Professional Documents
Culture Documents
Nama : Rahmat Bagja NPM : 0598002146 Program Kekhususan : PK V (Hukum Tentang Hubungan Negara Dengan Masyarakat) Judul : TUGAS DAN WEWENANG MPR SEBELUM PERUBAHAN UUD 1945
Menyetujui
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof.DR.Jimly Asshiddiqie, S.H. Makmur Amir, S.H . Ketua Jurusan Hukum Tata Negara
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya dan ridlo-Nyalah penulisan skripsi dengan judul Tugas Dan Wewenang MPR Setelah ditengah Perubahan sakit dan UUD masa 1945 ini dapat yang
diselesaikan,
penyembuhan
melanda penulis. Sesungguhnya Allah SWT telah memberikan banyak rahmatNya pada penulis, tetapi penulis terkadang lupa untuk
mensyukuri rahmat dan nikmat tersebut. (Nikmat Tuhan mana yang manusia bisa dustakan). Banyak tantangan yang dihadapi penulis dalam menyusun skripsi pihak, ini. Akan tetapi, berkat dukungan dari berbagai dilema
akhirnya
skripsi ini
terselesaikan. banyak
penulis alami dalam menggubah suatu goresan yang mungkin masih jauh dari sebutan mahakarya ini, telah banyak sekali pihak-pihak yang secara disadari maupun tidak
disadari,langsung atau tidak langsung telah di buat repot dalam membantu penulis. Untuk itu, penulis kepada: mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya
ii
1.
Prof. Dr. Jimly Asshidiqie, S.H, dan Mahaguru dan penulis yang
telah kepada
inspirasi berbagai
bimbingan ilmu
penulis.
perkembangan
pengetahuan
terutama
bidang ilmu hukum yang diberikan secara langsung dan tidak langsung oleh beliau. 2. Bapak Makmur Amir , S.H, telah memberikan selaku pembimbing II yang kepada penulis dalam
semangat
mengerjakan skripsi ini dan juga sebagai abang(senior) dalam organisasi yang digeluti penulis sehingga arahan dan bimbingan beliau sangat berarti. 3. Bapak Ramly Hutabarat S.H, M.Hum, selaku Ketua Program Kekhususan Masyarakat). 4. Bapak Prof. Abdul Bari Azed S.H, M.H, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Tidak lupa, penulis berhutang budi kepada pihak-pihak yang telah memberikan masukan berupa pendapat ilmiah serta bahan penulisan: 1. Prof. Ismail Suny S.H, MCL , Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia atas ilmu dan ceramah V (Hubungan antara Negara Dengan
beliau pada beberapa kuliah dan buku-buku beliau yang telah menjadi inspirasi penulis.
iii
2.
Prof.Dr. Harun Al Rasyid, S.H, Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia atas ilmu dan ceramah
beliau pada beberapa kuliah dan buku-buku beliau yang telah menjadi inspirasi penulis, dan juga
dalam 3 pertemuan diskusi yang sangat berarti pada mata kuliah Lembaga Kepresidenan 3. Dr. Maria Farida S.H, MH, yang telah memberikan masukan tentang beberapa kewenangan MPR dalam
Penelitian tentang peninjauan materi dan status hukum ketetapan MPR dan MPRS. 4.Bang Hendra Nurtjahjo S.H. M.Hum, yang telah
memberikan masukan entang komposisi MPR. Terima Kasih juga penulis haturkan kepada pihak-pihak dibawah ini atas saran, semangat dan dorongan yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsinya 1. Ibunda tercinta dan Dra.Tuti membesarkan betapa Ruchyati penulis indahnya yang (dan telah akhirnya yang
melahirkan penulis
mengerti
hadits
menyatakan Surga terletak dibawah kaki Ibu), ayahanda tercinta Muzwan Amry yang telah mengasuh dan
membesarkan penulis. (Ya Allah sayangilah kedua orang tua Dan penulis terima sebagaimana kasih dan mereka sayang menyayangi buat S.E. kakak penulis). dan adik bisa
penulis,
Kak
Dian
Anggraini
akuntan
iv
disegala bidang ( calon MSi, Amin!) atas dorongannya, Mutia Febrina sang aktivis FSI FEUI (semoga cepat lulus dan IPK tinggi) dan Fauzan Amru (rajin belajar yaa!) 2. Bang Tope ( Mustafa Fakhri), Bang Fitra sebagai senior dan guru penulis pada penelitian TAP MPR di Pusat
Studi Hukum Tata Negara UI, juga bang Satya Arinanto sebagai Ketua PSHTN UI. 3. Guru-guru penulis pada saat di TK, SD, SMPN 2 Bogor dan SMUN 2 Bogor (Terima Kasih Atas Bimbingannya,
Semoga Allah membalas semua kebaikan bapak/ibu guru yang tiada tara), 4. Senior-senior penulis, Bang Imron Azis, Bang Indra
memberikan
memberi arti pada kehidupan. 5. Saudara-saudaraku Information Dono Sang (CELI), Sufi tercinta Budi di Center dan For Law
fungky
cukup
sabar,
Metropolitan,
Ningrat
Jurnalis,
Wartawan dan Yang Ingin Jadi Penyair Damai, Fatah Eksistensialis dan Intelektual Nyentrik, Heru Geeks
Sang Nggak Mungkin, Bisar sang sastrawan aneh dan religius teman seperjuangan dalam skripsi.
6. Sahabat setia dan saudaraku tercinta yang senantiasa mengajak diskusi dan memberi semangat serta inspirasi bagi penulis, Mr Filsuf Abadi dan Natural Born
Researcher yang sedang mencari pendamping hidup yang pas (katanya), Mohamad Mova Al Afghani. 7. Sahabat setia dan saudaraku tercinta dan MR Perfect yang mendampingi, mendorong dan menyemangati penulis dari tingkat 1 sampai sekarang (terutama pada saat penulis Insya Ridla). 8. Titi Anggraini atas bantuan dan diskusinya juga sakit), Allah dan sedang Sunan menjalin J. Rustam hubungan (moga yang Allah
serius,
skripsinya. 9. Pengurus Senat Mahasiswa FHUI periode 2001-2002 10. Pegurus Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FHUI periode 2000-2001, teman-teman di FHUI serta HMI Cabang Depok. 11. Irma (teman, sekretaris yang sangat baik) , Lieni (walaupun terkadang HMI, jutek Hidup tapi HMI baik hati), Icha Komisariat HMI
(Penyemangat
Komisariat
FHUI!),
Sholikin (Sekretaris Mushola Al Fath), Ises, Apreza, Diah dan kawan-kawan FHUI lainnya
vi
12.
Tentu
saja
si
kecil
Mardy
atas
segala
encouragement dan bantuannya (Hatur Nuhun atas bantuan dan perhatiannya di waktu penulis sakit) 13. Pengurus Ikatan Senat Mahasiswa Hukum Indonesia periode 2002-2004. 14. Teman-teman University Network for Free and Fair Election (UNFREL) 1999 simpul UI dan Simpul JABOTABEK. 15. Catur ISMAHI. 16. Surya Yuli Diana, Dede Anggraini di Bogor maupun di Bangka terima kasih atas perhatiannya. 17. Bang Freddy, Bang Kurnia atas bantuannya yang Intan Wahyuningrum atas bantuannya di
berarti, Bu Aminah ( matur nuwun bu), Mbak Vivi. Mohon Walaupun maaf bagi ini yang belum jauh lupa disebutkan, dan besar
karya
masih
dari
kesempurnaan,
harapan penulis agar karya ini dapat berguna dalam menjadi bahan bacaan bagi peminat Hukum Tata Negara. Sesungguhnya yang benar hanya dari Allah SWT semata dan yang salah dari kelemahan penulis. Wabillahi Taufiq Wal Hidayah. Depok, Agustus, Penulis, 2003,
Rahmat Bagja
vii
ABSTRAK
Rahmat Bagja (0598002146), TUGAS DAN WEWENANG MPR SETELAH PERUBAHAN UUD 1945, 119 hal, SKRIPSI, Depok: Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Agustus 2003. Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia adalah lembaga negara yang telah diberikan tugas dan wewenang tertentu oleh Undang-Undang Dasar 1945. Dalam perjalanannya Undang-Undang Dasar 1945 telah diganti oleh beberapa konstitusi dan kemudian kembali lagi kepada Undang-Undang Dasar 1945. Setelah tahun 1999 terjadi perubahan UndangUndang Dasar 1945 yang pertama, kemudian disusul yang kedua tahun 2000, ketiga tahun 2001 dan keempat tahun 2002. Pada Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar lembaga Majelis Permusyawaratan Rakyat dicabut kekuasaannya untuk melaksanakan kedaulatan Rakyat (Pasal 1 ayat 2 Perubahan Undang-Undang Dasar 1945) kemudian tugas dan wewenangnyapun berubah sesuai dengan pasal 3 ayat 1,2,3 Undang-Undang Dasar 1945 hasil Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945. Pada Perubahan Keempat akhirnya Majelis Permusyawaratan Rakyat diubah komposisinya menjadi anggota 2 lembaga negara yaitu:Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah (pasal 2 ayat 1). Perubahan tugas dan wewenang tersebut mengubah struktur kelembagaan yang ada, tetapi Majelis Permusyawaratan Rakyat tetap merupakan suatu lembaga yang unik jika diperbandingkan dengan lembaga negara di negara lain. MPR sebelum Perubahan UUD 1945 jika diperbandingkan dengan Kongres Rakyat Cina, ditemukan banyak kemiripan yang ada, baik dalam hal lembaga maupun tugas dan wewenang. Akan tetapi setelah Perubahan UUD 1945, secara lembaga MPR tidak bisa dipersamakan dengan negara lain. Ada beberapa kesamaan dalam tugas dan wewenang dengan negara lain, tetapi tetap secara lembaga tidak bisa dipersamakan dengan negara lain. Dalam tugas dan wewenang MPR harus diatur lebih jelas lagi mengenai apa yang dimaksud tugas dan wewenang. Ada beberapa tugas dan wewenang MPR dalam UUD yang harus diatur dengan jelas untuk menghindari kesalahan dalam bernegara. Dan MPR sebaiknya diubah menjadi suatu forum bukan suatu lembaga yang aktif karena tugas dan wewenang MPR tidak memerlukan suatu lembaga negara.
viii
DAFTAR ISI
UNIVERSITAS INDONESIA.....................................................................................................I
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI...................................................................................................................I KATA PENGANTAR..........................................................................................................................................II ABSTRAK........................................................................................................................................................VIII BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................................1 1. LATAR BELAKANG........................................................................................................................................1 2.POKOK PERMASALAHAN.................................................................................................................................9 3. TUJUAN PENULISAN......................................................................................................................................9 4. DEFINISI OPERASIONAL ..............................................................................................................................10 5.METODE PENELITIAN...................................................................................................................................12 6.SISTEMATIKA PENULISAN..............................................................................................................................13
ix
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Sejarah Republik kehidupan berbangsa pada dan bernegara 1945. Pada pada tahun
Indonesia
dimulai
tahun
itulah berdirinya Negara Republik Indonesia sebagai suatu kumpulan besar manusia, yang sehat jiwanya dan berkobarkobar hatinya, menimbulkan suatu kesadaran batin yang
dinamakan bangsa.1 Persatuan Indonesia merupakan ide besar yang merupakan cita-cita hukum dan cita-cita moral bangsa Indonesia2.
Persatuan Indonesia telah menjiwai proses penetapan bentuk negara. Bentuk negara yang telah dipilih harus memungkinkan terwujud dan terjaminnya Persatuan Indonesia.3
1
ASS Tambunan, MPR Perkembangan Dan Pertumbuhannya Suatu Pengamatan Dan Analisis, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1991, h.19
3
Satya Arinanto, Hukum Dan Demokrasi, Ind Hill-Co, Jakarta, 1991, h.59
Berdirinya
Negara
ini
tidak
hanya
ditandai
oleh
Proklamasi dan keinginan untuk bersatu bersama, akan tetapi hal yang lebih penting adalah adanya UUD 1945 yang
merumuskan berbagai masalah kenegaraan. Atas dasar UUD 1945 berbagai struktur dan unsur Negara mulai ada4. Walaupun
secara jelas pada masa itu belum ada lembaga-lembaga yang diamanatkan oleh UUD. Akan tetapi hal ini dapat diatasi dengan adanya Aturan Tambahan dan Aturan Peralihan UUD 1945.5 Setelah UUD 1945 berlangsung selama 4 tahun diganti dengan Konstitusi RIS pada tahun 1949, kemudian diganti lagi dengan UUDS 1950. Pada masa UUDS 1950 terselenggara pemilihan umum pada tahun 1955 untuk memenuhi amanat dalam
masyarakat dalam Undang-Undang Dasar. Hasil pemilihan umum tersebut melahirkan Dewan Perwakilan Rakyat sebagai suatu lembaga perwakilan rakyat, dan terbentuk Konstituante yang bertugas membuat UUD. Setelah bersidang selama beberapa
tahun Konstituante dibubarkan oleh Presiden Sukarno secara sepihak. Setelah itu dimulailah periode kembali ke UUD 1945 ditandai dengan
4
Bagir Manan, Konvensi Ketatanegaraan, CV Armico, Bandung, 1987, h. 36 Joeniarto, Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia, PT Bina Aksara, Jakarta, 1984, h. 17
Setelah tahun 1998 maka dimulai zaman reformasi dan zaman ini diakibatkan oleh berbagai krisis yaitu:
kepemimpinan nasional atas dasar konstitusi (executive heavy). Krisis-krisis tersebut melahirkan gerakan reformasi
yang menginginkan suatu perubahan di Indonesia. Suatu jaman perubahan yang dinamakan reformasi, menandai berakhirnya
orde baru, dengan digantikan oleh orde reformasi atau zaman reformasi7. Pada saat itu terjadi perubahan Konstitusi yang sangat dinantikan oleh masyarakat Indonesia. Berkembanglah setelah itu wacana mengenai masyarakat madani atau dikenal sebagi civil society. Menurut Alexis de Tocqueville memandang civil society sebagai wilayah otonom dan memiliki dimensi politik dalam dirinya sendiri yang
Indonesia mengalami masa-masa sulit dimulai pada tahun 1997 pada saat turunnya harga mata uang rupiah, hal ini tercermin dalam pemberitaan media massa pada tahun 1997 dan 1998
7
Sekretariat Jendral MPR RI, Proses Reformasi Konstitusional : Sidang Istimewa MPR 1998, Sekretariat Jendral, Cetakan 2, Jakarta, 2001, h.13-23
Menurut Al Mawardi ada beberapa syarat untuk mencapai keseimbangan dalam segi politik negara yang ideal menurut Islam:9 a. Agama yang dihayati. b. Penguasa yang berwibawa. c. Keadilan yang menyeluruh. d. Sistem Pemerintahan. e. Imamah (kepemimpinan). f. Cara pemilihan atau seleksi imam. Dan banyak kriteria lain untuk format masyarakat
madani, seperti adanya lembaga perwakilan. Demokratisasi, supremasi hukum, pengadilan yang bersih juga merupakan
perubahan mendasar di Republik Indonesia. Yang terpenting adalah dua tuntutan masyarakat pada saat itu adalah
Supremasi Hukum dan Amandemen atau Perubahan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk kata Amandemen atau Perubahan maka yang dipakai
8
Hikam, AS, Demokrasi dan Civil Society, LP3S, Jakarta, 1999, h.226 Munawir Sjadzali, Islam Dan Tata Negara, UI Press, Jakarta, 1993, h. 63
dalam karya ilmiah ini adalah Perubahan Undang-Undang Dasar karena artinya dalam bahasa Inggris, to amend the Constitution
mengubah
Undang
Undang
Dasar
dan
Constitutional
Amandement artinya perubahan Undang-Undang Dasar mempunyai makna yang berbeda. Dengan demikian kata mengubah dan
perubahan yang berasal dari kata dasar ubah sama dengan to amend atau amandement, dan pemakaian kata yang lebih tepat adalah amandement. Lebih lanjut kata amandement itu diserap atau diIndonesiakan menjadi amandemen, dan kata
mengubah berarti menjadikan lain atau menjadi lain dari, sedangkan kata perubahan berarti berubahnya sesuatu (dari asalnya). perubahan Bahasa Dengan berarti demikian sama resmi apabila kita menyebut tetapi adalah kata dalam kata
dengan yang
amandemen, dipergunakan
Indonesia
perubahan.10 Dalam penulisan akan dipakai kata Perubahan Undang-Undang Dasar. Pada tahun 1999 terjadi Perubahan I UUD 1945 yang
mengatur beberapa hal penting seperti pembatasan jabatan presiden. Pada tahun 2000 terjadi Perubahan II UUD 1945 terjadi Pada
perubahan
yang
mendasar
dalam
UUD
1945.
Sri Soemantri, Prosedur Dan Sistem Perubahan Konstitusi, Cet.4, Alumni, Bandung, 1987, h.133-134.
Perubahan terdapat
Undang-Undang beberapa
Dasar
1945
sampai
tahun
2000
reduksi
kekuasaan
lembaga
eksekutif
seperti dalam pembatasan kekuasaan Presiden. Dalam banyak hal, Presiden tidak lagi memegang kekuasaan legislatif. Dan Presiden harus memperhatikan pendapat Dewan Perwakilan
Rakyat ataupun Mahkamah Agung jika berkaitan dengan hukum11. Sampai dengan Perubahan terhadap Perubahan yang II belum ada kritik yang tajam terjadi terhadap Undang-Undang
Dasar 1945 dari mayoritas Ahli Hukum Tata Negara dan Para Politisi Partai Politik. Akan tetapi setelah Perubahan III maka terjadi
dapat disimpulkan Perubahan III Undang-Undang Dasar 1945 meliputi: 1. Akan adanya Pemilihan ini Presiden dan Wakil Presiden tugas
Langsung.
Hal
berakibat
besar
terhadap
Majelis Permusyawaratan Rakyat. 2. Adanya Penghapusan Utusan Utusan sehingga Golongan Daerah dalam menjadi MPR MPR dan
Dewan berubah
komposisi
secara total.
11
Didit Hariadi Estiko, Amandemen UUD 1945 Dan Implikasinya Terhadap Pembangunan Sistem Hukum, Tim Hukum Pusat Pengkajian Dan Pelayanan Informasi Sekretaris Jendral, Jakarta, 2001, h.33
Setelah Perubahan III Undang-Undang Dasar 1945 berlaku maka banyak kekurangan-kekurangan yang ada dalam UndangUndang Dasar. Proses Perubahan Undang-Undang Dasar 1945
menjadi salah satu sebab banyaknya kekurangan yang terjadi. Karena ada beberapa hal yang belum diatur dengan jelas, sehingga menimbulkan masalah secara tekhnis hukum. Hal ini dikritisi sebagian besar oleh praktisi hukum terutama Hukum Tata Negara. Ketika sedang memasuki Proses Perubahan IV perubahan yang kurang dicoba diperbaiki. Perubahan IV menjadi suatu keharusan yang mau tidak mau harus ada. Karena dengan
adanya Pemilihan Presiden Langsung, maka Presiden langsung bertanggung jawab kepada pemilihnya. Dan tidak ada lagi tugas membuat GBHN yang dilakukan oleh MPR. Perubahan dan peran III dan IV UUD 1945 telah mengubah status
lembaga pemegang kedaulatan rakyat yang disebutkan secara eksplist dalam UUD 1945 menjadi lembaga negara. Setelah kekuasaan adanya Perubahan UUD 1945 Rakyat maka berakhirlah lembaga
Majelis
Permusyawaratan
sebagai
pemegang kedaulatan rakyat. Dan berakhir juga kedudukannya sebagai lembaga tertinggi negara dalam struktur kelembagaan
perubahan besar dalam tugas dan wewenang lembaga Negara. Sangat lembaga penting Negara untuk diselidiki tugas bagaimanakah dan nantinya dan
melakukan
wewenangnya
menjalankannya. Dalam karya tulis ini akan dibahas mengenai tugas dan wewenang lembaga negara Majelis Permusyawaratan Rakyat. Pembahasan lebih dikhususkan setelah Perubahan UUD 1945 dan undang-undang mengenai susunan dan kedudukan MPR,
DPR dan DPRD. Dan mendudukkan lembaga ini kembali didalam struktur ketatanegaraan Indonesia, setelah Perubahan 1945 dalam peraturan-peraturan tentang struktur UUD umum
sebagai lembaga pemegang kedaulatan Rakyat. Dalam kekuasaan Majelis Permusywaratan dirancang Majelis Rakyat dan ini seluruh Dalam Rakyat aturan
diawasi.
menjalankan bertindak
Permusyawaratan
seakan tidak pernah salah. Karena terkait dengan sistem ketatanegaraan, perekrutan anggota dan sistem pengambilan keputusan MPR (hal ini lebih dikhususkan pada masa orde
12
Kuntjoro Purbopranoto, Beberapa Catatan Hukum Tata Pemerintahan Dan Peradilan Administrasi, Bandung: Alumni, 1981, h. 17
baru). Dalam karya tulis ini Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia akan dibahas dalam sudut pandang tugas dan wewenang MPR. Dan akibat perubahan dari tugas dan
wewenang tersebut sehingga dapat menjadi suatu pembahasan yang komprehensif mengenai lembaga negara ini.
