You are on page 1of 4

Microsporum canis

Banyak jamur yang menyebabkan penyakit-penyakit tumbuh-tumbuhan, tetapi hanya sekitar 100 dari beribu-ribu spesies ragi dan jamur yang dikenal menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang. Infeksi mikotik manusia dikelompokkan dalam infeksi jamur superfisial (pada kuku, kulit, dan rambut), subkutan, dan profunda (sistemik). Mikosis superfisial disebabkan oleh jamur yang hanya menyerang jaringan keratin tetapi tidak menyerang jaringan yang lebih dalam. Jamur yang sering menimbulkan mikosis superfisial adalah golongan dermatofita. Salah satu spesies yang termasuk di dalamnya adalah Microsporum. Banyak binatang domestik dan binatang lainnya terinfeksi oleh dermatofita dan dapat memindahkannya ke manusia (misalnya Microsporum canis dari kucing dan anjing)

A. KLASIFIKASI
Kingdom Divisi Class Order Family Genus Spesies : Fungi : Ascomycota : Eurotiomycota : Onygenales : Arthrodermataceae : Microsporum : Microsporum canis

B. REPRODUKSI
1. Aseksual Dalam reproduksi aseksual, Microsporum canis menggunakan konidia yang disebut juga mitospora. Konidia ini memiliki satu nukleus dan dapat disebarkan oleh angin, air, dan hewan. Konidia ini dibentuk oleh konidiospora. Cara perkembangbiakan ini paling dominan dan berlangsung secara cepat. 2. Seksual Dalam reproduksi seksual, Microsporum canis menggunakan askus yang sering disebut askospora. Alat perkembangbiakan inilah yang membedakan dengan yang lain. Askus adalah pembuluh yang berbentuk tabung/saluran yang mengandung meiosporangium yang merupakan spora seksual yang diproduksi secara meiosis. Yang terjadi pada reproduksi seksual ini adalah bertemunya hifa yang terdiri dari antheridium dan arkegonium. Setelah keduanya bertemu maka akan terjadi pertukaran materi genetik yang diberikan oleh antheridium dan arkegonium masing-masing separuhnya. Peristiwa ini disebut dikariofase.

C. MORFOLOGI
Microsporum canis memiliki konidia yang besar, berdinding kasar, multiseluler, berbentuk kumparan, dan terbentuk pada ujung-ujung hifa.

Konidia yang seperti ini disebut makrokonidia. Spesies ini membentuk banyak makrokonidia yang terdiri dari 8-15 sel, berdinding tebal dan sering kalu mempunyai ujung-ujung yang melengkung atau kail berduri. Pigmen kuning-jingga biasanya terbentuk pada sisi berlawanan dari koloni.

D. PENYAKIT YANG DITIMBULKAN


Penyebab umum infeksi pada kulit dan rambut kucing, anjing, dan hewan lain. Selain itu menyebabkan tinea kapitis pada anak-anak. Cendawan ini menyebar secara radial pada lapisan kulit mari berkeratin dengan pembentukan cabang hifa dan kadang-kadang artrospora. Peradangan jaringan hidup di bawahnya sangat ringan dan hanya terlihat sedikit bagian yang bersisik kering. Biasanya terjadi iritasi, eritema (merah-merah menyebar pada kulit), edema (akumulasi berlebihan zat alir serum di dalam jaringan), dan terbentuk gelembung pada bagian tepi yang menjalar; lingkaran berwarna merah jambu ini menimbulkan nama ringworm (kadas). Lokasi lesi di daerah rambut kepala. Gambaran kliniknya adalah daerah botak bulat dengan rambut pendek-pendek atau potongan rambut dalam folikel rambut.

E. PENGOBATAN
Ada dua cara pengobatan, yaitu pengobatan secara topikal (pengobatan luar: salep, obat gosok, shampoo) dan obat oral (makan). Pemberian obat antijamur topikal seperti krim, larutan, salep yang mengandung mikonazol, klotrimazol, haloprogin, dan ketokonazol. Salep dan obat gosok bisa digunakan untuk menyembuhkan ringworm yang terlokalisasi (terpusat). Sedangkan untuk membasmi spora dan ringworm yang luas daerahnya atau carrier, sebaiknya ditambah dengan penggunaan shampoo anti jamur. Karena sifat jamur yang agak bandel, obat oral pun diberikan untuk jangka waktu lama. Sayangnya sebagian besar obat oral mempunyai efek samping kurang baik, apalagi bila digunakan untuk jangka panjang. Beberapa reaksi buruk terhadap obat bisa saja muncul, oleh karena itu pemberian obat harus diawasi dengan seksama oleh dokter hewan.

F. GAMBAR
1. Ringworm pada tangan

2. Contoh ringworm pada kulit kepala

3. Gambar Microsporum canis

Paulina Maya 078114126

DAFTAR PUSTAKA
Jawetz, E., 1995, Mikrobiologi, edisi 16, 367-372, EGC, Jakarta Pelczar, M.J., 1988, Dasar-dasar Mikrobiologi, 823-827, UI Press, Jakarta Tarigan, J., 1988, Pengantar Mikrobiologi, 190-203, Depdikbud, Jakarta Anonim, 2008, Dermatophyte, http://en.wikipedia.org/wiki/Dermatophyte, diakses tanggal 10 Februari 2008 Anonim, 2007, Ringworm, http://en.wikipedia.org/wiki/Ringworm, diakses tanggal 12 Mei 2008 Anonim, 2007, http://www.emedicine.com/DERM/topic421.htm, diakses tanggal 12 Mei 2008 Anonim, 2007, Microsporum canis, http://www.medmicro.wisc.edu/resources/imagelib/mycology/images/mic rosporum_canis.html, diakses tanggal 13 Mei 2008 Dewi, D. K., 2004, Infeksi Jamur pada Kulit, http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2004/12/19/ink1.html, diakses tanggal 13 Mei 2008 Saphiro, M.D. J., 2007, Hair Loss in Women, http://content.nejm.org/cgi/reprint/357/16/1620.pdf, diakses tanggal 12 Mei 2008 Scharf, D., Microsporum canis, http://www.scharfphoto.com/posters/archives/000640.php, diakses tanggal 13 Mei 2008 Waluyo, N., 2006, Ringworm: jamur penyebab bulu rontok, http://kucingkita.com/modules.php?name=Sections&op=viewarticle&arti d=30, diakses tanggal 7 Februari 2008

You might also like