergen. Dalam detergen terkandung surfaktan (surface active agent), merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga ketika serangga masuk dala perangkat tersebut serangga dapat langsung turun kebawah air dan tidak mengapung dipermukaan air. Sedangkan penggunaan gula dalam larutan ini yaitu sebagai penarik agar serangga masuk ke dalam perangkap , karena gula memiliki rasa manis, dan pada dasarnya serangga sangat menyukainya

Gambar 1: fett fall trap (Dokumentasi, 2012)

Gambar 2: fett fall trap (multyplay.com)

Setelah ditemukan serangga dalam gelas jebakan maka dilakukan identifikasi dengan menggunakan kunci identifikas. Adapun cara identifikasinya yaitu sebagai beriku: 1. Bacalah dengan teliti kunci determinasi mulai dari permulaan, yaitu Nomor 2. Cocokkan ciri-ciri tersebut pada kunci determinasi dengan ciri yang terdapat pada makhluk hidup yang diamati. 3. Jika ciri-ciri pada kunci tidak sesuai dengan ciri makhluk hidup yang diamati, harus beralih pada pernyataan yang ada di bawahnya dengan nomor yang sesuai.

4.

Jika ciri-ciri yang terdapat pada kunci determinasi sesuai dengan ciri yang dimiliki organisme yang diamati, catatlah nomornya. Lanjutkan pembacaan kunci pada nomor yang sesuai dengan nomor yang tertulis di belakang setiap pernyataan pada kunci.

5. Jika salah satu pernyataan ada yang cocok atau sesuai dengan makhluk hidup yang diamati, alternatif lainnya akan gugur. Sebagai contoh, kunci determinasi memuat pilihan 6. Begitu seterusnya hingga diperoleh nama famili, ordo, kelas, dan divisio atau filum dari makhluk hidup yang diamati. Dari hasil identifikasi maka diketahui dodaerah tersebut ditemukan spesies yaitu semut, belalang, cocopet, laba- laba, bambung, kecoa dan jangkrik. 1. semut Semut merupakan kelompok insect dari ordo hymnoptera dan memiliki family Formicid Di Indonesia disebut dengan semut. Formicidae memiliki ciri-ciri: Ruas pertama abdomen berbentuk seperti benggol yang tegak. Antenna terdiri dari 13 ruas atau kurang dan sangat menyiku., Ruas pertama panjang. Susunan vena normal dan agak mereduksi. Tidak berambut banyak (Yahya, 2002:56). Sifat sosial dan mobilitas yang lambat pada serangga ini mengakibatkan jumlah mereka berlimpah dalam semua habitatnya. Spesies yang ditemukan adalah Formicidae dengan warna hitam di seluruh tubuhnya. Lebih dikenal dengan semut ireng. Memiliki panjang tubuh tidak lebih dari 4 mm. 2. .belalang Belalang termasuk ke dalam ordo olthoptera sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya yang bertindak sebagai predator pada serangga lain. Anggota dari ordo ini umumnya memilki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina. Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan. Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut tympanum. Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat

pada tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen). pada belalang yang kami amati Padda mulutnya bertipe penggigit dan penguyah yang memiliki bagian-bagian labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla dengan masingmasing terdapat palpus maxillarisnya, dan labium dengan palpus labialisnya 3. Laba-laba Tak seperti serangga yang memiliki tiga bagian tubuh, laba-laba hanya memiliki dua. Segmen bagian depan disebut cephalothorax atau prosoma, yang sebetulnya merupakan gabungan dari kepala dan dada (thorax). Sedangkan segmen bagian belakang disebut abdomen (perut) atau opisthosoma. Antara cephalothorax dan abdomen terdapat penghubung tipis yang dinamai pedicle atau pedicellus. Pada cephalothorax melekat empat pasang kaki, dan satu sampai empat pasang mata. Selain sepasang rahang bertaring besar (disebut chelicera), terdapat pula sepasang atau beberapa alat bantu mulut serupa tangan yang disebut pedipalpus. Laba-laba tidak memiliki mulut atau gigi untuk mengunyah. Sebagai gantinya, mulut laba-laba berupa alat pengisap untuk menyedot cairan tubuh mangsanya 4. Kecoa Kecoa dikenal dengan beberapa nama yaitu lipas, cecunguk, kakerlakk, roach, cockroach, chang-lang, mort, blatta. Dibanding jenis binatang lain, kecoa termasuk binatang primitive yang sukses bertahan). Ciri khasnya yaitu mempunyai kepala, dada, dan perut. Lipas dewasa berukuran sekitar 14 cm panjang dan 3,5 cm lebar dan berat hampir satu ons. Lipas tidak bersayap ini berwarna coklat gelap dengan tanda-tanda oranye di perut. Jantan dan betina mudah dibedakan, yang jantan mempunyai benjolan besar seperti tanduk di pronotumnya dan antena berrambut, sementara yang betina tidak memiliki benjolan dan antenanya halus. Lipas ini bersifat ovoviparous, yang berarti bahwa betina membawa, merawat ooteka dan melahirkan lipas muda. Lipas yang belum matang, yang dikenal sebagai nimfa ini akan menyilih atau molting sebanyak enam kali sebelum menjadi lipas dewasa yang dapat dicapai dalam waktu tujuh bulan. Lipas dewasa dapat hidup selama dua sampai lima tahun. Adanya kecoa selalu menimbulkan kesan jorok, karena kecoa biasanya makan dari barang-barang yang sudah busuk, sisa atau serpihan makan, kotoran yang terdapat di dapur, sisa atau sampah makanan yang terperangkap celah meja dapur, di pojok ruangan , saluran pembuangan, got, septik tank yang gelap dan bau. Kecoa merasa aman jika ia bersembunyi di celah-celah yang