2.Pokok Permasalahan Berdasarkan atas latar belakang yang telah dipaparkan, adapun perumusan yang diangkat dalam skripsi ini adalah: 1. Bagaimana konsep lembaga Negara Majelis Permusyawaratan Rakyat setelah adanya UUD 1945 di amandemen ?
2. Bagaimana Tugas dan Wewenang MPR setelah Amandemen UUD 1945 3. dan perbandingannya sebelum amandemen? perbandingannya dan dengan lembaga negara yang
Bagaimana
memiliki lain?
tugas
wewenang yang
hampir sama
di Negara
3. Tujuan Penulisan
Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1.Untuk
memenuhi
kewajiban
penulis
dalam
rangka
menyelesaikan studi S-1 nya di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. 2. Mengetahui tugas dan wewenang MPR setelah amandemen UUD 1945. 3,. Mendapatkan pemahaman mengenai akibat pengurangan tugas dan wewenang MPR dan bagaimana konsep lembaga MPR sebelum dan setelah adanya perubahan Undang-Undang Dasar 1945 jika diperbandingkan dengan lembaga negara yang mempunyai tugas dan wewenang yang hampir sama di negara lain.
4. Definisi Operasional Pembatasan dari beberapa istilah yang penulis gunkan dalam penulisan ini adalah sebagai berikutL: 1. Undang Undang Dasar atau Konstitusi adalah aturan
aturan daasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara, meskipun tidak tertulis. Pembatasan ini adalah kutipan dari alinea pertama Penjelasan UndangUndang Dasar 1945 yang berbunyi: Undang undang Dasar suatu negara hanya sebagian dari hukum dasar negara itu. Undang Undang Dasar ialah hukum dasar yang tertulis sedang
10
dasar
yang
timbul
dan
terpelihara
dalam
praktek
penyelenggraan negara, meskipun tidak tertulis.13 2. MPR (Majelis Permusyawaratan yang ada Rakyat) menurut Umum adalah UUD lembaga Yang
Permusyawaratan anggotanya
Rakyat
1945.
dipilih
dalam
Pemilihan
secara
langsung
dan lembaga ini terdiri dari Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah. 3. Tugas adalah kewajiban atau sesuatu yang wajib
dikerjakan atau ditentukan untuk dilakukan.14 4. Wewenang atau wenang adalah hak dan kekuasaan (untuk melakukan sesuatu)15 5. Fungsi adalah jabatan(yang dilakukan) pekerjaan yang
dilakukan.16 6. DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) adalah lembaga perwakilan rakyat lembaga yang yang berfungsi sebagai lembaga legislasi dan juga fungsi
menjalankan
fungsi
anggaran
13 14
Indonesia, Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, WJS. Poerwadrminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, Jakarta 1976 h.1094 Ibid, h. 1150 Ibid, h. 283
15
16
11
pengawasan17.
Anggota
Dewan
Perwakilan
rakyat
dipilih
melalui Pemilihan Umum.18 7. DPD (Dewan Perwakilan Daerah) adalah lembaga perwakilan daerah yang berfungsi daerah sebagai propinsi Daerah lembaga di perwakilan dan
legislatif Anggota
dari
Republik dipilih
Indonesia. setiap
Dewan
Perwakilan
dari
5.Metode Penelitian Metode penulsian yang penulis gunakan dalam skripsi berjudul TUGAS DAN WEWENANG MPR SETELAH PERUBAHAN UUD
1945 ini adalah berupa penelitian kepustakaan.20 Adapun meliputi: 1. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan antara hukum yang bahan-bahan pustaka yang penulis pergunakan
mempunyai Undang
kekuatan 1945,
mengikat
lain:
Undang
Dasar
Konstitusi
Republik
Indonesia
Jimly Asshiddiqie, Konsolidasi naskah UUD 1945 Setelah Perubahan Keempat, Pusat Studi Hukum Tata Negara FHUI, Jakarta, pasal 20A, h.27
18 19
20
Penelitian kepustakaan atau disebut juga penelitian hokum normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka. Lihat Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif ( Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1995) hal 13, 14.
12
2.
Bahan hukum sekunder, yaitu bahan bahan hukum yang menjelaskan artikel bahan hukum primer seperti buku-buku,
majalah
dan
koran,
maupun
makalah-makalah
yang berhubungan dengan topik penulisan ini. 3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum penunjang
yang memberikan petunjuk terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, dan kamus bahasa.
6.Sistematika Penulisan
Dalam
Penulisan
skripsi
ini
digunakan
sistematika
BAB
adalah
pendahuluan
yang
mencakup
latar
belakang
permasalahan yang akan ditulis; pokok permasalahan; tujuan penulisan; metodologi penulisan; definisi operasional; dan sistematika penulisan.
BAB II Menjelaskan konsep lembaga perwakilan yang merupakan konsep dasar MPR sebagai suatu lembaga negara yang memiliki kekuasaan sebagai lembaga pemegang kedaulatan rakyat. Hal
13
ini
dicantumkan
dalam
UUD
1945
sebelum
Perubahan
dan
bagaimana konsep lembaga MPR setelah diadakan Perubahan UUD 1945. Juga dijelaskan memegang berbagai kekuasaan teori yang mendasari rakyat dan
kekuasaan
MPR
kedaulatan
BAB III
adalah
analisa
yang
akan
menjelaskan
bagaimana
konsep lembaga Majelis Permusyawaratan Rakyat yang ada di Indonesia. Dan bagaimana konsep lembaga ini sebelum dan sesudah Perubahan UUD 1945 sehingga dapat diperbandingkan dengan jelas dalam mana tugas dan wewenang yang dikurangi atau ditambah setelah Perubahan Undang-Undang Dasar 1945. Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia dianalisa juga dari sudut tugas dan wewenang sebagai lembaga negara. Dan penjelasan bagaimana tugas dan wewenang tersebut
juga bagaimana
akibat dari tugas dan wewenang tersebut dalam mempengaruhi sistem lembaga perwakilan di Negara Republik Indonesia. Dan menjelaskan struktur yang terjadi akibat tugas dan wewenang yang diatur dalam Undang-Undang Dasar.
14
BAB IV MPR di
Menjelaskan bagaimana perbandingan lembaga negara Indonesia dengan lembaga negara di negara lain
dengan asumsi bahwa lembaga negara di negara lain memiliki tugas dan wewenang yang hampir sama. Dan diambil contoh negara adalah Cina, Venezuela, dan Amerika Serikat. Dan dalam bab ini diperiodisasi tugas dan wewenang MPR sebelum perubahan dan sesudah perubahan UUD 1945. Kemudian diambil kesamaan antara lembaga negara yang hampir sama dinegara lain dan dicari perbedaannya dengan cara diperbandingkan antara lembaga tersebut.
BAB
Menerangkan
tawaran
solusi
dari
skripsi
dengan
menjelaskan tugas dan wewenang MPR setelah amandemen UUD 1945. Dan bagaimana pengaturan yang baik dari tugas dan
wewenang MPR ditinjau dari kedudukan lembaga MPR setelah Amandemen UUD 1945.
15
1. Konsep Lembaga Perwakilan Untuk membahas lembaga Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia maka harus dijelaskan bagaimana konsep lembaga perwakilan rakyat. Dan rakyat bagaimana sehingga perubahan dapat konsep
mengatasnamakan
lembaga perwakilan yang ada setelah perubahan Undang-Undang Dasar 1945. Sehingga Rakyat dapat dapat dijelaskan digolongkan apakah kedalam Majelis lembaga
Permusyawaratan
1.1.Konsep Lembaga Perwakilan Pada Waktu Negara Berdiri Lembaga Perwakilan atau yang lebih lembaga sering yang dan disebut mewakili fungsi
institution melakukan
adalah fungsi
pengawasan
legislasi. Konsep lembaga perwakilan tidak terlepas dari asal usul negara yang dimulai:
16
1. Manusia tidak bisa hidup sendiri. Untuk hidup manusia berkehendak akan bantuan makhluk lain. 2. Disebabkan manusia tidak bisa hidup sendiri maka cara
berkumpullah
mereka
untuk
merundingkan
memperoleh bahan-bahan primer (makanan, temapat dan pakaian). Lalu terjadilah pembagian pekerjaan dimana masing-masing harus menghasilkan lebih dari
keperluannya sendiri untuk dipertukarkan den demikian berdirilah desa. 3. Antara desa dengan desa terjadi pula kerjasama dan terjadilah dengan masyarakat lain negara. Antara negara-negara karena
negara
terjadi sama
juga lain
kerjasama dan
perlunya
bantuan
satu
terjadilah
suatu negara harus mempunyai 4 syarat: 1. Adanya wilayah. 2. Adanya Pemerintah 3. Adanya rakyat 4.
21
22
Konvensi Montevidio tentang Hak dan Kewajiban Negara (Convention on Rights&Duties of States), 26 Desember 1934 Pasal 1, The State as a person of International Law should possess the following
17
Ada
yang
menyatakan
bahwa
Negara
merupakan
perkelompokkan dari manusia yang merasa sendirinya senasib yang mempunyai tujuan yang sama23. Tujuan dari negara adalah untuk menjalankan ketertiban dan keamanan. Dan tujuan akhir dari negara adalah mewujudkan keadilan dan kemakmuran bagi warga negaranya. Menurut ilmuwan Islam Ibnu Khaldun bahwa adanya
organisasi kemasyarakatan (ijtimai wal insani) merupakan suatu keharusan. Para filosof atau ahli hukum (al-hukuma) telah melahirkan kenyataan ini dengan perkataan
mereka :Manusia adalah bersifat politis menurut tabiatnya (al insanu madaniyyunbiath-thabi). organisasi Ini berarti, yang ia
memerlukan
satu
kemasyarakatan,
menurut
para filosof dinamakan kota, dan itulah yang dimaksud dengan peradaban24. Jadi didalam pandangan ahli agamapun
pembentukan suatu organisasi kemasyarakatan untuk mengatur masyarakat menjadi suatu keharusan. Menurut Aristoteles bahwa sesungguhnya negara itu
Padmowahyono, Ilmu Negara, Ind Hill-Co, Jakarta, 1996 h. 51 Ibnu Khaldun, Mukaddimah, Pustaka Firdaus, Jakarta, 2000, h.71
24
18
suatu disebut
persekutuan he koinona
hidup
politis.
Dalam
bahasa
Yunani
politike;
artinya
suatu
persekutuan
hidup yang berbentuk polis ( negara kota). Ungkapan negara adalah persekutuan hidup politis sesungguhnya mengandung
beberapa hal penting yang perlu dipikirkan25, seperti tujuan dan arti negara bagi masyarakat. Mc Dougall membagi pembentukan negara sebagai kelompok masyarakat menjadi 2 yaitu: 1. Yang terjadi secara wajar atau alamiah atau
kuntsmatig.26 Timbulnya suatu negara tidak akan terlepas dari teori Contract Social yang diungkapkan oleh Thomas Hobbes, John Locke dan JJ Rousseau .27
Kontrak Sosial merupakan perjanjian antara masyarakat yang ingin membentuk suatu negara, suatu pemerintahan
pembentukan
25
J.H. Rapar, Filsafat Politik Aristoteles, Rajawali Pers, Jakarta, 1998, h. 33 Padmowahyono, Op.cit, h, 51 M.Solly Lubis, Op.cit h.35
26
27
19
perjanjian antara anggota masyarakat biasanya disebut teori perjanjian masyarakat). kepada yang Kemudian suatu rakyat ini menyerahkan ataupun
kedaulatannya sekelompok
lembaga, amanat
persoon untuk
orang
mendapat
menjalankan
kedaulatan tersebut. Menurut Utrecht tentang Hobbes, Walaupun Rosseau. Jean tak Jacqueas berlainan perbandingan antara Thomas dan John Locke bahwa dan
Rousseau
masing-masing anggapan
Hobbes, tentang
Locke
Mereka
mempunyai
pembentukan
negara dan adanya negara itu. Menurut anggapan ketiga ahli tersebut pembentukan adanya negara itu disusun atas suatu perjanjian sosial, kesimpulan-kesimpulan yang mereka tarik tentang sifat negara sangat berlainan. Menurut Hobbes
negara itu bersifat totaliter, Negara itu diberi kekuatan tidak terbatas (Absolut). kerajaan dan Menurut Locke negara yang itu
bersifat
memberi pokok
mengenai (ingat :
hak-hak life,
kebebasan dan
liberty,
property).
Rousseau beranggapan bahwa negara bersifat suatu perwakilan rakyat, dan negara itu selayaknya negara demokrasi yakni
Ibid, h. 35
20
2.Konsep Lembaga Perwakilan Rakyat Setelah Negara Berdiri. Atas dasar tersebut maka lahirlah teori demokrasi
representatif29. Karena pada saat ini tidak mungkin semua rakyat berkumpul untuk menentukan keinginannya setiap saat. Direct democracy adalah suatu bentuk pemerintahan dimana hak untuk membuat keputusan-keputusan politik dijalankan
secara langsung oleh seluruh warga negara yang bertindak berdasarkan prosedur-prosedur mayoritas. Sifat langsung
dari demokrasi Yunani dapat diselenggarakan secara efektif karena berlangsung terbatas Serta suatu dalam suatu kondisi terdiri penduduk kota). yang dari sedikit Lagipula sederhana, kota dan
(300.000 ketentuan
dalam
ketentuan demokrasi hanya berlaku untuk warga negara yang resmi, yang hanya merupakan bagian kecil dari penduduk. Untuk mayoritas yang terdiri dari budak belian dan pedagang asing demokrasi tidak berlaku
30
29
.Jimly Asshiddiqie, Gagasan Kedaulatan Rakyat Dalam Konstitusi dan Pelaksanaannya di Indonesia, PT Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 1994, h. 70
30
21
dan
pada
suatu Dan
saat,
sehingga
harus
dicari
pemecahan Perwakilan
masalahnya.
muncullah
konsep
demokrasi
Rakyat atau yang sering lebih disebut sebagai Demokrasi Representatif. Akhirnya Demokrasi Representatif ini hampir dilakukan disetiap negara modern pada saat ini. Apabila dilihat pada saat zaman Yunani telah berlaku pemerintahan akhirnya yang berdasarkan tidak baik. rakyat (demokrasi), pada dan
berjalan
Sehingga
awalnya
demokrasi dikritik oleh para pemikir-pemikir Yunani seperti Plato, Socrates31 dan Aristoteles32.
3. Konsep Lembaga Perwakilan di Negara modern Setelah runtuhnya peradaban Yunani maka pada saat
itu. Muncullah peradaban Romawi yang membuat suatu konsep baru yaitu munculnya dan Senat Caesar sebagai sebagai perwakilan pemegang berfungsi kekuasaan
sebagai
pengawas dan
rakyat muncul
dibidang
Romawi
negara-negara sebagai
menjadikan
orang
(raja)
pusat
Plato, Republik, Bentang, Jakarta, 2002, h. 354 Soetiksno, Filsafat Hukum Bagian 1, PT Pradnya Paramita, Jakarta, 2002, h.16
32
22
adalah raja. Penyerahan kewenangan mengatasnamakan rakyat dari rakyat ke lembaga negara. Dan kemudian lembaga negara mempunyai otoritas untuk memerintah rakyat merupakan suatu hal yang terjadi dalam proses politik dinegara manapun. Dan menurut Robert Paul Wolf peran lembaga negara yang mengatasnamakan kelompok orang negara yang itu, diartikan otoritas sebagai tertinggi suatu dalam
mempunyai
3.1. Teori Kedaulatan Setelah merumuskan adanya negara kedaulatan di jaman suatu modern, yang maka sangat
kembali
menjadi
penting. Menurut Harold J. Laski bahwa: the modern state is a sovereign state. It is, therefore, independent in the face of other communities. It may infuse its will towards them with a substance which need not be affected by the will of any external power. It is, moreover, internally supreme over the territory that it control34. Terjemahan bebas: Negara modern adalah negara yang mempunyai kedaulatan. Hal ini untuk independen dalam menghadapi komunitas lain. Dan akan mempengaruhi substansi yang akan diperlukan dalam kekuasaan internal dan kekuasaan eksternal.
33
Carol C.Gould, Demokrasi Ditinjau Kembali, PT. Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta, 1993, h.229 Harold J Laski, A Grammar Of Politics, George Allen & Unwin LTD, London ,1938 h. 44
34
23
kekuasaan
yang
Jelas disini kedaulatan merupakan suatu keharusan yang dimiliki oleh negara yang ingin independen atau merdeka dalam menjalankan kehendak rakyat yang dipimpinnya.
Sehingga kedaulatan merupakan hal yang mempengaruhi seluruh kehidupan bernegara. Menurut kedaulatan Jean yang Bodin dikenal sebagai bapak teori
merumuskan
kedaulatan
bahwa
kedaulatan
adalah suatu keharusan tertinggi dalam negara: Suatu keharusan tertinggi dalam suatu negara, dimana kedaulatan dimiliki oleh negara dan merupakan ciri utama yang membedakan organisasi negara dari organisasi yang lain di dalamn negara. Karena kedaulatan adalah wewenang tertinggi yang tidak dibatasi oleh hukum dari pada penguasa atas warga negara dia dan orangorang lain dalam wilayahnya35. Muncullah merumuskan negara36: 1. Kedaulatan Tuhan. 2. Kedaulatan Raja. 3. Kedaulatan Rakyat.
35 36
kedaulatan yang
yang
mencoba suatu
siapa
berdaulat
dalam
Padmo Wahjono, Ilmu Negara, Ind Hill Co, Jakarta, 1996 hal. 153 Ibid, h 154
24
kedaulatan yang tidak dipegang oleh suatu persoon. 3.1.1.Kedaulatan Tuhan Teori kedaulatan Tuhan dimana kekuasaan yang tertinggi ada pada Tuhan,jadi didasarkan pada agama. Teori-teori
teokrasi ini dijumpai, bukan saja di dunia barat tapi juga di timur. Sehingga dapat dikatakan bahwa kekuasaan teokrasi dimiliki oleh hampir seluruh negara pada beberapa
peradaban. Apabila pemerintah negara itu berbentuk kerajaan ( monarki) maka dinasti yang memerintah disana dianggap
turunan dan mendapat kekuasaannya dari Tuhan. Misalnya jika Tenno Heika di Jepang dianggap berkuasa sebagai turunan dari Dewa matahari.37
3.1.2.Kedaulatan Raja Teori kedaulatan bahwa kekuasaan yang tertinggi ada pada raja hal ini dapat digabungkan dengan teori pembenaran negara yang menimbulkan kekuasaan mutlak pada raja/satu
37
25
penguasa38. Teori-teori kekuasaan jasmani atau teori-teori perjanjian dari Thomas Hobbes. Dan kemudian muncul menjadi negara adalah raja. Letat cest moi yang diungkapkan oleh Louis XVI yang menjadi sumbu dari pergerakan Revolusi
Perancis.
3.1.3 Kedaulatan Rakyat Teori ini lahir dari reaksi pada kedaulatan raja. Yang menjadi bapak dari ajaran ini adalah JJ. Rousseau yang pada akhirnya teori ini menjadi inspirasi Revolusi Perancis39. Teori ini menjadi inspirasi banyak negara termasuk Amerika Serikat dan Indonesia, dan dapat disimpulkan bahwa trend dan simbol abad 20 adalah tentang kedaulatan rakyat. Menurut mewakilkan Kemudian diberikan teori ini, rakyatlah yang berdaulat kepada dan
atau
menyerahkan memecah
kekuasaannya beberapa
negara. yang
negara pada
menjadi
kekuasaan
pemerintah,
ataupun
lembaga
perwakilan.
Tetapi karena pada saat dilahirkan teori ini banyak negara yang masih raja menganut atau sistem monarki, maka yang berkuasa ini
adalah
38
pemerintah.
Bilamana
pemerintah
Soetiksno, Filsafat Hukum Bagian 2, PT Pradnya Paramita, Jakarta, 2003, h.59 Soehino, Ilmu Negara, Liberty, Yogyakarta, 1980, h.121
39
26
melaksanakan tugasnya tidak sesuai dengan kehendak rakyat, maka rakyat akan bertindak mengganti pemerintah itu.
Kedaulatan rakyat ini, didasarkan pada kehendak umum yang disebut volonte generale oleh Rousseau40. Apabila Raja memerintah hanya sebagai wakil, sedangkan kedaulatan penuh ditangan rakyat dan tidak dapat dibagikan kepada pemerintah itu.41
3.1.4. Kedaulatan Negara Teori ini juga sebagai reaksi dari kedaulatan rakyat, tetapi melangsungkan teori kedaulatan raja dalam suasana kedaulatan dalam rakyat. Menurut Dari paham itu ini, negara mempunyai Negaralah (dalam hak yang sumber arti tidak
negara.
government=pemerintah)
dianggap
terbatas terhadap life, liberty dan property dari warganya. Warga negara bersama-sama hak miliknya tersebut, dapat
dikerahkan untuk kepentingan kebesaran negara. Mereka taat kepada hukum tidak karena suatu perjanjian tapi karena itu adalah kehendak negara.42
40
Deliar Noer, Pemikiran Politik Di Negeri Barat, Mizan, Jakarta, 1999, h.162 Solly Lubis, Op.Cit, h.42 Ibid, h..42
41
42
27
Hal
ini
oleh
madzhab
Publizisten kekuasaan
memberikan mutlak,
konstruksi suasana
raja
pada
kedaulatan rakyat.
dukungan yang besar dari 3 golongan yaitu: 1. Armee (angkatan perang) 2. Junkertum (golongan idustrialis) 3. Golongan Birokrasi ( staf pegawai negara). Sehingga apa-apa dan praktis tidak rakyat tidak mempunyai Oleh kewenangan karena itu
memiliki
kedaulatan.
menurut sarjana-sarjana D.P.S kedaulatan bulat pada rakyat. Tetapi wewenang tertinggi hanyalah ajaran tersebut alat, berada bukan pada yang ini negara. memiliki adalah
Sebenarnya kedaulatan.
negara Jadi
kedaulatan
negara
penjelamaan baru dari kedaulatan raja. Karena pelaksanaan kedaulatan adalah negara, dan negara adalah abstrak maka kedaulatan ada pada raja.43
3.1.5. Teori Kedaulatan Hukum Teori kedaulatan hukum timbul sebagai penyangkalan
28
Teori
ini
menunjukkan
kekuasaan
yang
tertinggi
tidak
terletak pada raja (teori kedaulatan raja) juga tidak pada negara (teori kedaulatan negara). Tetapi berada pada hukum
yang bersumber pada kesadaran hukum pada setiap orang.44 Menurut teori ini, hukum adalah pernyataan penilaian yang terbit dari kesadaran hukum manusia. Dan hukum
merupakan sumber kedaulatan. Kesadaran hukum inilah yang membedakan mana yang adil dan mana yang tidak adil.45 Teori ini dipakai oleh Indonesia dengan mengubah
Undang-Undang Dasarnya, dari konsep kedaulatan rakyat yang diwakilkan menjadi kedaulatan hukum. Kedaulatan hukum
tercantum dalam UUD 1945 Kedaulatan ada ditangan rakyat dan dilaksanakan oleh Undang-Undang Dasar46.
3. 2.Konsep Lembaga Perwakilan Setelah adanya Kontrak Sosial Berangkat dari teori Rosseau mengenai Demokrasi
Perwakilan. Menurut Rousseau maka rakyatlah yang berdaulat dan kemudian mewakili kedaulatannya kepada suatu lembaga
44
Ibid, h.156 M.Solly Lubis, Op, Cit, h. 41 Indonesia, Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945, pasal 1ayat 2
45
46
29
yaitu pemerintah ( siapa yang memerintah untuk menjalankan kedaulatan tersebut). Konsep demokrasi rakyat seperti ini menjadi suatu hal yang diminati pada saat Renaissance dan menjadi konsep yang sering dipakai pada saat ini. Pada dahulu kekuasaan cukup diwakilkan kepada raja
47
sehingga raja dengan pemerintahannya dapat mengatasnamakan negara. Raja bertindak atas nama negara dengan tujuan
melaksanakan kedaulatan rakyat. Akan tetapi hal ini membawa kekhawatiran tentang
kekuasaan yang diberikan kepada satu lembaga. Seperti yang dikatakan oleh Montesquieu When the legislative and executive powers are united in the same persons or body, there can be no liberty, because apprehensions may arise lest the same monarch or senate should enact tyrannnical laws, to enforce them in tyrannical manner.....Were the power of judging joined with the legislature, the life and liberty of the subject would then be exposed to arbitrary control, for the judge would then be the legislator. Were it joined to the executive power, the judge might behave with all the violence of an opressor.48 Terjemahan bebas: Ketika kekuasaan legislatif dan eksekutif bersatu dalam satu orang atau lembaga, berarti kemungkinan akan tidak ada kebebasan, karena kesanggupan akan muncul dengan
47
Renaissance adalah aliran yang menghidupkan kembali minat kepada kesusasteraan dan kebudayaan Yunani Kuno yang selama Abad Pertengahan telah disisihkan. Aliran ini membelokkan perhatianyang tadinya semata-mata diarahkan kepada tulisan-tulisan keagamaan ke arah soal-soal keduniawian dan mengakibatkan timbulnya pandangan-pandangan baru.
48
Harold J Laski, A Grammar Of Politics, George Allen & Unwin LTd, London, 1938. h. 297
30
membuat perundang-undangan yang tiran dan dilakukan oleh pemerintahan monarki atau senat, dan lembaga tersebut akan berbuat tirani..... Dan ketika kekuasaan mengadili bersatu dengan legislatif, maka kehidupan dan kebebasan dari pengadilan tersebut akan kemudian terkena kontrol yang sepihak dimana hakim tersebut menjadi legislatif. Dan ketika kekuasaan mengadili digabung dengan kekuasaan eksekutif, maka hakim mungkin akan bertindak dengan segala kekerasan sebagai penindas. Muncullah berbagai teori tentang bagaimana seharusnya dalam menjalankan kedaulatan. jaman modern adalah Yang sering dipakai dalam pemerintahan dan kekuasaan yang negara
49
demokrasi, rakyat
berdasarkan
rakyat.
Antara
sehari-hari, lazimnya berkembang atas 2 teori, yaitu : 1. Teori Demokrasi Langsung dapat (direct dilakukan democracy) secara
dimana
rakyat
langsung
rakyat
sendirilah
yang
melaksanakan
democracy). Representasi disini sangat diperlukan bagi eksistensi otoritas politik di samping beberapa hal pokok lainnya.
31
sangat tergantung pada beberapa tuntutan lain. Dan biasanya berhubungan dengan konstitusionalisme: pembatasan kekuasaan pemerintah dan kebebasan politik warga negara.50 Kemudian perkembangan lembaga perwakilan di duniapun menjadi tuntutan beragam zaman dan dan berkembang. dilekatkan Hal pada ini sesuai dengan membuat
kekuasaan
undang-undang.51
3.3.Konsep Lembaga Perwakilan Rakyat di Negara Modern. Setelah berkembangnya ide demokrasi yang telah dimulai sejak abad ke 19 maka konsep pemerintahan demokrasi menjadi suatu trend dan isu global dalam dunia. Sehingga mayoritas negara menggunakan demokrasi sebagai sistem politik dan
perwakilanpun berkembang dan terbagi dalam berbagai sistem. Konsep dasar lembaga perwakilan atau parlemen adalah sistem Demokrasi Perwakilan dimana kedaulatan rakyat yang
50
51
AV, Dicey, Introduction To The Study Of The Law Of The Constitution, Mc. Millan Education LTD, London, 1959, h. lxi
52
Samuel P Huntington, Benturan Antara Peradaban Dan Masa Depan Politik Dunia, CV Qalam Yogyakarta, Yogyakarta, 2003, h. 7
32
tercantum
dalam
Undang-Undang
Dasar.
Kemudian
dipecah
menjadi beberapa kekuasaan yang ada, dan yang dipakai dalam teori kedaulatan adalah kekuasaan dibidang pengawasan dan pembuatan undang-undang53.
3.4. Sistem Lembaga Perwakilan Rakyat Lembaga perwakilan atau yang lebih dikenal sebagai
parlemen dibagi kedalam berbagai sistem yaitu: 1. Sistem 1 Kamar 2. Sistem 2 kamar ad. 1. Sistem satu kamar Sistem satu kamar adalah sistem parlemen yang berdasar pada satu lembaga ini legislatif tertinggi fungsi dalam struktur dan
negara.
Lembaga
legislatif juga
pengawasan
terhadap
membuat
Undang-
Undang Dasar. Isi unikameral aturan ini mengenai dan fungsi dan tugas dari parlemen negara
beragam
bervariasi
satu
serupa bahwa
53
Geoffrey Marshal, Parliamentary Sovereignty And The Commonwealth, Oxford University Press, Oxford, 1957, h.12
33
sebagai tanggung jawab satu badan tertinggi yang dipilih oleh rakyat.54 Ad. 2. Sistem 2 Kamar Sistem 2 kamar adalah sistem yang sistem parlemen yang terbagi negara. atas Dalam 2 lembaga legislatif tugasnya dalam suatu struktur ini
menjalankan
kedua
lembaga
mempunyai tugas-tugas tertentu. Pada prinsipnya, kedua kamar majelis dalam sistem
bikameral ini memiliki kedudukan yang sederajat. Satu sama lain tidak saling membawahi, baik secara politik maupun secara legislatif. Undang-undang tidak dapat ditetapkan
tanpa persetujuan bersama ataupun melalui sidang gabungan diantara kedua majelis itu55. Pembagian menyatakan apabila ini dikritik oleh C.F. Strong yang
sebagai
atau tidak
klasifikasi
pergunakan tidak
maka
menyamakan
negara-negara
melakukan
pemilihan
54
Jimly Asshidiqie, Pergumulan Peran Pemerintah Dan Parlemen Dalam Sejarah, UI Press, Jakarta, 1996, h.36 55 Ibid, h. 37
34
Walaupun demikian konsep lembaga perwakilan 1 kamar atau 2 kamar menjadi konsep lembaga yang dipakai oleh
mayoritas negara di dunia. Dan biasanya sistem dua kamar dianut oleh negara federal. Negara kesatuan yang memakai sistem 2 kamar karena untuk membatasi kekuasaan majelis lain.57 Sistem parlemen lain yang pernah digunakan pada negara adalah sistem 3 kamar. Sistem 3 kamar adalah sistem yang sistem parlemen yang terbagi atas 3 lembaga legislatif atau lembaga perwakilan dalam suatu struktur negara. Meskipun tidak banyak dikenal, sistem tiga kamar ini dipraktekkan dalam Sistem Pemerintahan di Cina Taiwan. Sistem ini struktur organisasi parlemennya nasionalnya terdiri atas tiga badan yang masing-masing mempunyai fungsi sendiri-sendiri.58
Sri Soemantri, Pengantar Perbandingan Antar Hukum Tata Negara, CV. Rajawali, Jakarta, 1981,h.69 Miriam Budiarjo, Op.Cit, h.180 Ibid, h. 43
57
58
35
Tugas
dan
wewenang
yang
dijalankan
setiap
lembaga
perwakilan rakyat di dunia adalah sebagai berikut: 1. Sebagai lembaga perwakilan yang agar rakyat yang oleh mengawasi pemegang tidak
jalannya kekuasaan
pemerintahan eksekutif
dilakukan kekuasaan
pemerintah
menindas rakyat sehingga kekuasaan tidak dijalankan secara sewenang-wenang59. 2. Sebagai pemegang kekuasaan legislatif untuk menjalankan keinginan undang rakyat. juga Dan diinterprestasikan pembuat dalam undangDasar
dan
sebagai
Undang-Undang
5. Konsep Lembaga Perwakilan di Indonesia Konsep lembaga perwakilan di Indonesia jika dipecahpecah akan terbagi Dasar kedalam yang beberapa periodesasi Negara menurut
Undang-Undang ,yaitu:61
dipakai
dalam
Indonesia
59
Lawrence Dood, Coalitions in Parliamentary Government, Princeton University Press, New Jersey, 1976, h.16 60 Bryan A Garner (ed in chief), Blacks Law Dictionary , sevent edition,West Group, St Paul, Minn, 1999
61
Dahlan Thaib, Jazim Hamidi, Nimatul Huda, Teori Hukum Dan Konstitusi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999, h.75.
36
1. Undang-Undang Dasar 1945, yang berlaku antara 18 Agustus 1945 sampai dengan 27 Desember 1949. 2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat 1949, yang berlaku antara 27 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950 3. Undang Undang Dasar Sementara Tahun 1950, yang berlaku antara 17 Agustus 1950 sampai dengan 5 Juli 1959 4. Kembali Ke Undang Undang Dasar 1945, yang berlaku sejak dekrit Presiden 5 Juli 1959 sampai dengan sekarang. Yang akan dibahas secara deskriptif dalam karya tulis ini adalah periode kembali ke Undang-Undang Dasar 1945
5.1. Sebelum Perubahan UUD 1945 Perkembangan konsep lembaga perwakilan di Indonesia
dimulai sejak tahun 1945. Tidak ada ketentuan secara tegas yang menyatakan bahwa MPR termasuk lembaga perwakilan atau tidak62. Dan Majelis Permusyawaratan Rakyatpun tidak diberi kewenangan Perwakilan legislatif Rakyat yang (membuat undang-undang), badan yang Dewan berada
merupakan
dibawahnyapun tidak diberi kewenangan legislatif. Sehingga MPR dan DPR (yang seharusnya merupakan badan legislatif)
62
37
filosofis
MPR
merupakan
perwujudan
seluruh
rakyat di Indonesia. MPR secara yuridis menurut pasal 2 ayat 1 UUD 1945. Kedaulatan oleh ada di tangan rakyat dan
dijalankan Rakyat64.
Majelis
Permusyawaratan rakyat di
merupakan
penjelmaan
Indonesia adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat, sehingga lembaga MPR termasuk kedalam penjelmaan perwakilan rakyat sepenuhnya dan mempunyai kekuasaan di segala fungsi65. Dan jika dilihat Rakyat dari penjelasan 2(dua) diatas macam Majelis fungsi,
memiliki
legislatif,
yang
lahir
dari
kekuasaan-
kekuasaan menetapkan Undang-Undang Dasar, kekuasaan mengubah Undang-Undang Dasar dan kekuasaan
63
Jimly Asshiddiqie, Teori Dan Aliran Penafsiran Hukum Tata Negara, Jakarta:Ind.Hill-Co, 1998 , h. 25 Indonesia, UUD 1945 pasal 1 ayat 2
64
65
Dahlan Thaib, Implementasi Sistem Ketatanegaraan menurut UUD 1945, Liberty, Yogyakarta, 1993, h.55
66
Muchyar Yara, Pengisian Jabatan Presiden Dan Wakil Presiden Di Indonesia Suatu Tinjauan Sejarah Hukum Tata Negara, PT.Nadhillah Ceria Indonesia, Jakarta, 1995, h.67
38
2.
Fungsi non legislatif, yang lahir melalui kekuasaan memilih dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden. Dalam melihat MPR secara keseluruhan maka harus
dilihat ide pembentukannya pertama kali. Untuk menjamin agar majelis ini benar-benar menjadi penjelmaan seluruh rakyat. Maka ditentukan bahwa
keanggotaannya meliputi: 1. Seluruh wakil rakyat yang terpilih melalui DPR. 2. Utusan Golongan yang ada dalam masyarakat menurut
ketentuan peundang-undangan yang berlaku. 3. Utusan daerah seluruh Indonesia menurut ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.67 Sebelum mempunyai dilakukan perubahan UUD 1945 maka rakyat MPR yang
kewenangan
menjalankan
kedaulatan
penuh. Tidak ada suatu lembaga negarapun di Indonesia yang diberikan kewenangan sebesar ini sehingga MPR menjadi
lembaga yang sangat kuat. Konsep lembaga MPR sebelum perubahan Undang-Undang
Dasar 1945 harus dilihat dari apa yang diinginkan oleh para pendiri bangsa ini yang merumuskan Undang-Undang Dasar 1945
67
Jimly Asshidiqie, Pergumulan Peran Pemerintah Dan Parlemen Dalam Sejarah, UI Press, Jakarta, 1996, h.50
39
(Founding
Fathers).
Sebelum
Indonesia
diproklamasikan
tanggal 17 Agustus 1945 telah ada lembaga yang dibentuk oleh Jepang yaitu BPUPKI (Badan Penyelidikan Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan merupakan badan yang menyelidiki Walaupun Dasar. Konstitusi tertinggi dan atau Undang-Undang yang Dasar adalah hukum usaha persiapan kemerdekaan merumuskan di Indonesia.
pada
akhirnya
BPUPKI
Undang-Undang
tertulis
mengatur
tentang
mekanisme
penyelenggaraan negara, sebagai kumpulan aturan pembagian kekuasaan negara. Dan membatasi kekuasaan pemerintah
sehingga tidak sewenang-wenang.68 Merumuskan rancangan konstitusi tentu merupakan tidak yang
pekerjaan asing bagi mereka. Sulit mencari untuk mengatakan tidak ada dalam sama sekali diantara mereka
berpengalaman
merancang
suatu
sistem
kekuasaan
negara, susunan badan-badan negara, dasar ideologi negara, hak asasi manusia sebagaimana umumnya sebuah konstitusi. Dengan demikian, mudah diduga para anggota BPUPKI akan
Eman Hermawan, Politik Membela Yang Benar Teori Kritik Dan Nalar, KLIK dan DKN GARDA BANGSA, Yogyakarta, 2003, h.58
40
gagasan berlaku
atau dari
praktek
bernegara lain
yang yang
pernah
atau
bangsa Dan
dirumuskan konstitusi
konstitusinya69.
tujuan
legal
dari
hanya suatu pemerintahan perwakilan yang terbatas. Tetapi juga yang bersifat individu, umum dengan pelaksanaan yang pengadilan kita sebut
kebebasan
seperti
apa
pemerintahan berdasarkan hukum (hal ini diungkapkan oleh Montesquieu )70. Dan para founding fathers kemudian membuat
beberapa lembaga negara yang fungsinya mengawasi lembaga negara yang lain. Konsep dikategorikan perwakilan sistem di Indonesia satu sulit dua untuk kamar
perwakilan
kamar,
ataupun tiga kamar. Apabila dicari kemiripannya maka akan mirip dengan sistem parlemen 1 kamar. Walaupun demikian
lembaga perwakilan di Indonesia haruslah dilihat sebagai suatu hal yang khas dari sistem Jimly ketatanegaraan Asshiddiqie adalah di
Menurut sistem
Profesor di
bahwa sistem
parlemen
Indonesia
Tim PSHK, Semua Harus Terwakili Studi Mengenai Reposisi MPR, DPR, dan Lembaga Kepresidenan di Indonesia, Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, Jakarta, 2000, h.19
70
Judith Shklar, Montesqieu Penggagas Trias Politica, Jakarta : Pustaka Utama Grafiti,1996,h.173 Jimly Asshiddiqie, Op.Cit. h.52
71
41
Kesulitan untuk mengkategorikan hal ini mungkin karena Indonesia adalah negara yang baru ada. Dan konsep lembaga negara untuk Indonesia membuat berdasarkan yang para keinginan dalam founding struktur fathers lembaga Dasarnya
hal
berbeda pembuat
negara.