sempit sehingga bagian bawah dan atas tubuhnya dapat bersentuhan dengan permukaan dinding celah. Hampir 3/4 dari waktunya dihabiskan bermalas-malasan di celah tersebut. Kecoa ini ditemukan diarea pemakaman karena wilayahnya mendukung untuk kecoa bertahan hidup, diantaranya banyaknya samapah disekitar wilayah dan banyaknya tempat rimbun yang mugkin digunakan sebagai tempat bersembunyi. 4. cocopet Cocopet adalah serangga yang mudah dikenal dengan bentuk badan putih dan memanjang, dilengkapi sepasang japit pada ujung abdomen. Japit berguna untuk mengambil makanan. Dengan bantuan abdomen yang melengkung ke atas tubuh, makanan yang dijepit dapat mencapai mulut.

Penguraian akan menjadi lebih sempurna apabila hasil ekskresi fauna ini dihancurkan serangga pemakan bahan organik yang mambusuk, membantu merubah zat-zat yang membusuk menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Banyak jenis serangga yang sebagian atau seluruh hidup mereka di dalam tanah. Tanah tersebut memberikan serangga suatu pemukiman atau sarang, pertahanan dan seringkali makanan. Tanah tersebut diterobos sedemikian rupa sehingga tanah menjadi lebih mengandung udara, tanah juga dapat diperkaya oleh hasil ekskresi dan tubuhtubuh serangga yang mati. Serangga tanah memperbaiki sifat fisik tanah dan menambah kandungan bahan organikny juga berfungsi sebagai perombak material tanaman dan penghancur kayu (Copel, 1997), Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan serangga wilayah pemakaman aljawami yaitfaktor lingkungan,yaitu lingkungan abiotik dan lingkungan biotik.

Faktor lingkungan abiotik secara besarnya dapat dibagi atas faktor fisika dan faktor kimia. Faktor fisika antara lain ialah suhu, kadar air, porositas dan tekstur tanah. Faktor kimia antara lain adalah salinitas, pH, kadar organik tanah dan unsur-unsur mineral tanah. Faktor lingkungan abiotik sangat menentukan struktur komunitas hewan-hewan yang terdapat di suatu habitat. Faktor lingkungan biotik bagi hewan tanah adalah organisme lain yang juga terdapat di habitatnya seperti mikroflora, tumbuh-tumbuhan dan golongan hewan lainya. Pada komunitas itu jenis-jenis organisme itu saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Interaksi itu bisa berupa predasi, parasitisme, kompetisi dan penyakitu keadaan wilayah tersebut baik dari keadaan tanah , kelembaban tanah dan kandungan hara berpengaruh terhadap

perkembangan dalam daur hidup, suhu tanah mempengaruhi peletakan telur, cahaya dan tata udara mempengaruhi kegiatannya. Jumlah famili dan individu serangga permukaan tanah dari Ordo Coleoptera, Diptera dan Hymenoptera lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan ordo yang lain. Hal ini dapat disebabkan karena serangga tersebut merupakan serangga yang umum dan banyak jumlah suku yang beraktivitas di permukaan tanah (Borror dkk., 1992). Aktifitasnya sebagai dekomposer dalam ekosistem sangat berperan penting bagi kehidupan. Serangga tanah merupakan salah satu kelompok serangga yang memegang peranan penting dalam ekosistem. Serangga tanah memiliki kemampuan untuk beradaptasi di permukaan tanah dan di dalam tanah. Serangga permukaan tanah dapat melubangi tanah sehingga tanah menjadi lebih mengandung udara. 7. Kesimpulan Dari hasil identifikasi dengan menggunakan kunci identifikasi serangga, diwilayah pemakaman Aljawami ditemukan spesies serangga yaitu semut dari ordo Hymnoptera, labalaba (Sminthurus floridanus), Cocopet (Forticula auricularia L) kecoa (Parcobatta

pennsylvanica), jangkrik coklat (Gryllus pennsylvanicus ), Belalang coklat (Melanoplus differentialis), dan bambung (Anisotoma glabosa hatch).

Daftar pustaka Borror.J.D,Triplehorn.Pengenalan Pengajaran Serangga.1992.Universitas Gadjah Mada Press:Yogyakar Coppel HC., Mertins JW. 1977. Biological insect pest suppression. Springer Verlag. Berlin, Heidelberg. New York. 314p. Marwoto. 1992. Masalah pengendalian hama kedelai di tingkat petani. In: Marwoto, Saleh N., Sumamrdi, Wiranto A., penyunting. Risalah Lokakarya Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Kedelai, di Balittan Malang, 8-10 Agustus 1991. Sembel DT. 1990. Insect and agricultural systems in the Dumoga Valley. J Rain Forest Insec of Wallacea, 29: 313-318.

Tarumingkeng,R.C., 2001. Biologi dan perilaku Rayap.http://tumoutou.net/biologi perilaku rayap.htm (diakses 3 Maret 2011). Tengkano W., Soehardjan M. 1985. Jenis hama pada berbagai fase pertumbuhan tanaman kedelai. In: Yahya, H. 2002. Keajaiban Pada .Semut. Dzikra: Bandung.

You might also like