Walaupun
Undang-Undang
belajar ke negara lain sehingga akan ada proses peniruan dengan negara lain. Kemungkinan Indonesia mengambil beberapa pola sistem politik yang berbeda telah dipikirkan oleh penulis-penulis ilmu politik yang jeli. Shils telah berbicara tentang lima kategori seperti: demokrasi politik, demokrasi terpimpin, oligarki yang memodernisasikan, oligarki totaliter dan
oligarki tradisional. Dan John Kautsky dengan tema yang sedikit berbeda berbicara tentang otoriterisme arsitokratik tradisional, suatu tahapan peralihan yang berupa dominasi oleh kaum intelektual (seperti kaum nasionalis, politik intelektual totaliterisme kaum
aristokrasi totaliterisme
syncretiknya (serupa
Organski), model
dengan
UUD 1945
S.P. Varma, Teori Politik Modern, Rajawali Pers, Jakarta, 1990, h.478
42
Setelah dilakukan Perubahan Undang-Undang Dasar 1945. Konsep MPR sebagai pemegang kedaulatan rakyat yang
Perubahan ke 4 Undang-Undang Dasar. MPR tidak lagi memegang kekuasaan Indonesia. lembaga tertinggi MPR tetap dalam tidak sistem bisa ketatanegaraan di
sebagai peraturan
legislatif
karena Tetapi
MPR MPR
tidak masih
perundang-undangan.
dikategorikan
sebagai lembaga perwakilan rakyat. Karena Undang Dasar susunan 1945 anggota menurut MPR yang 2 ada UUD dalam 1945 Undangsetelah
pasal
Perubahan Keempat adalah: (1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Daerah Rakyat yang dan anggota melalui Dewan
Perwakilan
dipilih
pemilihan
umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang.73 Jika dilihat dari komposisi anggota Majelis
Permusywaratan Rakyat maka MPR dapat digolongkan sebagai lembaga parlemen74. Dan masih ada kewenangan membuat Undang73
Jimly Asshiddiqie, Konsolidasi Naskah UUD 1945 Setelah Perubahan Keempat, PSHTN UI, Jakarta, h.3
74
Yves Meny, Andrew Knap, Government And Politics In Western Europe, third edition, Oxford University Press, New York, 1998
43
Undang
Dasar,
memberhentikan Rakyat
presiden,
maka
Majelis demokrasi
Permusyawaratan perwakilan75.
dianggap
institusi
Representasi kepentingan rakyat secara nasional dalam lembaga Dewan Perwakilan Rakyat yang dipilih melalui partai politik dalam pemilihan umum. Hal ini merupakan suatu
tuntutan negara demokratis.76 Representasi lembaga karena: 1. Secara sosiologis ikatan masyarakat dengan propinsi jauh lebih kuat dibandingkan kabupaten. 2. Secara teknis pelaksanaan juga jauh lebih mudah perwakilan Dewan Perwakilan didaerah Daerah sebagai suatu
rakyat
dipahami
diantaranya
karena sudah ada pembagian wilayah administratif yang jelas. 3. Pemilihan mewakili kabupaten, berbasis semua propinsi lebih representatif dengan yang basis ada di
daerah
dibandingkan kabupaten
mengingat
jumlah
75
44
Jika demikian maka sistem parlemen di Indonesia adalah sistem trikameral. Hal ini diungkapkan oleh Prof.Jimly
Asshiddiqie pada seminar yang dilaksanakan di Bali78. Dengan alasan bahwa unsur keanggotaan MPR yang berubah, Kewenangan tertinggi kekuasaan, yang dicabut, Diadopsinya pemilihan prinsip pemisahan dan Wakil
diadopsinya
Presiden
77
78
Jimly Asshiddiqie, Struktur Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Keemapat UUD 1945, disampaikan dalam Seminar yang dilakukan oleh BPHN dan DEPKEH dan HAM RI, Juli, 2003, h.8-9
45
BAB III TUGAS DAN WEWENANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
1.
Majelis
Permusyawaratan
Rakyat
Sebelum
Perubahan
UUD
1945. Sebelum Permusyawaratan Undang-Undang Karena membahas Rakyat, Dasar yang tugas maka dan harus wewenang dilihat di Majelis bagaimana Indonesia. dasar
pernah
berlaku
Undang-Undang
Dasar
merupakan
pedoman
bernegara. Di Indonesia Undang-Undang Dasar yang pernah berlaku terbagi atas RIS 3. 3. UUD tersebut 1950. adalah: Yang 1. UUD 1945 2.
Konstitusi bagaimana
UUDS MPR
akan
dibahas Sedangkan
adalah yang
perumusan
pertama
kali.
46
menjadi bahasan utama adalah tugas dan wewenang sebelum dan sesudah Perubahan UUD 1945.
1.1. UUD 1945 UUD disepakati 1945 adalah Undang-Undang bagi Dasar pertama yang
sebagai
Konstitusi
Republik
Indonesia.
Dalam sejarah pembentukan UUD ini dapat diketahui bahwa dalam UUD keinginan didalam bentuk untuk menjelmakan perwakilan aspirasi seperti rakyat Majelis
berupa
badan
Permusyawaratan Rakyat, pertama kali dilontarkan oleh Bung Karno79. Sejalan dengan Konsepsi tersebut Muh.Yamin ternyata juga mengemukakan prinsip dari lima prinsip yang
dikemukakannya. Prinsip keempat ialah Peri Kerakyatan, yang terdiri dari80: A. Permusyawaratan, dengan mengutip surat Assyura ayat 38 yang artinya: Dan bagi orang-orang yang beriman, mematuhi sedang seruan Tuhan-Nya dan mendirikan dengan shalat,
urusan
mereka
diputuskan
musyawarah
antara mereka dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Demikian juga prinsip
79
Samsul Wahidin, MPR Dari Masa Ke Masa, Bina Aksara, Jakarta, h.68. Ibid h.69
80
47
musyawarah dasarnya
ini
diterapkan bersatu
sesudah
zaman
Nabi
yang
ialah
untuk
bermufakat81,
menurut
perpaduan adat dengan perintah agama. Dalam konteks ini Muh. Yamin untuk menampakkan Indonesia, Islam bahwa ialah dan musyawarah musyawarah Hal yang yang
dimaksudkan bersumber
dari
hukum
Adat.
tersebut
merupakan perpaduan konsepsi yang paling berpengaruh di Indonesia. Hukum Islam dalam hal ini diilhami oleh Al Quran, sedangkan adat diilhami oleh kondisi bangsa Indonesia, yang hukum aslinya ialah hukum adat. B. Perwakilan: Dasar Adat yang mengharuskan perwakilanperwakilan sebagai ikatan masyarakat di seluruh
Indonesia. Perwakilan sebagai dasar abadi dari tata negara. Dan dilakukan yang kecil oleh dan seluruh dengan Murba dalam
masyarakat
perantaraan
perwakilan dalam susunan negara.82 C. Kebijaksanaan: Rationalisme; perubahan dalam adat dan masyarakat keinginan penyerahan; Rationalisme sebagai dinamik masyarakat.
81
Ibnu Taimiyah, Pedoman Islam Bernegara, PT Bulan Bintang, Jakarta, 1989, h.224
82
Muhammad Yamin, Proklamasi Dan Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982, h . 103.
48
Unsur-unsur
yang
dipakai
dalam
merumuskan
sedikit Hal
ini tidaklah aneh karena sebelum diubah pada tanggal 18 Agustus 1945, ada beberapa pasal yang memuat tentang agama Islam misalnya pasal 6 dan pasal 29. Dalam masa setelah disahkannya Undang-Undang Dasar
1945 sebagai Undang-Undang Dasar negara. Maka Undang Undang Dasar ini menjadi suatu pedoman bernegara yang dipakai oleh seluruh lembaga negara yang ada di Republik Indonesia. Setelah kemerdekaan maka lembaga atau fungsi yang baru dibentuk adalah fungsi dilakukan eksekutif. oleh Fungsi tersebut dan Wakil
direpresentasikan
Presiden
Presiden dan kabinetnya untuk menjalankan kekuasaan secara sementara. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pun tidak sesuai dengan yang diamanatkan oleh UUD yaitu dipilih oleh PPKI. Tetapi hal ini bisa diatasi dengan adanya Aturan Peralihan dalam UUD 1945.
83
Majelis Syura menurut sebagian orang dalam menginterprestasikan IsIam adalah suatu badan permusyawaratan yang dibentuk untuk menyelesaikan dan memusyawarahkan berbagai persoalan yang sangat penting
84
Yusuf Al-Qardhawy, Fiqih Daulah Dalam Perspektif Al Quran Dan Sunnah, Jakarta: Pustaka AlQautsar,1997, h.213
49
Aturan Peralihan
pasal IV isinya adalah sebagai berikut: I. Panitia Persiapan kemerdekaan Indonesia mengatur dan
menyelenggarakan kepindahan pemerintahan kepada pemerintah Indonesia. II. Segala badan Negara dan Peraturan yang ada masih
langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar itu. III. Untuk pertama kali Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. IV. Sebelum Majelis dan Permusyawaratan Dewan Dasar Pertimbangan ini, Rakyat, Agung Dewan dibentuk
Perwakilan menurut
Rakyat
Undang-Undang
segala
kekuasaannya
dijalankan oleh Presiden dengan bantuan Komite Nasional.85 Apa yang dinyatakan oleh Aturan Peralihan ini telah dilaksanakan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, seperti pemilihan Presiden dan Wakil Presiden86. Terkecuali pasal IV Aturan Peralihan yang baru terbentuk 1 tahun
kemudian.
85
Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945 Aturan Peralihan Samsul Wahidin, Op.Cit, h.78
86
50
Dan selama 4 tahun Pemerintah belum bisa mengadakan Pemilihan Umum untuk memilih warga negara terpilih yang berhak duduk dalam DPR. Apabila DPR belum terbentuk maka otomatis MPR pun tidak terbentuk sehingga representasi dari lembaga perwakilan sementara dipindahkan kepada Komite
Nasional Indonesia Pusat. Hal ini terkandung dalam maklumat Wakil Presiden No X tahun 1946, Bahwa Komite Nasional
Pusat, sebelum terbentuk Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara, serta
menyetujui bahwa pekerjaan Komite Nasional Pusat seharihari berhubung dengan gentingnya keadaan dijalankan oleh sebuah Badan Pekerja yang dipilih diantara mereka dan yang bertanggung jawab kepada Komite Nasional Pusat.87 Hal ini merupakan inisiatif yang diambil pemerintah dari amanat dari Pasal IV Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar 1945. Pasal tersebut berbunyi Sebelum Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang-Undang Dasar
87
51
ini, segala kekuasaannya dijalankan oleh Presiden dengan bantuan sebuah komite Nasional88. Sampai tahun 1949 Indonesia belum memiliki kelengkapan negara yang diminta oleh UUD 1945. Dan berlangsung sampai Undang-Undang Dasar tahun 1945 diganti oleh Konstitusi RIS 1949
1.2.Konstitusi RIS Pada tahun 1949 Konstitusi RIS berlaku dan UUD 1945 tidak berlaku sebagai UUD. Rencana Konstitusi Republik
Indonesia Serikat disiapkan oleh kedua delegasi Indonesia dan pertemuan untuk Permusyawaratan Federal (Bijeenkomst voor Federaal Overleg) selama sidang-sidang Konferensi Meja Bundar. Pada Desember 1949 setelah disetujui oleh Sidang Pleno Komite Nasional Pusat dari daerah-daerah Indonesia bagian dan dan badan-badan perwakilan lainnya89. Wakil Pemerintah Daerah
Republik
wakil-wakil
Pemerintah
88
Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945 Ismail Suny , Pergeseran Kekuasaan Eksekutif, Aksara Baru, Jakarta,1986, h. 77
89
52
Konstitusi RIS merupakan konstitusi sementara sama halnya dengan Undang-Undang Dasar 1945.90 Dalam Konstitusi RIS ini maka lembaga-lembaga negara yang ada adalah: Presiden, Menteri-menteri, Senat, Dewan Perwakilan Pengawas Rakyat, Keuangan91. Mahkamah Yang Agung Indonesia dan Dewan lembaga
menjalankan
fungsi
Indonesia Serikat menerima baik Rencana Undang-Undang Dasar dengan tanggal Presiden kelebihan 15 suara besar UUD dalam ini kedua ditanda majelis. tangani Indonesia Pada oleh dan
Agustus
1950
dan
Menteri
Kehakiman
Republik
diundangkan sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia. Bentuk Negara Kesatuan dalam Negara Republik Indonesia
untuk seluruh Indonesia dipulihkan kembali pada tanggal 17 Agustus 1950 dan Undang-Undang Dasar 1950 mulai berlaku pada hari yang sama.
90
92
Ibid, h.78 Indonesia, Konstitusi RIS 1949 Ismail Suny, Op.Cit , h. 121
91
92
53
Jika dalam Konstitusi RIS 1949 kedaulatan dilakukan oleh Pemerintah bersama-sama dengan DPR dan Senat. Maka pelaku kedaulatan menurut DPR. UUDS 1950 adalah pemerintah UUD 1945,
bersama-sama
dengan
Sedangkan
dalam
kedaulatan Rakyat itu dilakukan sepenuhnya oleh MPR.93 Dalam UUDS 1950 alat kelengkapan negara hampir sama dengan Konstitusi Senat. RIS Hal akan ini tetapi terjadi berkurang karena dengan
dihapuskannya berubah
menjadi Rakyat
Negara sebagai
Kesatuan pemegang
kembali. fungsi
Perwakilan
pengawas
perwakilan rakyat94. Adanya suatu forum/sidang pembuat Undang-Undang Dasar baru suatu dalam hal Undang-Undang yang ini Dasar Sementara forum 1950 yang membuat merupakan bernama Undang-
menarik. diberikan
Karena
Konstituante
kewenangan
Undang Dasar baru. Dan sifatnya adalah sementara karena jika tugas sekaligus wewenangnya telah selesai dilaksanakan maka forum Konstituante ini berakhir95.
93
Jimly Asshiddiqie, Gagasan Kedaulatan Rakyat Dalam Konstitusi dan Pelaksanaannya di Indonesia, PT Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 1994, h. 117
94
Indonesia, Undang-Undang Dasar Sementara 1950 Indonesia, pasal 134 sampai dengan 139 Undang-Undang Dasar Sementara 1950
95
54
1.4.Kembali ke UUD 1945 Semenjak tanggal 5 Juli 1959 Indonesia kembali kepada UUD 1945 dengan adanya Dekrit Presiden 195996. Dasar hukum dekrit ini adalah staatsnoodrecht (hukum tata negara dalam keadaan darurat)97. Pembubaran ini dilakukan secara sepihak oleh Presiden Republik Indonesia. Karena sampai tahun 1959 Undang-Undang Dasar baru belum terbentuk. Hal ini sama dengan pendapat Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Majelis Orde Baru yang dapat Rakyat dibaca dalam No
Ketetapan
Permusyawaratan
Sementara
XX/MPRS/1966. Adanya istilah Orde Baru diatas, adalah untuk membedakan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara pada
masa 1965 yang juga disebut masa Orde Lama yang dianggap kurang mencerminkan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945
secara murni dan konsekwen. Sebab sesudah gagalnya Gerakan 30 September 1965, maka semboyan untuk melaksanakan Undang-
96
Miriam Budiarjo, Demokrasi Di Indonesia Demokrasi Parlementer Dan Demokrasi Pancasila, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1998, h.38
97
Ranawijaya, Usep, Hukum Tata Negara Indonesia Dasar-Dasarnya, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983, h.133
55
Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekwen dimulai oleh Orde Baru.
98
dilihat
berbagai konsep yang dijalankan oleh Pemerintahan Orde Baru sesuai menurut UUD 1945. Dengan ditegaskannya bahwa MPR
adalah suatu lembaga negara tertinggi dan sebuah lembaga yang berwenang untuk menjalankan kedaulatan rakyat99.
Sehingga MPR menjelma sebagai sebuah lembaga negara yang mempunyai kewenangan yang sangat besar hampir sama dengan rumusan awal dalam pembicaraan para founding fathers untuk menyusun UUD 1945100. Wewenang yang sangat besar tersebut harus membuat lembaga ini berdaya dalam mewujudkan
kedaulatan
Menurut Bagir Manan dalam batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945, Majelis Permusyawaratan Rakyat tidak memegang
ada dan
perbedaan rakyat.
mendasar Kedaulatan
antara negara
paham
kedaulatan
mengkonstruksikan
Kusnardi, Harmaily, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat Studi Hukum Tata Negara, FHUI, Depok, h.96
99
Naning, Ramdlon, Lembaga Legislatif Sebagai Pilar Demokrasi Dan Mekanisme Lembaga Lembaga Negara Menurut UUD 1945, Liberty, Yogyakarta,1982, 52
100
Hendra Nurtjahjo, Perwakilan Golongan Di Indonesia, Pusat Studi Hukum Tata Negara UI, Jakarta, 2002, h.47
56
negara mempunyai kehendak sendiri terlepas dari kehendak rakyat. Kehendak negara adalah tertinggi akan menuju pada sistem totaliter bukan menuju kepada kedaulatan rakyat
(democracy).101 Untuk mempelajari konsep MPR dapat dilihat dari sistem perekrutan anggota102. Dan hal ini dapat kita pelajari dari 3 cara: 1. Mempelajari terjadi di kembali BPUPKI pembicaraan-pembicaraan dan PPKI( Panitia yang
Persiapan
Kemerdekaan Indonesia).103 2. Menghubungkan pasal 2 ayat 1 dengan pasal 1 ayat 2 UUD 1945. 3. Mempelajari sistem pemerintahan yang dianut oleh
Undang-Undang Dasar 1945. Semenjak Orde Baru dimulailah suatu konsep lembaga MPR yang Dasar. pemilihan Dalam anggotanya perekrutan sesuai anggota dengan semenjak Undang-Undang tahun 1971
Bagir Manan, Teori Dan Politik Konstitusi, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2000, h. 15
102
Ismail Hasan, Pemilihan Umum 1987, PT Pradnya Paramita, Jakarta, 1986, h.6-9
103
Tim Sekretariat Negara, Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), Sekretariat Negara Republik Indonesia, Jakarta, 1995, h.25-182
57
I, dan DPR. Dan setelah itu akhirnya terpilihlah anggota MPR yang merupakan amanat Undang-Undang Dasar 1945104.
Walaupun dalam perekrutan anggota MPR setelah tahun 1973 anggotanya MPR yang diangkat 60 persen. Dan anggota DPR ada juga yang diangkat, maka hal ini dianggap inkonstitusional oleh Prof. Dr. Ismail Suny.105
2. Majelis Permusyawaratan Rakyat Sesudah Perubahan UUD 1945 Pada tahun 1998 telah terjadi peristiwa yang mengubah tatanan ketatanegaraan Republik Indonesia dengan mundurnya Presiden Soeharto menurut pasal 8 UUD 1945. Walaupun ada yang beranggapan pergantian tersebut tidak sesuai dengan bunyi pasal 8 UUD 1945106. Walaupun pada akhirnya dianggap sah pengunduran diri tersebut107.
104
J.C.T, Simorangkir, Hukum Dan Konstitusi Indonesia, CV. Masagung, Jakarta, 1988, h.17
105
Ismail Suny, Implikasi Amandemen UUD 1945 Terhadap Sistem Hukum Nasional, disampaikan pada Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII, BPHN dan DEPKEH HAM RI, Bali, Juli, 2003, h.4
106
Hal tersebut tidak akan dibahas disini karena banyaknya pro dan kontra ahli ketatanegaraan yang menanggapinya dan bukan pula bahasan dalam karya ilmiah ini.
107
Pergantian kekuasaan dari Presiden Soeharto kepada Habibie masih terdapat perbedaan diantara ahli hukum. Pendapat pertama menyatakan bahwa pergantian tersebut konstitusional, sesuai dengan pasal 8 Undang-Undang Dasar 1945 dan Ketetapan MPR No VII/MPR/1973 pasal 2 ( dikemukakan antara lain oleh Yusril Ihza Mahendra), pendapat kedua menyatakan, inkonstitusional, karena belum ada pencabutan mandate dari MPR dari Presiden Soeharto sebagai mandataris ( sesuai penjelasan UUD 1945), sehingga Habibie belum sah menjadi presiden selama MPR belum mencabut mandatnya, dan pergantian kekuasaan harus dilakukan melalui siding istimewa ( pendapat Dimyati Hartono).
58
Setelah itu terjadilah Pemilihan Umum tahun 1999 yang diikuti oleh 48 partai politik akhirnya terbentuklah
anggota DPRD, DPR dan anggota MPR baru. Dan pada Sidang Tahunan 1999 maka UUD 1945 diubah dengan Perubahan 1945 terutama pasal mengenai masa jabatan I UUD
presiden,
sehingga diharapkan tidak terjadi hal-hal yang ada dimasa lalu mengenai jabatan Presiden RI108. Dan juga dan mengenai dibantu
beberapa
kewenangan
Presiden
yang
dialihkan
oleh Dewan Perwakilan Rakyat109. Kemudian kembali pada tahun 2000, Undang-Undang Dasar Dasar ini 1945 lebih
diubah.
Perubahan
Undang-Undang
menekankan pada Hak Azasi Manusia, yang menjadi konsentrasi pembahasan untuk dimuat Tahun 2001 Dasar melalui pada saat itu110.
Perubahan
menekankan pada perubahan kedaulatan rakyat. Dalam UUD 1945 sebelum Perubahan UUD 1945 dinyatakan bahwa kedaulatan ada ditangan
108
rakyat
dan
dijalankan
sepenuhnya
oleh
Majelis
Harun Al Rasyid, Pengisian Jabatan Presiden, PT Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 1999, h.141 Indonesia, Perubahan I Undang-Undang Dasar 1945 Indonesia, Perubahan II Undang-Undang Dasar 1945
109
110
59
Permusyawaratan
Rakyat
diubah
menjadi
kedaulatan
ada
ditangan rakyat dan dijalankan oleh Undang-Undang Dasar. Perubahan ini sangatlah penting karena, perubahan inilah yang menjadi dasar untuk mereduksi kewenangan Majelis
Permusyawaratan Rakyat. Dan perubahan ini menjadi pijakan untuk Perubahan IV UUD 1945.
Menurut Rosseau dalam Kontrak Sosial maka perjanjian yang dibentuk oleh penguasa dan rakyat yang dikuasai, dalam
bertujuan
untuk
melindungi
kepentingan
individu
masyarakat. Dan untuk menjaga kepentingan masyarakat dengan individu sehingga tidak terjadi benturan antara hak antara individu juga dengan masyarakat111. Perjanjian ini bertujuan juga untuk membatasi
kekuasaan penguasa dalam menjalankan tugas dan perjanjian tersebut. Dengan semakin berkembangnya peradaban maka
bentuk perjanjian sosial pun menjadi lebih rapi. Kemudian hal ini dikenal sebagai Konstitusi. Biasanya pelaksanaan kedaulatan rakyat secara representatif dalam
111
Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat, Dan Kaitannya Dengan Kondisi Sosio Politik Dari Zaman Kuno Hingga Sekarang, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002, h. 912
112
60
Dengan seharusnya
demikian
sebagai Dasar
Konstitusi 1945
yang
baik dengan
Undang-Undang
sesuai
karakteristik yang disebut diatas. Perubahaan Undang-Undang Dasar 1945, bertujuan untuk mencapai karakteristik perjanjian sosial antara negara
dengan masyarakat. Dan perubahan tersebut membawa dampak yang sangat besar bagi Majelis Permusyawaratan Rakyat
3.Tugas dan Wewenang Majelis Permusyaratan Rakyat Dalam menjelaskan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia haruslah dilihat tugas dan wewenang yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945. Sehingga
pembahasan akan lebih tajam dan mengkerucut. Dan tugas dan wewenang ini akan dibagi kedalam dua periode Undang-Undang Dasar 1945. Periode tersebut adalah sebelum perubahan Undang-Undang Dasar dan setelah Perubahan Undang-Undang Dasar.
3. 1. Tugas dan Wewenang MPR Sebelum Perubahan UUD 1945 MPR sebagai suatu lembaga negara merupakan badan yang merupakan pelaksana kedaulatan rakyat di Republik Indonesia
61
sebelum
diadakan
Perubahan
Undang-Undang
Dasar
1945.
Setelah diadakan perubahan maka terjadilah perubahan pada Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. MPR
sebagai lembaga penjelamaan seluruh rakyat Indonesia, dan lembaga tertinggi negara menjadi lembaga negara yang sama kedudukannya dengan negara lain. Sebelum Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 tugas dan wewenang MPR dicantumkan dalam UUD 1945 dan juga TAP MPR. Sedangkan setelah Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 maka tidak ada lagi pengaturan tugas dan wewenang yang diatur dalam Ketetapan MPR. Setelah tentang satu tahun dan berjalan kedudukan
disahkanlah
undang-undang
susunan
MPR, DPR, DPD dan DPRD baru dijelaskan tugas dan wewenang MPR.
3.1.1. Tugas MPR Sebelum Perubahan UUD 1945 Tugas Majelis Permusyawaratan Rakyat sebelum Perubahan UUD 1945 ada didalam pasal 3 dan pasal 6 UUD 1945 serta pasal 3 Ketetapan MPR No. 1/MPR/ 1983, dan dinyatakan
sebagai berikut: 1. menetapkan Undang Undang Dasar 2. menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara.
62
3. memilih
(dan
mengangkat)
presiden
dan
wakil
Presiden.113 Dalam tugas MPR ini dapat dipelajari bahwa tugas MPR sebagai suatu lembaga negara meliputi tiga. Tugas ini
tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945. pemegang mempunyai kedaulatan tugas yang Rakyat besar dalam yaitu UUD
membuat
Undang-Undang
Dasar. Dan tugas inilah yang pada masa sebelum Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 belum pernah dilaksanakan oleh
Majelis Permusyawatan Rakyat. Dalam amanat sidang BPUPKI yang para founding fathers menyatakan bahwa Undang-Undang Dasar 1945 adalah Undang
Undang Dasar kilat. Perlu diadakan Undang-Undang Dasar baru yang lebih baik dan jika negara dalam keadaan aman. Hal ini dapat kita lihat dalam pidato dari ketua PPKI Ir. Soekarno yang mengatakan: tuan-tuan semuanya tentu mengerti, bahwa Undang Undang Dasar yang (kita) buat sekarang ini adalah Undang-Undang Dasar sementara. Kalau boleh saya memakai perkataan: ini adalah Undang-Undang Dasar kilat. Nanti kalau telah bernegara didalam suasana yang lebih tenteram, kita tentu akan mengumpulkan kembali Majelis Permusyawaratan Rakyat yang dapat membuat Undang-Undang Dasar yang lebih lengkap dan lebih sempurna.
113
Sri Soemantri, Tentang Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD 1945, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung h.84
63
Tuan-tuan tentu mengerti, bahwa ini adalah sekedar Undang-Undang Dasar sementara. UndangUndang Dasar kilat, bahwa barangkali boleh dikatakan pula, inilah revolutie-grondwet. Nanti kita membuat Undang-Undang Dasar yang lebih sempurna dan lengkap. Harap diingat benar-benar oleh tuan-tuan, agar supaya kita ini hari bisa selesai dengan Undang-Undang Dasar ini. 114 3.1.2. Wewenang MPR Sebelum Perubahan UUD 1945 Sedangkan wewenang MPR menurut Prof Sri Soemantri
bahwa jika diteliti dalam UUD 1945 maka Undang Undang Dasar 1945 hanya mengatur satu wewenang saja, yaitu dalam pasal 37. Dan setelah adanya ketetapan MPR No. 1/MPR/1983 dapat
kita lihat bahwa wewenang MPR tidak hanya itu saja. Dalam pasal 4 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR No 1/MPR/1983 1. kewenangan MPR ada sembilan, yaitu115:
membuat putusan-putusan yang tidak dapat dibatalkan oleh lembaga negara yang lain, termasuk penetapan Garis-Garis Besar Haluan Negara yang pelaksanaannya ditugaskan kepada Presiden/Mandataris.
2.
Memberikan
penjelasan
yang
bersifat
penafsiran
Harun Al Rasyid, Naskah UUD 1945 Sesudah Tiga Kali Diubah Oleh MPR, h. 55 Sri Soemantri, Op.Cit, h. 95
64
4.
Meminta pertanggungjawaban dari Presiden/ Mandataris mengenai pelaksanaan Garis-Garis Besar Haluan Negara dan menilai pertanggungjawaban tersebut.
5.
Mencabut
mandat
dan
memberhentikan dalam
Presiden
dan
Presiden
masa
jabatannya
sungguh-sungguh Undang-Undang
Mengubah undang-Undang Dasar. Menetapkan Peraturan Tata Tertib Majelis. Menetapkan Pimpinan Majelis yang dipilih dari dan oleh anggota.
9.
Mengambil/memberi
keputusan
terhadap
anggota
yang
Ada
satu
kewenangan
yang
sudah
dicantumkan
dalam
Undang-Undang Dasar 1945 akan tetapi lebih sering disebut dengan kekuasaan atau kedaulatan. Dalam pasal 1 ayat 3
sepenuhnya Kekuasaan
oleh
Majelis Inggris
dalam
bahasa
65
besar/terbesar.
dilihat dalam beberapa Undang-Undang Dasar di negara lain seperti Cina, Venezuela power dan Amerika Serikat yang
menggunakan negaranya.
kata
sebagai
kewenangan
lembaga
3. 2. Tugas Dan Wewenang MPR Yang Diatur Dalam UUD Sesudah Perubahan Tugas tidaklah UUD 1945. dan banyak wewenang berkurang Majelis setelah Permusyaratan perubahan UUD, Rakyat akan
tetapi dampaknya sangat besar terhadap lembaga MPR. Karena Majelis Permusyawaratan Rakyat kedudukannya sama dengan
dengan lembaga negara yang lain118. Hal yang sangat mendasar adalah dicabutnya kewenangan MPR dalam hal melaksanakan kedaulatan rakyat dan dicabutnya tugas Majelis untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden. Permusyawaratan Rakyat tidaklah lagi Sehingga menjadi
117
AS Hornby, Advanced Learners Dictionary Of Current English, London: Oxford University Press,1987, h. 654.
118
Hal ini dapat dilihat dari Risalah Sidang MPR RI pada tahun 2001.
66
Dalam Perubahan UUD 1945, tugas dan wewenang Majelis Permusyawaratan Rakyat berubah. Dengan berubahnya konsep
lembaga Majelis Permusyawaratan Rakyat maka berubah pula beberapa tugas dan wewenangnya. Tugas MPR setelah Amandemen UUD 1945 adalah 1. Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/ atau Wakil Presiden (Pasal UUD 1945). 2. Melakukan peninjauan terhadap materi dan status hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk diambil putusan pada sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat 3 ayat 2 Perubahan III
tahun 2003 (pasal I Aturan Tambahan Perubahan ke IV UUD 1945). Ad. 1. Tugas Majelis Permusyawaratan Rakyat dalam hal ini adalah tugas formal atau upacara yang harus dilakukan jika telah dipilih Presiden dan Wakil Presiden dalam
Pemilihan Umum. Tugas MPR ini merupakan konsekuensi dari Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 yang mewajibkan
Pemilihan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat. Melantik bukanlah wewenang dari MPR
67
karena jika telah dipilih Presiden dan Wakil Presiden dalam Pemilihan Umum, maka kewajiban dari MPR adalah melantik Presiden secara dan tegas Wakil Presiden RI. Seharusnya ini dijelaskan tidak seperti melantik
mengenai
kewajiban
sehingga
menimbulkan beberapa interprestasi yang menyimpang jika Majelis Permusyawaratan Rakyat tidak mau
Presiden dan Wakil Presiden yang terpilih dalam pemilihan langsung oleh rakyat maka konsekuensinya bagaimana, apakah sah atau tidak Presiden dan Wakil Presiden. Sedangkan jika tidak ada yang mengesahkan maka Presiden dan Wakil Presiden terpilih lembaga melantik. melanggar akan yang Dan cacat hukum karena belum dilantik oleh untuk Rakyat melantik
berwenang apakah
diberi
kekuasaan
Undang-Undang
Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Ad.2. Tugas Majelis melakukan peninjauan materi dan status hukum yang Ketetapan dibebankan MPRS dan MPR MPR merupakan tugas
sementara
kepada
oleh
Undang-Undang
Dasar. Pasal I Aturan Tambahan menyatakan bahwa MPR harus melakukan Ketetapan Ketetapan peninjauan Majelis Majelis terhadap materi dan status Sementara untuk hukum dan
Permusyawaratan Permusyawaratan
rakyat Rakyat
diambil
68
putusan pada sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat tahun 2003119. Sementara disini terletak pada kalimat akan
diambil putusan pada sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat tahun 2003, jika telah diambil putusannya maka tugas ini berakhir dengan sendirinya. Dalam Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 maka dapat disimpulkan tugas Majelis Permusyawaratan Rakyat tidak
dijelaskan secara
atau bukan tapi secara definitif, tugas adalah kewajiban atau sesuatu yang wajib dikerjakan atau ditentukan untuk dilakukan.120
3.2.2. Wewenang MPR Sesudah Perubahan UUD 1945 Sedangkan wewenang Presiden RI dalam UUD 1945 maka bisa disimpulkan sebagai berikut: 1. Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah
dan menetapkan Undang-Undang Dasar 1945. (Pasal 3 ayat 1 Perubahan Ke III UUD 1945). 2. Majelis Permusyawaratan Presiden dan Rakyat atau hanya Wakil dapat Presiden
memberhentikan
119
120
69
dalam masa jabatannya menurut UUD (Pasal 3 ayat 3 Perubahan ke III UUD 1945). 3. Memilih Presiden atau Wakil Presiden pengganti
sampai terpilihnya Presiden dan atau Wakil Presiden sebagaimana Keempat).121 Ad. 1.Wewenang MPR ini merupakan suatu hal yang telah mestinya. ( Pasal 8 ayat 3 Perubahan
diatur
Tetapi sebelum Perubahan UUD 1945 hal ini merupakan tugas dari MPR seperti yang diamanatkan dalam pasal 3 UUD 1945. Dan alasan ini diperkuat oleh pasal 2 Aturan Tambahan UUD 1945. Pasal ini menyatakan jika telah berhasil diadakan Pemilihan Rakyat, Undang Umum dan terbentuk bersidang Majelis untuk Permusyawaratan membuat UUD 1945 Undangtugas
maka Dasar
MPR
harus
baru.
Setelah
perubahan
menetapkan UUD termasuk dalam wewenang MPR. Karena dalam UUD 1945 tidak ada aturan yang mewajibkan Majelis
Permusyawaratan Rakyat untuk melakukan penggantian UndangUndang Dasar baru. Karena wewenang atau wenang adalah hak
121
Jimly Asshiddiqie, Struktur Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Keempat UUD Tahun 1945, disampaikan dalam Simposium Nasional yang diadakan oleh BPHN dan DEPKEH HAM , Bali, Juli 2003, h.9
70
dan
kekuasaan perlu
(untuk
melakukan
apabila dapat
merasa
melakukannya.
larangan
untuk tidak melakukannya. Ad.3. Kewenangan ini dilakukan jika telah terpenuhi syarat dalam untuk UUD memberhentikan setelah Presiden dan Wakil Presiden dilakukan
1945
Perubahan.
Wewenang
melalui proses yang lama dan dilaksanakan oleh beberapa lembaga negara. Untuk memberhentikan Presiden harus melalui pendapat Dewan Perwakilan Rakyat yang telah meminta putusan dari Mahkamah Konstitusi (pasal 7B Perubahan UUD 1945). Secara kedudukan maka MPR telah sama dengan lembaga
negara yang lain. Tidak ada lagi lembaga tertinggi Negara dan lembaga tinggi Negara. Sehingga dalam sistem
Ketatanegaraan tidak ada lagi lembaga Negara yang lebih tinggi dari yang lain. Menurut Dr. Maria Farida, semua lembaga negara yang mengeluarkan kedudukannya produk lebih peraturan tinggi dari perundang-undangan yang lain. Dan maka
Majelis yang
Permusyawaratan
Rakyat
merupakan
lembaga
Negara
Ibid, h. 1150
71
Permusyawaratan
Rakyat
adalah
lembaga
123
Negara
yang
lebih
Rakyat
Republik
Indonesia
tetap mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yaitu Undang-Undang Dasar. Hal ini berarti secara Ilmu Perundang-undangan lembaga Majelis Permusyawaratan
3.2.3. Tugas Dan Wewenang MPR Sesudah Undang-Undang Susunan Dan Kedudukan MPR, DPR, DPD Dan DPRD Tugas Dan Wewenang yang dijelaskan diatas adalah
Sesudah Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar 1945. Tugas dan wewenang ini sebelum adanya undang-undang tentang
susunan dan kedudukan anggota MPR, DPR, DPD dan DPRD. Pada tanggal 9 Juli 2003124, telah disetujui undangundang mengenai susunan dan kedudukan125. Dan dalam undang-
123
Penjelasan di depan PAH II MPR, mengenai Peninjauan Kembali Status Hukum Ketetapan MPRS dan MPR RI, 13 April 2003
124
125
Penulis menulis karya ini dari bulan November 2002, dan selama itu undang-undang susunan dan kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD masih dalam proses RUU, dan baru disahkan pada bulan Juli 2003, sampai saat ini penulis tidak dapat mengetahui nomor undang-undang tersebut.
72
undang tersebut telah diatur mengenai tugas dan wewenang MPR, sebagai berikut:126 a. mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar; b. melantik Presiden dan Wakil Presiden berdasarkan hasil pemilihan umum, dalam Sidang Paripurna MPR; c. memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan penjelasan di dalam Sidang Paripurna MPR; d. melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya; e. memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diajukan Presiden apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari; f. memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam masa jabatannya, dari dua paket calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang paket calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan sebelumnya, sampai habis masa jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu tiga puluh hari; g. menetapkan Peraturan Tata Tertib dan kode etik MPR. Tidak dijelaskan apa dan bagaimana perbedaan antara tugas dan wewenang Majelis Permusyawaratan Rakyat. Hal ini seharusnya kedua
126
dapat
dihindari
karena
perbedaan besar.
akibat Karena
dari tugas
kalimat
tersebut
sangatlah
Indonesia, undang-undang tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD.
73
mengandung wewenang
kewajiban mengandung
yang hak
harus dan
dilaksanakan. (lihat
Sedangkan definisi
kekuasaan
operasional), sehingga
3.2.3.1.
Tugas
MPR
Setelah
Undang-Undang
Tentang
Susunan Dan Kedudukan MPR, DPR Dan DPRD Jika dipilah maka tugas MPR dalam undang-undang
susunan dan kedudukan adalah: 1. melantik Presiden dan Wakil Presiden berdasarkan hasil pemilihan umum, dalam Sidang Paripurna MPR. Melantik adalah tugas dari MPR. Karena melantik
merupakan suatu kewajiban berdasarkan suara rakyat yang ada melalui Pemilihan Umum. Tugas ini sama dengan tugas yang ada dalam pasal 3 ayat 1 UUD 1945. Akan tetapi diperjelas mengenai waktunya yaitu pada Sidang Paripurna MPR. 2. melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila
Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya. Melantik Wakil Presiden adalah suatu kewajiban yang telah diatur dalam Undang-Undang Dasar, karena hal ini
74
harus
dilaksanakan
dan
tidak
ada
pilihan
yang
harus
dipilih, sehingga ketentuan termasuk dalam kategori tugas. Dari 2 tugas yang berada diatas maka dapat dianalisa bahwa tugas pertama sama dengan tugas yang diatur dalam perubahan. Sedangkan tugas kedua merupakan tugas yang ada setelah Sidang MPR terjadi. Jika sudah diputuskan dalam Sidang MPR, maka Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Wakil Presiden menjadi Presiden dan hal inipun bersifat upacara belaka.
3.2.3.2. Wewenang MPR Setelah Undang-Undang Tentang Susunan Dan Kedudukan. Tugas dan wewenang MPR setelah undang-undang susunan dan kedudukan, hampir sama dengan wewenang yang diatur
sebelum adanya undang-undang mengenai susunan dan kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD. Walaupun ada penambahan mengenai waktu dan kewenangan membuat peraturan tata tertib dan kode etik MPR. Wewenang yang diatur dalam undang-undang tentang
susunan dan kedudukan menyatu dengan tugas sehingga hasil pemilahannya adalah sebagai berikut: 1. mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar.
75
2. memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diajukan Presiden apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari. Memilih adalah suatu kekuasaan dalam menentukan
sesuatu. Sehingga memilih disini menjadi wewenang Majelis Permusyawaratan Rakyat. Walaupun kekuasaan memilih disini dibatasi oleh batasan waktu. Kekuasaan ini diatur untuk menghadapi beberapa keadaan yang tidak diinginkan. 3. memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam masa jabatannya, dari dua paket calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang paket
calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan sebelumnya, sampai habis masa jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu tiga puluh hari. Kewenangan ini terjadi jika Presiden dan Wakil
Presiden berhenti bersamaan. Dan untuk mengisi kekosongan tersebut selama 30 hari Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertahanan menjalankan tugas
kepresidenan.
76
Presiden mengadakan
dan
Wakil
Presiden umum
pengganti. bisa
Karena
untuk secara
pemilihan
tidak
dilakukan
cepat. Maka dipilihlah Presiden dan Wakil Presiden dari partai politik yang mendapat suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya. Penyerahan kepada partai politik ini menggambarkan bahwa partai politik
merupakan suara pemilih. 4.menetapkan Peraturan Tata Tertib dan kode etik MPR.
Sudah merupakan hal yang wajar jika organisasi membuat peraturan untuk mengatur dirinya. Sehingga hal ini
merupakan suatu hak dari Majelis Permusyawaratan Rakyat. Dan hak ini merupakan kewenangan dari MPR. Dari kewenangan yang ada diatas hal yang sudah pasti menjadi kewenangan adalah poin 1 dan 4. Sedangkan yang poin 2 dan 3 masih menjadi pertanyaan apakah tugas atau
wewenang.
3.3. Pengaruh Perubahan Tugas dan Wewenang MPR dalam struktur Ketatanegaraan Pengaruh Perubahan Tugas Dan Wewenang MPR Dalam
Struktur Ketategaraan
77
Ketatanegaraan
RI,
didalam
skema
ini
kedudukan
lembaga
negara digambarkan sebagai lembaga negara yang diam, akan tetapi jika sudah melaksanakan tugas dan wewenangnya maka hal ini berubah, bisa saja lembaga negara ada yang tidak sejajar kedudukannya.
3.3.1.Sesudah
Undang-Undang
Tentang
Susunan
Dan
Kedudukan MPR, DPR, DPD Dan DPRD. Dengan Politik127, adanya UU No UU 12 No tahun 31 tahun 2002 tentang Partai Umum
2003
tentang
Pemilihan
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah128. Ditambah dengan
undang-undang susunan dan kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD maka terlihat dalam jelas di struktur Indonesia. karena yang ketatanegaraan Indonesia dan yang hendak sistem Majelis hal ini
dibangun parlemen
menuju
trikameral,
tugas
wewenang sendiri
Permusyawaratan
Rakyat
berdiri
diungkapkan oleh Prof. Jimly Asshiddiqie129. Adanya pimpinan MPR ditambah dengan adanya sekretariat jendral yang tetap
127
http://www.dpr.go.id/humas/uuparpol.htm, akses tanggal 6 Agustus 2003 http://www.dpr.go.id/humas/uupemilu.htm, akses tanggal 6 Agustus 2003 Jimly Asshiddiqie, Op.cit. h.9
128
129
78
dalam MPR menambah kuat sistem tersebut. Walaupun didunia hanya dikenal sistem 1 kamar dan 2 kamar
130
, maka Indonesia
dikenal sistem baru yaitu sistem 3 kamar/trikameral. Dalam tugas dan wewenang MPR yang diatur oleh undangundang, MPR merupakan suatu lembaga tetap yang mempunyai organ dan strukturnya ketatanegaraan dan kedudukan tersendiri. setelah Dapat diteliti bahwa
struktur susunan
tentang sama
MPR, DPR
disetujui
dengan setelah Perubahan UUD 1945. Akan tetapi lembaga MPR menjadi suatu lembaga tersendiri berlainan dengan DPR dan DPD, sehingga sistem parlemen yang ada adalah Sistem
kemauan rakyat dan merupakan manifestasi kedaulatan rakyat. 2. MPR sebagai lembaga Negara yang terdiri dan atas Dewan dari
anggota Perwakilan
Dewan Daerah
Perwakilan
Rakyat
merupakan
perwujudan
untuk
mendudukkan
lembaga
negara
seperti
Doto Mulyono, Kekuasaan MPR Tidak Mutlak, Erlangga, Jakarta, 1985, h.35 Jimly Asshiddiqie, Ibid. h.9
131
79
lembaga MPR. Karena selain masih mempunyai tugas utama masih sebagai pembuat Undang-Undang sebagai dalam dari Dasar. lembaga MPR yang
mempunyai
kewenangan final
diteliti MPR
segi
merupakan
lembaga
Perwakilan
Rakyat
sebagai
lembaga
pemegang
kekuasaan legislatif. 4. Dewan Perwakilan Daerah sebagai representasi dari suara masyarakat di daerah. 5. Presiden sebagai pemegang kekuasaan eksekutif
dalam Negara. 6. Pemegang kekuasaan yudikatif terdiri atas 2 badan yaitu Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi.
3.3.2 Sebelum Perubahan UUD 1945 Dalam bagan ini maka yang berkuasa dalam menjalankan
kedaulatan rakyat adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat dan kemudian Majelis mendistribusikan kekuasaannya kepada
80
lembaga-lembaga negara yang ada dalam Undang-Undang Dasar 1945. 1. MPR sebagai pemegang kedaulatan rakyat dan berperan sebagai pemegang kedaulatan tertinggi. 2. Presiden tertinggi, sebagai pemegang penyelenggara kekuasaan pemerintahan sekaligus
eksekutif
sebagai pemegang kekuasaan legislatif. 3. DPR memegang sebagai kekuasaan legislatif dan tugas utama DPR sebagai lembaga pengawas pemerintah. Dan DPR mendapat laporan mengenai keuangan dari BPK. 4. Mahkamah Agung sebagai pemegang kekuasaan yudikatif. 5. BPK sebagai badan pemeriksa keuangan dan pengawas
3.3.3 Sesudah Perubahan Ke 3 UUD 1945 Bagan atau skema sesudah Perubahan Dasar 1945 : 1. Kedaulatan ada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar (Perubahan 2. 3 UUD 1945) ke 3 Undang-Undang
Utusan Daerah sehingga secara komposisi MPR masih tetap sama akan tetapi sebagai lembaga negara tertinggi tidak
81
bisa lagi karena dicabut kekuasaan itu sesuai dengan pasal 2 UUD 1945. 3. DPR sebagai lembaga pemegang kekuasaan legislatif. 4. BPK masih tetap sebagai Badan Pemeriksa Keuangan. 5. DPA masih tetap sebagai ada sebagai lembaga tinggi
negara. 6. Mahkamah Agung masih tetap sebagai lembaga tinggi negara pemegang fungsi yudikatif. 7. Presiden sebagai pemegang kekuasaan eksekutif. Tapi ada kejanggalan pada perubahan ketiga UUD 1945 yaitu adanya MPR DPD belum dari dalam dimasukkan ada DPD UUD 1945. dalam UUD
132
Tetapi
dalam
lembaga
kekurangan kesulitan
ini
merumuskan
dimaksudkan secara
Undang-Undang hukum.
Dasar.
Sehingga
menyulitkan
Seharusnya hal ini tidak terjadi dalam hal Perubahan Undang-Undang Dasar. Karena Undang-Undang Dasar merupakan pedoman bernegara yang akan dipakai oleh kehidupan
Dalam Perubahan Ketiga UUD 1945 dalam Bab VIIA pasal 22C dan pasal 22D diatur tentang Dewan Perwakilan Daerah akan tetatpi pasal 2 UUD 1945 pada Perubahan Ketiga belum berubah masih tetap (1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri dari Dewan Perwakilan Rakyat, Utusan Golongan dan Utusan Daerah.
82
BAB IV PERBANDINGAN TUGAS DAN WEWENANG MPR DI INDONESIA DENGAN LEMBAGA LAIN DI NEGARA CINA, VENEZUELA DAN AMERIKA SERIKAT
1. Perbandingan Tugas Dan Wewenang Sebelum Perubahan UUD 1945 Dengan Cina dan Venezuela 1.1. Konsep Lembaga Kongres Rakyat Nasional China Perkembangan tugas dan wewenang MPR di Indonesia
sangat dipengaruhi oleh situasi sosial politik yang ada di Indonesia. Dan akan lebih komprehensif jika diperbandingkan dengan negara lain. Sesuai dengan bab-bab sebelumnya maka diperlukan periodesisasi dalam menjelaskan tugas dan
wewenang MPR. Pada masa Sebelum Perubahan UUD 1945 dan MPR RI
berkedudukan
sebagai
lembaga
tertinggi
pemegang
83
kedaulatan
rakyat. lain
lembaga-lembaga Perwakilan
Rakyat,
Pemeriksa
Pertimbangan Agung dan Mahkamah Agung. Sebelum terjadi Perubahan UUD 1945 maka Indonesia
akan lebih mirip dengan negara Cina. Jika diteliti filosofi bentuk negara maka akan sama ditemukan bahwa Cina dan
Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang cenderung totaliter133. Pada masa sebelum Perubahan UUD 1945 lembaga Majelis Permusyawaratan Rakyat dapat dipersamakan dengan
Kongres Nasional Rakyat Cina. Karena Negara Cina memiliki Kongres Nasional Rakyat Cina yang tugas, fungsi dan
Permusyawaratan Rakyat yang ada di Indonesia. Dan persamaan yang ada di Negara Indonesia dengan keadaan yang ada di Negara Cina antara lain:
1. Cina merupakan negara kesatuan 2. Memiliki lembaga tertinggi dalam negaranya dalam
menjalankan kedaulatan rakyat. Hal ini diatur dalam Konstitusi China dibawah ini:
133
Marsilam Simanjuntak, Pandangan Negara Integralistik: Sumber, Unsur Dan Riwayatnya, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 1994, h.252-253.
84
Article 2 [Sovereignty] (1) All power in the People's Republic of China belongs to the people. (2) The organs through which the people exercise state power are the National People's Congress and the local people's congresses at different levels. The people administer state affairs and manage economic, cultural and social affairs through various channels and in various ways in accordance with the law.134 Terjemahan bebas: (1)Kedaulatan atau kekuasaan tertinggi dalam Negara Republik cina ada di tangan rakyat. (2) Organ yang melaksanakan kekuasaan rakyat dalam negara adalah Kongres Nasional Rakyat Cina dan Kongres Rakyat Daerah dalam berbagai tingkatan. Rakyat menjalankan administrasi urusan negara dan mengurus ekonomi, kebudayaan dan urusan sosial dalam berbagai saluran dan berbagai jalan yang berdasarkan hukum. Hal ini juga diatur oleh oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebelum berbunyi: Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan diamandemen yaitu dalam pasal 1 ayat 2 yang
sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat135. Dalam Konstitusi China dinyatakan tegas bahwa Kongres Rakyat Nasional China merupakan lembaga negara tertinggi
134
135
85
Chapter Three The Structure of the State Section I The National People's Congress Article 57 [Highest Organ of State Power]The National People's Congress of the People's Republic of China is the highest organ of state power. Its permanent body is the Standing Committee of the National People's Congress.136 Terjemahan bebas: Kongres Nasional Rakyat Republik rakyat China adalah organ tertinggi kekuasaan negara. Dan Standing Committe adalah badan permanen dari Kongres Rakyat China. Jika dilihat dari komposisi hampir keanggotaan, sama dengan MPR Majelis komposisi Indonesia
Rakyat
Kongres
Nasional
Rakyat
Cina,
1.Seluruh wakil rakyat yang terpilih melalui DPR. 2.Utusan Golongan yang ada dalam masyarakat menurut
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 3.Utusan daerah seluruh Indonesia menurut ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.137 Sedangkan di China Kongres Rakyat China menurut pasal 59 ayat 1, komposisi anggota Kongres terdiri dari: Kongres Rakyat Nasional China terdiri atas deputi yang dipilih di tingkat propinsi, wilayah yang
136
137
86
otonom, dan daerah yang dibawah langsung Pemerintah Pusat, dan Angkatan Bersenjata. Semua warga negara minoritas dibuat suatu perwakilan 138 . Dapat disimpulkan keanggotaannya terdiri bahwa Kongres Nasional Rakyat Cina dari deputi yang dipilih dari
tingkat propinsi, dan wilayah. Hampir sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat di Indonesia yang anggotanya dipilih oleh rakyat dalam tiap Pemilihan Umum baik ditingkat Nasional, Propinsi ataupun kabupaten/kota. Dan ada perwakilan dari golongan minoritas, yang mau tidak mau mewakili suatu unsur golongan, juga golongan Angkatan Bersenjata. 1.3. Perbandingan Tugas dan Wewenang MPR Sebelum Perubahan dengan Kongres Rakyat Nasional Cina. Di Indonesia yang mempunyai kewenangan legislatif ada ditangan Presiden dan MPR tidak mempunyai kewenangan di bidang legislatif139. hanya Dan Dewan Perwakilan untuk di Rakyat di
Indonesia rancangan
mempunyai
kewenangan
mengajukan Indonesia
Undang-undang
sehingga
Presiden
138
China, Constitution Of China Abu Bakar Busro, Abu Daud Busro, Hukum Tata Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1984, h.50
139
87
dipegang oleh
Konres Rakyat China dan Standing Committe Kongres bertugas untuk melaksanakannya dalam kehidupan ketatanegaraan. The National People's Congress and its Standing Committee exercise the legislative power of the state. Tejemahan bebas: Kongres Nasional Rakyat china dan Standing Committeenya melakukan fungsi 140 kekuasaan legislatif dari negara. Di adalah Indonesia tugas Majelis Permusyawaratan Undang Undang Rakyat 2.
diantaranya:1.
Menetapkan
Dasar
Menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara 3. Memilih (dan mengangkat) presiden dan wakil Presiden.141 Sedangkan wewenang MPR dijelaskan lebih lanjut dalam Ketetapan MPR No 1 tahun 1983 , yaitu: 1. membuat putusan-putusan yang tidak dapat dibatalkan oleh lembaga negara yang lain, termasuk penetapan Garis-Garis Besar Haluan Negara yang pelaksanaannya ditugaskan kepada Presiden/Mandataris, 2.Memberikan penjelasan yang bersifat penafsiran terhadap putusan-putusan Majelis.3.Menyelesaikan pemilihan dan selanjutnya mengangkat Presiden Wakil Presiden. 4. Meminta pertanggungjawaban dari Presiden/ Mandataris mengenai pelaksanaan Garis-Garis Besar Haluan Negara dan menilai pertanggungjawaban tersebut. 5. Mencabut mandat dan memberhentikan Presiden dan
140
141
88
memberhentikan Presiden dalam masa jabatannya apabila Presiden/mandataris sungguh-sungguh melanggar Haluan Negara dan / atau Undang-Undang Dasar.6. Mengubah undang-Undang Dasar.7.Menetapkan Peraturan Tata Tertib Majelis. 8.Menetapkan Pimpinan Majelis yang dipilih dari dan oleh anggota.9.Mengambil /memberi keputusan terhadap anggota yang melanggar sumpah / janji anggota.142
Di China, fungsi dan wewenang Kongres Rakyat Nasional Cina adalah tercantum Kongres dalam artikel Rakyat 62 Cina [Fungsi dan
Kekuasaan]143.
Nasional
mempraktekkan
fungsi dan kekuasaan berikut ini: 1. Mengamandemen konstitusi. Hal Kongres ini Rakyat merupakan Cina kewenangan yang dipunyai tertinggi. oleh Dan
sebagai
lembaga
dilakukan dengan disetujui lebih dari dua per tiga anggota Kongres Rakyat Nasional Cina. 2. Melaksanakan penegakan konstitusi.
142
Sekretariat Jendral MPR RI, Himpunan Ketetapan MPRS Dan MPR Tahun 1960 S/D 2002, Sekretariat Jendral MPR RI, 2002, h.685
143
dalam Konstitusinya Cina menggunakan function dan Power dalam menjelaskan tugas dan wewenang juga fungsinya kana tetapi tidak dijelaskan manakah yang power atau yang function. Dan penulis mengambil kesimpulan bahwa Power yang dimaksud adalah Great Authority dan hal ini dijelaskan dalam Kamus Oxford Advance Learners Of Current English karangan AS Hornby tahun 1987 Terbitan Oxford University Press halaman 654, bahwa Power adalah State Having Great Authority and influence in international affairs.
89
Melaksakan
penegakan
konstitusi
merupakan
suatu
keharusan untuk menjaga kestabilan dan pedoman bernegara. 3. Menetapkan dan mengamandemen statuta dasar perihal pelanggaran pidana, urusan perdata dan badan negara serta masalah lain. Kewenangan Permusyawaratan oleh 4. ini di tidak dipunyai karena oleh Majelis
Indonesia,
telah
dilaksanakan
lembaga-lembaga negara yang lain. Memilih Presiden dan Wakil Presiden Republik Rakyat Cina. Tugas ini dilakukan juga oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat
di
Indonesia.
Dan
hal
ini
mengakibatkan
adanya
pertanggungjawaban kepada Kongres Rakyat Nasional Cina oleh Presiden. 5. Memutuskan siapa yang akan menjadi ketua Dewan
Negara atas nominasi dari Presiden Republik Cina, dan memilih wakil ketua, dewan pertimbangan, menteri yang bertanggungjawab atas komisi, oditur jenderal dan sekretaris jenderal atas dewan negara atas
90
Kewenangan ini menandakan kekuasaan yang besar dari Kongres Rakyat Nasional Cina karena berhak memutus siapa yang berhak menjadi pejabat negara. 6. memilih ketua dari komisi militer pusat dan, atas nominasi dari ketua, memutuskan anggota komisi
militer pusat. 7. memilih presiden mahkamah agung rakyat;memilih to elect the Procurator General of the Supreme People's Procuratorate. Kewenangan yang diatur dalam Angka 5, 6, dan merupakan kewenangan untuk mengangkat pemimpin lembaga-lembaga negara yang ada dibawahnya. 8. menguji dan menyetujui rencana perkembangan ekonomi dan sosial nasional serta laporan atas
kewenangan yang mengenai masalah perekonomian negara. Dan kewenangan untuk menyetujui anggaran negara. Kewenangan ini tidak terdapat Majelis Permusyawaratan Rakyat.
91
10.
atau dari
membatalkan
keputusan
yang
tidak
Standing
Committee
kongres
nasional
Committee Cina
merupakan berada
badan dibawah
pekerja Kongres
Kongres Rakyat
Rakyat
Nasional
dan
Nasional Cina. Jika ada keputusan yang dirasa tidak pantas oleh Kongres Rakyat Nasional Cina yang bertemu dalam sidang maka keputusan tersebut batal. 11. menyetujui pendirian propinsi, daerah otonom dan
daerah lainnya langsung dibawah pemerintahan pusat. Di Presiden Indonesia sebagai kewenangan kepala ini merupakan karena kewenangan pemegang
pemerintahan
kekuasaan legislatif adalah Presiden. 12. memutuskan pendirian daerah administratif khusus dan sistem yang akan dipraktekkan disana. 13. memutuskan persoalan perang dan damai. Angka 12 dan 13 di Indonesia merupakan kewenangan
Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat. 14. dan melaksanakan fungsi dan kekuasaan lain sebagai organ tertinggi yang harus dilaksanakan oleh
kekuasaan negara
92
Tugas dan wewenang ini merupakan suatu aturan yang memberikan dasar bahwa Kongres Rakyat Nasional Cina
mempunyai kekuasaan
yang tak terbatas. yang lain seperti yang disebutkan pasal 63. Pasal ini mengatur
dalam
tentang kekuasaan Kongres untuk mengganti para pejabat dari jabatannya orang-orang berikut ini: 1. Presiden dan Wakil Presiden RRC China; 2. Ketua dan Pemeriksa Wakil Ketua State Councillors, Menteri, Badan Keuangan and Sekretaris Jendral Dewan
Pertimbangan Negara. 3. Ketua Komisi Urusan Militer dan Komisi yang lain; 4. Ketua Mahkamah Agung dan 5. Jaksa Agung dari Kejaksaan Agung144. Dan kewenangan diatas ada yang sama dengan kewenangan yang dimiliki oleh MPR pada Pemecatan atau Penggantian
144
93
ke 2,3,4 dan 5 di Majelis Permusyawaratan Rakyat hal-hal tersebut tidak dipunyai. Kewenangan tersebut di Indonesia biasanya dipunyai yang suatu oleh ada lembaga yang mengangkatnya. negara tersebut ketua Atau dan atau
orang-orang diberikan
dalam
lembaga untuk
kekuasaan ini
mengangkat oleh
pemimpinnya.
Kekuasaan
ditentukan
peraturan
perundang-undangan. Hal yang sama dengan Indonesia juga Cina mempunyai kewenangan Dasarnya. yang Di sama dalam hal hal ini mengubah diatur Undang-Undang pasal 37
Indonesia
dalam
sedangkan di China diatur dalam pasal 64145 Article 64 [Amandemen Konstitusi] (1) Amandemen Konstitusi diusulkan oleh Standing Committee dari kongres nasional rakyat oleh lebih dari satu per lima wakil dari National People's Congress dan harus disetujui oleh mayoritas suara dari lebih dari dua pertiga seluruh wakil kongres Congress. (2) Statuta dan resolusi disetujui oleh mayoritas suara lebih dari setengah wakil kongres rakyat nasional.
145
94
Dalam adalah
negara
Cina,
pemegang Cina
kekuasaaan hal
Kongres
Rakyat
sehingga
dengan Sistem
Majelis
Permusyawaratan dalam
Rakyat
lembaga sama
negara dengan
dengan
tertinggi
Indonesia. Cina memiliki lembaga yang sama fungsinya dengan Indonesia Presiden yaitu dan membuat Undang-Undang arah Dasar, kebijakan memilih negara.
kemudian
menentukan
Apabila diperhatikan hal ini mirip dengan kewenangan MPR karena memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:
1. Membuat Undang-Undang Dasar 2. Memilih Presiden. 3. Membuat Garis Besar daripada Haluan Negara. 1.4.Konsep Majelis Nasional Venezuela Venezuela perwakilan unikameral. legislatif setelah UUDnya dari diganti maka ke sistem bentuk badan kamar dan memberhentikan Presiden dan Wakil
Bikameral
Venezuela terdiri
merupakan satu
atas
(unikameral). As a result of the 1999 constitution, Venezuelas bicameral National Congress, which consisted of a
95
Senate and Chamber of Deputies, was replaced by a unicameral, 165-member National Assembly in 2000. Legislators are popularly elected to a five-year term. The chief executive of Venezuela is a president, who is popularly elected to a six-year term. A council of ministers assists the president. The president has the authority to dissolve the legislature under certain conditions146. Terjemahan bebas: setelah konstitusi tahun 1999, Kongres 2 kamar Venezuela yang terdiri atas Senat dan Dean Perwakilan digantikan oleh sistem 1 kamar (unikameral) yang mempunyai deputi majelis nasional sebanyak 165 orang ditahun 2000. Dan dipilih 5 tahun sekali. Kepala eksekutif Venezuela adalah presiden yang dipih 6 tahun sekali. Kabinet adalah dibentuk oleh Presiden. Presiden mempunyai kewenangan untuk membubarkan lembaga legislatif dalam keadaan tertentu. Ada satu forum atau majelis yang tugas dan wewenangnya sama dengan Majelis Permusyaratan Rakyat dalam hal membuat Undang-Undang Dasar, yaitu Majelis Konstituen Nasional. Dan institusi Konstitusi. ini tidak dijelaskan ini hanya secara diadakan detail jika oleh ingin
Institusi
diadakan pergantian konstitusi.147 Kekuasaan rakyat yang tertinggi berada ditangan rakyat Venezuela. Kekuasaan ini dilaksanakan oleh Majelis Konstituen Nasional untuk dan diadakan untuk tujuan perubahan negara, membuat peraturan perundang-undangan dan membuat Undang-Undang Dasar.
146 147
Venezuela, Microsoft Encarta Reference Library 2003. 1993-2002 Venezuela, article 347 Constitution Of Venezuela
96
Jika diteliti lebih seksama maka Majelis Konstituen Nasional dilihat dari sudut pandang tugas dan wewenang maka hampir sama dengan MPR terkecuali dalam melantik Presiden dan Wakil Presiden. Sehingga ada 2 lembaga yang mempunyai beberapa persamaan dalam tugas dan wewenang dengan Majelis Permusyawaratan Rakyat. Lembaga itu yaitu: Majelis Nasional dan Majelis Konstituen Nasional. Apabila dilihat dalam
artikel 348 maka Majelis Konstituen Nasional adalah suatu forum dan bukan merupakan lembaga yang harus ada mempunyai sekretariat dan bertugas secara berkesinambungan.148
1.5. Perbandingan Tugas dan Wewenang MPR Dengan Majelis Nasional Dan Majelis Konstituen Nasional Venezuela setelah Undang-Undang Dasar baru tahun 1999
memberikan kewenangan kepada lima lembaga yang menjalankan lima fungsi yaitu:
1. Majelis Nasional sebagai fungsi legislatif 2. Presiden sebagai pemegang fungsi eksekutif 3. Mahkamah Agung sebagai pemegang fungsi yudikatif. 4. Presiden dan lembaga lainnya sebagai pemegang fungsi kewarganegaraan
148
97
5. Badan Pemilihan Umum Nasional sebagai pemegang fungsi Pemilihan Umum.149 Dalam Nasional menjalankan fungsinya badan tersebut parlemen yang Majelis memegang
bertindak
sebagai
kekuasaan legislatif dan pengawasan badan eksekutif.150 Tugas dan Wewenang yang diatur oleh Konstitusi
Venezuela tidak dinyatakan dengan jelas. Apabila diteliti secara seksama maka kewenangannya dan tugasnya dinyatakan oleh kata function. Walaupun secara arti kata function
adalah special activity or purpose of a person or thing, or public ceremony or event, social gahtering of an important and formal kind151. Tetapi hal-hal yang diatur didalamnya diatur hal-hal yang menyangkut 1.Untuk kewenangan seperti yang
ayat
mengesahkan cabang
beberapa
dilihat
secara
seksama
wewenang yang diatur dalam satu ayat. Kemudian yang kedua adalah ayat 2 yang berbunyi untuk mengajukan perubahan dan
149
150
151
98
revisi Undang-Undang Dasar dalam jangka waktu yang diatur dalam konstitusi ini.
152
Setelah melihat beberapa fungsi maka dapat disimpulkan bahwa ada tugas dan wewenang yang diatur dalam fungsi.
Seperti kewenangan yang untuk mengubah Undang-Undang Dasar yang terletak dalam pasal 341153. Ada perbedaan tentang
konsep amandemen dengan reformasi konstitusi yang ada dalam Konstitusi Venezuela seperti yang disebutkan dalam artikel 340: Tujuan dari amandemen adalah untuk menambah atau untuk modifikasi satu atau beberapa artikel dari Konstitusi, tanpa mengubah struktur dasar dari yang diubag oleh proses tersebut. Sedangkan reformasi Konstitusi dalam Konstitusi
Venezuela diatur dalam artikel 342, adalah: Tujuan dari Reformasi Konstitusi adalah untuk mengubah dan memperbaiki beberapa bagian dari Konstitusi dan mengganti satu atau beberapa dari bagian tersebut tanpa mengubah Prinsip dasar dan Struktur teks dari Konstitusi. Inisiatif Kontitusi untuk mengadakan Majelis reformasi Nasional dan dan amandemnen Presiden
berasal
dari
152
153
99
bersama Kabinetnya, dan permintaan dari pemilih yang telah terdaftar sebagai peserta pemilihan Umum.
1.6.
Persamaan
dan
Perbedaan
MPR
dengan
Kongres
Rakyat
Nasional Cina dan Majelis Nasional Venezuela dan Majelis Konstituen Nasional Venezuela.
Tugas Dan Wewenang 1. Membuat dan menetapkan UUD 2. Memilih Presiden dan Wakil Presiden 3. Membuat Undang-Undang 4. Mengawasi Pemerintah dalam bentuk persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh pemerintah 5. Mengganti Undang-Undang Dasar
Indonesia ada
Cina ada
Venezuela Hanya mengajukan rancangan UUD, dan merubah UUD Tidak ada ada ada
ada Tidak ada Tidak ada, akan tetapi dilaksanakan oleh Dewan Perwakilan Rakyat
ada
ada
Setelah diperbandingkan dengan Republik Rakyat China dan Venezuela setelah amandemen. Maka tugas dan wewenang
100
MPR
dengan
Kongres
Rakyat juga
Nasional
China
dan
Majelis
Nasional
Venezuela
Majelis
Konstituen
Venezuela,
diambil persamaan sebagai berikut: a.Merupakan lembaga negara tertinggi yang mempunyai tugas dan wewenang tertentu, terkecuali Venezuela. b. Merupakan lembaga yang bertugas membuat, mengubah UUD, dan mengganti UUD walaupun ada beberapa cara tertentu yang berbeda. Perbedaan yang ada di MPR dengan Kongres Rakyat
Nasional China dan Majelis Nasional Venezuela adalah: 1.Majelis Permusyawaratan Rakyat tidak mempunyai kekuasaan dalam hal membuat undang-undang.
2. Perbandingan Tugas Dan Wewenang Sebelum Perubahan UUD 1945 Dengan Amerika Serikat
federal (walaupun pada awalnya berbentuk konfederasi). Dan mempunyai lembaga pemegang kekuasaan legislatif yang
101
pengawasan dengan
yang
baik And
antar
lembaga Amerika
negara
yang
dikenal
Checks
Balances.
mengawal
pendirian
negaranya yang dipenuhi berbagai gejolak semenjak negara itu terbentuk154. Tetapi semenjak selesai Perang Saudara, Kondisi Amerika negara Serikat Amerika Serikat dengan mulai stabil, satu kemudian penyebar
terkenal
salah
demokrasi dari negara barat, sangat anti komunis. Dalam beberapa propaganda kurun anti waktu komunis pemerintahannya dan melakukan banyak melakukan ke
penyebarannya
negara lain.155
2.2 Konsep Lembaga Kongres Amerika Serikat Kongres dan lembaga-lembaga negara yang lain di
Amerika Serikat dalam mengambil keputusan menekankan pada kekuatan suara mayoritas seperti yang dikatakan oleh Alexis de Tocqueville bahwa:156 the very essence of democratic government consist in the absolute sovereignty of the majority; for there is nothing in the democratic states which is
154
Larry, Diamond, Revolusi Demokrasi Perjuangan Untuk Kebebasan Dan Pluralisme Di Negara Sedang Berkembang, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1994, h.7
155
Guilermo ODonnel, Philippe C Schmitter, Laurence Whitehead, Transisi Menuju Demokrasi Kasus Eropa Selatan, Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi Dan Sosial, Jakarta, 1992, h. 222
156
Alexis de Tocqueville, Democracy In America, Washington Square Press, New York, 1965, h.90
102
capable of resisting it. Most of the American constitutions have sought to increase this natural strength of the majority by artificial means. Terjemahan bebas: Hal yang sangat penting dalam pemerintahan yang demokratis terkandung dalam kedaulatan absolut dari mayoritas;tidak ada dalam negara demokratis yang bisa menolak itu. Telah mencari cara untuk meningkatkan kekuatan alam dari mayoritas dengan cara yang konstitusional. Kongres mereka di Amerika dalam mempunyai tugas 2 dan lembaga yang jika
bertemu
suatu
wewenang
tertentu
disebut Kongres, Kongres terdiri atas 2 lembaga yaitu: 1. House Of Representative. 2. Senate.157 Hal ini tidak sama dengan di Indonesia setelah
anggota 2 badan yaitu Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah. MPR bukan merupakan 2 badan yang bertemu seperti Kongres Amerika Serikat. Dan ini merupakan
perbedaan yang mendasar antara lembaga MPR dengan Kongres Amerika Serikat. Sehingga tidak bisa diperbandingkan antara komposisi dan struktur lembaga Kongres dan MPR. Karena struktur dan sistem parlemen yang berbeda, maka yang dibandingkan adalah tugas dan wewenang yang dipunyai Kongres.
157
Karena
tidak
ada
negara
lain
sepanjang
103
sepengetahuan
penulis
yang
menerapkan
sistem
parlemen
trikameral kecuali Negara Cina Taiwan sebelum berubah158. Dan yang akan diperbandingkan disini adalah sistem parlemen yang dalam konstitusi masih berlaku. Sehingga yang sering dijadikan contoh adalah Amerika Serikat maka MPR
diperbandingkan dengan Kongres di Amerika Serikat. Karena mekanisme menganut Indonesia. Di Amerika Serikat jelas dinyatakan bahwa fungsi lembaga sistem parlemen bikameral yang yang baik, jelas walaupun berbeda Amerika dengan
negara terdiri atas 3 yaitu : 1. Fungsi Legislatif. 2. Fungsi Eksekutif. 3. Fungsi Yudikatif. Sedangkan di Indonesia tidak menganut pemisahan
kekuasaan tersebut secara mutlak159. Semua fungsi yang ada di Amerika Serikat dalam
158
Jimly Asshiddiqie, Op.cit, h. 42-45 Ismail Suny, Pembagian Kekuasaan Negara, Aksara Baru, Jakarta, 1985, h.1-4.
159
104
bertujuan untuk menghindari kekuasaan terpusat pada satu lembaga.160 Di kekuasaan Indonesia setelah ada di pada Perubahan Dewan UUD 1945 maka
legislatif
Perwakilan
Rakyat.
Kekuasaan eksekutif ada di tangan Presiden. Dan kekuasaan yudikatif Konstitusi. Dalam menjalankan tugasnya maka Kongres dan MPR ada ditangan Mahkamah Agung dan Mahkamah
mempunyai persamaan dan perbedaan. Yang memegang kekuasaan legislatif ada ditangan kongres, sedangkan di Indonesia ada ditangan DPR.
2.3 Perbandingan Tugas dan Wewenang Setelah Perubahan lembaga negara yang UUD 1945 maka MPR RI diatur sebagai sama dengan negara lain. Sehingga
kedudukannya sama dengan lembaga-lembaga negara yang lain. Pada masa sesudah Perubahan UUD 1945 tugas utama MPR
160
Burns, Peltason, Cronin, Government By The People, Prentice Hall, New Jersey, 1989, h.23 Jimly Asshiddiqie, Konsolidasi Naskah Perubahan Keempat Undang Undang Dasar 1945, h.5.
161
105
Ada tugas yang dilaksanakan secara temporer dan akan berakhir pada tahun 2003. Tugas ini ada dalam Aturan
Tambahan UUD 1945 pasal I, yaitu: Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap materi dan status hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
untuk diambil putusan pada Sidang Majelis Permusywaratan Rakyat tahun 2003.162 Sedangkan wewenang MPR adalah sebagai berikut: 1. Majelis permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar. 2. Majelis dan Permusyawaratan atau/Wakil hanya dapat dalam memberhentikan masa jabatannya
Presiden
Presiden
menurut Undang-Undang Dasar. 3. Menetapkan Presiden dan Wakil Presiden pengganti sampai terpilihnya sampai Presiden dan/atau dan/atau Wakil Wakil Presiden Presiden pengganti sebagaimana
terpilihnya
mestinya.
162
Ibid, h.63
106
di
Amerika
Serikat
mempunyai
kekuasaan
Section 1. All legislative Powers herein granted shall be vested in a Congress of the United States, which shall consist of a Senate and House of Representatives. Terjemahan bebas: Seluruh kekuasaan ada di Kongres Amerika Serikat dan terdiri atas Senate dan House Of Representatif. Sedangkan Kewenangan yang lain adalah yang diberikan oleh Undang-Undang Dasarnya adalah164 : 1.Passes federal laws. (Menyetujui Undang-Undang federal) 2.Passes federal budget, levies taxes and funds executive functions (Menyetujui anggaran federal, pajak dan fungsi keuangan eksekutif) 3.Establishes (untuk lower federal courts, rendah judicial federal, positions menentukan
membuat
peradilan
perjanjian internasional dan pengangkatan pejabat federal) 5.Declares war (menyatakan perang). Kewenangan-kewenangan garis
163 164
diatas
merupakan
kewenangan Amerika
besar
yang
dinyatakan
dalam
Konstitusi
Paul Eidelberg, The Philosophy Of The American Constitution, The Free Prees, New York, 1968, h.54 Microsoft Encarta Reference Library 2003. 1993-2002
107
Serikat.
Dan
kewenangan-kewenangan
lain
secara
jelas
dinyatakan dalam Konstitusinya pada pasal 8. Dari kewenangan-kewenangan diatas maka dapat
disimpulkan persamaan kewenangan Kongres di Amerika Serikat dengan Majelis Permusyawaratan Rakyat adalah: 1. Mengubah Undang-Undang Dasar 2. Memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden. Sedangkan tugas Konstitusinya sehingga adalah: Section 2. The Congress shall assemble at least once in every year, and such meeting shall begin at noon on the third day of January, unless they shall by law appoint a different day. Terjemahan bebas: Kongres bertugas mengadakan sidang sekurang-kuangnya setiap tahun, dan mengadakan pertemuannya dimulai siang hari pada hari ketiga januari, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang. Jika dibandingkan dengan tugas yang dilakukan oleh MPR maka dalam hal ini berbeda. Tugas MPR adalah melantik tidak dinyatakan secara jelas dalam tugas dari Kongres Amerika Serikat
presiden dan wakil presiden, sedangkan dalam kongres adanya tugas atau keharusan untuk mengadakan sidang setiap
tahunnya.
108
Kesamaannya adalah tugas yang dilakukan adalah tugas yang dilakukan setiap kali dan dilakukan untuk memenuhi ketentuan dalam Undang-Undang Dasar. 2.4.Perbandingan Tugas dan Wewenang MPR Indonesia dan
Kongres di Amerika Serikat Tugas Dan Wewenang 1. Mengubah dan menetapkan UUD 2.melantik Presiden dan Wakil Presiden berdasarkan hasil pemilihan umum, dalam Sidang Paripurna MPR 3.Membuat Undang-Undang 4.Mengawasi Pemerintah dalam bentuk persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh pemerintah 5. memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya 6.melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya 7.memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diajukan Presiden apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden 8. memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam masa jabatannya 9.menetapkan Peraturan Tata Indonesia ada ada Amerika Serikat ada Tidak ada
ada ada
ada ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
109
etik MPR
Ada beberapa kesamaan secara tugas dan wewenang antara Kongres Amerika Serikat dengan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Indonesia. Kesamaan dan perbedaan dapat dilihat pada tabel diatas. Akan tetapi MPR tetap bisa secara komposisi dan
kedudukan
lembaga
tidak
dipersamakan
dengan
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan Majelis merupakan Permusayawaratan perwakilan Rakyat rakyat Republik yang Indonesia atas:
lembaga
terdiri
anggota 2 lembaga negara yaitu Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah. besar Perubahan bagi Majelis UUD 1945 telah
memberikan
perubahan
Permusyawaratan
Rakyat. Karena dasar yuridis untuk menjalankan kedaulatan rakyat telah dicabut oleh amandemen UUD 1945. Tugas dan
110
wewenang MPR kemudian dijelaskan dalam UUD 1945 dan undangundang DPRD. Pertama Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, DPD dan
Indonesia akhirnya hanya mempunyai 2 tugas yaitu Melantik Presiden dan Wakil Presiden (pasal 3 ayat Tugas tentang yang merupakan akibat dan dari UUD 1945). aturan Apabila
ditetapkannya langsung.
Pemilihan
Presiden
secara
telah terpilih Presiden dan Wakil Presiden dalam Pemilihan Umum maka MPR mempunyai suatu kewajiban untuk melantik
Presiden dan Wakil Presiden. MPR setelah adanya undangundang susunan tugas dan kedudukan melantik MPR, DPR, DPD dan DPRD
mempunyai
untuk
Wakil
Presiden
menjadi
Presiden apabila Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat Tugas melaksanakan ini kewajibannya suatu dalam tugas masa yang
jabatannya.
merupakan
dilaksanakan dalam keadaan tertentu. Kedua adanya tugas sementara MPR tentang Peninjauan Kembali Materi dan Rakyat status hukum dan Ketetapan Ketetapan Majelis Majelis
Permusyawaratan
Sementara
111
merupakan
tugas
sementara
dari
MPR.
Karena
jika
telah
dilaksanakan maka tugas berakhir. Ketiga Indonesia Majelis mempunyai Dasar. Permusyawaratan kewenangan Kewenangan Dasar mengubah ini Rakyat dan Republik menetapkan pasal huruf 3 a
Undang-Undang ayat 1
berdasarkan pasal 11
Undang-Undang
1945
dan
undang-undang tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD. Persyaratan kewenangan tersebut diatur oleh pasal 37 Undang-Undang Dasar 1945. Rakyat Hal ini menjelaskan kewenangan bahwa yang
Majelis
Permusyawaratan
mempunyai
hanya dijalankan dalam keadaan dan waktu tertentu. Keempat Majelis Permusyawaratan hanya dapat
memberhentikan Presiden dan atau/Wakil Presiden dalam masa jabatannya. Kewenangan ini didasarkan menurut Undang-Undang Dasar Pasal 3 ayat 1 dan pasal 8 UUD 1945 Perubahan UndangUndang Dasar 1945. Kemudian diperjelas dengan pasal 11 yang
berbunyi memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk memberhentikan Presiden dan/atau Wakil setelah Presiden dan/atau untuk menyampaikan Hal ini
kesempatan
penjelasan
Sidang
Paripurna
MPR.
112
mereduksi juga kewenangan Majelis Permusyawaratan Rakyat. Pada 1945 Wakil waktu dahulu sebelum Perubahan Undang-Undang Dasar
MPR mempunyai kewenangan untuk memilih Presiden dan Presiden. Dalam pasal 6A UUD 1945 telah diatur berarti
tentang pemilihan langsung Presiden oleh rakyat, Presiden dan Wakil Presiden terpilih harus
bertanggung
jawab kepada pemilihnya. Konsekuensi dari tugas tersebut jika tidak berhasil maka dalam Pemilihan berikutnya tentu tidak akan dipilih lagi oleh pemilihnya. Karena dipilih oleh rakyat secara langsung mengakibatkan kewenangan
memberhentikan Presiden mempunyai persyaratan yang sulit. Walaupun mempunyai akhirnya Majelis untuk Permusyawaratan memutuskan Rakyat yang
kewenangan
mengenai
perkara
tapi dengan dasar putusan Mahkamah Konstitusi (pasal 11 huruf c UU tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD). hukum. Kelima Menetapkan Presiden dan Wakil Presiden Sehingga akhirnya proses politik ini berdasarkan
pengganti sesuai dengan pasal 8 ayat 3 UUD 1945. Kewenangan ini diperjelas menjadi tugas dan wewenang dengan pasal 11 huruf f UU Susunan dan Kedudukan. Pasal 11 huruf f berbunyi memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya
113
berhenti secara bersamaan dalam masa jabatannya, dari dua paket calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang paket
calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan sebelumnya, sampai habis masa jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu tiga puluh hari. Kewenangan ini merupakan kewenangan yang dipegang dalam keadaan tertentu, dalam beberapa tahun keadaan yang mungkin hanya terjadi sekali. Sehingga kewenangan inipun
akhirnya tetap menjadi kewenangan yang tergantung dengan situasi dan kondisi proses politik kenegaraan. Keenam memilih Wakil Presiden dari dua calon yang
diajukan Presiden apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden lambatnya dalam dalam masa jabatannya. enam Dan dilakukan selambatini
waktu
puluh
hari.
Kewenangan
merupakan pengulangan dari pasal 8 ayat 2 UUD 1945. Keenam Dalam menentukan struktur Ketatanegaraan
Republik Indonesia. Majelis Permusyaratan Rakyat akhirnya didudukkan sebagai lembaga yang mempunyai kedudukan yang sama dengan lembaga negara yang lain. Majelis
Permusyawaratn Rakyat tetap menjalankan fungsi keseharian. Hal ini diperkuat dengan adanya Pimpinan MPR, Sekretaris
114
Jendral lembaga
MPR
dan
tugas
dan
yang
berbeda
dari
perwakilan
yang
sistem
parlemen
Indonesia menjadi tricameral system, teori ini merupakan teori dari Profesor Jimly Asshiddiqie165. Perbandingan dengan negara lain yang mempunyai tugas dan wewenang yang mempunyai kemiripan dengan MPR. Maka MPR tetap menjadi suatu lembaga negara, yang tidak mempunyai satu kewenangan yang dimiliki oleh lembaga negara di
negara lain. Karena Majelis Permusyawaratan Rakyat menjadi lembaga perwakilan rakyat yang bukan lembaga legislatif
Permusyawaratan Rakyat
hampir sama dengan lembaga negara di negara lain. Seperti Cina. MPR setelah lembaga tugas yang tetap perubahan pertemuan dan hampir Undang-Undang anggota DPR Dasar DPD 1945 yang tetapi adalah,
dan
wewenang sama
Akan lain
dengan
MPR
menjadi
lembaga
Undang-Undang
Jimly Asshiddiqie, Struktur Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Keempat UUD Tahun 1945, disampaikan dalam Simposium Nasional yang diadakan oleh BPHN dan DEPKEH HAM , Bali, Juli 2003, h.9
115
dengan tugas dan wewenang yang diatur dalam Undang-Undang Dasar secara dan undang-undang Sehingga tentang tidak susunan dan kedudukan yang
jelas.
terjadi
interprestasi
dibuat oleh lembaga negara yang lain walaupun hal itu bisa diselesaikan oleh Mahkamah Konstitusi. Seharusnya UndangUndang Dasar dan undang-undang mengaturnya dengan jelas. Kedua tentang menjadi telah benar pendapat para Majelis ahli hukum tata negara Rakyat
tidak
perlunya
Permusyawaratan
lembaga yang tetap. Karena tugas dan wewenangnya menjadi dalam tugas yang formal belaka. tertentu hal Dan yang tak
direduksi
wewenang
digunakan
beberapa hanya
kondisi
kemungkinan
terjadinya
akibat
beberapa
terduga. Hal ini bisa jadi pertimbangan untuk Perubahan UUD 1945 kedepan. Anggaran yang dikeluarkan oleh negara untuk kesekretariatan Majelis Permusyawaratan Rakyat, seperti
banyaknya pegawai yang diperlukan untuk melaksanakan tugas keseharian Majelis Permusyawaratan Rakyat, tidak diperlukan lagi. Karena lembaga ini berubah menjadi forum yang hanya bersidang dan melaksanakan tugas dan wewenangnya yang
116
dilakukan
pada
saat
tertentu.
Indonesia
telah
mengalami
bertahun-tahun defisit anggaran. Dengan bentuk forum maka anggaran yang dikeluarkan akan menurun, seperti tidak perlu membayar gaji dan mengangkat pegawai negeri untuk mengurus kesekretariatan Majelis Permusyawaratan Rakyat. Dengan
catatan bahwa tugas dan wewenang yang seremonial seperti pelantikan Presiden dan Wakil Presiden secara para mewah wakil dan besar-besaran. yang Alangkah tidak dilakukan lebih dalam bijaknya Majelis
rakyat
terhormat
Permusyawaratan Rakyat
telah tersedia seperti: ruang rapat Majelis Permusyawaratan Rakyat yang telah tersedia.
117
DAFTAR PUSTAKA
BUKU Al Rasyid, Harun, Pengisian Jabatan Presiden, Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1993 Grafiti, 1945,
Dasar
__________, Himpunan Peraturan Hukum Tata Negara, UI Press, Jakarta:UI Press, 1996. Al-Qardhawy, Fiqih Daulah Dalam Perspektif Al Quran Dan Sunnah, Jakarta: Pustaka AlQautsar,1997 Arinanto, Satya, Hukum Dan Demokrasi, Jakarta: Ind Hill-Co, 1991 Asshiddiqie, Jimly, Pergumulan Peran Pemerintah Dan Parlemen Dalam Sejarah, Jakarta:UI Press, 1996 ____________, Gagasan Gagasan Kedaulatan Rakyat Dalam Konstitusi dan Pelaksanaannya di Indonesia, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994 ____________, Konsolidasi Naskah UUD 1945 Setelah Perubahan Keempat,Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara FHUI, 2002
118
____________, Teori Dan Aliran Penafsiran Negara, Jakarta:Ind.Hill-Co, 1998 Budiarjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, 1998 _________________, Demokrasi di Parlementer dan Demokrasi Gramedia Pustaka Utama,1998 Busroh, Indonesia Pancasila,
Hukum
Tata PT
Jakarta:
Tata
Burns, James; Peltason, J.W.; Cronin, Thomas, Government By The People, New Jersey: Prentice Hall, 1989. Carter, April, Otoritas Rajawali,1985 Dan Demokrasi, Jakarta: CV
De Tocqueville, Alexis, Democracy In America, New York: Washington Square Press, 1965 Diamond, Larry, Revolusi Demokrasi Perjuangan Untuk Kebebasan Dan Pluralisme Di Negara Sedang Berkembang, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1994
Dicey,AV, Introduction To The Study Of The Law Of The Constitution, London:Mc. Millan Education LTD, 1959 Djokosutono . Ilmu Negara, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985
Dood, Lawrence, Coalitions in Parliamentary Government, New Jersey: Princeton University Press, 1976 Echols, John, Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1997 Eidelberg, Paul, The Philosopy Of The American Constitution, Toronto: Collier-Macmillan Canada, 1968 Garner, Bryan, Blacks Law Dictionary , sevent edition, St Paul, Minn:West Group, 1999
119
Hasan,
Umum
1987,
Jakarta:PT
Pradnya
Hariadi,
Didit, Estiko, Amandemen UUD 1945 Dan Implikasinya Terhadap Pembangunan Sistem Hukum, Jakarta: Tim Hukum Pusat Pengkajian Dan Pelayanan Informasi Sekretaris Jendral, 2001
Hermawan, Eman, Politik Membela Yang Benar Teori Kritik Dan Nalar, Yogyakarta: KLIK dan DKN GARDA BANGSA, 2003, Hornby, AS, Oxford Advanced Learners Dictionary Of Current English, London: Oxford University Press, 1987 Huntington, Samuel, Benturan Antara Peradaban Dan Masa Depan Politik Dunia, Yogyakarta: CV Qalam Yogyakarta, 2003 Ibrahim, Harmaily, Majelis Permjusyawaratan Rakyat Suatu Tinjauan Dari Sudut Hukum Tata Negara, Jakarta: Sinar Bakti, 1979 Joeniarto, Sejarah Ketatanegaraan Republik Jakarta: PT. Bina Aksara , 1984 Indonesia,
Khaldun, Ibnu, Mukaddimah, Jakarta: Pustaka Firdaus,2000 Kusnardi, Mohammad, Ibrahim, Harmaily, Pengantar Hukum Tata Negara, Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara FHUI, 1988 Kusumaatmaja, Mochtar, Pengantar Bandung: Bina Cipta, 1990 Laski, Hukum Internasional,
Harold. A Grammmar Of Politics, Allen & Unwin LTD, 1938. Bagir, 1987 Konvensi Ketatanegaraan,
London: George
Manan,
Bandung:Armico,
120
__________________,
Teori Dan Politik Konstitusi, Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Nasional, Jakarta, 2000, h. 15
Direktorat Pendidikan
Geoffrey Meny,
Marshal, Parliamentary Sovereignty And The Commonwealth,Oxford: Oxford University Press, 1957
Yves; Knap, Andrew, Government And Politics In Western Europe, third edition, New York:Oxford University Press,1998 Doto, Kekuasaan Jakarta, 1985 MPR Tidak Mutlak, Erlangga,
Mulyono,
Naning, Ramdlon, Lembaga Legislatif Sebagai Pilar Demokrasi Dan Mekanisme Lembaga Lembaga Negara Menurut UUD 1945, Yogyakarta: Liberty 1982 Nurtjahjo, Hendra, Perwakilan Golongan Di Indonesia, Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara UI2002. ODonnel, Schmitter, Whitehead, Transisi Menuju Demokrasi Kasus Eropa Selatan, Jakarta: LP3S, tanpa tahun Plato, Republik, Jakarta:Bentang, 2002 Poerwadarminta, WJS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PN Balai Pustaka, 1976 Puspa, Pramadya, Yan, Kamus Hukum, Semarang:CV. Aneka Ilmu, 1977 Purbopranoto, Kuntjoro, Beberapa Catatan Hukum Tata Pemerintahan Dan Peradilan Administrasi, Bandung: Alumni, 1981 Thaib, Dahlan. Implementasi Sistem Ketatanegaraan Menurut UUD 1945, Yogyakarta: Liberty, 1989 Thaib, Dahlan; Hamidi, Jazim; Huda, Nimatul , Teori Hukum Dan Konstitusi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999
121
Ranawijaya, Usep, Hukum Tata Negara Indonesia Dasarnya, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983
Dasar-
Rapar, J.H, Filsafat Politik Aristoteles, Jakarta: Rajawali Grafindo Persada, 1988. Redaksi Sinar Grafika, Tiga Undang-Undang Dasar: UndangUndang Dasar 1945, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat 1950, Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950, Jakarta: Sinar Grafika, 2000 Renan, Ernest, Apakah Bangsa Itu?, Jakarta:Bandung, 1994 Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat, Dan Kaitannya Dengan Kondisi Sosio Politik Dari Zaman Kuno Hingga Sekarang, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2002
Samsul Wahidin, MPR Dari Masa Kemasa, Jakarta: Bina Aksara, 1986 Sekretariat Jendral MPR RI, Proses Reformasi Konstitusional : Sidang Istimewa MPR 1998, Jakarta: Sekretariat Jendral MPR RI, Cetakan 2, Jakarta, 2001 Shklar, Judith, Montesqieu Penggagas Trias Jakarta : Pustaka Utama Grafiti,1996 Politica,
Sekretariat Jendral MPR RI, Himpunan Ketetapan MPRS Dan MPR Tahun 1960 S/D 2002, Jakarta:Sekretariat Jendral MPR RI, 2002 Sjadzali, Munawir, Islam Dan Tata Negara Ajaran Sejarah Dan Pemikiran, Jakarta: UI Press, 1993 Simorangkir, J.C.T, Hukum Dan Jakarta:CV. Masagung, 1988 Konstitusi Indonesia,
Simanjuntak, Marsilam, Pandangan Negara Integralistik: Sumber, Unsur Dan Riwayatnya, Jakarta:Pustaka Utama Grafiti, 1994
122
Soehino, Ilmu Negara, Yogyakarta: Liberty,1980 Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: 1986. Soekanto, Soerjono, Mamudji, Penelitian Hukum Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1995 Normatif,
Soeprapto, Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-Undangan: Dasar-Dasar Dan Pembentukannya. Jakarta: Kanisius, 1998 Soemantri, Sri, Tentang Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD 1945. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1989 _____________, Pengantar Perbandingan Antar Negara, CV. Rajawali, Jakarta, 1981 Hukum Tata
_____________,Prosedur Dan Sistem Perubahan Konstitusi, Cet.4, Alumni, Bandung, 1987, h.133-134 Soetiksno, Filsafat Hukum Paramita, 2003 Bagian 2, Jakarta:PT Pradnya
_________, Filsafat Hukum Bagian 1, PT Pradnya Paramita, Jakarta, 2002, h.16 Solly, Lubis. Sunny, Ilmu Negara, Bandung:Mandar Maju, 1989 Kekuasaan Eksekutif, Jakarta:
____________, Pembagian Kekuasaan Negara, Jakarta: Aksara Baru, 1985 Taimiyah, Ibnu, Pedoman Islam Bernegara, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1989 Tambunan, ASS, MPR Perkembangan Dan Pertumbuhannya Suatu Pengamatan Dan Analisis, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1991 Tim IFES, Sistem Pemilu, Jakarta: IFES,UN, IDEA, 2001
123
Tim PSHK, Semua Harus Terwakili Studi Mengenai Reposisi MPR, DPR, dan Lembaga Kepresidenan di Indonesia, Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, Jakarta: Pusat Studi Hukum Dan Kebijakan Indonesia, 2000 Tim Sekretariat Negara, Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1995
Varma, SP, Teori Politik Modern, Jakarta:CV Rajawali, 1990 Wahjono, Padmo, Ilmu Negara, Jakarta: Ind Hill-Co, 1996 Yamin, Yara, Muhammad, Proklamasi Dan Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982 Muchyar, Pengisian Jabatan Presiden Dan Wakil Presiden Di Indonesia Suatu Tinjauan Sejarah Hukum Tata Negara, Jakarta: PT.Nadhillah Ceria Indonesia, 1995
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945 Indonesia, Perubahan Pertama Undang-Undang Dasar 1945 Indonesia, Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar 1945 Indonesia, Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945
Indonesia, Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar 1945 Indonesia, Konstitusi RIS 1949 Indonesia, Undang-Undang Dasar Sementara 1950 Cina, Constitution Of China
124
Amerika
Serikat, America
Constitution
Of
The
United
States
Of
Venezuela, Constitution Of Venezuela 1961 Venezuela, Constitution Venezuela 1999 Of The Bolivaarian Republic Of
MPR, Ketetapan MPR No 1 tahun 1983 tentang Peraturan Tata Tertib Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR, Ketetapan MPR No V/MPR/1973 tentang Peninjauan ProdukProduk Yang Berupa Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
MAKALAH Ashhidiqie, Jimly, Refleksi Tentang Arah Sistem Hukum Dan Kenegaraan Indonesia Pasca Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar 1945, Jakarta, 28 Maret 2003 _________________,Demokratisasi Pemilihan Presiden dan Peran MPR Di Masa Depan, www.theceli.com diakses pada tanggal 29 Maret 2003 ________________, Reformasi Menuju Indonesia Baru: Agenda Restrukturisasi Organisasi Negara,Dan Keberdayaan Masyarakat Madani, Disampaikan dalam forum Kongres Mahasiswa Indonesia Sedunia I, di Chicago, Amerika Serikat, 28 Oktober 2000. _______________________, Struktur Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Keempat UUD Tahun 1945, disampaikan dalam Simposium Nasional yang diadakan oleh BPHN dan DEPKEH HAM , Bali, Juli 2003
125
Suny, Ismail, Implikasi Amandemen UUD 1945 Terhadap Sistem Hukum Nasional, disampaikan pada Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII, BPHN dan DEPKEH HAM RI, Bali, Juli, 2003, h.4
SUMBER INTERNET Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia ,http://www.mpr.go.id/h/tentang/index.php, diakses pada tanggal 10 Januari 2003.
ChinaConstitutionhttp://www.oefre.unibe.ch/law/icl/ch00000. html diakses tgl 30 Juli 2003, jam 13.26 National Peoples Congres Data as of July 1987http://www.1upinfo.com/country-guidestudy/china/china294.html diakses pada tanggal 30 Juli 2003. 1990 pada
Venezuela Constitutional Development, http://www.1upinfo.com/country-guidestudy/venezuela/venezuela67.html, diakses pada tanggal 1 Juli 2003. Venezuela Legislature, http://www.1upinfo.com/countryguide-study/venezuela/venezuela69.html, diakses pada tanggal 1 Juli 2003. Constitution Of Venezuela, www.embavenezus.org/politica/constitu.html - 101k, diakses pada tanggal Juni 2003
126
127